Anda di halaman 1dari 6

Nama : Samuel Leonardi Naibaho

Kelas : A-1 2019


Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Apresiasi dan Kajian Drama Indonesia
Tugas :1

DRAMA TRADISIONAL DAN MODERN INDONESIA

Definisi Drama

Secara epistemologi, "drama" berasal dari bahasa Yunani "dramoi", yang berarti "berbuat",
"bertindak", atau "beraksi". Krauss (1999: 249) dalam bukunya Verstehen und Gestalten lebih lanjut
menyatakan bahwa "drama adalah suatu bentuk gambaran seni yang datang dari nyanyian dan tarian
ibadat Yunani kuno, yang di dalamnya dengan jelas terorganisasi dialog dramatis, sebuah konflik, dan
penyelesaiannya digambarkan di atas panggung". Mulanya, drama dipentaskan di lapangan. Lapangan
sebagai panggung tersebut disebut "teater", yang berasal dari bahasa Yunani "theatron" berarti
tempat pertunjukan. Dapat dikatakan teater muncul setelah kata drama. Hal ini selaras dengan
pendapat Keir Elam dalam bukunya The Semiotic of Theatre and Drama yang mengukapkan bahwa
"drama" sebagai that mode of fiction designed for stage representation and constructed according to
paticular dramatic convention, sedangkan "teater" sebagai with the production and communication of
meaning in the performance itself and with the systems under lying it. Seiring perkembangannya,
terjadi pergeseran makna. Kata "drama" masih setia pada makna sebelumnya, sementara kata
"teater" dapat juga diartikan sebagai "pertunjukan" atau "kejadian yang berlangsung di atas
panggung".

Drama disebut juga sebagai sandiwara. Dalam bahasa Jawa, sandiwara terdiri dari kata "sandi" dan
"warah". "Sandi" berarti "tersembunyi", "rahasia", "lambang", sedangkan "warah" berarti ajaran.
Dengan kata lain, sandiwara berarti ajaran penuh makna yang didapat secara tidak langsung bagi
penonton dengan cara dipertunjukkan. Kata "sandiwara" oleh P. K. G Mangkunegara VII dipakai
pertama kali untuk mengganti kata toneel dari bahasa Belanda (Harymawan: 1988).

Menurut Budianta, dkk. (2002: 95) drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya
memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau percakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Dalam
KBBI, drama yaitu komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan
watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; cerita atau kisah, terutama yang
melibatkan konflik dan emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; kejadian yang
menyedihkan.

Drama Tradisional
Drama tradisional merupakan sebuah pementasan yang menceritakan sebuah kisah dari suatu tempat
tertentu, sarat akan unsur kebudayaan, adat istiadat dan lokalitas daerah asal. Awalnya, drama
tradisional dipentaskan untuk upacara keagamaan dan upacara adat. Kemudian berkemban sebagai
media hiburan. Sifat pertunjukan ini penuh improvisasi, komunal, dan interaktif dengan penonton.
Pemain sering kali menyapa, bahkan mengajak penonton berdialog tanpa naskah. Demikian pula
penonton dapat merespons adegan dengan bersorak, mengomentari, siut-siutan, dan sebagainya di
tengah jalannya pertunjukan. Contoh drama tradisional seperti longser, banjet, wayang golek (Jawa
Barat), lenong, sahibul hikayat, rambang rancak (Jakarta), ketoprak, wayang orang, srandul (Jawa
Tengah), dan sebagainya.

Longser Injuk, Celah Celah Langit, 2017. Foto: Tribun Jabar

Pertunjukan longser merupakan jenis drama dari estnis Sunda, Jawa Barat. Berasal dari kata "melong"
(melihat) dan "seredet" (tergugah). Diartikan bahwa siapa saja yang melihat pertunjukan longser,
hatinya akan tergugah. Sama seperti drama tradisional lain, bentuk pementasannya sederhana: dapat
dipentaskan di mana saja, melibatkan warga setempat sebagai pemain, bersifat jenaka, dan selalu
membawa unsur lokalitas adat setempat. Urutan pertunjukannya biasanya meliputi tatalu, tari
ronggeng, tari uyeg, lawakan, barulah pada penyajian lakon. Cerita yang diangkat merupakan isu yang
dekat dengan keseharian masyarakat, kadang juga berupa cerita rakyat yang populer, hingga sejarah.

"Prahara", ISI Yogyakarta, 2019. Foto: Ketoprak Srawung Bersama


Ketoprak merupakan teater tradisional Jawa, khususnya tumbuh subur di Yogyakarta dan Jawa Timur
daerah pesisiran (A Kasim Achmad 2006: 145). Biasanya dipentaskan malam hari sebagai hiburan dan
berlangsung selama 3-4 jam. Menggunakan bahasa Jawa, tidak terikat suatu pakem, dan diiringi
gamelan Jawa, baik slendro maupun pelog. Terdapat tiga kategori: Ande-ande Lumut, Buto Ijo, Roro
Mendut Prana Citra. Kedua, cerita Babad, baik cerita sebelum atau sesudah Belanda masuk ke
Indonesia. Ketiga, cerita-cerita masa kini seperti Gagak Sala, Ngulandara, dan sebagainya. Namun
ketoprak kini makin berkembang mengikuti zaman dan terkadang dipentaskan tanpa menganut suatu
pakem tertentu.

Drama Modern
Berbeda dengan drama tradisional, drama modern berangkat dari pengaruh Barat. Pertunjukannya
dipersiapkan lebih serius dan penuh perencanaan. Penonton yang hadir tidak sekadar mencakup
masyarakat sekitar dari tempat diberlangsungkannya pementasan. Kadang mengundang politikus,
cendekiawan, atau tokoh lainnya, hingga ditonton kritikus. Pertunjukan diberlangsungkan dalam
gedung di mana ada batas antara aktor dengan penonton dan berbayar. Menggunakan bahasa
Indonesia, berpegang pada naskah, dan menggunakan idiom-idiom modern. Terbagi menjadi
beberapa aliran, seperti:
1. Aliran Realisme
Melukiskan adengan tanpa berlebihan, mencerminkan kehidupan nyata. Tema yang diangkat
berupa problematika masyarakat kota. Misal soal kemiskinan, seks, politik, manipulasi, dan
sebagainya.

2. Aliran Ekspresionisme
Adalah seni menyatakan. Berupa pengungkapan gagasan berterus terang. Dipentaskan secara
chaos atau kekosongan dalam psikologis pengarang. Ciri-cirinya pementasan dilaksanakan
dalam tempo yang cepat, penggunaan pentas yang ekstrem, adegan-adegan teatrikal. Masih
menggunakan naskah namun bisa jadi adegan satu ke adegan berikutnya tidak berurutan
secara linear.

Di Indonesia, kelahiran drama modern ditandai dengan dibentuknya generasi pertama Teater
Bangsawan (1885-1902) rombongan Pushi Indera Bangsawan of Penang Pimpinan Mamak Pushi.
Kelompok ini masih erat dengan hikayat lama Melayu. Kemudian dilanjutkan oleh generasi kedua
rombongan Stamboel (1891) pimpinan Jafar dan berhasil menarik perhatian di Jawa. Pada 1891 lahir
rombongan Komedi Stamboel (hingga 1906) dengan pendiri seorang Indo-Perancis kelahiran
Surabaya, August Mahieu. Pementasannya dibuka dengan pengenalan diri tiap pemain dan
berlangsung 2-3 malam berturut-turut. Terdapat pula Teater Opera (1906-1925), Teater Miss Riboet's
Orion (1925-1934), The Malay Opera "Dardanella" (1926-1935), Penggemar Maya (1944), dan
Sandiwara Angkatan Muda Tjaja Timur (1943-1945) sebelum era revolusi.

Setelah merdeka, teater Indonesia mengalami kemajuan signifikan. Pengembangan konsep, teknik,
dan bentuk penyajian lebih beragam seiring maraknya kelompok-kelompok teater baru berdiri. Misal,
Akademi Teater: Angkatan Teater Nasional Indonesia (ATNI) yang dipelopori Asrul Sani dengan
bersandar pada metode Stanilavski untuk pemeranan dan Akademi Seni Drama dan Film Indonesia
(ASDRAFI) pada 1955. Tiga tahun berselang berdiri Studiklub Teater Bandung (1958-sekarang) dengan
tokoh Suyatna Anirun dan Jim Adilimas. Jim Lim lebih dikenal sebagai aktor dan sutradara realisme
konvensional. Kemudian pada 1967 Jim Lim belajar teater dan menetap di Paris. Suyatna Anirun
melanjutkan apa yang sudah dilakukan Jim Lim dan banyak mengadaptasi naskah Barat dengan
pendekatan kebudayaan Indonesia.
WS Rendra. Foto: Tempo.co

Willibrordus Surendra Broto Rendra lahir di Solo pada 7 November 1935 adalah seorang sastrawan
dan dramawan Indonesia dengan julukan Si Burung Merak. Sebelumnya beragama Katolik kemudian
masuk Islam dan namanya diganti menjadi Wahyu Sulaiman Rendra. Pernah kuliah di Fakultas Sastra
Barat Universitas Gajah Mada. Tahun 1964 belajar teater di Amerika Serikat selama 3,5 tahun. Rendra
mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari almamaternya. Mendirikan Bengkel Teater Rendra pada
akhir 1967 di kampung Ketanggungan Wetan, Yogyakarta.

Bersama Bengkel Teater Rendra (BTR), Rendra menciptakan lingkungan kreatifitas sendiri. Ia merasa
tidak cocok dengan kelompok teater ATNI, ASDRAFI, dan Teater Populer yang terlalu berorientasi ke
Barat sehingga hanya meniru fantasi kelompok elit adab modernitas masyarakat asing. Rendra ingin
pertunjukannya lebih komunikatif, menyentuh secara mendalam, dan mencerminkan wajah khas
Indonesia sehingga lebih memasyarakat.

Pada 14 Oktober 1968 Teater Populer lahir. Penggagasnya Teguh Karya atau Liem Tjoan Hok atau
Steve Liem. Kemudian tahun 1971 Putu Wijaya mendirikan Teater Mandiri di Jakarta. 1 Maret 1977
Riantiarno membentuk Teater Koma. Ada pula Teater Ketjil yang dibangun Arifin C. Noer dengan ciri
menggeluti masalah-masalah sosial dan spiritual sekaligus. Teater Gandrik pada 1983 oleh Heru
Kesawa Murti, Susilo Nugroho, Saptaria Handayaningsih, dan Jujuk Prabowo. Teater Garasi dari
Yogyakarta berdiri pada 4 Desember 1993 oleh Yudi Ahmad Tajudin, Kusworo Bayu Aji, dan Phutut
Yulianto.
Iman Soleh dalam pementasan "Air", 2006. Foto: Anwar Putra Bayu

Iman Soleh lahir di Bandung, 5 Maret 1966. Sudah bercita-cita menjadi seniman teater sejak masih
kecil dan telah menempuh pendidikan di Jurusan Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia. Sejak 1984
menekuni teater di berbagai kelompok, seperti Studiklub Teater Bandung, Payung Hitam, dan Teater
Ketjil, hingga beberapa kelompok teater di Jepang dan pernah disutradarai Takeshi Osima. Kemudian
bergabung dengan Talipot di Perancis pada tahun 2000 sebagai asisten sutradara untuk produksi L
Porter d'au yang dipentaskan di Asia dan Eropa. Secara resmi mendirikan Celah Celah Langit pada 22
Mei 1998 di Ledeng, Bandung.

Ciri pertunjukannya adalah eksploratif-kolektif. Sebagai sutradara, ia melibatkan seluruh aktor untuk
menulis naskah pertunjukan bersama-sama dengan metode koletktif teks. Kemudian naskah tersebut
dipentaskan dengan gaya yang eksploratif. Biasanya menggunakan bambu sebagai artistik dan sebagai
gaya/ciri Iman Soleh.
REFERENSI

BUKU
Sheperd, Simon dan Mick Wallis. 2004. Drama/Theatre. Performance: the Newa Critical Idiom.
Sathotho, Surya Farid. 2018. UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta: Yogyakarta.

SKRIPSI
Pradita, W. 2016. Pembelajaran Menganalisis Pementasan Drama dengan Menggunakan Metode Pair
Check pada Siswa Kelas XI IPA SMA Pasundan 2 Bandung. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Seni
dan Sastra Universitas Pasundan: Bandung.

DOKUMEN KENEGARAAN
Republik Indonesia. 2020. Isi dan Kebahasaan Teks Drama Bahasa Indonesia Kelas XI. Modul
Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Republik Indonesia. 2021. Bidang Studi Seni Budaya - Teater. Modul Belajar Mandiri Calon Guru.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

INTERNET
Lararenjana, Edelweis. 2020. Drama adalah Genre dalam Karya Sastra, Ketahui Unsur dan
Jenisnya. https://www.merdeka.com/jatim/drama-adalah-genre-dalam-karya-sastra-ketahui-
pengertian-unsur-dan-jenisnya-kln.html?page=2. Terakhir diakses 20 September 2021 pukul 03.29
WIB.

Kompas.com. 2021. Teater Tradisional: Ciri-ciri, Jenis, Unsur, dan


Contohnya. https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/14/204546269/teater-tradisional-ciri-
ciiri-jenis-unsur-dan-contohnya?page=all. Terakhir diakses pada 20 September 2021 pukul 04.28
WIB.

Ghani, Ahmad. Drama Tradisional. https://rumusbilangan.com/drama-tradisional/. Terakhir diakses


pada 20 September 2021 pukul 04.30 WIB.

Indah, Nur Annisa. 2021. 10 Teater Modern Indonesia yang Masih


Berkarya. https://roomme.id/artikel/lifestyle/teater-modern-indonesia. Terkahir diakses pada 20
September 2021 pukul 06.05 WIB.

Kelola.or.id. 2021. Celah Celah Langit. http://kelola.or.id/id/seniman/celah-celah-langit/. Terakhir


diakses pada 20 September 2021 pukul 06.06 WIB.

Kelola.or.id. Iman Soleh. http://kelola.or.id/id/seniman/iman-soleh/. Terakhir diakses pada 20


September 2021 pukul 06.08 WIB.

Bayu, Anwar Putra. 2009. CCL Bandung Pentas di


Palembang. http://duniaanwar.blogspot.com/2009/06/ccl-bandung-pentas-di-palembang.html.
Terakhir diakses pada 20 September 2021 pukul 06.07 WIB.

Anda mungkin juga menyukai