Anda di halaman 1dari 21

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN KEHADIRAN SISWA DI

SEKOLAH MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA


KELAS XI SMA NEGERI 1 RANTAU SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan siswa, terutama untuk memotivasi siswa
agar dapat mendisiplinkan diri dalam hadir kegiatan sekolah baik secara perorangan
maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik siswa untuk mematuhi dan
menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang baik bagi siswa, sehingga siswa akan senang untuk datang kesekolah.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan
penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut
pihak sekolah sebaiknya memberikan program orientasi kepada siswa, melakukan kegiatan
sekolah dengan tidak baik dan patuh, apabila peraturan atau kebijakan sekolah tidak
diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi,
pihak sekolah harus menjelaskan secara rinci peraturan peraturan yang sering dilanggar,
berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan atau kebijakan yang
mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada siswa sesegera
mungkin.
Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan telah
gagal atau peraturn tidak lagi dipatuhi, karena tidak ada orang yang sempurna. Tindakan
indisipliner sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan
prosedur yang berlaku menurut tingkat pelanggaran dan klasifikasinya.

1
Namun pada kenyataannya Hampir di semua sekolah terdapat siswa terlambat datang
kesekolah maupun tidak datang tanpa keterangan atau membolos, meskipun dengan skala
berbeda-beda. Penyebab siswa terlambat ataupun membolos di sekolah juga bervariasi. Di
SMA Negeri 1 Rantau Selatan budaya buruk berupa duduk-duduk di pinggir jalan,
“ngepos“ dulu sebelum masuk sekolah masih sering terjadi.

Penyebab keterlambatan di sekolah bersifat klasik, antara lain jarak rumah jauh, masalah
angkutan, bangun kesiangan dan sebagainya menjadi alasan keterlambatan. Keterlambatan
dan pembolosan ini apa bila dibiarkan akan berdampak merugikan kepada beberapa pihak
yaitu siswa itu sendiri, teman sekelas, guru pengajar, nama baik sekolah, orang tua dan
lingkungan sekolah.

Melihat kenyataan diatas peneliti sebagai calon konselor, merasa segera mengambil
keputusan dan tindakan, mengingat siswa yang sering terlambat. Dengan kata lain
ketelambatan siswa kesekolah merupakan dasar pokok yang dapat menyebabkan proses
belajar siswa kurang maksimal atau terhambat.

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti memberikan beberapa solusi agar siswa tidak
terlambat datang kesekolah lagi yaitu: 1) siswa harus mampu mematuhi peraturan sekolah, 2)
memberikan pengarahan bagaimana cara berdisplinin disekolah, 3) memilih cara dan sikap
yang sesuai untuk siswa dalam mematuhi peraturan disekolah, 4) menjalin kerja sama dengan
siswa.

Dari pendapat tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa bimbingan kelompok
merupakan teknik bimbingan yang efektif untuk membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah karena pemecahan masalah dikemukakan dan dipahami sendiri oleh siswa dalam
situasi kelompok dengan arahan guru pembimbing, dan bimbingan kelompok dapat
membahas keempat solusi tersebut sekaligus, selain itu secara psikis tiap siswa akan
memperoleh kepuasan secara emosional , karena didalam kelompok antara individu yang satu
dengan individu yang lain akan saling membantu satu sama lain. Hal ini dapat menjadi
jembatan dalam mengurangi atau justru mengatasi problem yang sedang dialaminya.
Meskipun bimbingan kelompok memiliki banyak keunggulan namun banyak guru
pembimbing yang belum melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok ini secara
intensif seperti halnya kondisi di SMA Negeri 1 Rantau Selatan.

2
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti mengajukan judul
“MENINGKATKAN KEDISIPLINAN KEHADIRAN DI SEKOLAH MELALUI
BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 RANTAU
SELATAN“

B. Rumusan Masalah

“Apakah dengan melalui layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kedisiplinan


kehadiran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rantau Selatan? “

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan kehadiran siswa disekolah
melalui bimbingan kelompok di SMA Negeri 1 Rantau Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :


a. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan kedisiplinan kehadirannya dilingkungan
sekolah.

b. Bagi Guru
Hasil penelitian tindakan bimbingan kelompok ini dapat menjadi cermin
mengintrospeksi diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing siswa di
kelasnya.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian kedisiplinan

Sebelum berbicara mengenai kedisiplinan kehadiran disekolah, maka terlebih dahulu


perlu mengetahui pengertian disiplin. Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti
belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan
sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama,
disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan
pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang
yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma
yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya
ditujukkan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturandan ketentuan
berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau
peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu(organisasional-formal).

Tulus (2001:8) berpendapat bahwa “disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari
batin terdalam untuk mengikuti dan menaati perturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang
berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain kalau dirinya berdisiplin
baik maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya pada masa depannya”.

Lebih lanjut di jelaskan Mulyasa (2003:108) “disiplin dapat diartikan sebagai suatu
keadaan tertib di mana orang-orang yang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada
peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati”. Disiplin di sekolah bertujuan untuk
membantu siswa menemukan jati dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya problem-
problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian disiplin dapat merupakan bantuan pada siswa agar mampu
berdiri sendiri (help for self help).

4
Rochman (1999:168) menyatakan “disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan
sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan
terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari
dalam hatinya”.

Prijo Darminto (1994:23) mengemukakan “disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian
perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga,
pendidikan dan pengalaman”.

Irwin A. Hyman and Pamela A. Snook (1999) “Definition of school discipline is


sometimes applied also to impose penalties as a consequence of a violation of the rules,
although sometimes been controversial in applying methods of disciplining her, so stuck in
the form of mistreatment and psychological mistreatment”

Irwin A. Hyman and Pamela A. Snook (2001:4) say “discipline is administered


inconsistently and unfairly and that school staff do not really care about them

Joan Gaustad mean from Moles (1992) School discipline has two main goals :
(1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to
learning. Serious student misconduct involving violent or criminal behavior defeats these
goals and often makes headlines in the process. However, the commonest discipline problems
involve noncriminal student behavior.

Dari pengertian yang diuraikan di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
disiplin adalah sikap mental individu atau masyarakat yang dilakukan secara suka rela yang
muncul dari hati terdalam, mematuhi peraturan atau tata tertib untuk mencapai sesuatu yang
menyenangkan orang lain. Untuk mencapai suatu keberhasilan seseorang harus memulainya
dengan hidup disiplin, kedisiplinan harus dimulai dari kecil, agar di saat dewasa nanti dapat
mencapai sesuatu yang di cita-citakan. Kedisiplinan dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
kemudian lingkungan sekolah dan lingkungan desa/ masyarakat, kedisiplinan di lingkungan
keluarga dimulai dari bangun setiap pagi kemudian sholat subuh dan bersiap ke sekolah, serta
pulang tepat waktu.

5
Untuk mencapai kedisiplinan di lingkungan keluarga maka harus dibuat suatu
peraturan di lingkungan keluarga, dibuat oleh seluruh anggota keluarga dan dipatuhi oleh
seluruh anggota keluarga. Jika ada satu dari anggota keluarga yang melanggar aturan tersebut
maka anggota keluarga harus dihukum dan hukumannya juga berasal dari keluarga itu
sendiri.

Sedangkan peraturan di lingkungan sekolah dibuat oleh pihak sekolah. Peraturan di


lingkungan sekolah ini lebih ketat dari pada lingkungan keluarga dan di lingkungan desa atau
masyarakat. Karena peraturan di sekolah ini melatih siswa agar hidup disiplin di lingkungan
masyarakat.

Kedisiplinan siswa dilihat dari ketaatan (kepatuhan) terhadap aturan (tata tertib) yang
berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk dan keluar sekolah,
kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan dalam mengikuti kegiatan
sekolah. Semua kegiatan siswa yang di lihat dari kepatuhannya adalah berkaitan dengan
aktivitas pendidikan di sekolah yang juga dilaksanakan dengan kehidupan di lingkungan luar
sekolah. Dari ketiga pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa kedisiplinan adalah
kesadaran diri yang muncul dari hati terdalam untuk mentaati segala aturan – aturan yang
berlaku baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat disiplin siswa

a. Faktor-faktor yang mendukung disiplin siswa


Suryabrata (2001:249) mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi disiplin adalah
sebagai berikut:

1) Faktor eksterinsik, yang meliputi faktor non sosial, seperti keadaan udara, suhu udara,
waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar. Kemudian faktor sosial yang
terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan
lingkungan kelompok.

6
2) Faktor intrinsik, meliputi faktor psikologi, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi
dan kemampuan kognitif, kemudian fisiologis antara lain pendengaran, penglihatan,
kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.

b. Faktor-faktor penghambat penegakkan disiplin siswa

Penegakkan disiplin sering terhambat diakibatkan tindakan guru yang tidak relevan, seperti:
1) Sering mengkritik pekerjaan siswa tanpa member solusi
2) Memberikan tugas tetapi tidak umpan balik
3) Memberi hukuman tetapi tidak memberi penjelasan akan kesalahan siswa mengakibatkan
penegakkan disiplin menjadi kurang efektif, merusak harga diri dan kepribadian siswa
(Mulyasa 2008:26).

3. Ciri-ciri disiplin.

Individu yang memiliki nilai-nilai kedisiplinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

a. Ketaatan, adalah suatu sikap / perilaku individu yang mengikuti apa-apa yang
menurut dirinya adalah perintah, atau aturan yang harus dijalani dengan memper
timbangkan kebenaran perintah itu.
b. Kepatuhan, adalah sikap atau perilaku individu yang tunduk atas perintah dan aturan
tanpa mempertimbangkan dulu kebenaran perintah itu.
c. Kesetiaan, adalah sikap atau perilaku individu yang dengan kontinyu melaksanakan
aturan atau perintah
d. Keteraturan, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam melaksanakan aturan
atau perintah berulang secara tetap.
e. Ketertiban, adalah sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau
perintah urutan dan tahapan yang benar.
f. Komitmen, adalah perilaku atau sikap individu yang dalam menjalankan aturan atau
perintah itu penuh rasa tanggung jawab.
g. Konsisten, yaitu sikap atau perilaku individu yang dalam menjalankan aturan atau
perintah tidak tergoyahkan oleh gangguan atau ,juga disebut teguh pendirian
(Susilowati 2005).

7
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki
nilai-nilai kedisiplinan memiliki sikap-sikap taat, patuh, setia, teratur, dan tertib dalam
melaksanakan perintah atau tugas, memiliki komitmen serta konsisten, dan teguh pendirian.

4. Tujuan Penegakan Disiplin

Singgih D. Gunarsa (1992:137) menyatakan tujuan penegakan disiplin diri sebagai usaha
yang perlu dalam mendidik anak dengan mudah :

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang
lain.
b. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung
mengerti larangan-larangan.
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk .
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh
hukuman.
e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.

5. Pentingnya Disiplin Siswa dalam Bimbingan

Disiplin juga menjadi sarana pendidikan, sebagaimana JohnDewey (Jalaludin, 2001:65)


mengungkapkan bahwa “pendidikan merupakan suatu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai
bimbingan sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk
disiplin hidup”. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong,
mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku tertentu sesuai dengan nilai-
nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu perubahan perilaku seseorang,
merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal
atau otodidak.

8
Emil Durkheim (Nizar, 2002:41) menyatakan bahwa “sekolah sebagai tempat pembinaan
kedisiplinan anak sangatlah tepat dengan pendidikan keluarga. Karena menurutnya
pendidikan formal berbeda dengan pendidikan keluarga. Karena keluarga bukanlah lembaga
yang didirikan dengan tujuan mendidik anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan
masyarakat. Sedangkan sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih baik. Untuk
itu dibutuhkan upaya konkret dari berbagai pihak seperti kepala sekolah, guru, petugas
Bimbingan dan Konseling atau karyawan sekolah untuk dapat menempatkan disiplin ke
dalam prioritas program pendidikan di sekolahnya. Pendidik memiliki tugas untuk memenuhi
kebutuhan siswa, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik siswa”.
Alasan yang menjadi dasar pembentukan disiplin sekolah sebagai berikut:

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam
belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah
pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin member
dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan
norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak
dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan dan ketaatan
merupakan prasyarat kesuksesan seseorang. Dengan demikian sekolah
mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kedisiplinan
kepada siswa setelah keluarga (Tulus, 2004:34-35).

Berdasar berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin diri merupakan
kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-
peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam suatu lingkungan tertentu sehingga ia
mampu mengarahkan dirinya, menerima orang lain, respek terhadap kebenaran dan memiliki
intensionalitas terhadap nilai-nilai moral.

9
Menurut Prijodarminto (1994) disiplin memiliki tiga aspek atau unsur, yaitu:
a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.
b. Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan, perilaku, norma, kriteria, dan standar
yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang
mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, norma, dan standar tadi
merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
c. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati segala hal
secara cermat dan tertib.

B. Kajian Teori tentang Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok.


Pengertian Bimbingan Kelompok menurut Tohirin (2007:170) adalah “suatu cara
memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.
Dalam layanan bimbingan kelompok aktivitas dan dinamika harus di wujudkan untuk
membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu
(siswa) yang menjadi peserta layanan”.

Ahli dalam bidang bimbingan dan konseling, Prayitno (2004:309) menyatakan bahwa
“bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam sussana kelompok”.
Prayitno juga mengutip pendapat Gazda (1978) yang mengemukakan bahwa “bimbingan
kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk
membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat”.

Menurut Sukardi dan Kusumawati (2008:78) pelayanan bimbingan kelompok yaitu


“layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah siswa (konseli) secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu (terutama guru pembimbing/ koselor) dan / atau membahas secara bersama-sama
pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya se
hari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun seorang
pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindaakan tertentu”.

10
Dari pendapat para ahli tesebut maka dapat di simpulkan bahwa layanan bimbingan
kelompok merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada individu dalam suatu
kelompok dan terjadi interaksi danm terjadi nya suatu dinamika kelompok dalam prosesnya,
yang bertujuan untuk mencegah siswa dari berbagai masalah yang menghadang dimasa depan
dan membantu mereka untuk mampu merencanakan dan menentukan langkah-langkah yang
akan di tempuh dimasa depan. Selain itu juga dapat dijadikan suatu wadah untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa serta merangsang potensi terpendam
bagi anggota yang mengikutinya pada saat proses dilaksanakan dan interaksi yang terjadi
diantara anggota.

2.Tujuaan layanan bimbingan kelompok

Menurut Tohirin (2007:172) tujuan secara umum kegiatan bimbingan kelompok


adalah pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususny kemampuan berkomunikasi
peserta layanan dan lebih khususnya bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih
efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para
siswa. Binnett (dalam Romlah, 2001:13) secara khusus mengemukakan tujuan bimbingan
kelompok untuk :

a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang


berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan,
pekerjaan, pribadi, dan social.
b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok yaitu:dengan
mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya, menghilangkan ketegangan-
ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai dinamika kepribadian dan
mengarahkan kembali energy yang terpakai untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut dalam suasana yang permisif, untuk mencapai tujuan secara ekonomis dan
efektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual, untuk melaksanakan layanan
konseling individual secara efektif dengan mempelajari masalah - masalah yang
umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan-
hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap masalah
individual menjadi lebih mudah.

11
c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif daripada
melalui kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk mendukung pelaksanaan layanan konseling individual secara lebih efektif .

3. Bentuk dan teknik Bimbingan Kelompok

Menurut Thompsom dan Poppen (dalam Winkel dan Hastuti 2010:585) kebanyakan
program bimbingan kelompok yang berorientasi menunjang perkembangan siswa dan bersifat
developmental (growth centerd), memberikan tekanan pada usaha dalam tujuh bidang, yaitu
memperdalam konsep diri, mengembangkan hubungan sosial dengan teman-teman sebaya,
meningkatkan disiplin dalam hidup dan disiplin diri, memperbaiki komunikasi antara orang
tua dengan anak serta antara tenaga pendidik dengan siswa, membantu siswa mencapai
sukses dalam studi akademik, mengembengkan pemahaman tentang dunia kerja dan apresiasi
terhadap karier dimasa depan, dan mencptakan suasana positif untuk proses belajar-mengajr
didalam kelas. Adapun contoh-contoh kegiatan bimbingan kelompok yang dapat dilakukan
seperti:

a. Diskusi dalam kelas, merupakan pembahasan suatu permasalahan yang sudah


ditentukan topik yang akan dibahas dan dipimpin oleh pemimpin kelompok yang
mengatur jalannya diskusi.
b. Brainstorming, merupakan cara pemecahan masalah dimana anggota mengusulkan
dengan cepat semua kemugkinan pemecahan yang terpikirkan, tidak kritik, evaluasi
atas pendapat-pendapat tadi dilakukan.
c. Melakukan permainan, dengan permainan yang melatih kepekaan dan mendorong
siswa untuk beraktifitas dalam dinamika kelompok akan memberikan suasana rileks
saat proses bimbingan berlangsung.
d. Deskripsi diri, dengan teknik ini diharapkan siswa mampu mengenali dan memahami
dirinya secara mendalam.
e. Mengarang kreatif, sebagai bentuk penuangan gagasan, pikiran yang ada dalam
dirinya dalam bentuk tulisa.

12
C. Kerangka Berpikir

Bimbingan kelompok merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu dalam


suasana kelompok untuk mendapatkan informasi agar mampu menyusun rencana dan
keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya
dalm menunjang terbentuknya sikap dan perilaku yang lebih efekif.

Siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rantau Selatan berasal dari lingkungan yang sederhana
dan berada di tingkat pendidikan yang lumayan, jadi kondisi ini kurang mendukung mereka
untuk mengembangkan sikap kedisiplinan di dalam dirinya, kurangnya perhatian dari orang
tua, kurangnya minat belajar dan pengaruh lingkungan menyebabkan banyak siswa sering
melakukan pelanggaran disiplin yaitu tidak hadir di sekolah tanpa keterangan. Maka sangat di
butuhkan suatu kegiatan yang bertujuan memberikan informasi tentang pentingnya
kedisiplinan secara efektif dan efisien kepada para siswa.

Layanan bimbingan kelompok memungkinkan siswa (konseli) secara bersama sama


melalui dinamika kelompok dan teknik bimbingan yang telah ditentukan memperoleh
berbagai informasi dari narasumber tertentu (guru pembimbing/ konselor) untuk membahas
secara bersama-sama (topic) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dalam
kehidupan sehari-hari, untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun seorang
pelajar, untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan/ tindakan tertentu, serta
mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa dan secara tidak
langsung akan mengubah sikap menjadi disiplin pada dirinya.

D. Hipotesis

Melalui layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan disiplin kehadiran siswa


disekolah SMA N 1 Rantau Selatan.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Rantau Selatan, yang berlokasi di Jl.Ki Hajar Dewantara. Waktu penelitian selama 3 bulan
dari januari s.d maret.

B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan bimbingan konseling ini peneliti mengambil subjek siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Rantau Selatan yang berjumlah 32 siswa.

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pendekatan ini dilakukan karena
penelitian ini adalah menemukan cara-cara teknik meningkatkan kedisiplinan siswa dalam
kehadirannya disekolah.

D. Definisi Operasional
Kedisiplinan kehadiran di sekolah
Yang dimaksud kedisiplinan kehadiran di sekolah adalah sikap mental yang mengandung
kerelaan pada diri setiap siswa untuk hadir di seolah setiap hari efektif yang telah ditentukan
dengan tepat waktu,menunjukkan sikap nilai ketaatan kepatuhan, kesetiaan, ketentraman,
keteraturan serta ketertiban terhadap suatu peraturan yang ada di sekolah.

Indikator-indikator yang terdapat pada defenisi operasional ini, yaitu :


1. Tercipta dan terbentuknya sikap mental pada diri siswa untuk hadir di sekolah
setiap hari.
2. Dapat memberi keterangan dengan jelas mengenai ketidak hadirannya.
3. Menunjukan sikap ketertiban terhadap peraturan sekolah.

14
E. Desain dan Prosedur Penelitian
Menurut S. Nasution (2006:23) desain penelitian merupakan rencana tentang cara
mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi
dengan tujuan penelitian ini.
Model penelitian pada penelitian ini merajuk pada proses pelaksanaan penelitian yang
dikemukakan oleh Kemmis & Taggart, Suharsimi Arikunto (2007: 16 – 19), yang meliputi
menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting).

Prosedur penelitian yang di terapkan dalam hal ini antara lain :


a. Siklus I
Tujuan siklus satu adalah untuk menerapkan kerjasama peneliti, guru bidang studi
dengan guru BK dalam meningkatkan kedisiplinan kehadiran siswa disekolah. Dan
kriteria keberhasilan yang harus dicapai adalah 50%.

1) Perencanaan
Perencanaan meliputi :
a) penelitian ini direncanakan dapat selesai dalam tiga siklus selama tiga bulan kelas XI.
b) Pelaksanaan tindakan adalah peneliti, guru BK, guru bidang studi dan kepala sekolah
sebagai pemantau pelaksanaan tindakan.
c) Mempersiapkan cara mengobservasi beserta alatnya.

2) Pelaksanaan tindakan
Kegiatan ini ialah melaksanakan layanan bimbingan kelompok terhadap siswa yang
telah ditentukan sesuai dengan hasil analisis kondisi awal. Pada bagian ini melakukan
bimbingan kelompok dengan langkah yang telah direncanakan pada satuan layanan
bimbingankelompok.

3) Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dengan dibantu oleh wali kelas XI sebagai observer pada setiap hari
efektif, untuk mencatat siswa yang tidak hadir tanpa keterangan.

15
4) Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus I dianalisis, kemudian dikomparasikan dengan
hipotesis, apabila perubahan kearah positif mencapai 50 % atau lebih dapat dikatakan
berhasil, namun apabila sama atau tidak mencapai 50% berarti belum berhasil dan perlu
dirumuskan tindakan berikutnya.

b. Siklus II
1. Perencanaan
Pada siklus II ini perencanaan didasarkan pada hasil refleksi I, yaitu merencanakan
tindakan berikutnya, yaitu kolaborasi dengan orang tua siswa membuat kesepakatan tentang
ketidakhadiran anaknya.

2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus dua tetap dengan layanan bimbingan kelompok,
yang dikolaborasi dengan pemanggilan orang tua siswa yang masih suka tidak masuk sekolah
tanpa keterangan. Pihak sekolah bersama orang tua dan siswa yang bersangkutan membuat
kesepakatan tentang batas pelanggaran ketidak hadiran dan keputusan tentang sanksi yang
akan diberikan.

3. Pengamatan
Selama dua minggu peneliti bersama wali kelas XI mengamati dan mencatat
kehadiran siswa kelas XI.

4. Refleksi
Hasil pengamatan dan pencatatan dianalisis dengan menghitung persentase
ketidakhadiran siswa yang tanpa keterangan di sekolah selama tiga minggu pada hari efektif,
hasil tersebut dikomparasikan dengan hipotesis kemudian disimpulkan. Apabila hasilnya
sama dengan siklus I berarti belum berhasil dan perlu direncanakan tindakan berikutnya.

16
c. Siklus III
1. Perencanaan
Pada siklus III ini perencanaan didasarkan pada hasil reflexi siklus II, yaitu
merencanakan tindakan berikutnya, berkolaborasi dengan orang tua siswa dan wali kelas
membuat kesepakatan tentang ketidakhadiran siswa..

2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus tiga tetap dengan layanan bimbingan kelompok,
yang dikolaborasi dengan pemanggilan orang tua siswa yang masih suka tidak masuk sekolah
tanpa keterangan. Pihak sekolah bersama orang tua dan siswa yang bersangkutan membuat
kesepakatan tentang batas pelanggaran ketidak hadiran dan keputusan tentang sanksi yang
akan diberikan.

3. Pengamatan
Selama tiga minggu peneliti bersama wali kelas XI mengamati dan mencatat
kehadiran siswa kelas XI.

4. Refleksi.
Hasil pengamatan dan pencatatan dianalisis dengan menghitung prosentase ketidak
hadiran siswa yang tanpa keterangan di sekolah selama tiga minggu pada hari efektif, hasil
tersebut dikomparasikan dengan hipotesis kemudian disimpulkan. Apabila perubahan kearah
positif mencapai 50 % atau lebih dikatakan berhasil, namun apabila sama atau tidak mencapai
50 % berarti belum berhasil dan perlu dirumuskan tindakan berikutnya.

5. Evaluasi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap bimbingan kelompok yang dirancang
dan kehadiran siswa disekolah. Kegiatan ini berfungsi untuk mencari tahu seberapa besar
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan. Tindakan keberhasilan ditentukan
50% dari jumlah siswa memiliki kriteria yang disiplin dalam kehadiran siswa disekolah..

17
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan
observasi, sehingga data yang peneliti peroleh dari daftar absensi kelas dan hasil pengamatan.
Bertindak sebagai observer adalah peneliti sendiri dibantu wali kelas VIII, untuk memperoleh
data siswa yang tidak hadir di sekolah tanpa keterangan sebelum dan sesudah tindakan
selama hari efektif dalam belajar setiap hari.

G. Teknik Analisa Data


1. Analisis Persentase
Data yang diperoleh pada setiap siklus dianalisis secara deskriptif komparatif refleksi
dengan menggunakan ukuran persentase untuk melihat kecenderungan perubahan yang
terjadi pada setiap anggota kelompok dalam kedisiplinan hadir di sekolah
1. Data jumlah persentase siswa tidak masuk tanpa keterangan dianalisis deskriptif
komperatif antara siklus dengan hipotesis.
2. Data frekuensi tiap siswa yang tidak masuk tanpa keterangan dianalisis, dengan
analisis deskriptif, yaitu dengan menguraikan dan memaparkan catatan/ informasi
dari hasil pengamatan terhadap siswa yang sering tidak masuk tanpa keterangan .
3. Implementasi layanan bimbingan kelompok dalam peningkatan kedisiplinan
kehadiran siswa kelas XI, dengan membandingkan antara hasil analisis terhadap
hipotesis yang telah ditetapkan. Apabila hasil analisis tindakan lebih baik dari
hipotesis yang ditetapkan, maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini
berhasil, dan apabila hasil analisis tidak lebih baik atau sama dengan sebelumnya
maka penelitian bimbingan dan konseling ini belum berhasil.

Hal ini dilihat dari seberapa persenkah tingkat keberhasilan yang dicapai dari aktifitas
kehadirannya dengan rumus.
𝑓
𝑝 = 𝑛 𝑥 100%

Keterangan:
P = Angka persentase
F = Jumlah siswa yang mengalami perubahan
N = jumlah seluruh siswa

18
2. Analisis Kualitatif
Analisis data dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama dilapangan,
setelah selesai dilapangan.
a. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Reduksi data, yaitu dengan merangkum data, memilih hal-hal yang pokok dari
data, memfokouskan pada hal-hal penting. Penyajian data yang dilakukan dalam
bentuk daftar ceklist yang kriterianya sudah ditentukan sebelum memasuki
lapangan.
b. Kesimpulan atau verifikasi, yaitu kesimpulan pernah ada, temuan tersebut
berupa deskripsi yang jelas.
c. Lokasi penelitian, peneltian ini dilaksanakan di SMA N 1 Rantau Selatan di Jl.
Ki Hajar Dewantara

19
LAMPIRAN I

Pengisian Angket Berkaitan tentang Kedisplinan Kehadiran


NO INDIKATOR PERTANYAAN YA TIDAK
1. Terciptanya dan terbentuknya 1.Saya sadar bahwa tidak hadir
kesadaran untuk hadir di kesekolah dapat merugikan diri
sekolah setiap hari. saya sendiri
2. Saya sadar bahwa tidak hadir
kesekolah itu tidak baik, tapi
terkadang saya melakukannya
3. Saya selalu menaati peraturan
dengan hadir setiap harinya
2. Dapat membuat keterangan 1.Saya membuat surat
yang jelas mengenai ketidak keterangan bila saya
hadiran berhalangan untuk hadir
kesekolah
2.Saya membuat keterangan
jelas jika ingin tidak hadir
kesekolah dengan bukti orang
tau memberi keterangan tentang
ketidak hadiran saya dengan
sebenarnya
3.Saya tau bahwa tidak memberi
keterangan yang jelas apabila
tidak hadir kesekolah adalah
melanggar peraturan sekolah
3. Menunjukkan sikap tertib 1.Saya tidak pernah membuat
terhadap peraturan sekolah keributan di dalam kelas
2. Saya tidak pernah mengajak
teman – teman untuk keluar
kelas ketika jam pelajaran
3. Saya berusaha untuk selalu
hadir setiap hari

20
DAFTAR PUSTAKA

Darmo Diharjo. (1982). Petunjuk Pelaksanaan Tentang Pengembangan Sekolah sebagai


Pusat Kebudayaan dan Peningkatan Ketahanan Sekolah. Jakarta: Depdikbud
Duckworth, Angela., & Seligman, Martin. (2005). Self-Discipline Outdoes IQ in Predicting
Academic Performance of Adolescents Diambil 8 februari 2015 dari
http://www.sas.upenn.edu/~duckwort/images/PsychologicalScienceDec2005.pdf
Gaustad, Joan. (1992). School Discipline.
Hasibuan. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia (cetakan ke III) Jakarta: PT.Bumiaksara
Hurlock. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Hyman, I., & Snook, P. (1999). Dangerous Schools: What We Can Do About the Physical
and Emotional Abuse of Our Children.
Hyman, I., & Snook, P. (2001). Dangerous Schools. Alienated Students. Diambil 8 februari
2015 dari https://reclaimingjournal.com/sites/default/files/journal-article-pdfs/
10_3_Hyman_Snook.pdf
Maman Rachman, (1999). Disiplin Siswa di Sekolah
Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Prayitno. (1994). Layanan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Priyo Darminto. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Edisi V.Jakarta : Radya Paramita
Romlah. Tatik. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok . Malang : Universitas
Negeri Malang.
Starawaji. (2009). Pengertian Kedisiplinan. http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19
Supardi, Suhardjono, (2011). Strategi Menyusun Penilitian Tindakan Kelas,Yogyakarta: Andi
Offset.
Syamsudin Makmun. Abin. (2009). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai