Anda di halaman 1dari 38

NAMA : MUHAMMAD ADIB FANANI

KELAS : BAHASA INDONESIA 1

BAB 1
ISI DAN KEBAHASAAN DRAMA

PETA MATERI

Menganalisis isi dan kebahasaan tampilan


video pementasan drama dengan kritis.

MENGANALIS
IS ISI DAN
KEBAHASAAN
DRAMA

Menyimpulkan isi dan kebahasaan tampilan


video pementasan drama dengan teliti.
MODUL 1
MENGANALISIS ISI DAN KEBAHASAAN DRAMA

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.19 Menganalisis isi dan 3.19.1 Menganalisis isi dan kebahasaan tampilan video
kebahasaan drama pementasan drama dengan kritis.
yang dibaca atau 3.19.2 Menyimpulkan isi dan kebahasaan tampilan video
ditonton. pementasan drama dengan teliti.

Pada bab yang lalu kalian telah belajar mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan
konflik dalam drama. Kini saatnya untuk menganalisis isi dan kebahasaan drama.
Pernahkah kalian melihat pementasan drama? Mungkin di antara kalian ada yang pernah,
ada pula yang belum. Nah, coba sekarang kalian amati drama sekitar tempat tinggal kalian.
Semuanya itu untuk dinikmati, dianalisis, dan diapresiasi. Sebelum kalian menganalisis, coba
cermati gambar berikut!

Ayo Amati!

Kalian akan belajar seni teater atau peran. Kalian pernah bermain drama? Coba ingat,
judul drama yang pernah kalian pentaskan?

Gambar: Pementasan drama kolosal memperingati HUT RI.


Kalian ingin melihat pementasan drama kolosal di atas? klik di URL
https://www.youtube.com/watch?v=X5fGapn1uPA
Setelah kalian melihat pementasan drama kolosal di atas. Apa pendapat kalian? Kalian
juga bisa melakukan hal yang sama. Menjadi aktor atau peran dalam satu lakon cerita.
Sebagai pemahaman awal, coba perhatikan penjelasan materi berikut!

Ayo Bacalah!

A. Pengertian Teater dan Drama


Kata teater dan drama memiliki arti yang sama. Akan tetapi berbeda pengungkapannya.
Teater berasal dari kata “theatron” bahasa Yunani. Berarti gedung atau tempat pertunjukan.
Teater selalu mengandung arti pertunjukan atau tontonan. Dalam teater tubuh sebagai unsur
utama suatu karya. Seni pertunjukan ini ditunjang unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa. Semua
terjalin dalam satu cerita di atas panggung. Teater juga bisa diartikan dua cara yaitu, dalam
arti sempit dan arti luas. Teater dalam arti luas sebagai drama. Kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan di atas pentas. Disaksikan banyak orang dan didasarkan pada
naskah tertulis. Sementara arti sempit, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di
depan banyak orang. Contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk, dan lain-lain.
Sehubungan di atas, drama juga berasal dari bahasa Yunani. “Dran” yang berarti berbuat,
berlaku, atau beraksi. Drama lebih cenderung pada pengertian seni sastra daripada seni
pertunjukan. Peristiwa atau cerita tentang manusia diangkat ke atas pentas sebagai bentuk
pertunjukan. Hal inilah yang dijadikan sebuah peristiwa teater.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa “teater” berkaitan dengan pertunjukan.
Pengejawantahan naskah drama di atas pentas. Naskah drama yang sudah dipentaskan.
Sementara “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Teater
adalah visualisasi drama. Drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh
penonton. Jika “drama” adalah lakonnya dan “teater” adalah pertunjukannya. Drama
merupakan bagian dari teater. Gambar berikut menjelaskan peta kedudukan teater dan drama.

Gambar: Peta kedudukan teater dan drama.


B. Fungsi, Tujuan Seni Teater, dan Drama
Peserta didik berkesenian teater di sekolah memiliki fungsi antara lain: (1) melatih diri
peserta didik dan orang lain, (2) melatih kekuatan penafsiran diri, (3) melatih kepercayaan
potensi diri, (4) melatih keterampilan menggunakan bahasa lisan, (5) melatih bekerja sama
dengan peserta didik lain dalam sebuah lakon, (6) melatih menemukan kebenaran, dan (7)
mengembangkan apresiasi estetik tentang konsep budaya dan seni pertunjukan.
Realisasi fungsi dan tujuan seni teater di
sekolah. Selain dimasukkan di mata pelajaran.
Kesenian juga dimasukkan dalam
ektrakrikuler. Dalam kegiatan ektra tersebut
peserta didik dapat mengasah bakat seni
peran, melestarikan budaya, dan ikut
berpartisipasi merasakan suatu peradaban.

C. Teater atau Drama sebagai Multiseni


Teater merupakan perpaduan segala macam seni atau multiseni. Artinya semua cabang
kesenian tertuang dalam seni teater meliputi seni sastra atau naskah, seni tari atau gerak, seni
musik atau illustrasi suasana, seni rupa atau dekorasi dan properti, dan seni peran atau akting.
Tubuh manusia sebagai unsur utama. Gerak unsur penunjang seperti gerak tubuh, suara,
bunyi, dan rupa. Suara berkaitan dialog antartokoh dalam pemeranan. Bunyi berhubungan
dengan bunyi benda, efek, dan musik. Bentuk seni rupa meliputi cahaya, rias, dan kostum.
Lakon sebagai penjalin cerita, noncerita, fiksi, dan narasi. Dengan demikian, teater sebagai
hasil karya seni satu kesatuan yang utuh. Antara manusia sebagai unsur utama dengan unsur
penunjang dan penjalinnya.

D. Unsur-unsur Pokok Pembentuk Teater atau Drama


Sutradara atau produser sebelum pementasan melakukan pemilihan naskah. Pemilihan
naskah harus disesuaikan dengan kontekstual peserta didik, lingkungan, dan pendanaan.
a. Naskah
Uraian tertulis yang berisi dialog antartokoh (cerita atau lakon). Naskah sebagai unsur
pokok dalam pertunjukan teater terdapat hal-hal penting seperti tema, dimensi karakter, dan
pesan moral.
 Tema ide yang mendasari cerita. Sesuatu yang diperjuangkan oleh tokoh utama.
 Dimensi karakter meliputi fisiologis ciri-ciri fisik, jenis kelamin, dan usia. Sosiologis
status sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Psikologis kecerdasan, sikap, dan mental.
 Pesan moral adalah amanat yang terkandung dalam cerita disampaikan pengarang kepada
pembaca.

b. Sutradara
Orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan keberhasilan terciptanya
pementasan teater. Sutradara dibantu oleh staf dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Oleh
karena itu, sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan
pemain. Untuk mencapai kreativitas maksimal. Mengatasi kendala teknis yang timbul dalam
proses penciptaan sebuah pertunjukan. Harymawan (1993) menjelaskan tiga tipe sutradara,
meliputi: (1) konseptor atau kreator menentukan pokok penafsiran. Mengatur dan memberi
kebebasan pemain dalam berkreasi. Mengembangkan konsep tetap pada pokok penafsiran.
(2) Diktator mengatur semuanya sesuai dengan kemauannya. (3) Koordinator sebagai
pengarah mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya. (4) Paternalis
bertindak sebagai guru yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin
anggotanya. Pembinaan kerja sutradara menyiapkan naskah, melakukan casting pemain,
menciptakan aspek akting, mempengaruhi jiwa pemain, dan mengkoordinasi setiap bagian
pertunjukan teater.

c. Pemain
Orang yang memerankan tokoh tertentu dalam naskah drama.
Pemain mempunyai wewenang membuat refleksi naskah.
Karakter Kita Merefleksikan tokoh menjadi sesuatu yang hidup. Pemain
dituntut menguasai aspek pemeranan. Dilatih secara khusus,
Peduli Lingkungan:
yaitu jasmani (tubuh atau fisik), rohani (jiwa atau
sikap dan tindakan
yang selalu berupaya emosi), dan intelektual.
mencegah dan
memperbaiki
Memindahkan lakon ke panggung melalui media pemain
kerusakan pada
lingkungan alam di tidak sesederhana mengucapkan kata-kata. Akan tetapi, harus
sekitarnya. mampu menghidupkan bahasa tulis menjadi bahasa lisan.
d. Penonton
Orang yang menyaksikan pertunjukan teater. Untuk memperoleh kepuasan batin,
kebutuhan, dan cita-cita. Dalam memandang karya seni penonton hendaklah mampu
memelihara adanya suatu objektivitas artistik. Hal ini bisa terwujud dengan menentukan jarak
estetik (aestetic distance) dengan karya seni yang dihayatinya.

E. Unsur-unsur Pendukung Pertunjukan Teater atau Drama


a. Tata panggung
Tata panggung atau scenery yaitu gambaran (background) tempat kejadian lakon atau
cerita. Diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi atau
hiasan. Akan tetapi, segala tata letak properti yang digunakan aktor disediakan oleh penata
panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan isi cerita. Keinginan artistik sutradara.
Panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan
penataan. Penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.
Panggung tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan. Interaksi antara kerja penulis
lakon, sutradara, dan aktor di hadapan penonton. Di atas panggung semua laku lakon
disajikan. Hal ini supaya penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Seni teater
memiliki tiga jenis panggung yang sering digunakan, antara lain: panggung arena, panggung
proscenium, dan panggung thrust.
1) Panggung arena: panggung yang penontonnya melingkar duduk mengelilingi panggung.

Gambar 2: Denah panggung arena dalam teater atau drama.


Penonton sangat dekat dengan pemain. Oleh karena itu, penata panggung dituntut
kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Properti yang digunakan dalam panggung arena
harus dicermati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Panggung arena biasanya dibuat
secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Intinya mendekatkan penonton dengan pemain.
Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri bagi pemain dan tata panggung.
Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi
langsung. Hal ini menjadi ciri khas teater tersebut. Pengembangan desain panggung arena
melingkar memiliki keunikannya tersendiri. Namun semua memiliki tujuan mendekatkan
pemain dengan penonton.

Gambar 3: Berbagai model panggung arena dalam teater atau drama.

2) Panggung proscenium atau panggung bingkai.


Penonton menyaksikan aktor dalam lakon. Melalui sebuah bingkai atau lengkung
proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar memisahkan wilayah akting
pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dalam hal ini,
pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Panggung
proscenium sudah lama digunakan dalam pertunjukan teater. Jarak sengaja diciptakan untuk
memisahkan pemain dan penonton. Hal ini digunakan untuk menyajikan cerita apa adanya.
Aktor dapat bermain leluasa seolah-olah tidak ada melihatnya. Pemisahan membantu efek
artistik yang dinginkan.
Gambar 4: Panggung proscenium dalam teater atau drama.

Tata panggung diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan penonton satu arah.
Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung. Dekorasi dan
perabot tidak menuntut kejelasan detail. Bentangan jarak dapat menciptakan bayangan
arstisitk yang mampu menghadirkan kesan. Kesan diolah penata panggung untuk
mewujudkan kreasi di atas panggung. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi
batas tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut.
Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif. Sangat
dimungkinkan dalam panggung proscenium. Semua yang ada di atas panggung dapat
disajikan seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar. Hal ini dapat
dihadirkan tanpa terlihat penonton posisi lampu berada. Pesona inilah yang membuat
penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang.

3) Panggung thrust
Dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Penonton duduk di sisi kanan
dan kiri panggung. Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan
proscenium.

Gambar 5: Panggung thrust dalam teater.


Penataan panggung, bagian yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting
teater presentasional Mempersembahkan permainan kepada penonton secara langsung.
Bagian belakang atau panggung atas dapat digunakan untuk memberikan gambaran lokasi
kejadian.
Jenis tata panggung ada dua macam. Tata panggung yang dapat dipindah-pindah misalnya
meja, kursi, karpet dan sebagainya). Selain itu, tata panggung yang biasa dibawa pemain
misalnya kipas, buku, sisir, dan sebagainya. Adapun pembagian area panggung dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 6: Pembagian lima belas area panggung.

Keterangan: Akn = Atas Kanan


AknT = Atas Kanan Tengah
AT = Atas Tengah
AkrT = Atas Kiri Tengah
Akr = Atas Kiri
Kn = Kanan
TKn = Tengah Kanan
T = Tengah
TKr = Tengah Kiri
Kr = Kiri
BKn = Bawah Kanan
BKnT = Bawah Kanan Tengah
BT = Bawah Tengah
BKrT = Bawah Kiri Tengah
BKr = Bawah Kiri

Pembagian panggung dalam lima belas area. Hal ini biasanya digunakan panggung
berukuran besar. Letak kanan dan kiri atau atas dan bawah ditentukan berdasar pada arah
hadap aktor ke penonton. Kanan pemain dan bukan kanan penonton dan kiri adalah kiri
pemain. Atas adalah jarak terjauh dari penonton, sedangkan bawah adalah jarak terdekat
dengan penonton. Secara umum panggung dibagi sembilan area. Yaitu tengah, tengah kanan,
tengah kiri, bawah tengah, bawah kanan, bawah kiri, atas tengah, atas kanan, dan atas kiri.
Panggung yang tidak terlalu luas jika dibagi menjadi lima belas area. Maka luas masing-
masing area akan terlalu sempit. Tidak memungkinkan pergerakan leluasa pemain maupun
properti. Pembagian sembilan area ini memudahkan sutradara dalam memberikan arah gerak
aktornya.

Gambar 7: Pembagian sembilan area panggung.

Keterangan: AKn = Atas Kanan


AT = Atas Tengah
AKr = Atas Kiri,
TKn = Tengah Kanan
T = Tengah
TKr = Tengah Kiri
BKn = Bawah Kanan
BT = Bawah Tengah
BKr = Bawah Kiri
b. Tata rias
Setelah kalian mengetahui panggung. Mari belajar tentang tata rias. Tata rias diartikan
sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias mengubah
wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. Tokoh dalam teater memiliki karakter berbeda-
beda. Penampilan tokoh yang berbeda membutuhkan rias sesuai karakternya. Tata rias dalam
teater meliputi: (1) menyempurnakan penampilan wajah, (2) menggambarkan karakter tokoh,
(3) memberi efek gerak ekspresi pemain, (4) menegaskan gari wajah sesuai karakter tokoh,
dan (5) menambah aspek dramatik.
Jenis tata rias meliputi tata rias korektif, fantasi, dan karakter. Tata rias korektif
merupakan bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan. Menyembunyikan kekurangan
dan menonjolkan hal-hal yang menarik dari wajah. Tata rias fantasi untuk karakter tokoh
khusus. Dalam hal ini, mengubah wajah tidak realistik. Tata rias fantasi menggambarkan
tokoh-tokoh yang tidak riil. Keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata. Tata
rias fantasi beragam, mulai dari badut, tokoh horor, dan binatang.

Gambar 8: Tata rias opera Cina.

Gambar 9: Tata rias kabuki. Gambar 10: Tata rias karakter.


Tata rias karaker adalah mengubah penampilan wajah seseorang. Dalam hal umur, watak,
bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus pada tokoh. Tata rias karakter tidak sekedar
menyempurnakan. Akan tetapi, mengubah tampilan wajah. Contohnya, mengubah umur
pemeran dari muda menjadi lebih tua. Adapun bahan tata rias meliputi: (1) cleanser atau
pembersih fungsinya membersihkan wajah dari kotoran, (2) toner atau penyegar berfungsi
menyegarkan wajah, (3) concealer berbentuk krim, compact, dan stik yang berfungsi untuk
menyamarkan sekaligus menutup kekurangan, (3) foundation atau alas bedak berfungsi
memberikan efek mulus pada wajah, (4) losse powder atau bedak tabur fungsinya
menyempurnakan pori-pori yang terbuka, (5) compact powder atau bedak padat berfungsi
lebih menyempurnakan wajah, (6) blush on atau pemerah pipi berfungsi memberikan rona
merah pipi, sehingga tampil lebih segar dan berseri, (7) kosmetik bibir digunakan membentuk
dan memperindah bibir dan mata, dan (8) body painting atau bahan yang bersifat opak
(menutup) berfungsi pula untuk melukis badan
Tambahan pula peralatan tata rias meliputi: (1) sikat alis berfungsi merapikan alis, (2)
sikat bulu mata berfungsi membersihkan bulu mata dan menyempurnakan maskara yang
tidak rata, (3) kuas alis berfungsi membaurkan pensil alis atau eye shadow yang telah
diaplikasikan terlihat rapi dan natural, (4) kuas eyeliner berfungsi melukis garis mata, (5)
kuas bibir digunakan mengaplikasikan pewarna bibir dan lipgloss, (6) kuas concealer
berfungsi mengaplikasikan noda di wajah, (7) kuas eye shadow fungsinya membentuk garis
dan memadukan warna setelah diaplikasikan, (8) kuas kipas membersihkan serpihan
kosmetik yang mengotori wajah, (9) kuas shading berfungsi mengaplikasikan shading pada
bagian wajah yang bersudut, seperti hidung atau rahang, (10) kuas blush on berfungsi
mengaplikasikan blush on pada pipi atau bagian wajah lainnya, (11) kuas powder untuk
mengaplikasikan losse, menyatukan bahan rias agar terpadu dengan lebih sempurna, (12)
velour powder puff untuk mengaplikasikan bedak tabur dan kecil, (13) spon wajik berfungsi
meratakan concealer atau foundation pada bagian wajah, (14) spon bundar berfungsi
mengaplikasikan foundation, (15) pinset berfungsi mencabut bulu alis dan mengaplikasikan
bulu mata palsu, (16) gunting berfungsi merapikan alis, kumis, dan jenggot, (17) pencukur
alis berfungsi membentuk alis, dan (18) penjepit bulu mata berfungsi untuk melentikkan bulu
mata.

c. Tata busana
Tata busana adalah segala pakaian dan perlengkapan yang digunakan pemain di atas
pentas. Jenis-jenis tata busana meliputi pakain dasar, pakaian kaki, pakaian tubuh, pakaian
kepala. Perlengkapan atau aksesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung, dan gelang. Busana
dalam teater memiliki fungsi yang lebih luas, yaitu.
 Mencitrakan keindahan penampilan: bentuk ekspresi untuk tampil lebih indah dari pakaian
sehari-hari.

Gambar 11: Membedakan satu pemain dengan pemain yang lain.

Gambar 12: Menggambarkan karakter tokoh.

Gambar 13: Memberikan efek gerak pemain.


d. Tata cahaya
Tata cahaya adalah pemanfaatan efek pencahayaan di atas pentas. Fungsi cahaya ada
empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
 Penerangan: lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek di atas panggung.
Tidak semua area panggung diberi penerangan yang sama. Akan tetapi, diatur dengan
tujuan dan maksud tertentu. Hal ini menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui
laku aktor di atas pentas.
 Dimensi: dengan tata cahaya ke dalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi
diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari. Membantu
perspektif tata panggung. Pengaturan tingkat intensitas cahaya. Pemilahan sisi gelap dan
terang maka dimensi objek akan muncul.
 Pemilihan: tata cahaya dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak diberi
pencahayaan. Sutradara dalam tata panggung dapat menentukan cahaya. Dalam teater,
penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung. Untuk memberikan fokus
perhatian pada area atau aksi sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan tidak hanya
berpengaruh bagi perhatian penonton. Tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta
keindahan tata panggung yang dihadirkan.
 Atmosfir: fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang
mempengaruhi emosi penonton. Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang
dikehendaki oleh lakon. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari.
Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas.
Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya.

Gambar 18: Interaksi fungsi tata cahaya.


Sementara itu, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara
berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat
ditemukan dalam tata cahaya:
 Gerak: tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak.
Berpindah dari satu area ke area lain, dari satu objek ke objek lain. Gerak perpindahan
cahaya terkadang perubahannya disadari atau tidak oleh penonton. Jika perpindahan
cahaya dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang berbeda. Penonton dapat melihatnya
dengan jelas. Akan tetapi, pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah
berlangsung terkadang tidak disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana
yang berbeda melalui perubahan cahaya.
 Gaya: cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan. Gaya realis atau naturalis yang
mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti
matahari, bulan atau lampu meja. Sementara itu, pementasan komedi atau dagelan tata
cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang tinggi. Setiap gerak lucu yang dilakukan
oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.
 Komposisi: cahaya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui
tatanan warna yang dihasilkannya.
 Penekanan: tata cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek
yang dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton,
sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang
tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan. Hal ini supaya menarik
perhatian penonton dan menimbulkan pertanyaan. Membuat penonton ingin tahu maksud
dari hal tersebut.
 Pemberian tanda: cahaya berfungsi memberi tanda selama pertunjukan berlangsung.
Misalnya, fade out untuk mengakhiri sebuah adegan. Fade in untuk memulai adegan.
Black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out
biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set.
Gambar 19: Dimensi dan komposisi tari dalam teater tradisional.

e. Tata suara
Tata suara adalah penggunaan bunyi atau suara. Suara dalam pementasan teater untuk
lebih menghidupkan suasana. Metode menciptakan suara dalam seni teater adalah bunyi
rekaman, bunyi dengan suara manusia, dan bunyi mekanis (tiruan). Contoh membuat bunyi
mekanis di antaranya:
 Bunyi pintu: umumnya bila pintu dibuka dan ditutup akan terdengar bunyi grendel dan
benturan daun pintu. Peserta didik dapat membuat bunyi tiruan pintu dari kotak kecil yang
dilengkapi dengan grendel. Jika diletakkan di dekat mikrofon, maka akan menyerupai
bunyi yang sesungguhnya.
 Bunyi jam: gunakan kotak dari logam. Gunakan pulpen atau alat keras lainnya. Gerakkan
ke kiri dan ke kanan akan menghasilkan suara seperti jam.
 Bunyi kebakaran dan hujan: kertas selofan digosok-gosok atau diremas-remas di dekat
mikrofon.

f. Musik Ilustrasi
Efek bunyi dapat membantu pemain untuk lebih menghayati perannya. Fungsi musik
ilustrasi memberi penekanan pada suasana cerita sedih, gembira, mencekam, dan sebagainya.
Memberi gambaran terhadap suasana tempat dan mewakili karakter tokoh.

F. Istilah-istilah dalam Teater atau Drama


Istilah-istilah dasar teater yang harus diketahui peserta didik, antara lain:
a) Prolog: pengantar pertunjukan teater yang disampaikan oleh seorang narator. Prolog
berisikan lakon, perkenalan tokoh dan perannya, serta konflik yang akan terjadi di
panggung.
b) Epilog: penutup pertunjukan teater yang disampaikan oleh seorang narator. Epilog
biasanya berupa kesimpulan atau amanat yang bisa diambil dari pertunjukan teater yang
disajikan.
c) Dialog: percakapan antarpemain dalam pertunjukan teater. Dialog harus disertai penjiwaan
emosional dan pelafalannya harus jelas dan cukup keras. Dalam hal ini supaya dialog
tersebut terdengar oleh penonton.
d) Monolog: percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri, hanya satu aktor yang
tampil di pentas.
e) Babak: bagian episode yang terdiri dari beberapa adegan.
f) Sutradara: orang yang mengkoordinasi semua unsur (artistik dan nonartistik) dalam
pertunjukan teater.
g) Peran utama: pemain yang menggerakkan dan memperjuangkan tema cerita.
h) Mimik: ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami
pemain.
i) Gesture: gerak gerik besar meliputi: gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh yang
dilakukan pemain.
j) Bloking: aturan berpindah tempat satu ke tempat yang lain agar penampilan pemain tidak
menjemukan.
k) Adegan: bagian dari babak yang menggambarkan satu suasana. Setiap terjadi pergantian
adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting cerita.

Gambar 20: Contoh adegan dalam teater.


l) Gait: berbeda dengan bloking karena diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan
cara bergerak pemain.
m) Akting: gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang
dimainkan.
n) Aktor: orang yang melakukan akting yaitu pemain drama. Untuk aktor wanita disebut
sebagai aktris.
o) Improvisasi: gerakan atau ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan peran.
p) Ilustrasi: iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang digambarkan. Ilustrasi
juga disebut musik pengiring.
q) Kontemporer: lakon atau naskah yang tidak terikat aturan.
r) Skenario: susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain atau
aktor.
s) Panggung: tempat para aktor memainkan drama.
t) Layar: kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan
kebutuhan.
u) Peran pembantu: pemain yang mendukung pemeran utama dalam menggerakkan tema
cerita.
v) Petunjuk teknis: kalimat penanda khusus pada naskah drama yang membantu pekerja
artistik dalam memahami tema cerita.
w) Pekerja seni: semua orang yang terlibat dalam pertunjukan teater.
Dalam pementasan teater atau drama, terdapat 6 pembagian petak panggung, yaitu:

1 2 3

4 5 6

Penonton

Gambar 21: Contoh blocking sederhana dalam teater atau drama.


 Penjelasan petak 1
1. Diam
2. Pasif
3. Menunggu
4. Cahaya gelap

 Penjelasan petak 2
1. Diam
2. Aktif
3. Menuggu
4. Cahaya terang

 Penjelasan petak 3
1. Aktif
2. Murka, mengerikan/horor
3. Kreatif (dalam improvisasi dan moving)
4. Cahaya: merah, merah + biru

 Penjelasan petak 4
1. Aktif
2. Bahagia
3. Kreatif
4. Cahaya berwarna kuning

 Penjelasan petak 5
1. Aktif
2. Kreatif
3. Seluruh karakter
4. Seluruh cahaya
5. Bisa dijadikan memulai dan mengakhir lakon dalam satu pementasan.

 Penjelasan petak 6
1. Aktif
2. Kreatif
3. Murka, sedih, cemburu
4. Cahaya: merah, merah + kuning, merah + biru, atau kuning + biru

Sehubungan hal di atas, untuk menambah pemahaman kalian tentang bloking dan
movement perhatikan penjelasan berikut:
 Tokoh-tokoh yang berada pada petak 1, tidak diperkenankan akting.
 Tokoh pada petak 2 diperbolehkan akting dalam hal ekspresi, namun tidak diperkenankan
akting berbicara.
 Petak 3 merupakan tempat keluar masuknya tokoh antagonis.
 Petak 4 hanya boleh ditempati oleh tokoh-tokoh berkarakter penyabar, penyayang,
periang, dan sebagainya.
 Petak 4 merupakan kebalikan dari petak 6.
 Petak 5 merupakan pusat terjadinya konflik dan dapat ditempati oleh berbagai karakter.
Selain itu, petak ini bisa digunakan untuk memulai dan mengakhiri pementasan.
 Warna cahaya dapat menjelaskan perasaan yang dialami oleh seorang tokoh, contoh:
warna kuning berarti bahagia, merah+kuning (orens) berarti cemburu, dan sebagainya.
 Catatan tambahan: khusus dalam pembacaan puisi, petak yang tidak berfungsi adalah
petak 1, 2, dan 3.

G. Isi dalam Drama yang Dibaca atau Ditonton


“Bercerita tentang apakah drama ‘Panembahan Reso’ di atas? Jawaban atas pertanyaan
tersebut mengarah pada isi atau tema drama tersebut. Adapun yang dimaksud dengan tema
adalah gagasan umum dalam suatu drama yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca
atau penonton. Tema juga dapat diartikan sebagai inti atau ide dasar sebuah drama. Dari ide
dasar itulah kemudian drama itu terbangun. Tema merupakan pangkal tolak pengarang atau
sutradara dalam merangkai cerita yang diciptakannya. Tema drama merujuk pada sesuatu
yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Berdasarkan
keluasan tema itu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni tema utama dan tema
tambahan.
1. Tema utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama.
2. Tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung
tema utama.
Tema-tema itu biasanya tidak disampaikan secara eksplisit. Setelah menyaksikan seluruh
adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan drama, kita akan dapat menemukan tema
drama itu. Kita harus menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang
ditampilkan. Walaupun tema dalam drama itu cenderung “abstrak”, kita dapat menunjukkan
tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat
ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau rangkaian adegan
yang saling terkait.

H. Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Disimak


Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog kalimat-kalimat yang
tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.
Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula pada bagian prolog dan epilognya. Fitur-fitur
kebahasaan pada drama memang memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama pun
menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan
banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Lain halnya dengan
bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga
digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada contoh teks drama di atas bahwa kata-
kata ganti yang dimaksud adalah saya, kami, kita, Anda. Adapun kata sapaannya adalah
panembahan. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering
kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di
dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-
kalimat seru, suruhan, pertanyaan.
Berikut contoh-contohnya.
• Ah, ya!
• Ampun seribu ampun!
• Bagus! Bagus!
• Atas dasar kekuatan!
• Jangan khawatir
• Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan.
• Sri .... Ratu Dara?
• Bagaimanakah keadaan mereka?

Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.


1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).
Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh.
Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat,
atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
BAB 2
DEMONSTRASI NASKAH DRAMA

PETA MATERI

Merancang sebuah naskah drama


memperhatikan isi dan kebahasaan
dengan kreatif.

MENDEMONS
TRASIKAN
SEBUAH
NASKAH
DRAMA

Mendemonstrasikan sebuah naskah drama


memerhatikan isi dan kebahasaan dengan
bekerja sama.
MODUL 1
MENDEMONSTRASIKAN NASKAH DRAMA

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

4.19 Mendemonstrasikan 4.19.1 Merancang sebuah naskah drama memperhatikan isi


sebuah naskah drama dan kebahasaan dengan kreatif.
dengan memerhatikan 4.19.2 Mendemonstrasikan sebuah naskah drama
isi dan kebahasaan. memerhatikan isi dan kebahasaan dengan bekerja
sama.

Materi Pembelajaran

A. Perencanaan Pementasan Seni Teater Tradisional


Perencanaan yang baik akan menghasilkan
pertunjukan yang baik juga. Berbagai unsur
pertunjukan harus dirancang dengan sebaik-
baiknya. Mulai merancang bentuk pementasan,
merancang naskah, merancang musik, merancang
rias dan kostum, merancang tari, merancang
pencahayaan (lighting), merancang properti, dan
merancang panggung. Dalam perencanaan
pementasan dituntut kreatifitas dan kerjasama
sutradara dan kru dalam menuangkan gagasan.
Dalam hal ini, untuk mendapatkan gagasan harus banyak menyaksikan dan mengapresiasi
berbagai pertunjukan teater tradisional. Hal-hal berikut harus diperhatikan ketika perencanaan
pementasan teater tradisional:
1) Merancang bentuk pementasan
Bentuk teater tradisional yang ada di Indonesia beragam seperti lenong, ludruk, makyong,
mamanda, ketoprak, wayang wong, dulmuluk, longser, dan sebagainya.
2) Merancang naskah
Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon yang akan dipentaskan. Naskah
teater tradisional dapat dikembangkan dari cerita rakyat, hikayat, mite, legenda masyarakat di
suatu daerah tertentu.
3) Merancang musik
Musik dalam pertunjukan teater tradisional sangat penting. Musik berfungsi sebagai unsur
untuk memeriahkan suasana pertunjukan secara keseluruhan. Selain itu, musik juga memberi
penguatan pada setiap penampilan pemain dalam teater tradisional.
4) Merancang rias dan kostum
Tata rias adalah seni merias wajah dan tubuh pemain. Rias wajah berkarakter, rias wajah
usia dengan tujuan menghidupkan tokoh yang akan diperankannya. Tata kostum adalah
pengaturan kostum pemain yang tepat. Dalam hal ini, tata kostum membantu penonton untuk
menangkap karakteristik sebuah peran dan keterkaitannya dengan isi cerita.
5) Merancang tari
Tari dalam teater tradisional sangat penting. Selain melestarikan budaya lokal suatu
daerah. Tari juga mampu memeriahkan suasana, penguatan penampilan pemain, dan
menambah nilai estetika pertunjukan teater tradisional.
6) Merancang pencahayaan (lighting)
Penataan cahaya di atas panggung harus disesuaikan dengan keadaan panggung. Penata
cahaya menggunakan beberapa buah lampu untuk menerangi panggung. Intensitas
pencahayaan dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan. Warna pencahayaan dapat diubah sesuai
kebutuhan dengan kaca atau plastik filter. Lampu merah menggambarkan amarah, emosi,
angkuh. Lampu biru menggambarkan kesedihan atau ritual. Lampu hijau menggambarkan
ketenangan atau kedamaian. Lampu netral menggambarkan semua karakter tokoh.
7) Merancang properti dan panggung
Tata panggung adalah pengaturan panggung untuk pertunjukan teater. Penata panggung
harus menguasai warna dan komposisi. Menata properti warna tertentu di panggung.
Sementara itu, properti dan setting dirancang seefektif mungkin. Dalam hal ini, properti dan
setting dirancang sesuai dengan tuntutan dan fungsi pertunjukan. Semua perencanaan dibuat
detail untuk membuat nyaman pemain. Menarik bagi penonton serta estetika sebuah
pertunjukan.

Ayo Berlatih!

B. Latihan Dasar Teater


Latihan dasar teater bermaksud untuk mengembangkan dan meningkatkan kelenturan
tubuh serta kualitas suara pemain. Kedua hal tersebut merupakan modal dasar bagi calon
pemain drama sebelum dia berakting dan berdialog.
Latihan dasar teater dapat dilakukan di dalam ruangan atau di alam terbuka. Pemilihan
tempat disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia dan tujuan latihan. Keuntungan latihan
yang dilakukan di ruang yaitu peserta latihan terlindung dari cuaca alam yang kurang
menguntungkan. Misalnya panas matahari yang menyengat, hujan, angin kencang, atau
gangguan lingkungan bising atau berisik.
Sehubungan hal di atas, alam terbuka juga baik untuk latihan dasar. Misalnya halaman
kampus, sekolah, tepi pantai, arena perkemahan, di pinggir sungai atau di tepi danau.
Keuntungan latihan di alam terbuka, yaitu peserta leluasa bergerak, dapat menghirup udara
segar, terlatih mengabaikan gangguan konsentrasi dan suasana lebih rileks. Latihan dasar
drama atau teater dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Latihan meditasi
Meditasi adalah latihan mengosongkan pikiran dan perasaan. Beban kehidupan sehari-hari
yang dapat mengganggu konsentrasi pemain sebelum berlatih drama. Cara meditasi dapat
dilakukan sebagai berikut:

Gambar 32: Contoh meditasi dalam teater.

 Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Duduk bersila dan badan usahakan
tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang atau ruangan pada rongga tubuh
sebelah dalam.
 Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan
perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
 Kosongkan pikiran kalian. Kemudian rasakan suasana yang ada di sekeliling dengan
segala perasaan. Kalian akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak
bergerak. Kalian menyuruh syaraf untuk lelap. kemudian kalian siap untuk berkonsentrasi.
 Perhatikan aba-aba dari ketua kelompok atau guru. Pelatih dalam meditasi bisa memberi
aba-aba misalnya dengarkan suara burung, dengarkan suara angin, suara mobil, dengarkan
suara yang paling jauh hingga dekat. Rasakan terpaan angin, suhu udara. Hangatnya sinar
matahari yang menerpa kulit wajah kalian. Kemudian tinggalkan perasaan dan beban
pikiran yang sedang kalian hadapi. Persiapakan diri untuk berlatih. Setiap orang
membutuhkan waktu yang berbeda untuk mediatasi. Kegiatan meditasi diakhiri dengan
menarik napas panjang.
 Meditasi menyiapkan calon pemain mengenal, memahami, menghayati serta
mengekspresikan peran dengan tepat.
 Latihan meditasi dilanjutkan dengan latihan kendala fisik dan psikologi dengan cara
berlari-lari kecil, atau lari di tempat selama 5 menit.

2. Latihan tubuh dan gerak dasar


Olah tubuh bisa juga dikatakan senam. Sangat perlu dilakukan sebelum kalian
mengadakan latihan atau pementasan. Kalian olah tubuh akan memperoleh kondisi yang
maksimal. Melatih atau melemaskan otot-otot supaya elastis, lentur, luwes. Supaya tidak ada
bagian tubuh kalian yang kaku selama latihan. Pelaksanaan olah tubuh:
 Perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera kalian. Segala rahmat yang
dianugerahkan tuhan dan memakai rasa. Perhatikan seluruh tubuh kalian. Mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Semua merupakan rakhmat Tuhan yang diberikan kepada
kalian.
 Sekarang mari gerakkan tubuh kalian. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke
belakang, ke kiri, dan ke kanan. Ingat kepala atau leher dalam keadaan lemas. Seperti
orang mengantuk. Putar kepala pelan-pelan dan rasakan lekukan-lekukan di leher, mulai
dari muka. Kemudian ke kiri, ke belakang, dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan
berkali-kali. Ingat, pelan-pelan dan rasakan!
 Putar bahu ke arah depan berkali-kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih
dahulu. Baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak. Putar bahu kanan ke arah
depan. Sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan
keseluruhan. Lakukan berkali-kali. Pertama tangan kanan dahulu. Kemudian tangan kiri,
baru bersama-sama.
 Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, dan belakang serta sebaliknya. Ambil posisi berdiri
yang sempurna. Lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan
sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh
kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
 Dilanjutkan dengan latihan peregangan. Supaya sendi tubuh lebih lentur. Suhu tubuh yang
merata. Denyut nadi yang teratur. Kelenturan persendian diperlukan awal untuk latihan
gerak dasar. Latihan diakhiri dengan melompat dan berteriak keras. Untuk melepaskan
kendala psikologis. Misalnya rasa malu, kikuk, ragu-ragu dan takut. Dengan demikian,
gerak-gerak yang dilakukan lebih alamiah, wajar, dan spontan.
Dalam teater, kalian mengenal gerak dasar yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1)
Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kalian hanya boleh
bergerak bebas. Mulai dari tempat kalian berpijak. Sampai pada batas kepala. (2) Gerak dasar
tengah: posisi kalian saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kalian diperbolehkan
bergerak. Mulai dari bawah sampai di atas kepala. (3) Gerak dasar atas: di sini kalian boleh
bergerak bebas tanpa ada batas.

Gambar 33: Contoh gerak dalam pementasan teater.

Pemain dalam melakukan gerak-gerak dasar di atas. Kalian dituntut untuk berimprovisasi.
Menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah, dan artistik. Untuk itu, kalian harus melakukan
beberapa macam latihan, antara lain:
 Latihan cermin: Dua orang berdiri saling berhadap-hadapan. Salah seorang membuat
gerakan dan yang lain menirukannya. Persis seperti apa yang dilakukan temannya. Seolah-
olah berdiri di depan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
 Latihan gerak dan tatap mata: Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata
kedua orang tadi saling menatap. Seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa
yang akan digerakkan nanti.
 Latihan melenturkan tubuh: Berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang yang lain
membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga
sebelum dijatuhkan lengan atau tangan diputar-putar terlebih dahulu.
 Latihan gerak bersama: Buatlah kelompok yang terdiri minimal 3 orang. Setiap kelompok
memilih seorang di antara mereka. Untuk melakukan gerak yang harus ditiru dan diikuti
oleh yang lain. Semua mengikuti gerak dari gerak yang besar ke gerak kecil. Dari gerak
lambat sampai cepat. Perlu dilakukan berbagai bentuk gerakan yang bersifat variatif dan
imajinatif. Sehingga gerak terus berkembang dan bermacam-macam. Kemudian setelah
posisi penggerak utama diganti dengan yang lain.
 Latihan gerak mengalir: Beberapa orang dalam satu kelompok saling bergandengan
tangan. Kemudian salah seorang melakukan gerakan tangan, tubuh, dan kaki. Siswa yang
lain mengikuti gerakan tangan tersebut. Ini dilakukan dengan mata tertutup dan
konsentrasi penuh. Mengikuti gerakan dengan tetap berpegangan tangan dan sikap
mengalir.

3. Latihan vokal dan pernafasan


Seorang pemain teater yang baik. Dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik. Kriteria
vokal yang baik meliputi: (1) dapat terdengar dalam jangkauan penonton. Sampai penonton,
yang paling belakang. (2) Jelas artikulasi atau pengucapan yang tepat. (3) Tersampaikan
pesan dialog yang diucapkan. (4) Tidak monoton. Banyak cara yang dilakukan untuk melatih
vokal, antara lain:
 Tariklah nafas, lantas keluarkan lewat mulut
sambil menghentakan suara “wah…” dengan
energi suara. Lakukan ini berulang kali.
 Tariklah nafas, lantas keluarkan lewat mulut
sambil menggumam “mmm…mmm…” (suara
keluar lewat hidung).
 Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan
dengan suara mendesis,”ssss…….”
 Hirup udara banyak, kemudian keluarkan vokal
“aaaaa…….” sampai batas nafas yang terakhir.
Nada suara jangan berubah.
 Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun
(dalam satu tarikan nafas).
 Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
 Keluarkan suara vokal “a i u e o”, “ai ao au ae ”, “oa oi oe ou”, “iao iau iae aie aio aiu
oui oua uei uia…” dan sebagainya.
 Berteriaklah sekuat-kuatnya sampai ke tingkat histeris.
 Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari,
berputar putar, dan berbagai variasi lainnnya.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan pemain, antara lain:
1) Pernafasan dada
Kalian menyerap udara. Kemudian masukkan ke rongga dada. Hingga dada kalian
membusung. Di kalangan orang teater pernafasan dada biasanya tidak dipergunakan. Hal ini
karena kapasitas dada untuk udara sangat sedikit. Selain itu, juga dapat mengganggu gerak
atau akting kalian. Oleh karena bahu menjadi kaku.
2) Pernafasan perut
Kalian hisap masukkan ke dalam perut. Sehingga perut kalian menggelembung,
Pernafasan perut dipergunakan oleh sebagian pemain. Oleh karena tidak banyak mengganggu
gerak. Selain itu, daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
3) Pernafasan lengkap
Kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara. Hingga udara yang kalian
serap sangat banyak (maksimum). Pernafasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis
panggung. Biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
4) Pernafasan diafragma
Kalian mengambil udara dan diafragma mengembang. Kalian rasakan dengan
mengembangnya perut, pinggang. Bahkan bagian sebelah atas pinggul kalian juga turut
mengembang. Banyak orang teater mempergunakan pernapasan diafragma. Oleh karena tidak
banyak mengganggu gerak. Daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan
perut.

Adapun cara melatih pernafasan sebagai berikut:


 Pertama kalian menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada.
Kemudian turunkan ke perut. Sampai di situ napas kalian tahan. Dalam keadaan demikian
tubuh kalian gerakkan turun. Sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah,
lalu naik lagi ke posisi semula. Barulah napas kalian keluarkan kembali.
 Cara kedua menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
 Cara berikutnya menarik napas dalam dalam. Kemudian keluarkan lewat mulut mendesis,
menggumam, ataupun cara lain.
 Catatan: latihan pernafasan dasar kecukupan oksigen pada paru-paru nafas panjang.
Keteraturan masuknya udara dari paru-paru membantu calon pemain mengembangkan
kualitas suara. Hingga memiliki suara yang jenih dan lantang. Kualitas suara baik dan
artikulasri yang benar merupakan persyaratan aktor. Untuk memainkan dialog dalam peran
yang dipentaskan. Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kalian gunakan.
Maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

4. Latihan karakterisasi dan imajinasi


Karakterisasi adalah usaha untuk menampilkan tokoh yang diperankan. Tokoh drama
adalah orang berkarakter. Pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari
tokoh yang diperankannya dengan tepat. Adapun untuk melatih karakteristik dapat dipakai
cara sebagai berikut:

Gambar 34: Contoh karakterisasi.

 Seorang pemain menirukan gerak-gerak dasar yang dilakukan oleh pengemis, kakek, anak
kecil, pemabuk, orang buta, dan sebgainya. Dalam hal ini, dimaksud dengan gerak dasar
yaitu ciri-ciri khas satu tokoh.
 Dua orang atau lebih berdiri dan berkonsentrasi. Kemudian salah satu memberi perintah
kepada temannya. Bertindak atau berlaku sebagai tokoh yang diceritakan. Untuk
membantu memberi suasana dan dapat memakai musik pengiring.
Imajinasi adalah suatu cara menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada.
Imajinasi obyek benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah kalian tidak hanya
selalu menggantungkan diri. Sebagai latihan dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
Gambar 35: Contoh imajinasi.

 Sebutkan sebanyak mungkin benda yang terlintas di otak kalian. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
 Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kalian. Kemudian bayangkan dan
sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dan sebagainya.
 Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya,
menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya,
letaknya, dan sebaginya. Memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
 Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil
rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin,
kasar, dan sebagainya.
 Catatan: Akting atau gerak pemeran pementasan dapat dilakukan dengan baik. Jika
didukung kemampuan imajianasi yang tepat. Kemapuan imajinasi ekspresi dikembangkan
internal pemeran dengan memahami ciri-ciri tokoh yang diperankan.

5. Latihan respon
Respons terhadap gerak, dialog, dan situasi dalam pementasan. Dilakukan aktor untuk
memperoleh kontinuitas dialog. Keterhubungan adegan secara wajar. Penajaman konflik dan
pengembangan cerita secara keseluruhan. Respon bisa dilakukan secara verbal gerak
individual kelompok. Ketepatan respon berguna untuk membangun adegan yang dapat
menyampaikan pesan atau amanat naskah secara utuh.
Ayo Cermati!

C. Aktor dan Teknik Bermain Teater


Endraswara (2011:57-59) memaparkan menjadi aktor adalah idaman. Namun tidak
gampang menjadi aktor yang sukses. Menurut Edward A. Wright (dalam Endraswara) ada
lima syarat yang harus dimiliki oleh seorang aktor, meliputi:
(1) Sensitif: artinya memiliki kepekaan emosional, mudah terangsang, dan langgeng sasmita.
(2) Sensibel: artinya berpikiran sehat, bijaksana dalam gerak, memiliki kata meneduhkan
suasana.
(3) Kualitas personal yang memadai: artinya kepribadian yang pantas dicontoh dan tidak
vulgar.
(4) Daya imajinasi yang kuat: artinya mampu membangun dunia dan mengingatkan tokoh
secara imajiner.
(5) Stamina fisik dan mental yang baik: artinya sehat jasmani, rokhani, dan tidak cacat fisik
maupun cacat artikulasi.
Sehubungan hal di atas, bermain teater tradisional tidak jauh berbeda dengan teater pada
umumnya. Dalam hal ini, yang membedakan adalah sebelum teater tradisional dimulai harus
ada unsur tarian, iringan musik tradisional, dan kidung pembuka. Berikut contoh kidung
sederhana:

Kidung pembuka
THOK OTHOK OTHOK
OBLOK OBLOK OBLOK
THOK OTHOK OTHOK
OBLOK OTHOK OBLOK

Isi kidung
Pancen wolak-waliking zaman
Amenangi zaman edan
Ora edan ora kumanan
Sing waras padha nggagas
Wong tani padha ditaleni
Wong dora padha ura-ura
Ukuman ratu ora adil
Akeh pangkat jahat jahil
Kelakuan padha ganjil
Sing apik padha kepencil
Akarya apik manungsa isin
Luwih utama ngapusi

Penutup kidung
Beja-bejane sing lali
Isih beja kang eling lan waspada

Tidak ada teknik bermain drama atau teater yang baku. Seluruh permainan drama atau
teater berusaha untuk mencari bentuk yang paling bagus. Teater bagi peserta didik tentu
sedikit berbeda dengan teater keluarga ataupun masyarakat. Teater bagi peserta didik harus
mempertimbangkan syarat seni. Syarat tersebut meliputi: lakon yang baik, pemain yang
memikat, dan penonton yang mengerti kesesuaian lakon cerita. Endraswara (2011:72-77)
menjelaskan beberapa teknik teater tradisional yang harus diketahui oleh peserta didik, antara
lain:
1. Teknik muncul (technique of entrance), yaitu bagaimana aktor pertama kali di atas
panggung. Adapun teknik yang digunakan (a) pemain muncul di pentas, lalu berhenti guna
memberikan tekanan dengan volume sauara, kemudian akting dilanjutkan, (b) berikan
gambaran tentang watak, ucapan, atau pandangan mata melalui gaya bahasa dengan
ucapan dan intonasi, (c) berikan gambaran perasaan peran melalui suara yang sedih,
gembira, acuh, bosan atau menentang, (d) muncul harus sesuai dengan suasana perasaan
dalam adegan.
2. Teknik memberi isi, yaitu cara menonjolkan pikiran dan perasaaan. Di balik kata-kata,
kalimat, dan perbuatan. Tekanan nada dalam dialog pemain dapat mengungkapkan
perasaan. Gerak telapak tangan dan jari, air muka, serta sikap pemain dapat
mengungkapkan perasaan dan menekankan watak.
3. Teknik pengembangan, yaitu langkah yang dilakukan pemain supaya drama lebih hidup
dan menarik. Hal bisa dilakukan pemain dengan dialog. Menaikkan volume suara,
mempercepat tempo suara, menaikkan tinggi nada suara, dan menurunkan volume, tinggi,
atau tempo suara.
4. Teknik membina klimaks, yaitu mengusahakan puncak cerita supaya lebih menarik.
Masing-masing pemain saling menahan intensitas emosi dan reaksi. Penempatan posisi
pemain di panggung. Apabila seorang pemain bergerak, pemain lain harus diam begitu
pun sebaliknya.
5. Teknik tempo dan irama, yaitu cepat lambatnya permainan. Tempo permainan harus diatur
oleh pemain. Hal ini supaya penonton memahami isi atau pesan dalam sebuah lakon.
Irama berarti gerak naik turun permainan yang beraturan. Penghayatan dari pembaca
tentang watak peran sangat penting. Semua bisa terwujud jika tempo dan irama permainan
teratur.
6. Teknik mendengar dan menanggapi, yaitu seorang pemain harus mampu mendengar dan
menanggapi dialog lawan main. Pemain harus mampu menanggapi cerita, lingkungan, dan
lawan bermain. Dalam hal ini, keserasian dialog peran demi peran dapat menimbulkan
suasana yang menarik, sehingga tidak datar.
7. Teknik ucapan, yaitu setiap dialog antarpemain artikulasi harus jelas, terdengar, pesan
tersampaikan, dan tidak monoton. Vokal yang baik dilakukan dengan latihan pernafasan
dan vokal.

D. Teknik dan Langkah-langkah Pementasan Drama


Mementaskan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di dalam naskah
drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan
drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan,
danperpindahan letak pemain. Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek
suprasegmental (lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat
penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung
penyampaian isi/pesan. Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan
ialah membaca dan memahami naskah drama. Naskah drama adalah karangan atau tulisan
yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan
pelengkap lainnya (kostum, lighting, dan musik pengiring). Dalam naskah drama, yang
diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan antartokoh) sehingga
penonton memahami isi cerita yang dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
kegiatan membaca naskah drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan
diperankan. Dengan demikian, secara umum ada dua langkah utama yang harus kita lakukan
ketika akan mementaskan drama adalah sebagai berikut.
1. Memahami naskah dan karakter tokoh yang akan kita perankan, yakni melalui dialog
dialognya serta kramagung atau petunjuk laku yang dinyatakan langsung oleh pengarang.

2. Memerankan tokoh dengan memerhatikan aspek lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik, dan
gerak-geriknya.
a. Lafal adalah cara seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa. Aspek ini
penting kita perhatikan guna kejelasan makna suatu kata.
b. Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya
harus menggunakan intonasi yang berbeda. Intonasi kalimat untuk menyatakan
kegembiraan juga berbeda dengan kalimat yang bermakna kecemburuan.
c. Nada/tekanan adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat. Kata yang
ingin diperjelas maksudnya mendapat tekanan lebih kuat daripada kata lainnya.
d. Mimik adalah ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi: sedih,
gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik berperan dalam memperjelas suatu
maksud tuturan.
e. Gerak-gerik adalah berbagai gerak pada anggota badan atau tingkah laku seseorang
dalam menyatakan maksud tertentu. Bentuknya, misalnya, anggukan kepala, menggigit
jari.

E. Pementasan Seni Teater


Persiapan pementasan teater sederhana meliputi:
1. Petunjuk teknis pementasan teater sederhana:
 Masing-masing kelas terbagi dalam 2 kelompok.
 Latihan oleh masing-masing kelompok dilaksanakan di luar jam pelajaran.
 Masing-masing kelompok tampil di atas pentas sesuai nomor undian.
 Pengundian nomor pementasan dilaksanakan di luar jam pelajaran.
 Masing-masing kelompok memiliki waktu maksimal 30 menit untuk melakukan
pementasan.
 Pementasan ini dilaksanakan dalam waktu satu hari mulai pukul 08.00 WIB-selesai.
 Hari H akan dikoordinasikan terlebih dahulu dengan pihak sekolah.

2. Pembagian tugas bidang produksi dan artistik untuk masing-masing kelompok.


 Bidang Produksi
Bidang produksi non artistik memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
a. Mencari dan memilih tempat latihan.
b. Mengurus konsumsi.
c. Mengurus promosi.
d. Menjual tiket (jika ada penjualan tiket).
e. Mengurus publikasi (membuat poster atau brosur).
 Bidang Artistik
Bidang artistik memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
a. Penulisan dan pemilihan naskah yang akan dipentaskan.
b. Penyutradaraan.
c. Penataan busana.
d. Penataan rias dan rambut.
e. Penataan suara dan musik.
f. Penataan artistik panggung.

3. Pemilihan pemain
Pemain yang baik harus dapat:
a. Berakting wajar (fleksibel).
b. Menjiwai atau menghayati perannya.
c. Daya imajinasi kuat, yaitu dapat membayangkan peran yang dilakoknkan meskipun
belum pernah mengalaminya.
d. Terampil dan kreatif.
e. Mengesankan atau dapat meyakinkan penonton.
f. Pemaduan unsur artistik.

4. Latihan menyeluruh
Melakukan latihan menggunakan unsur artistik penata rias, penata busana, penata musik,
penata suar serta properti.

5. Evaluasi pementasan
Kriteria evaluasi pementasan meliputi:
a. Vokal (intonasi, artikulasi dan warna suara): vokal pemain jelas, benar, dan sesuai
dengan tokoh yang diperankan.
b. Akting (penghayatan dan gerak): pemain dapat menghayati peran dan melakukan gerak
teatrikal.
c. Artistik (properti, tata musik, tata busana, dan tata rias): properti, tata musik, tata
busana, dan tata rias yang digunakan dapat menambah nilai artistik pementasan teater.
Setelah semua persiapan selesai dilakukan. Termasuk latihan akhir atau gladi resik.
Tibalah saatnya pementasan. Sebelum pementasan dimulai, stage manager harus memeriksa
penonton. Stage manager memberi isyarat agar layar dibuka atau lampu dinyalakan.
Pementasan dimulai, selama pementasan baik sutradara, pemain, maupun tim artistik
berkonsentrasi penuh. Para pemain memainkan peran dengan sangat bagus melebihi akting
saat latihan. Terkadang keadaan yang tidak terduga muncul.
Demikianlah hakikat pementasan teater. Hadir hanya sekali, sehingga kesalahan tidak
dapat diperbaiki saat pementasan. Pemain hanya dapat melakukan improvisasi untuk
mengatasi kesalahan. Pementasan teater akan memberi pengalaman bagi sutradara, pemain,
tim produksi, dan tim artistik.

Anda mungkin juga menyukai