Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki 38 provinsi dengan ekspresi etnis dan budaya tradisional
dan budaya tradisional berbeda. Kekayaan ekspresi budaya tradisional dan warisan
budaya tradisional sebenarnya sangat berharga sebagai identitas suatu bangsa dan
pembangunan ekonomi suatu bangsa, terutama Indonesia. Ekspresi budaya tradisional
dan warisan budaya tradisional yang ada di Indonesia tumbuh dari berbagai kegiatan
dan kreativitas masyarakat adat yang menempati wilayah Indonesia dengan fitur
khas.(Setyaningtyas et al., 2016). secara etimologis, Budaya Tradisional berakar
dalam tiga kata, tradisi dan budaya. Budaya dalam bahasa Inggris sesuai dengan
"budaya" di Indonesia. Hal ini berakar pada bahasa Sansekerta "budhayah" yang
berarti pikiran atau intelektual. Secara umum, budaya dapat didefinisikan sebagai
sesuatu yang dihasilkan oleh pikiran manusia dan intelek untuk mengembangkan dan
mempertahankan hidup mereka di lingkungan mereka. Budaya tradisional adalah
bagian dari kehidupan budaya masyarakat sebagai pemilik. Ekspresi budaya
tradisional sudah mengandung beberapa nilai seperti ekonomi, spiritualitas dan
komunalitas. Semua nilai-nilai ini dihormati oleh masyarakat tradisional. Oleh karena
itu, ekspresi budaya tradisional dapat mewakili identitas masyarakat adat di daerah
tertentu. (Setyaningtyas et al., 2016)
Pulau Bali memiliki keragaman potensi wisata meliputi potensi wisata alam
dan potensi wisata budaya disertai dengan keramahtamahan masyarakatnya
menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia. (Martono et al.,
2017).pulau bali memiliki daerah yang mempunyai suatu budaya yang bisa menjadi
solusi bagi rusaknya 3 lingkungan hidup di laut yaitu Nyepi Segara yang ada di Nusa
Penida. Nusa Penida merupakan pulau terpencil yang memiliki keaneka ragaman
budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan agar tidak hilang atau digrogoti
oleh perkembangan jaman modernisasi dan semakin berkembangnya teknologi,
impormasi akan berdanpak pada eksistensi nyepi segare terhadap aktifitas masyarakat
di Nusa Penida pada khususnya. Laut merupakan wahana dan banyak terdapat ikan
dan treumbukarang yang harus dijaga kelestariannya.adanya Nyepi Segara terdapat
permasalahan terhadap aktivitas masyarakat di laut terhenti mengakibatkan kondisi
penghasialan berkurang dimana pencarian satu-satunya untuk bertahan hidup akan
kebutuhan masyarakat terhadap pendapatan berkurang dalam ketergantungan nelayan,
petani Rumput Laut berhenti bekerja, transportasi penyebrangan berhenti dan
pariwisata.
Presentasi ikan yang dominan ditemukan di perairan sekitar Pulau Nusa
Penida adalah tongkol lisong (A. rochei), ikan lain ditemukan dalam jumlah yang
sedikit, yaitu ikan kulit pasir dan ikan cendro. Karena jumlah ikan tongkol lisong
yang dominan. Nelayan menangkap ikan sepanjang tahun menggunakan alat tangkap
tradisional (utamanya jaring insang). Libur melaut hanya dilakukan pada saat Nyepi
Segara. Ikan tongkol lisong yang ditemukan mempunyai panjang rata-rata 24,59 cm
dengan panjang minimum 21 cm dan maksimum 34 cm. Ukuran tersebut lebih kecil
daripada ukuran rata-rata yang tercatat pada FishBase (fishbase.org) yaitu 35-50 cm.
Ukuran ikan yang paling banyak ditemukan adalah 23,8 cm-25,1 cm. Berdasarkan
data panjang ikan laju eksploitasi ikan tongkol lisong terindikasi adanya tangkap lebih
(overfishing). Spawning Potential Ratio (SPR) adalah ukuran yang menunjukkan
potensi ikan untuk memijah. Nilai SPR ikan tongkol lisong yang ada di sekitar
perairan Nusa Penida adalah 23%, menunjukkan kapasitas ikan dewasa yang siap
memijah di alam sedikit, dapat diartikan bahwa jumlah ikan tongkol lisong di
perairan Nusa Penida mengalami tangkap lebih (overfished). Tradisi Nyepi Segara
yang dilakukan masyarakat menunjukkan tidak adanya pengaruh yang besar terhadap
kelestarian lingkungan sebaliknya penangkapan ikan secara berlebih yang
berpengaruh besar terhadap ekosistem ikan hal itu menyebabkan penurunan kualitas
ikan tongkol lisong yang terdapat diperairan Nusa Penida. (Yuliana et al., 2019)
Indonesia dengan 38 provinsi dan keragaman etnis serta budaya
tradisionalnya, membawa kekayaan budaya yang menjadi dasar identitas nasional dan
faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi negara. Budaya ini tumbuh dari
kreativitas masyarakat adat di berbagai wilayah Indonesia. Secara etimologis,
"budaya" merujuk pada bahasa Sansekerta yang berarti pikiran atau intelektual, yang
pada umumnya didefinisikan sebagai karya manusia dalam pengembangan dan
pemeliharaan kehidupan mereka. Budaya tradisional membawa nilai-nilai seperti
ekonomi, spiritualitas, dan komunalitas yang dihormati oleh masyarakat tradisional,
mencerminkan identitas masyarakat adat di berbagai daerah. Pulau Bali dengan
potensi wisata alam dan budaya serta keramahan penduduknya, telah menjadi
destinasi utama di Indonesia. Namun, perhatian khusus diperlukan untuk menjaga dan
mengembangkan kekayaan budaya di daerah seperti Nusa Penida, terutama dalam era
modernisasi dan teknologi yang pesat. Masalah pengelolaan sumber daya laut,
terutama penangkapan berlebihan ikan dan dampak negatifnya pada ekosistem laut,
adalah isu kunci yang harus diatasi. Di sekitar Pulau Nusa Penida, ikan tongkol lisong
mendominasi, tetapi ukurannya lebih kecil dari rata-rata yang biasanya ada. Data
menunjukkan tanda-tanda overfishing, dengan nilai Spawning Potential Rasio (SPR)
sekitar 23%, menunjukkan keterbatasan ikan dewasa yang bisa berkembang biak di
alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan rasio dan dampaknya
terhadap hasil tangkapan perikanan di Desa Kusamba selama tradisi Nyepi Segara,
sebagai upaya menghargai kekayaan laut di Pulau Bali.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari analisis presentase hasil tangkapan ikan masyarakat di
desa kusamba bali dengan tradisi nyepi segara ialah
1. Bagaimana data penangkapan ikan dengan yang tidak berintregasi pada tradisi
nyepi segara?
2. Bagaimana data penangkapan ikan dengan yang berintregasi pada tradisi nyepi
segara?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dengan yang berintregasi pada tradisi
nyepi segara?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan penangkapan ikan dengan tidak
berintregasi pada tradisi nyepi segara?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui data penangkapan ikan dengan yang tidak berintregasi pada
tradisi nyepi segara
2. Mengetahui data penangkapan ikan dengan yang berintregasi pada tradisi
nyepi segara
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dengan yang berintregasi pada tradisi
nyepi segara
4. Mengetahui kekurangan dan kelebihan penangkapan ikan dengan tidak
berintregasi pada tradisi nyepi segara

1.4. Manfaat Penelitian


1. Menambah wawasan terkait budaya yang ada di Indonesia khususnya di pulau
Bali
2. Memberikan informasi data terkait dengan hasil tangkapan ikan pada tradisi
nyepi segara dan kaitannya pada perilaku manusia
3. Mengetahui apakah tradisi nyepi segara menjadi penyebab adanya kegagalan
dan permasalahan yang terjadi pada hasil tangkapan ikan di pulau Bali

1.5. Luaran Yang Diharapkan


1. Mengetahui perbandingan hasil tangkapan ikan dengan adanya tradisi nyepi
segara
2. Mengetahui seberapa besar dampak nyepi segara terhadap hasil tangkapan
ikan
3. Mengetahui presentase kepercayaan masyarakat terhadap tradisi nyepi segara
dalam upaya menghargai kekayaan laut di pulau Bali

Anda mungkin juga menyukai