Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SENI PERTUJUKAN TEATER

DISUSUN OLEH:
1. KINAIYA ZAHRA Z A
2. KURNIA
3. LATIFAH APRILIA D
4. NABILA SYARIF
5. NAAILA FASHA A

GURU PEMBIMBING: MISS. YESSI ANGGRAINI SP.d

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “SENI PERTUNJUKAN TEATER”.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian TEATER atau yang lebih khususnya
membahas tentang JENIS-JENIS TEATER MODERN TRADISIONAL dan CONTOH-
CONTOH TEATER dalam SENI BUDAYA Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang TEATER. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhaisegala usaha kita. Aamiin.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1

Latar Belakang…………………………………………………………………… 1

Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2

Tujuan Penulisan………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 3

Pengertian Teater ………………………………………………………………. 3

Jenis-jenis Teater ………………………………………………………………. 4

Contoh Teater Tradisional ………………………………………………….. 5

Langkah Menyiapkan Pertunjukan Teater

Fungsi Teater

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………. 12

Kesimpulan……………………………………………………………………….. 12

Saran………………………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pementasan merupakan puncak dari sebuah proses berkesenian, begitu pula dengan
pementasan teater sebagai proses puncak kreativitas seni yang dikomunikasikan kreator seni
kepada masyarakat, penontonnya melalui pementasan seni. Komunikasi di dalam teater dapat
terjadi bersifat langsung di pentas dan tidak langsung melalui media elektronik. Pementasan
teater secara langsung sifatnya sesaat, terbatas dengan waktu dan tidak bisa diulang. Adapun
pementasan teater melalui media atau perantara alat elektronik, seperti radio, televisi, media
jejaring sosial dan film layar lebar bersifat dapat diulang dan dilakukan dengan proses
perekaman. Baik, kita lanjutkan dan tekankan bahwa dalam pembelajaran pementasan teater
bersifat langsung menjadi pokok materi yang akan kita bersama-sama pelajari.

Seni teater bukan hasil kerja individu, tetapi merupakan hasil kreativitas bersama (kolektif)
dengan beberapa awak pendukung pentas. Karena itu di dalam teater perlu dibangun etos kerja
yang optimal dan saling percaya, mulai dari panitia artistik dan non artistik yang terlibat dalam
sebuah pementasan teater. Panitia artistik wilayah kerjanya adalah menata atau mengelola terkait
urusan kualitas seni yang akan dipentaskan dan ditanggungjawabi oleh seorang sutradara atau
pengarah seni teater. Wilayah kegiatan non-artistik yang ditanggungjawabi oleh seorang
pimpinan produksi (pimprod) memiliki tugas mengelola urusan produksi di luar materi seni
teater yang akan di pentaskan.

B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Teater ?
2) Jenis-jenis Teater ?
3) Contoh Teater Tradisional ?
C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan Pengertian Teater
2) Menyebutkan Jenis-jenis Teater
3) Menyebutkan Contoh Teater Tradisional

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teater

Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya
tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata
teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan didepan orang banyak. Dengan
demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya ketoprak, ludruk,
wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain
sebagainya.

Adapun pengertian teater menurut para tokoh, antara lain :

 Menurut Harymawan, 1993 : Teater merupakan manifestasi pembentukan strata


sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara
adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan
bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi
teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut
pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia
maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri
penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”.
 Menurut Bakdi Soemanto, 2001 : Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang
berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan
“drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas
menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap
satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.
Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM),
sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama”
bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang
mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau
karya sastra.
 Menurut Kasim Achmad, 2006 : Istilah Teater sekarang lebih umum digunakan
tetapi sebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas
panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya
naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastra drama dalam pertujukan
teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada
adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara
konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata
sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau
“warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara”
berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan
cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan
permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah
teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.

Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di ataspanggung
dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka
“drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.

B. Jenis Seni Teater


 Teater Rakyat (tradisional)

Pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan,
perkawinan, selamatan dan sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut
Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,

 Teater Klasik (keraton)

Segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan
yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat(penontonnya). Lahirnya
jenis teater ini dari pusat kerajaan. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek,
dan Langendriya.

 Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul,
Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern.
Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis
ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan properti lain menggunakan
teknik Barat. Teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita.
C. Contoh Teater Tradisional
 Ketoprak
Ketoprak merupakan teater tradisional yang populer di Jawa Tengah. Pada mulanya
Ketoprak hanyalah permainan orang – orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh
lesung di bulan Purnama, yang disebut gejogan.
Pada perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap.
Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan dimasukkannya musik gendang, terbang,
suling, nyanyian dan lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka
lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang sekarang kita kenal. Ketoprak pertama kali dipentaskan
sekitar tahun 1909.
 Lenong

Lenong merupakan teater tradisional Betawi yang menggunakan musik Gambang


Kromong. Lenong terbagi menjadi Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan Lenong
Denes (yang lakonnya tentang raja – raja dan pangeran) sekarang sudah jarang kita jumpai,
karena hampir tidak ada penerusnya. Pertunjukan Lenong Preman (yang lakonnya tentang
rakyat jelata) seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya dimainkan semalam suntuk.
Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan – perubahan.
Bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta (Taman Ismail Marzuki), lenong
yang tadinya hanya dimainkan di kampung – kampung, oleh SM. Ardan dibawa ke Taman
Ismail Marzuki, tapi waktu pertunjukannya diperpendek menjadi satu sampai dua setengah
jam saja.
Teater tradisional Betawi yang lain adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek dan Jipeng
(Jinong). Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng Akar, Topeng Blantek
menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang dan Jipeng atau Jinong menggunakan musik
Tanjidor.Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan sejarahnya, Lenong
mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.

 Longser

Longser merupakan teater tradisional di Jawa Barat. Menurut pendapat, kata Longser
berasal dari kata “Melong” yang berarti melihat dan “seredet” yang berarti tergugah.
Diartikan bahwa siapa yang melihat pertunjukan hatinya akan tergugah.Sebagaimana dengan
tontonan teater tradisional yang lain, tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana,
jenaka dan menghibur. Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena tanpa
dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.

 Ludruk

Ludruk merupakan teater tradisional di Jawa Timur yang bersifat kerakyatan. Asalnya
dari Jombang. Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya,
Ludruk menyebar ke daerah – daerah di sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri sampailah
ke Jawa Tengah.
Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki – laki. Cerita yang
dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui
dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan atau kidungan di dalam Ludruk
pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan oleh Cak Durasim di zaman
penjajahan Jepang, membuat Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang.

 Mamanda

Mamanda merupakan teater tradisional yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan


Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan bangsawan Malaka ke Banjar Masin, yang
ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek. Meskipun masyarakat Banjar sudah
mengenal wayang, topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan ini
mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan
berkembang lagi menjadi Bamanda atau mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata “mama”
yang berarti paman atau pakcik dan “nda” yang berarti yang terhormat. Mamanda berarti
Paman yang terhormat. Struktur dan perwatakan pada tontonan Mamanda sampai sekarang
tidak berubah. Yang berubah hanyalah tata busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.

 Arja

Arja merupakan teater tradisional di Bali. Cukup banyak bentuk teater tradisional yang
ada di Bali. Arja juga merupakan teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan
pada pertunjukan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan
oleh laki – laki, tapi pada perkembangannya lebih banyak pemain wanita, karena
penekanannya pada tari.
Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu yang bertolak dari cerita Gambuh.
Namun seiring perkembangan, dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata.
Tokoh – tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye, Condong) pelayan wanita,
Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari, mantri, dll.
 Kemidi Rudat

Kemidi Rudat merupakan teater tradisional kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun
bernuansa Melayu. Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan. Bahkan
lakon – lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama dan dialognya diucapkan dalam
bahasa Melayu.

 Kondobuleng

Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar.
Kondobuleng berasal dari kata “kondo” yang berarti bangau dan “buleng” yang berarti putih.
Yang kalau di artikan berarti bangau putih. Tontonan Kondobuleng ini mempunyai makna
simbolis.
Sebagaimana teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara
spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan dengan
gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini
adalah tidak adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung pada adegan
tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama mereka adalah perahu yang sedang
mengarungi samudera. Tapi pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.

 Dulmuluk

Dulmuluk merupakan teater tradisional di Palembang, Sumatera Selatan. Nama dulmuluk


diambil dari nama tokoh cerita yang terdapat dalam Hikayat Abdoel Moeloek. Teater
tradisional Dulmuluk ini juga dikenal dengan sebutan Teater Indra Bangsawan.
Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi dan drama sebagai bentuk
ungkapannya. Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan, karena pemain
juga menyanyikan dialog – dialognya. Humor dan banyolan sangat dominan dalam tontonan
Dulmuluk, yang memadukan unsur – unsur tari, nyanyi dan drama ini.

 Randai

Randai merupakan teater tradisional yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.
Teater Randai bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba yang berarti “cerita”. Kaba yang
berbentuk gurindam dan pantun didendangkan dengan iringan saluang, rabab, bansi dan
rebana. Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak – gerak tari yang
bertolak dari silat. Gerak – gerak silat ini disebut gelombang.
Cerita – cerita yang digarap menjadi tontonan adalah cerita – cerita lisan berupa legenda
dan dongeng yang cukup popular di tengah masyarakat. Randai adalah tontonan yang
menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama dan seni bela diri silat. Umumnya
dipertontonkan dalam rangka upacara adat maupun festival.
 Makyong

Maknyong merupakan teater tradisional yang berasal dari pulau Mantang, Riau. Pada
mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi seiring perkembangan,
kemudian dimainkan cerita – cerita rakyat, legenda dan cerita kerajaan. Makyong juga
digemari oleh para bangsawan dan para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana –
istana.
Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang)
agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi
dan musik mendominasi tontonan. Tidak seperti tontonan teater tradisional lainnya dimana
umumnya dimainkan oleh laki – laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru
perempuan. Kalau pemain laki – laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara
pemain wanita tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan
berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat disana.
D. Langkah Menyiapkan Pertunjukan Teater
 Menyusun Jadwal

Menyusun jadwal sangat penting agar pementasan suatu karya teater berhasil dan sukses.
Penyusunan jadwal kegiatan berupa jadwal latihan, jadwal persiapan properti, jadwal
pengerjaan artistik, dan lain sebagainya. Penyusunan jadwal kegiatan berhubungan erat
dengan hari, tanggal, bulan, dan jam pementasan.

 Mengelola Teknik Permainan

Teknik permainan teater mutlak harus dikuasai oleh pemain. Tiap pemain mempunyai
karakter permainan yang berbeda-beda. Hal ini akan menjadi kendala bagi jalannya
pementasan. Untuk mengatasinya adalah dengan latihan dan pendalaman karakter yang
akan diperankan.

 Mengelola Kebutuhan Pergelaran Teater

Kebutuhan Pemeran
1) Alat Rias pemain
2) Base adalah bahan dasar yang berfungsi sebagai pelindung kulit dan mempermudah
proses make-up dan pembersihan make-up. Foundation, bahan ini biasanya
memberikan dasar warna kulit. Eyebrow pencil, adalah pensil yang digunakan untuk
menebalkan dan membentuk alis. Eyelash, adalah alat untuk membentuk dan
memperindah serta melengkungkan bulu mata. Eyeshadow, adalah bahan
untukmemperindah dan memberi bentuk tiga dimensi pada kelopak mata. Lipstik,
adalah pewarna bibir. Blending, adalah bahan penyempurna riasan pada wajah.
Shadow dan highlight, adalah bahan untuk menciptakan efek pada pipi agar terlihat
lebih menonjol.
3) Pemilihan Kostum
Kostum biasanya terbagi kedalam pakaian dasar, pakaian kaki (sepatu dan kaos kaki),
pakaian tubuh (pakaian luar atau pakaian sebenarnya yang dapat dilihat oleh penonton),
aksesoris kepala (segala yang dipakai di kepala yang berfungsi sebagai hiasan termasuk
rambut palsu), serta aksesoris yang lain yang dikenakan pada bagian tubuh tertentu
seperti di bahu, di tangan di telinga dan di lutut, termasuk hiasan yang tidak dikenakan
langsung seperti payung, pedang, kipas, keris, dll.
Perlengkapan Pentas
1) Tata cahaya (Lampu)
Lampu striplight, yaitu lampu yang berderet. Lampu jenis ini memiliki dua macam,
yaitu footlight adalah lampu yang diletakkan di atas dan di bawah pentas dan bonderlight
adalah lampu yang diletakka di atas dan digantung dibelakang border. Lampu spotlight
adalah sumber sinar yang intensif memberikan sinar pada satu titik atau bidang tertentu.
Lampu floodlight adalah lampu tanpa lensa yang mempunyai kekuatan cukup besar dan
terang
2) Dekorasi
Dekorasi sangat penting bagi pelaksanaan pertunjukan dimana penonton akan
terbawa dengan suasana, dan ikut hanyut dengan situasi dan kondisi pemain.
E. Fungsi Teater
1) Teater sebagai Sarana Upacara
2) Teater sebagai Media Ekspresi
3) Teater sebagai Media Hiburan
4) Teater sebagai Media Pendidikan

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu
karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang
dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau
munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu
berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di
mana teater tradisional lahir.
Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak
terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga
menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena
baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni
teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas
karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam
hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media
penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada
semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan
mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang
begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara
Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya penulis. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon kritik
dan sarannya untuk kesempurnaan pembuatan makalah dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Durachman, Y.C. (2009). Teater Tradisional dan Teater Baru. Bandung: Sunan Ambu Press.

Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya. Yogyakarta: MSPI.
Murgiyanto, S. (1985). Manajemen Pertunjukan. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikdasmenjur.
Lokakarya Manajemen Proyek Pertunjukan Seni.

Anda mungkin juga menyukai