Anda di halaman 1dari 9

KURANGNYA RASA HORMAT SISWA KE GURU

Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa-siswi yang dianggap tidak sopan
dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya.Halini bisa dilihat dari kurangnya rasa
hormat siswa terhadap guru dan orang tua,perkelahian antar pelajar,terjerumusnya siswa pada
narkoba,berbagai kecurangan dalam mengikuti ujian,itu merupakan tindakan yang
berhubungn langsung dengan budi pekerti.Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat
khususnya para orang tua dan para guru. Guru merupakan seorang pendidik yang
mengajarkan ilmu yang dia miliki untuk para siswanya yang mungkin masih banyak tidak
mengetahui apa-apa.Tapi dizaman sekarang banyak siswa yang tidak hormat kepada
gurunya,selalu melawan kepada guru,tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru di
depan.Itulah yang mengakibatkan seorang siswa tidak tahu pembelajaran yang diterangkan
oleh gurunya di depan dan menjadi liar,pembangkang dan sering tidak masuk kelas.

Merosotnya rasa hormat dipengaruhi banyak faktor,baik faktor tersebut dari siswa,dari
guru yang merupakan faktor internal dan faktor eksternal.Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi atau yang lebih dikenal dengan TIK atau ICT,kadang menjadi faktor
eksternal ,pengaruh moderenisasi kultur,pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obat
terlarang juga mengambil peranan dalam proses menurunnya respect siswa terhadap guru.

Bila kita lihat secara seksama dari faktor eksternal diatas,terdapat efek domino yang
sangat besar.Dimana antara faktor yang satu dengan faktor yang lain saling berhubungan.Dan
bila tidak diberikan perhatian yang cukup besar maka akan menimbulkan efek gunung salju
di laut.Dimana hanya terlihat bagian kecil di permukaan laut,tetapi berbentuk gunung
dibawah permukaan.Sama seperti hal tersebut,bila dilihat kasat mata hanya dianggap sebagai
kenakalan remaja.Tetapi dibalik itu terdapat masalah yang sangat besar yang akan merusak
masa depan siswa dikemudian hari.Bila ditinjau lebih lanjut,terdapat perbedaan antara siswa
yang dulu dengan siswa sekarang.

SISWA DULU

1. Lebih patuh dan hormat kepada guru,bahkan ketika berjalan dan berbicara senantiasa
menjaga kesopanannya.
2. Ketika diberitahu/dinasehati mendengarkan dengan seksama.
3. Lebih perhatian kepada guru,jika ada guru yang sakit,langsung inisisiatif kerumah
guru tersebut,walau jaraknya jauh,terkadang sampai mengumpulkan uang untuk
membeli oleh-oleh.
4. Ketika diperintah guru langsung mendengarka dan bahkan malu kalau ke sekolah
sebelum mengerjakan tugas tersebut.
5. Siswa dulu menganggap guru adalah orang tua sehingga sangat
menghormatinya,meskipun guru itu kadang keras.
6. Menganggap hukuma adalah hukuman pelajaran dan konsekwensi dari sebuah
kesalahan.
SISWA SEKARANG

1. Kurang menghormati guru bahkan cenderung berani.


2. Ketika diberitahu/dinasehati tidak langsung mendengar bahkan kadang
membantah.
3. Kurang perhatian kepda guru,bahkan senang kalau gurunya tidak hadir.
4. Ketika di perintahkan guru untuk mengerjakan tugas,menggerutu.
5. Tidak malu kalau belum mengerjakan tugas.
6. Kalau dihukum / diberitahu malah menantang,bahkan tidak jarang jika di hukum
malah senang.
7. Menganggap guru sebagai teman,bukan orang tua.bahkan jarang ada yang panggil
bukan sebagai pak guru misalnya dibeberapa sekolah SMA memanggil dengan
gurauan.

Dari perbedaan diatas wajar bila siswa termasuk dalam faktor internal dari masalah
menurunnya rasa hormat (respect) siswa terhadap guru.Hal ini akan menimbulkan
dampak yang akan terjadi apa bila guru dan siswa tidak lebih jeli dan selektif untuk
menyikapi faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Siswa tidak hormat dan segan pada guru.


2. Siswa tidak mau dinasehati.tidak mendengarkan perkataan guru.
3. Menganggap guru sebagai teman.
4. Tidak mendengarkan perkataan guru.
5. Sampai berani berkata kasar kepada guru.

Dari dampak diatas kita bisa mencari solusi dari permasalaan yang ada sekarang dan
maka dari itu seharusnya guru bisa memubuat para siswa bisa menghormati mereka dengan
memperlihatkan budi pekerti yang baik dari seorang guru dan karakter yang bisa dicontoh
para siswa.Supaya para siswa tidak menganggap gurunya sebagai teman dan hormat pada
guru,mendengarkan perkataan gurunya sehingga siswa menjadi lebih baik untuk kedepannya.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bisa terjadi kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru?


2. Apa yang menyebabkan siswa tidak hormat terhadap guru?
3. Apa dampak dari kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru?

TUJUAN

Untuk memberi tahu kepada siswa supaya hormat kepada gurunya karena tidak mudah
bagi seoarang guru mengajarkan siswa yang sangat banyak prilaku yang berbeda-beda ada
yang baik,jahil,dan buruk.Mengetahui apa yang menyebabkan kurangnya rasa hormat ke
guru,dan menjelaskan apa dampak dari kurangnya rasa hormat terhadap guru pada saat
sekarang ini.
MANFAAT

Dapat kita manfaatkan sebagai materi yang harus kita baca supaya dapat menyadarkan para
siswa yang tidak hormat terhadap gurunya,membuat mereka menjadi tahu betapa pentingnya
hormat kepada guru karena guru adalah orang tua kita disekolah yang mengajarkan mereka
dari yang tidak tahu menjadi tahu. Bagi peneliti sejenis, diharapkan penelitian ini bisa
memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan sebagai kajian teoritis kepada para
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis khususnya bidang psikologi pendidikan
yang berkaitan dengan persepsi siswa terhadap karakter guru dengan budi pekerti.

KAJIAN TEORITIS

1.Upaya Meningkatkan Kedisiplinan siswa.

Upaya untuk meningkatkan kedidiplinan di dalam kelas dapatdilakukan melalui berbagai


pihak yang terkait, misalnya pihak guru siswadan orang tua. Disiplin kelas banyaktergantung
kepada pribadi guru

.1Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkatkedisiplinan siswa adalah
sebagai berikut :

a.Guru menjadi panutan dan suri tauladan bagi parasiswanya.

b.Guru hendaknya tidak otoriter tetapi guru melakukan pendekatansecara lemah lembut
kepada siswanya.

c.Guru harus percaya diri bahwa dirinya mampu meningkatkankedisiplinan siswanya. Jangan
tunjukkan kelemahan dan kekurangankepada siswa.

d.Guru jangan menaruh dendam terhadap siswa. Jangan sampai siswamerasa dibenci oleh
guru karena melakukan suatu kesalahn.

e.Guru jangan memberi janji yang tidak mungkin ditepati, demikianpula jangan memaksa
siswa berjanji memperbaiki perilakunya.

f.Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, sehinggamenimbulkan rasa hormat


siswaterhadapnya.

g.Guru hendaknya jangan mengancam siswa bila melanggar disiplin,karena ancaman hanya
akan memaksa siswa berbuat baik karena takutbukan berdasarkan kesadaran.2
Geoff Colvin mengatakan setidaknya ada dua langkah dalampenegakan disiplin untuk
mempertahankan prilaku yang diharapkan diMadrasah:
a.Dicontohkan oleh Guru Melalui Penerapan Informal.Murid adalah pengamat perilaku orang
dewasa yang sangatpandai. Akibatnya, kunci penting dalam menentukan apakah
muridmenerima kelanjutan perilaku yang diharapkan Madrasah adalahpersepsi mereka pada
perilaku guru. Bila guru berfungsi sebagai modelyang baik untuk murid, lebih banyak
kemungkinan murid akan menjagaprilaku mereka. Ada sejumlah praktek yang melibatkan
kemungkinanbahwa murid akan mempertahankan usahanya memenuhi perilaku
yangdiharapkan diMadrasah.Berperan Sebagai Model Prilaku Yang Baik. Guruberfungsi
sebagai model yang signifikan untuk para muridnya ketikamereka menunjukkan hormat dan
perhatian kepada muridnya,mendorong semangat muridnya,mencegah masalah dengan
sikaptenang dan terhormat, menunjukkan empati dan perhatian untukmuridnya ketika
diperlukan, serta bersikap tegas, adil, dan konsisten.Pada umumnya, guru harus berfungsi
sebagai contoh muridnya untukekspektasi perilaku Madrasah.Memperlihatkan Rasa Hormat
Dan Perhatian Satu SamaLain. Salah satu cara terbaik untuk memperagakan perilaku
yangdiharapkan kepada para murid adalah guru menunjukan perilakuyangsama pada sesama
guru, seperti menyelesaikan masalah dengan sikaptenang dan terhormat, memperlihatkan
perhatian satu sama lain, sertasaling menunjukan sikap sopan.SecaraKontinuMenekankan
Aspek-Aspek Positif RencanaDisiplin. Pendekatan-pendekatan positif sangat efektif
untukmembentuk perilaku yang diharapkan dan menciptakansebuahlingkungan yang
menerima dan mendukung. Sampai pada hal ini, guruharus sering menghargai para murid
yang menunjukkan perilaku yangdiharapkan; gunakan prosedur-prosedur positif dan proaktif;
tunjukkanketertarikan pada murid; tunjukkan perhatian pada sikap baik mereka;secara
konstan berikan peringatan sertafeedbackpada perilaku-perilakuyang diharapkan; dan dengan
tegas tekankan prilaku murid yangterarah.Minta Masukan Dan Keterlibatan Murid. Tim
penguat sertapara guru harus mengambil kesempatan untuk melibatkan organisasi.murid
dalam peran kepemimpinan danmenejemen sesuai sepertimenggunakan organisasi murid,
memfasilitasi acara-acara sertaaktifitas-aktifitas sosial Madrasah dan mengadakan program
kerjakelompok.
b.Rencana Penghargaan Madrasah.

Tujuan rencana penghargaan Madrasah secara menyeluruhadalah untuk menghargai serta


menunjukkan apresiasi kepada murid-murid yang telah memberikan prilaku positif dari
ekspektasi perilakudiMadrasah. Dengan cara ini, para guru memberikan perhatian
kepadamurid-murid yang menunjukkan perilaku-perilaku yang diinginkan.Rencana ini dapat
juga berfungsi sebagai pendorong bagi para muridyang tidak menunjukkan ekspektasi
keseluruhan Madrasah secarateratur.

Lou Anne Johnson menyarankan dalam bukunya pengajaran yangkreatif dan menarik
untuk memilih atau menciptakan teknik disiplin yangberhasil dan efektif dibawah ini :

a.Contohkan perilaku yang anda harapkan dari murid-murid.


b.Pisahkan sang anak dari perilakunya.
c.Buat murid-murid menerima tanggung jawab.
d.Biarkan murid mengalah dengan terhormat.
e.Temukan solusi daripada hanya memberikan konsekuensi.
f.Berikan konsekuensi yang berhubungan dengan perilaku yang spesifik.
g.Ungkapkan dengan jelas harapan-harapan anda bagi perilaku masadepan.
h.Berikan umpan balik yang positifketika perilaku bertambah baik.
i.Hapus bersih daftar kesalahan murid.
j.Kenali alasan dari perilaku buruk yang berulang.
k.Fokus pada menghargai perilaku baik.

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Budaya hormat dan Sosial Budaya

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S. Poerwadarminta , hormat adalah
sopan dan takzim (akan,kpd) atau tertib menurut adat yang baik. Santun adalah halus dan
baik (budi bahasanya, tingkah lakunya) atau sabar dan tenang. Sedangkan sosial diartikan
sebagai segala sesuatu mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Adam,2011), Kebudayaan diartikan sebagai buah budi


manusia, adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan
alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Menurut Koentjoroningrat (Adam,2013),
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Sedang di
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, budaya diartikan sebagai pikiran; akal budi
(Poerwadarminta, W.J.S.,2011:180).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya hormat atau sopan adalah
cara hidup yang diciptakan secara turun temurun oleh sekelompok orang dalam
memperlakukan orang lain secara halus dan baik, baik itu budi bahasa maupun tingkah laku
dengan menggunakan akal budi dan nurani. Sedangkan sosial budaya dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dicipta manusia dengan pemikiran dan akal budi dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

B.     Faktor – faktor Penyebab Lunturnya Budaya hormat Siswa Terhadap Guru

Merosotnya budaya sopan santun siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor tersebut dari
siswa, dari guru yang merupakan faktor internal ada juga faktor dari eksternal. Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang lebih akrab kita sebut TIK atau ICT, Kadang
menjadi kambing hitam dalam masalah ini. Tetapi bukan hanya TIK atau ICT yang menjadi
faktor eksternal, pengaruh moderenisasi kultur, pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat –
obat terlarang juga mengambil peranan dalam proses hilangnya sopan santun siswa terhadap
guru. Dan faktor – faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu :

1. Pengaruh perkembangan TIK, kebebasan meng-akses informasi yang didukung oleh


akses dari internet yang mudah melalui laptop, TAB, malahan dari handphone /
smartphone sehingga mempengaruhi pikiran siswa.
2. Moderenisasi kultur, kemudahan akses internet membuat siswa bisa melihat budaya
dari negara lain. Yang secara tidak langsung mereka mengaplikasikan dikehidupan
sehari – hari tanpa adanya filterisasi terhadap budaya yang diambil.
3. Pergaulan bebas, merupakan efek dari moderenisasi kultur yang tidak sesuai dengan
adat istiadat Indonesia. Hal ini akan menimbulkan sifat meniru budaya barat yang
cendrung bebas tanpa ada ikatan adat istiadat yang telah lama berlaku dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
4. Penyalahgunaan obat – obat terlarang, sifat labil dalam diri siswa akan membuat
siswa mencari – cari jati dirinya. Bila mana hal ini tidak tersalur secara positif, siswa
akan terjerumus dalam kenikmatan semu obat – obat terlarang yang akan berpengaruh
pada tingkah laku siswa tersebut.
5. Kurangnya pembiasaan sopan santun di rumah. Sebagian besar waktu anak
dihabiskan di rumah atau dilingkungan keluarga sehingga sikap orang tua yang tidak
mencerminkan norma-norma kesopanan akan mudah ditiru anak.

Selain kelima faktor eksternal diatas, masih ada satu faktor lagi yang tidak bisa kita abaikan
sebagai penyebab lunturnya budaya sopan santun siswa yaitu faktor dari guru. Berikut ulasan
faktor eksternal ditinjau dari guru :

1. Penampilan guru, ini sangat penting karena siswa akan menilai rapi atau kucel cara
berpakaian guru, harum atau bau aroma tubuh guru tersebut, panjang atau pendek
rambut guru (khusus guru laki – laki).
2. Telat atau jarang masuk, dengan beban 24 jam pelajaran dan banyaknya adminitrasi
yang harus dibuat oleh seorang guru ditambah lagi ada side job untuk menambah
penghasilan. Akan berdampak pada performa guru tersebut sehingga sering telat dan
tidak masuk.
3. Pilih kasih, sifat ini yang sering tidak disadari oleh guru dan sering membanding –
bandingkan siswa yang satu dengan siswa yang lain.
4. PR dan tugas sering tidak dikoreksi, dengan mengoreksi dan memberikan nilai
merupakan reward bagi siswa dimana guru telah menghargai hasil kerja keras siswa
tersebut.
5. Berkata kasar, perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif siswa terhadap
guru.
6. Suka perintah, suka memerintah siswa diwaktu dan tempat yang tidak sepantasnya.
7. Menghukum semena-mena, guru hanyalah manusia biasa dimana ada masalah diluar
sekolah yang sering terbawa disekolah. Perlunya sikap profesional guru untuk
membedakan masalah sekolah dengan masalah luar sekolah. Sehingga siswa tidak
menjadi pelampiasan untuk masalah – masalah guru tersebut.

D.Zawawi Imron (dalam Fathurrohman dan Sutikno,2007:49) menyatakan bahwa “Guru


yang baik ialah yang menganggap semua muridnya sebagai anak-anaknya sendiri, yang setiap
hari akan mendapat curahan kasih sayangnya. Guru yang baik ialah yang memberikan masa
depan cemerlang dengan membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang
menjanjikan”. Jadi, mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan
metodologi belajar saja tetapi disertai dengan rasa kasih sayang.

Selain faktor eksternal, ada faktor internal yang menyebabkan hilangnya sopan santun siswa
terhadap guru. Berikut adalah faktor internal penyebab lunturnya budaya sopan santun
siswa :

1. Posisi sosial lebih tinggi dari guru, hal ini sering terjadi bila mana sang siswa berasal
dari keluarga yang terpandang atau orang tuanya merupakan pejabat. Jadi dengan
posisi orang tuanya tersebut siswa seakan tidak takut pada apapun termasuk pada guru
karena orangtunya pasti akan mendukung anaknya.
2. Posisi ekonomi lebih baik dari guru, hal ini banyak terjadi disekolah favorit dan
internasional. Siswa tersebut akan memandang rendah gurunya, karena posisi
ekonominya lebih baik dari gurunya. Dimana siswa kesekolah dengan kendaraan
mobil, sedangkan sang guru hanya naik sepeda motor.
3. Siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, pada masa sekarang pendalaman
materi bukan hanya didapat dari sekolah. Bagi siswa yang serius belajar, mereka akan
mencari cara untuk menperdalam materi dengan cara kursus baik melalui lembaga
atau privat. Hal ini memungkinkan siswa bisa saja lebih paham dari siswa lainya. Apa
lagi bila siswa itu lebih paham dari gurunya maka akan memberikan pandangan
rendah terhadap guru tersebut.

(Rohana dalam Farista, 2013)

C.    Dampak yang ditimbulkan.

Faktor internal dan eksternal yang telah dijelaskan diatas apa bila tidak ditanggulangi dan
diatasi secara serius akan berdampak pada kegiatan belajar mengajar. Sikap profesional guru
dengan kode etiknya diharapkan bisa meredam sifat labil, energi yang besar, dan gelora yang
tinggi dari siswa.

Adapun dampak yang akan terjadi apa bila guru dan siswa tidak lebih jeli dan selektif untuk
menyikapi faktor – faktor tersebut yaitu :

1. Siswa tidak hormat dan segan pada guru


2. Siswa tidak mau dinasehati.
3. Tidak mendengarkan perkataan guru
4. Menganggap guru sebagai teman
5. Berani berkata kasar bahkan sampai melakukan tindak kekerasan kepada guru.

D.    Solusi untuk Mengembalikan Budaya Hormat Siswa

Pembudayaan merupakan suatu proses pembiasaan. Pembudayaan sopan santun dapat


dimaksudkan sebagai upaya pembiasaan sikap sopan santun agar menjadi bagian dari pola
hidup seseorang yang dapat dicerminkan melalui sikap dan perilaku keseharian. Menurut
Ujiningsih dan Antoro (2010:4-6), pembudayaan sopan santun dapat dilakukan di rumah dan
di sekolah.

Pembudayaan sopan santun di rumah dapat dilakukan melalui peran orang tua dalam
mendidik anaknya. Orang tua dapat melakukan hala-hal sebagai berikut:

1. Orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan santun di depan anak.
Contoh merupakan alat pendidikan yang sekaligus dapat memberikan pengetahuan pada anak
tentang makna dan implementasi dari sikap sopan santun itu sendiri.

2. Menanamkan sikap sopan santun melalui pembiasaan. Anak dibiasakan bersikap sopan
dalam kehidupan sehari hari baik dalam bergaul dalam satu keluarga maupun dengan
lingkungan.

3.  Menanamkan sikap sopan santun sejak anak masih kecil, anak yang sejak kecil dibiasakan
bersikap sopan akan berkembang menjadi anak yang berperilaku sopan santun dalam bergaul
dengan siapa saja dan selalu dpat menempatkan dirinya dalam suasana apapun. Sehingga
sikap ini dapat diajadikan bekal awal dalam membina karakter anak.

Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui program yang dibuat
oleh sekolah untuk mendesain skenario pembiasaan sikap sopan santun. Sekolah dapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.  Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan dengan
memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan oleh guru. Siswa sebagai
pembelajar dapat menggunakan guru sebagai model. Dengan contoh atau model dari guru ini
siswa dengan mudah dapat meniru sehingga guru dapat dengan mudah menananmkan sikap
sopan santun.

2.  Guru dapat selalu mengitegrasikan perilaku sopan santun ini dalam setiap mata pelajaran,
sehingga tanggungjawab perkembangan anak didik tidak hanya menjadi beban guru agama
dan guru BP saja.

3.   Guru agama dan guru BP dapat melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam penilain
secara afektif. Penilaian pencapain kompetensi dalam 2 matapelajaran ini hendaknya
difokuskan pada pencapain kompetensi afektif. Kompetensi kognitif hanya sebagai
pendukung mengusaan secara afektif.

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Lunturnya budaya hormat siswa terhadap guru merupakan masalah umum yang tengah
dihadapi oleh dunia pendidikan masa sekarang. Terdapat banyak faktor mempengaruhi
terjadinya masalah ini baik internal maupun eksternal. Untuk internal faktor tersebut berasal
dari diri siswa sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu perkembangan ICT, moderenisasi
kultur, pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat – obat terlarang serta faktor dari guru
sebagai tenaga pendidik.

Dari faktor eksternal diatas, perlunya kesadaran dan filterisasi siswa untuk memanfaatkan
ICT dan menyerap budaya asing serta dengan kesadaran dapat membudayakan sopan santun
baik dilingkungan rumah maupun sekolah. Dari sisi guru dan orang tua perlunya strategi atau
cara untuk mengembalikan budaya sopan santun siswa. Perlu adanya kerjasama yang baik
antara pihak sekolah dan orang tua agar budaya sopan santun siswa dapat terjaga dengan
baik. Semuanya merupakan suatu ikatan yang utuh, dan apabila terputus maka akan
menimbulkan masalah besar.

B.     Rekomendasi

Demi lestarinya budaya hormat siswa yang merupakan budaya warisan leluhur, hal yang
perlu dilakukan selaku siswa, guru dan orang tua adalah :

1. Siswa. Diharapkan siswa dapat membudayakan sopan santun baik dilingkungan


rumah maupun sekolah.
2. Guru. Sebagai tenaga pendidik, guru adalah model bagi siswa. Seorang guru
hendaknya selalu menunjukkan sikap hormat,sopan dan santun agar dapat menjadi
contoh bagi anak didiknya serta sesalu mengintegrasikan sopan santun disetiap proses
pembelajaran sehingga dapat menjadikan siswa manusia yang intelek dan berakhlak
mulia.
3. Orang tua. Sebagai orang tua yang baik hendaknya selalu menunjukkan dan
mengajarkan sikap hormat, sopan dan santun pada anak sedini mungkin mengingat
karakter dan watak anak akan terbentuk sejalan dengan kebiasaan yang sering
dilakukan sejak kecil.

Anda mungkin juga menyukai