Anda di halaman 1dari 14

BUDAYA MENANGKAP IKAN DILUBUK LARANGAN

(STUDI KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT DESA PANGKALAN


INDARUNG KECAMATAN SINGINGI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI)

Oleh: Susyanthi Fratama Putri/ 1201112377


Susyanthi_fratamaputri@yahoo.co.id
Pembimbing: Drs. Jonyanis, M.si
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, Pekanbaru
Kampus Bina Widya jalan HR. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru, 28293

ABSTRAK

Kearifan tradisional yang bersifat lokal yang merupakan salah satu warisan budaya
yang ada dalam masyarakat sesuai dengan daerahnya masing-masing yang secara turun
temurun dilaksanakan oleh kelompok masyarakat didalam daerah itu sendiri. Lubuk
Larangan adalah salah satu kearifan lokal dimana sungai dilindungi melalui ritual ataupun
sesuai dengan adat istiadat setempat. Sungai larangan atau lubuk larangan digunakan untuk
melindungi ikan-ikan yang sudah hampir punah maupun ikan-ikan lokal yang ada disekitar
sungai larangan tersebut. Penelitian ini berlokasi di Desa Pangkalan Indarung Kecamatan
Singingi Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau.Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui pelaksanaan sistem menangkap ikan dilubuk larangan pada masyarakat
Pangkalan Indarung, untuk mengetahui tujuan masyarakat menangkap ikan dilubuk larangan
pada masyarakat Pangkalan Indarung, dan untuk mengetahui kepercayaan yang melandasi
pemeliharaan atau menangkap ikan dilubuk larangan tersebut. Adapun Teori yang digunakan
adalah Teori Kearifan Lokal, Teori Sistem Sosial, dan Teori Kepercayaan. Metode penelitian
yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan melakukan
wawancara, observasi, dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya
menangkap ikan di lubuk larangan pada masyarakat desa Pangkalan Indarung merupakan
suatu kearifan lokal dimana penangkapan ikan dilakukan sekali setahun, dimana ada tahap-
tahap pelaksanaan menangkap ikan yaitu musyawarah adat, mamucuak (saat menangkap
ikan), dan persiapan peralatan. Tujuan adanya lubuk larangan dengan menangkap ikan satu
kali dalam satu tahun yaitu sebagai upaya pelestarian ikan-ikan langkah yang ada lubuk
larangan, tujuan ekonomi dan tujuan hasil pelelangan ikan.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Lubuk Larangan, Sistem Sosial

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 1


THE CULTURE OF FISHING IN LUBUK LARANGAN ( STUDY OF LOCAL WISDOM
IN RURAL COMMUNITIES IN PANGKALAN INDARUNG VILLAGE SINGINGI
DISTRICT KUANTAN SINGINGI REGENCY)

By: Susyanthi Fratama Putri/ 1201112377


Susyanthi_fratamaputri@yahoo.co.id
Consellor: Drs. Jonyanis, M.si
Sociology Major The Faculty of Social science And Political Science
University of Riau, Pekanbaru
Campus Bina Widya At HR Soebrantas Street Km.12,5 Simpang Baru Pekanbaru,28293

ABSTRACT
Traditional wisdom that is local is one of the cultural heritage in society according
to their respective regions that have historically been carried out by groups of people within
the region itself. Lubuk Larangan is one of the local wisdom where the river is protected
through the ritual or in accordance with local customs. Sungai Larangan or Lubuk Larangan
are used to protect the fish are already endangered or local fish around the river. This
research is located in Pangkalan Indarung village Singingi districts, Kuantan Singingi
Regency, Riau Province. The purpose of this study is to know the implementation of a catch
fish system on the people in Pangkalan Indarung village, to know the purpose of fishing
communities in Lubuk Larangan. The theory used is the theory of local wisdom, social
systems theory, and the theory of belief. The method used is qualitative data collection
techniques by conducting interviews, observation, and documentation. The results showed
that the culture of fishing in Lubuk Larangan on Villagers of Pangkalan Indarung is a local
wisdom where fishing is done once a year, where there are the stages of implementation of
the catch that is customary deliberation, mamucuak (while fishing), and the preparation
equipment. The purpose of fishing once a year in Lubuk Larangan, namely as efforts to
conserve endangered fish in Lubuk Larangan, economic goals and objectives of fish auction
results.

KeyWord: Lokal Wisdom, Lubuk Larangan, system social

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 2


PENDAHULUAN kondisi aliran sungai singingi yang ada di
Desa Pangkalan Indarung yang masih
1. Latar Belakang Masalah alami dan belum terkena pencemaran serta
Desa Pangkalan Indarung adalah dihuni oleh berbagai macam ragam jenis
satu–satu desa yang berada di Kecamatan ikan, maka pemuka masyarakat bersama
Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan aparatur pemerintah desa dan
yang mempunyai potensi alam yang masih tokoh adat lainnya yang membuat
terjaga kelestariannya sampai saat ini yaitu kesepakatan untuk melarang pengambilan
dinamakan Lubuk Larangan. Di Desa ikan–ikan yang ada di sungai singing,
Pangkalan Indarung memiliki kearifan panjang larangan tersebut ± 1.500 km,
lokal yaitu terdapat sebuah Lubuk, Lubuk yang pertama dibuatnya lubuk larangan
ini disebut oleh masyarakat setempat oleh masyarakat Desa Pangkalan Indarung
sebagai Lubuk Larangan yang yaitu untuk menjaga kebersihan air sungai
dimanfaatkan masyarakat Desa Pangkalan yang dipergunakan masyarakat untuk
tempat pemandian, dari berbagai macam
kotoran yang terbawa dan bermanfaat
sebagai pakan ikan secara alami.
Tujuan dilakukan penelitian ini
Indarung untuk menangkap ikan baik adalah Untuk mengetahui pelaksanaan
itu untuk dijual dan untuk dijadikan sistem menangkap ikan dilubuk larangan
konsumsi sendiri, pada dasar nya pada masyarakat Pangkalan Indarung,
penangkapan ikan di Lubuk Larangan ini untuk mengetahui tujuan masyarakat
hanya dapat ditangkap pada hari atau pada menangkap ikan dilubuk larangan pada
waktu yang telah ditentukan atau telah masyarakat Pangkalan Indarung, dan untuk
disepakati oleh kepala adat bersama mengetahui kepercayaan yang melandasi
masyarakat setempat. Sungai Larangan pemeliharaan atau menangkap ikan
adalah salah satu bagian sungai yang dilubuk larangan tersebut.
dilindungi melalui ritual atau pun sesuai
dengan adat istiadat didaerah yang TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai sungai larangan tersebut. 1. Kearifan Lokal
Sungai larangan atau lubuk larangan Kearifan lokal merupakan padanan
digunakan untuk melindungi ikan-ikan kata dari bahasa Inggris Local Wisdom.
yang sudah hampir punah maupun ikan- Local dalam bahasa Inggris adalah tempat
ikan lokal yang ada disekitar sungai sedangkan Wisdom adalah kearifan dengan
larangan tersebut. demikian kearifan lokal adalah
Lubuk Larangan ini mulai pemahaman atau kebijakan setempat.
diperlakukan larangannya semenjak tahun Kearifan lokal merupakan pengetahuan
1980, pada tahun 1989 jenis ikan sisik yang eksplisit yang muncul dari periode
seperti : ikan Tapah (Wallago Sp), Selais panjang yang berevolusi bersama – sama
(Kryptoterus palembangensis), Juaro masyarakat dan lingkungannya dalam
(Pangasiuspolyundaron), Toman (Channa sistem lokal yang sudah dialami bersama –
lucius), Gabus (Channa striata), Pantau sama.
(Rasbora caudimaculata), Barau Kearifan lokal juga merupakan
(Hampala Sp), Belida (Notopterus kepiawaian bagi masyarakat lokal, yang
boornensis), Kapiek (Puntioplites Sp), memiliki peran sebagai suatu tradisi
Tilan (Mastacembelus Sp), Motan misalnya dalam melakukan proteksi erosi
(Tynnicth tynodies), Baung (Mystus sungai dan berkembang biak ikan dilubuk
nemurus) dan Tuakang(Holostoma larangan. Kearifan lokal itu bisa berupa
teminci) , walaupun ada namun sudah jauh pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan
dari pemukiman masyarakat, melihat nilai-nilai yang bermanfaat untuk

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 3


mengelola kehidupan dan lingkungan 3. Teori Kepercayaan (Sosiologi
hidup serta kearifan lokal juga memilik Agama)
manfaat pula untuk kegiatan pembangunan Durkheim menganut pandangan
yang ramah lingkungan. bahwa kehidupan sosial membentuk
budaya masyarakat ( bahasa, hukum, adat
2. Sistem Sosial istiadat, nilai,dan sebagainya ) terutama
Lubuk larangan merupakan sebagai tatanan sosial tentang moralitas dan
suatu sistem sosial. Sistem adalah agama. Disamping karya-karyanya,
himpunan dari bagian-bagian yang saling Durkheim mempertahankan suatu
berkaitan, masing – masing bagian bekerja pandangan sosial radikal tentang perilaku
sendiri dan bersama – sama saling manusia sebagai sesuatu yang membentuk
mendukung; semua dimaksudkan untuk oleh kultur dan struktur sosial. Dalam The
mencapai tujuan bersama, dan terjadi pada Devision of Labour in Society,
lingkungan yang kompleks. Sistem adalah umpamanya, ia mengemukan bukti-bukti
dalam rangka pemecahan masalah yang sejarah untuk menunjukan bahwa
rumit, luas dan saling bergantungan satu individualism, yang oleh para pemikir
sama lain. sosial konservatif dianggap bertanggung
Tatang M. Amirin (1986) istilah jawab atas runtuhnya tatanan sosial,
sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu sebenarnya merupakan produk sosial juga,
system mempunyai pengertian sebagai yang hanya terdapat pada masyarakat-
berikut: masyarakat yang kompleks dan
1. Suatu keseluruhan yang tersusun dari berdasarkan pada pembagian kerja. Dalam
sekian banyak bagian. suicide, ia menggunakan sejumlah data
2. Hubungan yang berlangsung di antara statistik untuk membuktikan bahwa jumlah
satuan – satuan atau komponen rata-rata bunuh diri bervariasi sesuai
secara teratur. dengan perubahan solidaritas sosial dan
Menurut Alvin L. Bertrand dapat disimpulkan bahwa tindakan bunuh
(1980), menyatakan bahwa dalam suatu diri yang tampaknya bersifat pribadi itu
sistem sosial, paling tidak harus terdapat sebenarnya merupakan respons terhadap
(1) dua orang atau lebih, (2) terjadi kekuatan-kekuatan sosial. Suatu penjelasan
interaksi antara mereka, (3) mempunyai sosial mengenai agama dikembangkan
tujuan, dan (4) memiliki struktur, simbol dalam The Elemntary Form of Religious
dan harapan – harapan bersama yang di Life, dia mengutarakan bahwa perasaan-
pedomani. Sistem sosial pada dasarnya perasaan terpesona dan takzim yang
terbentuk dari interaksi antar individu yang merupakan respons manusia terhadap “
berkembang menurut standar penilaian yang sakral” sebenarnya merupakan
dan kesepakatan bersama, yaitu ekspresi ketergantungan mutlak seseorang
berpedoman pada norma – norma sosial. terhadap masyarakat (Langer, 2008).
Menurut Robert M.Z Lawang Konsepsi agama menurut
(1985), bahwa inti dari sistem sosial Durkheim meliputi pembedaan dua
adalah selalu ada hubungan timbal balik kategori yang saling berlawanan (oposisi
yang konstan. Konstan artinya apa yang biner ), yakni antara yang sakral dan
terjadi kemarin merupakan perulangan dari profane dan pembedaan antara kolektif dan
yang sebelumnya, dan besok akan diulang individual. Konsepsi mengenai sakral
kembali dengan cara yang sama. Didalam (sacred) menunjukan pada sesuatu yang
sistem sosial terdapat prinsip – prinsip bersifat suci, ketuhanan, dan berada di luar
tertentu berhubungan dengan keseragaman jangkauan alam fikir manusia. Sementara
anggapan tentang kebenaran, sehingga profane merupakan dunia nyata, dunia
keseimbangan hubungan sosial kelompok kehidupan sehari-hari yang berada di
dapat lebih terjamin. bawah kendali manusia. Agama

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 4


merupakan domain masyarakat (kolektif) merupakan bentuk paling asli (primitive)
seperti ritual yang dilakukan secara dari agama. Dengan demikian, agama
bersama-sama sedangkan magis dalam pandangan Durkheim, bergerak
merupakan yang dilakukan secara secara evolusioner. Analisis terhadap
individual. bentuk agama sederhana dapat
Studi yang dilakukan Durkheim menghasilkan kerangka (building block)
terhadap suku Aborigin difokuskan pada teori agama yang lebih kompleks.
totemisme, yakni binatang, tanaman, atau Agama bagi Durkheim bukan
objek – objek lain yang dianggap sakral. merupakan “ imaginasi “ , melainkan oleh
Totem merupakan citra atau gambaran beberapa penganut kepercayaan dilihat
nyata yang dapat ditangkap indra manusia. sebagai sesuatu yang esensial. Agama
Pembedaan antara satu kelompok atau sangat rill (nyata). Agama merupakan
suku tertentu dapat diidentifikasi dari ekspresi masyarakat itu sendiri, tidak ada
totem yang digunakannya. Dalam masyarakat yang tidak memiliki agama.
pandangan Durkheim, agama yang paling Orang merasa sebagai individu, ada suatu
tua ialah totemisme. Sekalipun suku – kekuatan yang lebih besar dari dirinya,
suku tertentu mengklaim dirinya yakni kehidupan sosial dan ia sendiri
melakukan pemujaan terhadap Tuhan atau mempunyai persepsi yang bersifat
dewa, tetapi kenyataannya setiap suku supernatural. Manusia kemudian
membedakan dirinya dari suku lain mengekspresikan dirinya secara religius
melalui totem. dalam kelompok dan membangun
Durkheim mendefinisikan agama kekuatan simbolis lebih besar. Agama
dalam karyanya Elentary Forms, sebagai adalah sebuah ekspresi kesadaran kolektif,
sesuatu sistem kesatuan kepercayaan dan yang menggabungkan seluruh kesadaran
praktik–praktik relative suci (sakral) yang individu yang kemudian menciptakan
dapat dikatakan seperangkat pemisahan realitas dari apa yang dimilikinya.
dan larangan kepercayaan – kepercayaan Selanjutnya, masyarakat yang kurang
serta praktik yang menyatu kedalam kompleks seperti aborigin Australia,
komunitas moral tunggal dinamai sebuah mempunyai sistem kepercayaan yang lebih
gereja. Definisi itu merupakan definisi sederhana, termasuk totem yang
fungsional dari agama, memiliki arti yang berhubungan dengan klan khusus. Makin
menjelaskan peran agama dalam kompleks masyarakat makin kompleks
kehidupan sosial. Secara esensial agama sistem totemnya. Ketika masyarakat
menyatukan masyarakat. Durkheim berhubungan dengan masyarakat lain,
mendefinisikan agama sebagai sebuah terjadi kecenderungan sistem keagamaan
oposisi biner, yakni antara sakral dan yang semakin menekankan universalisme
profane, akibatnya hal itu parallel dengan yang lebih besar. Meskipun demikian,
pembedaan antara Tuhan dan manusia. pembagian kerja yang terjadi membuat
Konsep sakral sendiri dalam individu menjadi semakin penting. Dalam
pandangan Durkheim merupakan salah masyarakat modern, sistem keagamaan
satu karakteristik agama. Berdasarkan semakin fokus pada keselamatan dan
hasil penelitiannya mengenai totemisme kesadaran individu. (Sindung Haryanto
dikalangan suku Aborigin di Australia, 2015 : 22-24, 58-60 )
Durkheim berkesimpulan bahwa agama
merupakan refleksi perhatian masyarakat. 4. Lembaga Sosial
Setiap suku mempunyai totemisme yang Lembaga berasal dari kata institution
dapat berupa objek tertentu seperti yang pengertiannya tentangsesuatu yang
tanaman atau binatang yang kemudian telah mapan (established). Dalam
disakralkan oleh masyarakat sekaligus pengertian sosiologis, lembaga dapat
menjadi symbol identitas. Totemisme ini dilukiskan sebagai suatu organ yang

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 5


berfungsi dalam kehidupan masyarakat. agar ada keteraturan dan integrasi dalam
Lembaga – lembaga terbentuk dari suatu masyarakat.
kebiasaan yang dilakukan terus – menerus Lembaga sosial bermula dari
sampai menjadi adat istiadat; kemudian tumbuhnya suatu kekuatan ikatan
berkembang menjadi tata kelakuan hubungan antar manusia dalam suatu
(mores). masyarakat. Ikatan hubungan antar
Menurut R. Mac Iver dan CH. manusia sangat erat kaitannya dengan
Page dalam buku berjudul Society, keberlakuan suatu norma sebagai patokan
lembaga merupakan bentuk – bentuk atau dalam usaha memenuhi kebutuhan
kondisi – kondisi prosedur yang mapan, hidupnya. Lembaga kemasyarakatan
yang menjadi karakteristik bagi aktivitas merupakan kumpulan norma – norma
kelompok. Sedangkan menurut Mayor sosial yang dianggap dapat membantu
Polak JBAF. (1979 ), menyatakan bahwa masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
lembaga atau social institution, adalah hidupnya dengan berbagai pola
suatu kompleks atau sistem peraturan– kemasyarakatan yang berlaku.
peraturan dan adat istiadat yang Menurut H. M. Johnson (1960),
mempertahankan nilai – nilai yang bahwa suatu norma terlembaga
penting. (institutionalized) dalam sistem sosial
Menurut Selo Soemardjan dan tertentu, apabila dipenuhi paling sedikit
Soelaiman Soemardi (1964) tiga syarat, yakni:
menerjemahkan social institution sebagai “ 1. Bagian terbesar dari warga
lembaga kemasyarakatan “. Lembaga suatu sistem sosial menerima
dianggap tepat, kecuali menunjuk pada norma tersebut.
suatu bentuk, juga mengandung pengertian 2. Norma tersebut telah menjiwai
abstrak tentang adanya kaidah – kaidah. bagian terbesar warga – warga
Lembaga itu mempunyai tujuan untuk sistem sosial tersebut.
mengatur antara hubungan yang diadakan 3. Norma tersebut bersanksi.
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
paling penting. 5. Norma Sosial
Menurut W. Hamilton, bahwa Norma sosial menurut pandangan
lembaga merupakan tata – cara kehidupan sosiologis, banyak dititik beratkan pada
kelompok, yang apabila dilanggar akan kekuatan dari serangkaian peraturan
dijatuhi perbagai derajat sanksi. Kemudian umum, baik tertulis maupun tidak tertulis,
Soerjono Soekanto (1982) dari sudut mengenai tingkah laku atau perbuatan
sosiologis dengan meletakan institusi manusia yang menurut penilaian anggota
sebagai lembaga kemasyarakatan, yaitu kelompok masyarakat sebagai
sebagai suatu jaringan daripada proses – sesuatunyang baik atau buruk, pantas atau
proses hubungan antar manusia dan antar tidak pantas. Norma sosial dalam
kelompok manusia yang berfungsi untuk kehidupan masyarakat sehari – hari
memelihara hubungan – hubungan tersebut dianggap sebagai alat kendali atau batasan
serta pola – polanya, sesuai dengan tindakan anggota masyarakat untuk
kepentingan – kepentingan manusia dan memilih peraturan yang diterima atau tidak
kelompoknya. dalam suatu pergaulan.
Menurut Sumner melihat dari Alvin L. Betrand mendefinisikan
sudut kebudayaan, mengartikan lembaga norma sebagai suatu standar – standar
kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita– tingkah laku yang terdapat di dalam semua
cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, masyarakat. Bahwa norma sebagai suatu
yang mempunyai sifat kekal serta yang bagian dari kebudayaan non – materi,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan – norma – norma tersebut menyatakan
kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 6


konsepsi – konsepsi teridealisasi dari atau adat istiadat. Anggota masyarakat
tingkah laku. yang melanggar adat istiadat, akan
Norma – norma tersebut biasanya menderita sanksi yang keras yang kadang
oleh masyarakat dinyatakan dalam bentuk – kadang secara tidak langsung
– bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan adat diperlakukan.
istiadat atau hukum adat. Norma terbentuk Menurut Richard T. Schaefer
tidak disengaja; proses sosial relative lama, (2012:72) Norma (norms) adalah standar
tumbuhlah aturan diakui bersama secara perilaku yang dibuat dan dipertahankan
sadar. secara sosiologis dikenal adanya dalam suatu masyarakat. Untuk menjadi
empat pengertian yaitu cara (usage), signifikan, norma harus ditaati dan
kebiasaan (folkways), tata kelakuan dimengerti bersama. Sosiologi
(mores), dan adat istiadat (custom) membedakan norma – norma dengan dua
Menurut Soerjono Soekanto cara yaitu pertama, norma digolongkan
(1982:174) untuk mendapatkan sebagai norma formal atau norma
membedakan kekuatan mengikat norma – informal. Norma formal (formal norms)
norma yaitu Cara (usage) menunjuk pada yang umumnya tertulis dan memiliki
suatu bentuk perbuatan. Norma ini hokum yang jelas bagi yang melanggar,
mempunyai kekuatan memaksa yang norma hukum merupakan norma yang
lemah bila dibandingkan dengan kebiasaan formal. Menurut Donald Black (1995
(folkways). Kebiasaan menunjuk pada )dalam Schaefer ( 2012 : 72 )mengistilah
perbuatan yang diulang – ulang dalam hukum (law) sebagai “ kontrol sosial
bentuk yang sama. Cara (usage) lebih pemerintah ” yang berarti bahwa hukum
menonjol didalam hubungan antarindividu adalah norma formal yang di paksakan
dalam masyarakat. Kebiasaan (folkways ) oleh Negara.
mempunyai kekuatan mengikat lebih besar Sementara itu, norma informal
daripada cara. (informal norms) adalah norma yang
Menurut Mac Iver dan Page dipahami bersama, namun tidak dicatat
dalamSoerjono Soekanto (1982 : 175), secara khusus. Misalnya norma adat dan
kebiasaan merupakan perilaku yang diakui norma agama. Norma juga dibedakan oleh
dan diterima oleh masyarakat kebiasaan kepentingan mereka terhadap masyarakat.
tersebut tidak semata – mata dianggap Jika diklasifikasikan menurut cara ini,
sebagai cara perilaku saja. Akan tetapi, dikenal dengan mores dan folkways.
bahkan diterima sebagai norma – norma Mores adalah norma yang
pengatur, maka kebiasaan disebut sebagai dipandang sangat penting untuk
mores atau tata kelakuan. Tata kelakuan kesejateraan suatu masyarakat karena
mencerminkan sifat – sifat yang hidup mengandung suatu prinsip yang dihargai
dalam kelompok manusia yang orang. Folkways adalah norma yang
dilaksanakan sebagai alat pengawas, mengatur kehidupan sehari – hari.
secara sadar maupun tidak sadar, oleh Folkways memiliki peran penting dalam
masyarakat terhadap anggota – membentuk perilaku hidup sehari – hari
anggotanya. Tata kelakuan di satu pihak dari anggota suatu budaya.
memaksakan suatu perbuatan dan di lain
pihak melarangnya sehingga secara
langsung merupakan alat agar anggota 6. Unsur-unsur Sistem Sosial
masyarakat menyesuaikan perbuatan – Peranan dan perbedaan sosial; akan
perbuatannya dengan tata kelakuan tetapi sesungguhnya secara lebih luas,
tersebut. Tata kelakuan yang kekal serta banyak sekali komponen yang terkandung
kuat integrasinya dengan pola – pola dalam pengertian sistem sosial itu.
perilaku masyarakat dapat meningkat
kekuatan mengikatnya menjadi custom

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 7


Menurut Alvin L. Betrand ( 1980 baik sesuai dengan syarat-syarat yang
), ada sepuluh unsur yang terkandung telah disepakati bersama-sama.
dalam sistem sosial, yaitu sebagai berikut: 4. Norma
1. Keyakinan (pengetahuan) Norma – norma sosial menurut
Keyakinan merupakan unsur Alvin, dapat dikatakan sebagai patokan
sistem sosial yang dianggap sebagai tingkah laku yang diwajibkan atau
pedoman dalam melakukan dibenarkan di dalam situasi–situasi
penerimaan suatu pengetahuan dalam tertentu. Unsur norma ini merupakan
kehidupan kelompok sosial dalam komponen sistem sosial yang dapat
masyarakat. Misalnya dalam dianggap paling kritis untuk
masyarakat desa pangkalan indarung memahami serta meramalakan aksi
mereka masih bisa meyakini dan atau tindakan manusia. Untuk menjaga
menerima dengan ada nya lubuk keutuhan, pengelolaan dan menjaga
larangan tersebut. kawasan lubuk larangan yang
2. Perasaan (sentimen) mengatur yaitu hukum adat yang
Perasan menurut Alvin, mempunyai ketentuan-ketentuan dan
menunjukan pada bagaimana perasaan aturan-aturan yang sesuai dengan adat
pada anggota suatu sistem sosial didesa pangkalan indarung.
(anggota kelompok) tentang hal–hal,
peristiwa– peristiwa serta tempat– 5. Status dan peranan
tempat tertentu. Unsur perasaan sangat Menurut Alvin, status
membantu dalam rangka menjelaskan merupakan serangkaian tanggung
pola–pola tingkah laku yang tidak jawab, kewajiban serta hak – hak yang
dapat dijelaskan melalui cara–cara sudah ditentukan dalam suatu
lain. Pada masyarakat desa pangkalan masyarakat. Sedangkan pola tingkah
indarung memiliki suatu kearifan lokal laku yang diharapkan dari orang-orang
yaitu lubuk larangan merasa sangat pemangku suatu status, dinamakan
bangga atau merasa senang bisa peranan. Peranan- peranan sosial saling
menjaga dan mempertahankan lubuk berpadu sedemikian rupa, sehingga
larangan secara turun temurun dengan saling tunjang menunjang secara
baik. Dengan adanya lubuk larangan timbal balik di dalam hal yang
menjadi sebuah daya tarik bagi menyangkut tugas, hak, dan kewajiban.
pemimpin daerah untuk berkunjung ke Oleh karena itu suatu penampilan
desa pangkalan indarung seperti peranan status (status–role
gubernur masa bapak Ruzli Zainal, performance) adalah proses
Mambang Mit, dan Bupati kuantan penunjukan atau penampilan dari status
singingi bapak Sukarmis. dan peranan sebagai unsur struktural di
3. Tujuan, sasaran atau cita – cita dalam sistem sosial. Dalam
Cita – cita, tujuan atau sasaran, pengelolaan lubuk larangan ini
di dalam suatu sistem sosial dilakukan kelembagaan niniak mamak
merupakan pedoman bertindak agar didesa pangkalan indarung. Didalam
program kerja yang telah ditetapkan lembaga ninik mamak dipimpin oleh
dan disepakati bersama dapat tercapai datuk nan baduo yaitu Datuk Bandar
secara efektif. Dalam pengelolaan dan Datuk Sutan Penghulu mereka
lubuk larangan yang ada di desa berdua disebut juga dengan Pucuk
pangkalan indarung memiliki tujuan Pimpinan adat.
agar cucu kemenakan atau masyarakat 6. Tingkatan atau pangkat(rank)
setempat bisa menjaga serta Tingkatan atau pangkat
melestarikan lubuk larangan dengan merupakan unsur sistem sosial yang
berfungsi menilai perilaku–perilaku

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 8


anggota kelompok. Sebaliknya suatu
proses penilaian terhadap perilaku – METODOLOGI PENELITIAN
perilaku anggota kelompok, Penelitian ini dilakukan dengan
dimaksudkan untuk memberikan metode kualitatif yaitu metode yang
kepangkatan (status) tertentu yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau
dianggap sesuai dengan prestasi – informasi dari kelompok masyarakat
prestasi yang telah dicapai. melalui observasi dan dokumentasi serta
7. Kekuasaan atau pengaruh (power) wawancara Key informan yaitu orang-
Istilah kekuasaan menunjukan orang atau masyarakat yang memahami
pada kapasitas penguasaan seseorang atau yang terlibat dalam pengelolaan lubuk
terhadap anggota – anggota kelompok larangan terdiri dari aparat pemerintah
atau organisasi.Sistem sosial suatu kecamatan, aparat pemerintah desa, tokoh
kekuasaan merupakan patokan bagi adat, tokoh agama, cerdik pandai,
para anggota suatu kelompok atau pengelola lubuk larangan, dan warga
organisasi dalam menerima berbagai masyarakat asli pangkalan indarung.
perintah dan tugas.
8. Sanksi HASIL PENELITIAN
Sanksi merupakan ancaman Desa Pangkalan Indarung terletak
hukum yang biasanya ditetapkan oleh dalam wilayah Kecamatan Singingi
masyarakat terhadap anggota – Kabupaten Kuantan Singingi, Desa
anggotanya yang dianggap melanggar Pangkalan Indarung terletak di pinggiran
norma – norma sosial kemasyarakatan. hulu sungai singingi. Jarak dari Desa
Aturan-aturan yang telah dibuat dan Pangkalan Indarung ke Ibukota Kecamatan
disepakati akan dijalankan secara turun sejauh 32 km dan ke Ibukota Kabupaten
temurun tapi apabila ada yang 64 km serta ke Ibukota Propinsi 165 km.
melanggar dari aturan tersebut akan Sedangkan luas Desa Pangkalan indarung
mendapat sanksi sesuai dengan aturan 2.480,03 ha/m² dan adapun batas-batas
adat yang telah diputuskan oleh ninik desanya sebagai berikut:
mamak dalam pengelolaan lubuk  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
larangan tersebut. Pulau padang.
9. Sarana atau fasilitas  Sebelah Selatan berbatasan dengan
Secara umum sarana Desa Mudik Ulo.
dimaksudkan sebagai cara yang  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa
digunakan untuk mencapai tujuan dari Serosah.
sistem sosial. Yang paling penting dari  Sebelah Barat berbatasan dengan
unsur sarana adalah terletak dari Provinsi Sumatra Barat.
kegunaannya bagi suatu sistem sosial. Masyarakat di sekitar aliran sungai
Sistem sosial pada prinsipnya Pangkalan Indarung sejak tahun 1982
mengutamakan fungsi dari suatu sarana melalui keputusan ninik mamak, telah
agar dapat dimanfaatkan semaksimal menetapkan sebagian wilayah aliran
mungkin, betapapun sederhananya sungai tersebut sebagai wilayah yang
sarana tersebut. terlarang untuk diambil hasil ikannya
10. Tekanan ketegangan (Stress– strain) selama jangka waktu tertentu atau dikenal
Suatu sistem sosial yang dapat dengan istilah lubuk larangan. Akan tetapi
hidup secara terorganisir tergantung masyarakat masih dapat mengambil ikan
pada sedikit banyaknya unsur tekanan di wilayah yang tidak ditetapkan sebagai
kegiatan bagi anggota – anggota lubuk larangan. Kawasan lubuk larangan
kelompok sehubungan dengan usaha Pangkalan Indarung berada di sekitar
pencapaian tujuan – tujuan dari aliran sungai Pangkalan Indarung dengan
kelompok tersebut. panjang 1.500 meter dan lebar 35 meter

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 9


dengan kedalaman sungai sekitar 3 sampai menjaga lingkungan yang adadalam
5 meter. wilayah Desa Pangkalan Indarung.
Desa Pangkalan Indarung yang Adapun aturan adat yang telah
berbatasan langsung dengan kawasan diputuskan ninik mamak tersebut adalah :
lindung Bukit Barisan sehingga 1. Apabila masyarakat umum
pengembangan desa pada bagian barat khususnya orang dewasa
tidak bisa dilakukan. Tujuan dengan melakukan penangkapan ikan di
penetapan kawasan lindung adalah untuk kawasan Lubuk Larangan akan
melindungi sumberdaya alam atau didenda sebesar Rp. 500.000 per
sumberdaya buatan yang ada di dalamnya, ekor ikan.
hal ini juga ditujukan untuk mencegah 2. Apabila yang melakukan
berbagai kegiatan budidaya yang dapat penangkapan ikan adalah
mengganggu kelestarian lingkungan baik pemangku adat atau perangkat
pada kawasan lindung maupun daerah desa akan didenda sebesar Rp.
sekitarnya. Penetapan kawasan lindung 1.000.000 per ekor ikan, dan
Kabupaten Kuantan Singingi mengacu selanjutnya akan dilakukan
pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang pencopotan jabatan baik itu
Pengelolaan Kawasan Lindung. sebagai pemangku adat maupun
Di Desa Pangkalan Indarung sangat sebagai perangkat desa.
kental dengan adat istiadat cucu 3. Pembeli atau penadah dari hasil
keponakan sangat patuh pada pimpinan tangkapan tersebut didenda
adat atau suku sehingga peran dan fungsi sebesar Rp 500.000,- per orang.
adat atau suku di Desa Pangkalan 4. Hasil denda yang diperoleh dari
Iindarung memiliki peran besar. Adapun pelanggaran penangkapan ikan di
suku-suku yang terdapat di Desa kawasan Lubuk Larangan akan
Pangkalan Indarung di bawah payung adat diberikan kepada pihak pelapor
Antau Singingi adalah sebagai berikut : sebagai imbalan sebesar 50% dari
1. Suku Piliang yang di pimpin oleh denda yang diberikan, sedangkan
Datuk Sutan Penghulu yang 50% lagi akan menjadi kas
2. Suku Kampai dipimpin oleh Desa untuk pembangunan Desa.
Datuk Bandaro 5. Bagi mereka yang tidak mau
3. Suku Caniago dipimpin oleh membayar denda, maka orang
Datuk Lelo Mangkuto tersebut akan dikucilkan dari
4. Suku Jo Melayu dipimpin oleh masyarakat sesuai dengan istilah
Datuk Jo Melayu adatnya (diletakkan di atas bukit
Selanjutnya dalam ketentuan ini yang tidak berangin dan dilembah
pemerintahan desa tetap dilibatkan dan yang tidak berair), dengan maksud
diikut serta kan dalam pengambilan segala sesuatu yang akan
keputusan atau musyawarah adat yaitu dilakukan orang tersebut
Kepala desa beserta perangkat desanya. pemangku adat tidak mau peduli.
Namun secara adat unsur-unsur Sementara yang menjadi
kelembagaan adatlah yang sangat berperan wewenang pada daerah tersebut
penting dalam menentukan keputusan apa adalah pemangku adat, sebagai
yang akan diambil oleh suatu daerah atau contoh apabila punya hajat, pesta
desa.Masyarakat Desa Pangkalan Indarung pernikahan maka pemangku adat
sangat menghormati dan mematuhi apa- tidak akan hadir dan begitu juga
apa yang menjadi keputusan adat. dengan masyarakatnya tidak akan
Keputusan adat yang telah dikeluarkan hadir, karena takut dengan
dengan pertimbangan demi menjaga pemangku adat.
kelestarian sumberdaya lokal serta

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 10


6. Apabila pelaku dan penadah 1. Tujuan Membangun Lubuk
tertangkap akan diproses oleh Larangan
Dubalang Ninik Mamak untuk Masyarakat di sekitar aliran sungai
diselesaikan secara adat sesuai singingi Desa Pangakalan Indarung sejak
dengan anak kemenakan yang tahun 1982 melalui keputusan adat ninik
bersangkutan. mamak telah menetapkan sebagian
Beberapa aturan yang ditetapkan wilayah aliran sungai tersebut sebagai
oleh pemangku-pemangku adat di Desa wilayah yang terlarang untuk diambil
Pangkalan Indarung sebagai upaya ikannya selama jangka waktu tertentu atau
penyelamatan lingkungan perairan dan dikenal dengan istilah lubuk larangan.
sumberdaya genetik ikan-ikan lokal serta Tetapi masyarakat masih bisa menangkap
upaya pelestarian sumberdaya ikan-ikan ikan di wilayah yang tidak ditetapkan
lokal yang ada di Lubuk Larangan, dimana sebagai lubuk larangan. Adapun tujuan
dengan aturan yang ditetapkan berjalan dari pembangunan lubuk larangan yaitu
sesuai dengan harapan karena pengaruh sebagai bentuk pelestarian perairan agar
adat di Desa Pangkalan Indarung sangat tidak rusak dan tidak tercemar.
besar dan masyarakatnya masih sangat 2. Tujuan Pelestarian
menghormati para pemangku adat. Secara ekologi dampak kearifan
Disamping aturan adat yang begitu lokal lubuk larangan adalah mencegah
ketat, namun aturan ini masih mempunyai kerusakan lingkungan sungai,
toleransi pada hal-hal tertentu seperti menanggulangi kerusakan sungai dan
orang sakit dalam hal ini sangat memulihkan kerusakan lingkungan air
menginginkan makan jenis ikan tertentu serta ekosistem air.
yang ada pada kawasan Lubuk Larangan 3. Tujuan Ekonomi
maka diperbolehkan melakukan Dalam panen ikan yang
penangkapan dengan catatan yang boleh dilaksanakan sekali dalam satu tahun
melakukan penangkapan adalah seorang untuk kesejahteraan masyarakat setempat,
Monti (Pengurus Adat) dan disaksikan supaya adil dibagi per kepala keluarga
oleh beberapa orang dari pemangku adat, demi terwujudnya pemerataan sebagai
perangkat desa dan masyarakat. tradisi masyarakat Pangkalan Indarung
Kawasan Lubuk Larangan ini kebudayaan penangkapan ikan di lubuk
terletak disepanjang Desa Pangkalan larang.
Indarung yang panjang perairan yang 4. Tujuan Pembayaran Hasil
menjadi kawasan inti lebih kurang 1.500 Lelang Ikan
Meter setelah sampai pada batas waktu Tujuan pembayaran dari hasil
yang telah ditetapkan maka dilakukan pelelangan ikan yang dilakukan setelah
penangkapan secara bersama-sama yang selesai menangkap ikan yaitu dana hasil
lebih dikenal oleh masyarakat setempat lelang ikan digunakan untuk pembangunan
dengan istilah “Mamucuak(Menangkap Desa Pangkalan Indarung seperti
Ikan)” pembangunan mesjid, surau, menyantuni
Pemanfaatan lubuk larangan untuk anak yatim piatu serta untuk kegiatan –
menunjang pembangunan desa sampai saat kegiatan sosial lainnya.
ini masih tetap dilaksanakan oleh
masyarakat setempat sebagai sumber PENUTUP
pendapatan desa. Peraturan desa tentang
larangan penangkapan ikan dalam jangka 1. Kesimpulan
waktu tertentu telah ditetapkan melalui 1.1 Pelaksanaan Menangkap Ikan
kesepakatan kepala suku atau niniak DiLubuk Larangan
mamak bersama pemerintah desa. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa budaya menangkap ikan dilubuk

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 11


larangan pada masyarakat desa Pangkalan desa pangkalan indarung seperti
Indarung merupakan suatu kearifan lokal pembangunan mesjid, surau, menyantuni
dimana penangkapan ikan dilakukan sekali anak yatim piatu serta untuk kegiatan
setahun secara massal oleh masyarakat sosial lainya.
desa Pangkalan Indarung untuk 1.3 Kepercayaan yang Melandasi
melaksanakan tradisi yang sudah ada. Pemeliharaan atau Menangkap
Yang melandasi membangun lubuk Ikan DiLubuk Larangan
larangan yaitu melindungi dan menjaga Menurut kepercayaan atau mitos
kelestarian lingkungan air agar tidak rusak yang berkembang ditengah masyarakat
dan tercemar, serta melindungi biota air desa pangkalan indarung tentang ikan yang
dan ikan-ikan yang hampir punah. Niniak ada dilubuk larangan adalah apabila
mamak berperan dalam penetapan lubuk seseorang mencuri atau menangkap ikan
larangan sehingga cucu kemanakan tunduk dilubuk larangan, ikan yang dicuri tersebut
terhadap aturan yang ditetapkan oleh ninik dimasak dan dimakan, maka orang yang
mamak tersebut, hal ini menandakan mencuri atau menangkap ikan itu akan
bahwa ninik mamak mendapat tempat mengalami sakit perut akibat menangkap
yang lebih tinggi ditengah masyarakat ikan atau mencuri tersebut. Sehingga
Desa Pangkalan Indarung. masyarakat yang ada di desa pangkalan
Dimana ada tahap-tahap indarung tidak berani menangkap ikan
pelaksanaan menangkap ikan yaitu disekitar area lubuk larangan karena selain
musyawarah adat, mamucuak (saat ada mitos yang berkembang juga ada
menangkap ikan), dan persiapan peralatan sanksi adat yang berlaku bagi yang
yang digunakan untuk menangkap ikan. menangkap ikan secara diam-diam dilubuk
Serta tata aturan yang ada dalam larangan tersebut.
menangkap ikan yaitu dalam menangkap
ikan ditentukan orang-orang yang akan 2. Saran
turun menangkap ikan dilubuk larangan Dari hasil penelitian dapat
tersebut, setelah selesai menangkap ikan diberikan beberapa saran yaitu :
semua ikan terkumpul serta dimasak dan 2.1.Perlu komitmen dari pemerintah
dimakan bersama – sama dengan tamu dalam menjaga dan melindungi
undangan di mesjid ataupun di lapangan. sumberdaya perairan untuk
mempertahankan keaslian jenis-
1.2. Tujuan Menangkap Ikan jenis ikan lokal dan lingkungan
DiLubuk Larangan untuk masa-masa yang akan
Hasil penelitian dapat datang.
disimpulkan bahwa tujuan masyarakat 2.2.Kearifan lokal lubuk larangan di
menangkap ikan dilubuk larangan yaitu desa Pangkalan Indarung sebagai
secara ekologi dampak kearifan lokal wujud atas partisipasi dan
lubuk larangan adalah mencegah kesadaran yang tinggi dari
kerusakan lingkungan sungai, masyarakat agar terus menjaga dan
menanggulangi kerusakan sungai dan melindungi kawasan perairan.
memulihkan kerusakan air serta ekosistem 2.3.Menjadikan wilayah lubuk
air dan melindungi ikan-ikan yang hampir larangan yang ada di Desa
punah. Dalam panen ikan yang Pangkalan Indarung sebagai tempat
dilaksanakan sekali setahun secara wisata.
ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat
dimana agar dapat memenuhi gizi
khususnya protein dari ikan untuk
masyarakat, tujuan dari pembayaran hasil
lelang ikan digunakan untuk pembangunan

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 12


DAFTAR PUSTAKA -----------------, 2001b Kearifan Puak
Melayu Riau Memelihara Lingkungan
AbdulSyani. 2012;Sosiologi Skematika, Hidup. UIR Press. Pekanbaru
Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi Helvi, T. 2010. Persepsi dan Partisipasi
Aksara. Masyarakat dalam Mengelola Perikanan
Adriadi, 2013; kearifan lokal masyarakat di Kawasan Rantau Larangan.
dalam pengelolaan danau bakuok Thesis. PSIL PPs UNRI (Tidak
didesa aur sati kecamatan diterbitkan)
Tambang kabupaten Kampar http://kubuskecil.blogspot.com/2014/02/pe
provinsi Riau. Sosial ekonomi ngertian-kearifan-lokal.html
perikanan. Unversitas riau. diakses Tanggal 07 Maret 2015
Amri Fauzul, 2012; Kearifan lokal lubuk Pukul 15.00 Wib.
larangan sebagai upaya http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle
pengelolaan sumber dayasungai /123456789/39569/Chapter%20II.
singing di desa Pangkalan pdf;jsessionid=3F6285389916D9
indarung. Ilmu lingkungan. C389178F8E9DE98359?sequence
Universitas Riau. =3 diakses Tanggal 07 Maret
Amrin, 2008. Nilai-Nilai Bimbingan 2015 pukul 16.00 Wib.
Kearifan Lokal Tradisi Mancokou. Haryanto Sindung, SOSIOLOGI AGAMA :
Skripsi. FKIP UNRI (Tidak Dari Klasik Hingga PostModern,
diterbitkan) Yogyakarta: Ar – Ruzz Media.
--------------, 2007d Surat Keputusan 2015.
Nomor 70/PKL/2007 tentang Humas Sekretariat Daerah. 2009. Galeri.
Pengukuhan Kelompok Taluk Kuantan
Masyarakat Pengawas Johnson, Doyle. P, Teori Sosiologi Klasik
(POKMASWAS) Lembaga Adat dan Modern 2, terjemahan Robert
Pangkalan Indarung M.Z Lawang.Jakarta: Gramedia.
---------------, 2007e Surat Keputusan 1987.
Nomor 523.4/SDH/505A tentang LAM-Singingi. 2007. Musyawarah
Pembentukan Kelompok Pengawas Masyarakat Adat Antau
Masyarakat (POKMASWAS) Singingi.Robbani Press. Jakarta
Lembaga Adat Pangkalan Ma’arif. S, 2008. Konservasi Kawasan
Indarung Kecamatan Singingi Perairan Indonesia Bagi Masa
Damsar dan indrayani. Pengantar Depan Dunia. Direktur Jenderal
sosiologi ekonomi. Jakarta: Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kencana, 2013. Kecil. Jakarta
Dwirianto Sabarno, kompilasi Sosiologi Nuari, 2010. Kearifan Lokal Masyarakat
Tokoh dan Teori. Pekanbaru : Ur Dalam Melestarikan Hutan Tropis.
Press, 2013. Tesis.PSIL PPs UNRI (Tidak
Elviriadi, 2006. Kearifan Tradisional diterbitkan)
Masyarakat Kampar dalam Saam, Z dan Arlizon. 2011. Kearifan
Memelihara Lingkungan Hidup. Lokal Perkandangan di
Tesis. PSIL PPs Unri, Pekanbaru Kenegerian
(Tidak diterbitkan) Sentajo.Jurnal Ilmu Lingkungan.
Halkis, 2006. Revitalisasi Hak Ulayat. 5(1): 10-17
Pusaka Riau. Pekanbaru Suhana, 2009. Pengakuan Keberadaan
Hamidy, UU, 1987a Rimba Kepungan Kearifan Kokal Lubuk Larangan
Sialang. Balai Pustaka.Jakarta.145 hal Indarung Kabupaten Kuantan
Singingi dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Bogor.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 13


http://www.google.com
(dikunjungi tanggal 24 Juli 2011).
Schaefer.T. Richard, Sosiologi ( sociology
). Jakarta: Salemba Humanika.
2012.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo
Persada. 2012.
Veraliza, Saam Z. Thamrin. Jurnal Ilmu
Lingkungan. Manajemen Kearifan
Lokal Lubuk Larangan Desa
Pangkalan Indarung Kabupaten
Kuantan Singingi Provinsi Riau.
2014 : 8 ( 2 )

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 14

Anda mungkin juga menyukai