DISUSUN OLEH:
1. KINAIYA ZAHRA Z A
2. KURNIA
3. LATIFAH APRILIA D
4. NABILA SYARIF
5. NAAILA FASHA A
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian TEATER atau yang lebih khususnya
membahas tentang JENIS-JENIS TEATER MODERN TRADISIONAL dan CONTOH-
CONTOH TEATER dalam SENI BUDAYA Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang TEATER. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhaisegala usaha kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2
Tujuan Penulisan………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 3
Fungsi Teater
Kesimpulan……………………………………………………………………….. 12
Saran………………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pementasan merupakan puncak dari sebuah proses berkesenian, begitu pula dengan
pementasan teater sebagai proses puncak kreativitas seni yang dikomunikasikan kreator seni
kepada masyarakat, penontonnya melalui pementasan seni. Komunikasi di dalam teater dapat
terjadi bersifat langsung di pentas dan tidak langsung melalui media elektronik. Pementasan
teater secara langsung sifatnya sesaat, terbatas dengan waktu dan tidak bisa diulang. Adapun
pementasan teater melalui media atau perantara alat elektronik, seperti radio, televisi, media
jejaring sosial dan film layar lebar bersifat dapat diulang dan dilakukan dengan proses
perekaman. Baik, kita lanjutkan dan tekankan bahwa dalam pembelajaran pementasan teater
bersifat langsung menjadi pokok materi yang akan kita bersama-sama pelajari.
Seni teater bukan hasil kerja individu, tetapi merupakan hasil kreativitas bersama (kolektif)
dengan beberapa awak pendukung pentas. Karena itu di dalam teater perlu dibangun etos kerja
yang optimal dan saling percaya, mulai dari panitia artistik dan non artistik yang terlibat dalam
sebuah pementasan teater. Panitia artistik wilayah kerjanya adalah menata atau mengelola terkait
urusan kualitas seni yang akan dipentaskan dan ditanggungjawabi oleh seorang sutradara atau
pengarah seni teater. Wilayah kegiatan non-artistik yang ditanggungjawabi oleh seorang
pimpinan produksi (pimprod) memiliki tugas mengelola urusan produksi di luar materi seni
teater yang akan di pentaskan.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Teater ?
2) Jenis-jenis Teater ?
3) Contoh Teater Tradisional ?
C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan Pengertian Teater
2) Menyebutkan Jenis-jenis Teater
3) Menyebutkan Contoh Teater Tradisional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teater
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya
tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata
teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan didepan orang banyak. Dengan
demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya ketoprak, ludruk,
wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain
sebagainya.
Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di ataspanggung
dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka
“drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.
Pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan,
perkawinan, selamatan dan sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut
Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
Segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan
yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat(penontonnya). Lahirnya
jenis teater ini dari pusat kerajaan. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek,
dan Langendriya.
Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul,
Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern.
Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis
ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan properti lain menggunakan
teknik Barat. Teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita.
C. Contoh Teater Tradisional
Ketoprak
Ketoprak merupakan teater tradisional yang populer di Jawa Tengah. Pada mulanya
Ketoprak hanyalah permainan orang – orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh
lesung di bulan Purnama, yang disebut gejogan.
Pada perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap.
Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan dimasukkannya musik gendang, terbang,
suling, nyanyian dan lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka
lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang sekarang kita kenal. Ketoprak pertama kali dipentaskan
sekitar tahun 1909.
Lenong
Longser
Longser merupakan teater tradisional di Jawa Barat. Menurut pendapat, kata Longser
berasal dari kata “Melong” yang berarti melihat dan “seredet” yang berarti tergugah.
Diartikan bahwa siapa yang melihat pertunjukan hatinya akan tergugah.Sebagaimana dengan
tontonan teater tradisional yang lain, tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana,
jenaka dan menghibur. Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena tanpa
dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.
Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional di Jawa Timur yang bersifat kerakyatan. Asalnya
dari Jombang. Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya,
Ludruk menyebar ke daerah – daerah di sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri sampailah
ke Jawa Tengah.
Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki – laki. Cerita yang
dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat, yang dibumbui
dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan atau kidungan di dalam Ludruk
pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang dilantunkan oleh Cak Durasim di zaman
penjajahan Jepang, membuat Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang.
Mamanda
Arja
Arja merupakan teater tradisional di Bali. Cukup banyak bentuk teater tradisional yang
ada di Bali. Arja juga merupakan teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan
pada pertunjukan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan
oleh laki – laki, tapi pada perkembangannya lebih banyak pemain wanita, karena
penekanannya pada tari.
Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu yang bertolak dari cerita Gambuh.
Namun seiring perkembangan, dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata.
Tokoh – tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye, Condong) pelayan wanita,
Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau Prameswari, mantri, dll.
Kemidi Rudat
Kemidi Rudat merupakan teater tradisional kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun
bernuansa Melayu. Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan. Bahkan
lakon – lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama dan dialognya diucapkan dalam
bahasa Melayu.
Kondobuleng
Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar.
Kondobuleng berasal dari kata “kondo” yang berarti bangau dan “buleng” yang berarti putih.
Yang kalau di artikan berarti bangau putih. Tontonan Kondobuleng ini mempunyai makna
simbolis.
Sebagaimana teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara
spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan dengan
gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini
adalah tidak adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung pada adegan
tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama mereka adalah perahu yang sedang
mengarungi samudera. Tapi pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.
Dulmuluk
Randai
Randai merupakan teater tradisional yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.
Teater Randai bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba yang berarti “cerita”. Kaba yang
berbentuk gurindam dan pantun didendangkan dengan iringan saluang, rabab, bansi dan
rebana. Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak – gerak tari yang
bertolak dari silat. Gerak – gerak silat ini disebut gelombang.
Cerita – cerita yang digarap menjadi tontonan adalah cerita – cerita lisan berupa legenda
dan dongeng yang cukup popular di tengah masyarakat. Randai adalah tontonan yang
menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama dan seni bela diri silat. Umumnya
dipertontonkan dalam rangka upacara adat maupun festival.
Makyong
Maknyong merupakan teater tradisional yang berasal dari pulau Mantang, Riau. Pada
mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi seiring perkembangan,
kemudian dimainkan cerita – cerita rakyat, legenda dan cerita kerajaan. Makyong juga
digemari oleh para bangsawan dan para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana –
istana.
Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang)
agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi
dan musik mendominasi tontonan. Tidak seperti tontonan teater tradisional lainnya dimana
umumnya dimainkan oleh laki – laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru
perempuan. Kalau pemain laki – laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara
pemain wanita tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan
berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat disana.
D. Langkah Menyiapkan Pertunjukan Teater
Menyusun Jadwal
Menyusun jadwal sangat penting agar pementasan suatu karya teater berhasil dan sukses.
Penyusunan jadwal kegiatan berupa jadwal latihan, jadwal persiapan properti, jadwal
pengerjaan artistik, dan lain sebagainya. Penyusunan jadwal kegiatan berhubungan erat
dengan hari, tanggal, bulan, dan jam pementasan.
Teknik permainan teater mutlak harus dikuasai oleh pemain. Tiap pemain mempunyai
karakter permainan yang berbeda-beda. Hal ini akan menjadi kendala bagi jalannya
pementasan. Untuk mengatasinya adalah dengan latihan dan pendalaman karakter yang
akan diperankan.
Kebutuhan Pemeran
1) Alat Rias pemain
2) Base adalah bahan dasar yang berfungsi sebagai pelindung kulit dan mempermudah
proses make-up dan pembersihan make-up. Foundation, bahan ini biasanya
memberikan dasar warna kulit. Eyebrow pencil, adalah pensil yang digunakan untuk
menebalkan dan membentuk alis. Eyelash, adalah alat untuk membentuk dan
memperindah serta melengkungkan bulu mata. Eyeshadow, adalah bahan
untukmemperindah dan memberi bentuk tiga dimensi pada kelopak mata. Lipstik,
adalah pewarna bibir. Blending, adalah bahan penyempurna riasan pada wajah.
Shadow dan highlight, adalah bahan untuk menciptakan efek pada pipi agar terlihat
lebih menonjol.
3) Pemilihan Kostum
Kostum biasanya terbagi kedalam pakaian dasar, pakaian kaki (sepatu dan kaos kaki),
pakaian tubuh (pakaian luar atau pakaian sebenarnya yang dapat dilihat oleh penonton),
aksesoris kepala (segala yang dipakai di kepala yang berfungsi sebagai hiasan termasuk
rambut palsu), serta aksesoris yang lain yang dikenakan pada bagian tubuh tertentu
seperti di bahu, di tangan di telinga dan di lutut, termasuk hiasan yang tidak dikenakan
langsung seperti payung, pedang, kipas, keris, dll.
Perlengkapan Pentas
1) Tata cahaya (Lampu)
Lampu striplight, yaitu lampu yang berderet. Lampu jenis ini memiliki dua macam,
yaitu footlight adalah lampu yang diletakkan di atas dan di bawah pentas dan bonderlight
adalah lampu yang diletakka di atas dan digantung dibelakang border. Lampu spotlight
adalah sumber sinar yang intensif memberikan sinar pada satu titik atau bidang tertentu.
Lampu floodlight adalah lampu tanpa lensa yang mempunyai kekuatan cukup besar dan
terang
2) Dekorasi
Dekorasi sangat penting bagi pelaksanaan pertunjukan dimana penonton akan
terbawa dengan suasana, dan ikut hanyut dengan situasi dan kondisi pemain.
E. Fungsi Teater
1) Teater sebagai Sarana Upacara
2) Teater sebagai Media Ekspresi
3) Teater sebagai Media Hiburan
4) Teater sebagai Media Pendidikan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu
karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang
dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau
munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu
berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di
mana teater tradisional lahir.
Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak
terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga
menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena
baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni
teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas
karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam
hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media
penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada
semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan
mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang
begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara
Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya penulis. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon kritik
dan sarannya untuk kesempurnaan pembuatan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Durachman, Y.C. (2009). Teater Tradisional dan Teater Baru. Bandung: Sunan Ambu Press.
Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya. Yogyakarta: MSPI.
Murgiyanto, S. (1985). Manajemen Pertunjukan. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikdasmenjur.
Lokakarya Manajemen Proyek Pertunjukan Seni.