SENI TEATER
DI SUSUN OLEH:
AGUS TATIA
NATASYA AINI
M. IKRAM
HAYATUNISA
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang
berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung.
Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam
naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan
menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis
pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini
didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana teknik pagelaran teater ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seni Teater
1. Balthazar Vallhagen
Teater merupakan seni drama yang melukiskan mengenai sifat serta watak manusia dengan
melalui gerakan.
2. Moulton
Teater merupakan suatu kisah hidup yang digambarkan atau diilustrasikan di dalam bentuk
gerakan atau disebut dengan life presented in action.
3. Anne Civardi
Teater merupakan suatu seni drama yang menceritakan mengenai sebuah kisah dengan
melalui kata-kata serta gerakan.
4. R.M.A. Harymawan
Secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan
(to act), sehingga tindak-tanduk pemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil
dari kata Yunani “dran” yang berarti berbuat, berlaku, atau beraksi. Dikarenakan aktivitas
beraksi ini, para pemain pria dalam teater disebut actor dan pemain wanita disebut actress.
5. Seni Handayani dan Wildan
Teater merupakan suatu bentuk karangan yang berpijak di dua cabang kesenian, yaitu seni
sastra serta seni pentas.
6. Budianta, dkk
Menurut Budianta, dkk, drama adalah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan
secara verbal adanya percakapan atau dialog diantara para tokoh yang ada.
7. Ferdinand Brunetierre
Menurut Ferdinand Brunetierre, sebuah drama harus melahirkan sebuah kehendak dengan
action atau gerak.
Drama adalah bentuk kisahan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui
tingkah laku (akting) yang dipentaskan.
Konsep dasar dari seni teater terdiri atas dua aspek, di antaranya aspek apresiasi dan
kreasi. Namun, disebabkan karna keterbatasan SDM aspek yang lebih sering diajarkan
berhubung dengan aspek apresiasi yang seharusnya aspek kreasi ini lebih dikedepankan.
Seni teater meliputi keterampilan olah pikir, olah rasa, olah suara dan olah tubuh,
yang di dalam pementasannya tersebut memadukan seni peran, seni rupa, seni gerak,seni
sastra, seni tari, dan seni musik.
Teknik adalah cara, metode dan strategi untuk memudahkan kerja dalam sanggupan
menyelesaikan suatu tugas. Terkait teknik dalam pementasan teater dapat dipahami sebagai
suatu cara dan upaya anda bersama temanteman satu kelas atau kelompok yang dibentuk
untuk terlibat dalam mempersiapkan pementasan teater yang akan dipentaskan.
Teater tradisional sebagai salah satu bentuk pementasan ditinjau dari media yang
digunakannya, Sumardjo (2004) membaginya ke dalam; teater boneka dan teater manusia.
Teater tradisional boneka, sebagai teater yang menggunakan alat atau media ungkapnya
adalah boneka (muffet), seperti; wayang golek, wayang cepak, wayang kulit, topeng, tuping,
ondel-ondel, dst.
Teater manusia adalah teater dalam pementasannya dominan menggunakan alat penyampai
pesan ceritanya menggunakan manusia (pemeran) dengan totalitas tubuhnya (seni peran,
menari, menyanyi, berceritra, mendongeng, dst.). Contohnya; wayang wong, seni bertutur,
dst.
Pementasan teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengahtengah
masyarakat Indonesia berdasarkan media yang digunakannya, yakni teater boneka dan
teater manusia mengantarkan anda dalam memahami teknik pementasan teater.
Teknik pementasan teater tradisional dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni
teater tutur, teater boneka dan teater manusia. Ketiga jenis dalam teater tradisional ini
memiliki kekhasan tersendiri, terutama dalam hal media ekspresi yang dominan
digunakan.
Teater tutur merupakan teater tradisional dengan kekhasan penyampaian cerita atau
lakon yang dibawakan dengan cara mendongeng atau bercerita sambil diiringi musik
atau tidak diiringi musik,
misalnya; Seni Pantun dari Jawa Barat, Madihin dari Riau, Cepung dari NTB,
Kentrung dari Jawa Timur, PmToh dari Aceh, dst. Apakah di daerahmu memiliki
ragam pementasan teater tutur yang lain? Teater tradisional yang tergolong dalam
teater boneka, biasanya media utamanya menggunakan boneka atau tiruan dari benda
atau mahluk hidup yang dijadikan alat untuk menyampaikan cerita atau lakon.
Biasanya tokoh yang menghidupkan lakon dengan media boneka disebut dengan
dalang. Contohnya, wayang golek, wayang kulit, wayang cepak, ondel-ondel, hudok,
dst. Apakah di daerahmu juga memiliki pementasan teater boneka yang belum
disebutkan?
Teater manusia yakni pementasan teater tradisional atau pun non tradisional dimana
manusia sebagai media utama dalam melakukan aksi seni peran di atas pentas yang
dijalin oleh sebuah lakon dengan beberapa unsur artistik pentas sebagai
pendukungnya. Contohnya; Mamanda (Kalimantan Selatan), Randai (Sumatra Barat),
Lenong (Betawi), Topeng Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Uyeg dari Jawa Barat;
Ludruk, Ketoprak, dari (Jawa Tengah dan Jawa Timurt) dan seterusnya. Apakah di
daerahmu mengenal teater yang menggunakan media utamanya manusia yang belum
disebutkan?
Dengan demikian, secara teknis pementasan teater tradisional yang yang tumbuh dan
berkembang bersifat kedaerahan memiliki keragaman dan keunikan dalam
pementasannya. Dengan keragaman jenis, bentuk dan teknik pementasan teater
tradisional yang anda ketahui. Kita patut bersyukur dikaruniai kekayaan seni teater
yang tidak dimiliki bangsa lain
C. Jenis Seni Teater
Menurut I Made Bandem dan Sal Mugiyanto (1996), berdasarkan jenisnya, seni
teater terbagi menjadi dua jenis. Yaitu teater tradisional dan teater modern.
1. Teater Tradisional
Di Indonesia, teater tradisional biasa juga disebut teater daerah yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Biasanya cerita dalam teater tradisional mengusung
budaya setempat dan disampaikan secara improvisasi (tanpa naskah).
Wayang Kulit,
Banjet,
Longser,
Ogel,
Reog,
Wayang Orang,
Topeng Cirebon,
Angklung Badut,
Wayang Golek dari Jawa Barat
Reog Ponorogo,
Ludruk dari Jawa Timur-Ketoprak,
Wayang Suket,
Kethek Ogleg,
Dagelan,
Scandul dari Jawa Tengah-
Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi
2. Teater Modern
Dalam pengertian secara umum, teater modern adalah teater yang penyampaian
ceritanya berdasarkan pada naskah dan sumber ilmunya dari dunia Barat, dan
juga bahannya dari kejadian-kejadian sehari- hari, atau karya sastra.
Drama
Teater
Sinetron
Film
Ciri ciri Teater Modern
Panggunga tertata
Ada pengaturan jalan cerita
Tempat panggung tertutup
1. Drama Musikal
Drama musikal merupakan contoh seni teater yang memadukan seni musik,
teater, dan seni tari. Pementasan drama musikal sering kali digelar di berbagai
tempat di Indonesia. Jenis drama musikal yang sering dipentaskan adalah opera
dan kabaret. Bahkan, gabungan dari opera dan kabaret sendiri juga pernah
dipentaskan di Indonesia.
2. Teatrikalisasi Puisi
Jenis drama teatrikalisasi puisi adalah seni teater yang menggunakan karya puisi
sebagai naskah teater. Dalam pertunjukan ini, diperlukan keindahan dari puisi
tersebut sehingga dapat mewujudkan ekspektasi dari pemirsanya. Sehingga
diperlukan kreativitas dalam menerjemahkan puisi menjadi pementasan teater.
3. Teater Boneka
Seni pertunjukan boneka ini sudah lama ada sejak zaman kuno. Teater boneka ini
sering digunakan untuk berbagai kegiatan, salah satunya sebagai sarana dakwah
agama Islam. Hal ini ditunjukkan oleh Sunan Kalijogo yang menyebarkan agama
Islam dengan cara pementasan wayang kulit.
4. Teater Dramatik
Dalam teater dramatik, cerita dalam pementasan dibuat dengan sedetail mungkin.
Mulai dari tokoh, kejadian, hingga alur cerita dibuat dengan detail. Sehingga
fokus dari teater dramatik ini adalah menitik beratkan pada minat penonton
terhadap sebuah cerita yang disajikan.
Selain itu, pemeran teater juga menitik beratkan pada pementasan teater dramatik.
Karena teater dramatik mencoba untuk menunjukkan pementasan layaknya
kejadian yang sebenarnya.
5. Teater Gerak
Contoh seni teater yang satu ini hampir mirip dengan pantomim klasik, karena
pada teater gerak berfokus pada gerak serta ekspresi wajah. Sehingga pementasan
teater gerak jarang menggunakan dialog. Dalam pertunjukan teater gerak, tentu
menyajikan makna serta pesan tertentu yang diekspresikan dalam bentuk gerak.
Tempat pertunjukan teater Yunani pertama yang permanen dibangun sekitar 2300 Tahun
yang lalu. Teater ini dibangun tanpa atap dalam bentuk setengah lingkaran dengan tempat
duduk penonton melengkung dan berundak-undak yang disebut Amphiteater. Ribuan orang
mengujungi amphiteater untuk menonton teater-teater, dan hadiah diberikan bagi teater
terbaik. Naskah lakon teater Yunani merupakan naskah lakon teater pertama yang
menciptakan dialog diantara para karakternya.
Kebanyakan drama tragedi Yunani dibuat berdasarkan legenda. Drama-drama ini sering
membuat penonton merasa tegang, takut, dan kasihan. Drama komedi bersifat lucu dan kasar
serta sering mengolok-olok tokoh-tokoh terkenal.
Setelah tahun 200 sebelum Masehi kegiatan kesenian beralih dari Yunani ke Roma, begitu
juga Teater. Namun mutu Teater Romawi tak lebih baik daripada teater Yunani. Teater
Romawi menjadi penting karena pengaruhnya kelak pada zaman Renaisans. Teater pertama
kali dipertunjukkan di kota Roma pada tahun 240 SM. Pertunjukan ini dikenalkan oleh Livius
Andronicus, seniman Yunani. Teater Romawi merupakan hasil adaptasi bentuk teater
Yunani. Hampir di setiap unsur panggungnya terdapat unsur pemanggungan teater Yunani.
Namun demikian teater Romawi pun memiliki kebaruan-kebaruan dalam penggarapan dan
penikmatan yang asli dimiliki oleh masyarakat Romawi dengan ciri-ciri sebagi berikut :
Teater Romawi merosot setelah bentuk Republik diganti dengan kekaisaran dan lenyap
setelah terjadi penyerangan bangsa-bangsa Barbar serta munculnya kekuasaan gereja.
Pertunjukan teater terakhir di Roma terjadi tahun 533.
Dalam tahun 1400-an dan 1500-an, banyak kota di Eropa mementaskan drama untuk
merayakan hari-hari besar umat Kristen. Drama-drama dibuat berdasarkan cerita-cerita
Alkitab dan dipertunjukkan di atas kereta, yang disebut pegeant, dan ditarik keliling kota.
Bahkan kini pertunjukan jalan dan prosesi penuh warna diselenggarakan diseluruh dunia
untuk merayakan berbagai hari besar keagamaan. Para pemain drama pageant menggunakan
tempat dibawah kereta untuk menyembunyikan peralatan. peralatan ini digunakan untuk efek
tipuan, seperti menurunkan seorang aktor dari atas ke panggung.
Para pemain pegeant memainkan satu adegan dari kisah dalam Alkitab, lalu berjalan lagi.
Pegeant lain dari aktor-aktor lain untuk adegan berikutnya, menggantikannya. Aktor-aktor
pegeant seringkali adalah para perajin setempat yang memainkan adegan yag menunjukan
keahlian mereka.Orang berkerumun untuk menyaksikan drama pegeant religius di Eropa.
drama ini populer karena pemainnya berbicara dalam bahasa sehari-hari, bukan bahasa Latin
yang merupakan bahasa resmi gereja-gereja Kristen.
Selama abad ke-17, Italia berusaha mempertahankan bentuk Commedia dell’arte yang
bersumber dari komedi Yunani. Pada tahun 1575 bentuk ini sudah populer di Italia.
Kemudian menyebar luas di Eropa dan mempengaruhi semua bentuk komedi yang diciptakan
pada tahun 1600. Ciri Khas Commedia Dell’arte adalah:
- Teater Modern
Teater modern pada dasarnya merupakan proses lanjutan dari kejayaan pementasan drama
sebelumnya yang dimulai sejak zaman Yunani. Perubahan yang nampak terdapat pada
hampir seluruh unsur drama pentas. Berbagai karakter tokoh di atas pentas diekspresikan
dengan konsep pementasan modern yang memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru
dalam unsur musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek elektronik. Gaya permainannya pun
cenderung didominasi realistis hingga mengalami kejenuhan dan lebih menjurus pada gaya
permainan yang eksperimental.
Perkembangan gaya eksperimental ditandai dengan banyaknya gaya baru yang lahir baik dari
sudut pandang pengarang, sutradara, aktor ataupun penata artistik. Tidak jarang usaha para
dramawan berhasil dan mampu memberikan pengaruh seperti gaya; Simbolisme, Surealisme,
Epik, dan Absurd. Tetapi tidak jarang pula usaha mereka berhenti pada produksi pertama.
Lepas dari hal itu, usaha pencarian kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman drama
modern patut diacungi jempol karena usaha-usaha tersebut mengantarkan kita pada
keberagaman bentuk ekspresi dan makna keindahan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia
bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual
keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan
kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan
dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik
mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita
harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang
berkembang di wilayah negara kita.
Teknik adalah cara, metode dan strategi untuk memudahkan kerja dalam
sanggupan menyelesaikan suatu tugas. Terkait teknik dalam pementasan teater dapat
dipahami sebagai suatu cara dan upaya anda bersama temanteman satu kelas atau
kelompok yang dibentuk untuk terlibat dalam mempersiapkan pementasan teater yang
akan dipentaskan.
Teater tradisional sebagai salah satu bentuk pementasan ditinjau dari media yang
digunakannya, Sumardjo (2004) membaginya ke dalam; teater boneka dan teater
manusia. Teater tradisional boneka, sebagai teater yang menggunakan alat atau media
ungkapnya adalah boneka (muffet), seperti; wayang golek, wayang cepak, wayang
kulit, topeng, tuping, ondel-ondel, dst.
DAFTAR PUSTAKA
https://mbludus.com/sejarah-teater-dunia/
https://saintif.com/seni-teater-adalah/