Anda di halaman 1dari 3

Teks ulasan

( Sebu )

Sejarah perkembangan teater di Indonesia


Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani theatrom yang berarti seeing
Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-
gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan
cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti
dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa
teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di
Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa
persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006)
mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu.
Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan
untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara
keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada
saat itu, yang disebut teater, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum
merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan
upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari
spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong,
randai, drama gong,arja,ubrug,ketoprak, dansebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater
tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang
masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur
teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita
yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story
(garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan
dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi
inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater
bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh
orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga
di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821
(Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).

Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya


a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan ,
bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah
pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk,
ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum
bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas
dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum
bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat
dan keraton teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan
tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk
dari kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan
diIndonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan
sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi
yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas.

Persiapan Pementasan Teater


1. Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya
disebut casting. Ada lima macam teknik casting yaitu:
Casting by ability, yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama
atau mendekati peran yang dibawakan .
Casting ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain
Antitype casting, yaitu pemilihan peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang
dibawakan (berlawanan dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan observasi
kehidupan pribadi calon pemeran
Therapeutic casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan
terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri seseorang
2. Mengadaptasikan karakter peran sesuai casting
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama.
Sejauh mana keterampilan seseorang actor dalam berperan ditentukan oleh
kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta
mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran
a. Kreasi yang dilakukan actor atau aktris
b. Peran yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari
pementasan.
d. Peran yang dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan
watak yang harus direpresentasikan.
4. Menunjukan pola permainan (blocking)
Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang harus disiapkan
oleh pemeran, yaitu:
a. Latihan tubuh
b. Latihan suara
c. Observasi dan imajinasi
d. Latihan konsentrasi
e. Latihan teknik

Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana


1) Memerankan karakterisasi peran
Karakter berkaitan erat dengan penokohan dan perwatakan. Watak tokoh
menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping.
Berdasarkan peranan terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis maupun
antagonis).
Berdasarkan peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan lakon.
Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian (protagonist dan
antagonis).
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral.
Dapat juga disebut perantara tokoh sentral (tritagonis).
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau
tambahan dari mata rantai cerita.
2). Mementaskan teater Nusantara
Pementasan teater merupakan kerja atau karya kolektif. Keberhasilan suatu pementasan
tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi juga melibatkan
berbagai unsur secara serentak dan kelompok yang mendukung pementasan.
Adapun orang-orang yang terlibat dalam pementasan:
a. Aktor atau aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang bertugas memimpin actor atau
aktris dan pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan biaya pementasan
d. Manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.
e. Penata pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di pentas,
pengaturan pentas seperti pengaturan pentas, dekorasi, Tata lampu
(lighting), tata suara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
teknis pentas
f. Penata artistic, yaitu yang mengatur secara artistic hal-hal yang
banyak berhubungan dengan pemenyasan secara langsung, seperti tata
rias, tata busana, tata musik dan efek suara.

kelemahan
Penonton kurang nyaman saat pergantian seting yang membuat penonton merasa jenuh.
Waktu blackout panggung masih terlihat samar-samar .

Kelebihan
Mengembangkan ekspresi diri , menyediakan rekreasi sehat , memperkuat daya ingatan,
mengembangkan rasa percaya diri , mengembangkan keserasian gerakan, memperluas
wawasan budaya ,

Amanat
Amanat dalam teater adalah pesan yang terkandung dalam pementasan teater . pesan yang
disampaikn dari pertunjukan teater biasanya berbeda-beda sesuai dengan bentuk dan jenis
teater. Misalnya , pesan yang terkandung dalam cerita dari mahabrata dan ramayana adalah
nasihat yang luhur , yakni perbuatan yang jahat akan kalah dengan perbuatan yang baik,
segala bentuk perjuangan yang gigih akan mendapatkan hasil yang baik dan sebagainya .

Anda mungkin juga menyukai