Anda di halaman 1dari 130

i

DINAMIKA POPULASI DAN BIOLOGI REPRODUKSI


MULTISPESIES IKAN KEMBUNG (Rastrelliger faughni,
R. kanagurta, R. brachysoma) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

WULANDARI SARASATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dinamika Populasi dan
Biologi Reproduksi Multispesies Ikan Kembung (Rastrelliger faughni, R.
kanagurta, R. brachysoma) di Perairan Selat Sunda adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017

Wulandari Sarasati
NIM C251140131
RINGKASAN

WULANDARI SARASATI. Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi


Multispesies Ikan Kembung (Rastrelliger faughni, R. kanagurta, R. brachysoma)
di Perairan Selat Sunda. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan
SULISTIONO.

Kegiatan perikanan tangkap yang bersifat common property dan open


access menyebabkan meningkatnya upaya penangkapan di perairan umum,
sehingga dapat mengakibatkan over fishing. Genus Rastrelliger spp. merupakan
komoditas utama di Labuan, Banten, yang hasil tangkapannya menurun beberapa
tahun terakhir. Upaya pengelolaan berbasis multi-species diperlukan secara
berkala sehingga sumber daya dapat berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis makanan, aspek biologi reproduksi, dan mengkaji dinamika
populasi, serta merumuskan pola pengelolaan yang tepat bagi ikan R. faughni, R.
kanagurta, dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda.
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengelolaan sumber daya
ikan multi-species dengan studi kasus di Perairan Selat Sunda melalui pendekatan
aspek dinamika populasi yang didukung aspek makanan dan biologi reproduksi.
Pengambilan ikan contoh di PPP Labuan Banten dilaksanakan pada bulan April-
Agustus 2015. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan,
Divisi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Pengukuran panjang total dan tinggi badan, serta penimbangan bobot dilakukan
pada ikan contoh. Selanjutnya dilakukan pembedahan, pengambilan gonad,
lambung dan usus.
Luas relung makanan ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. di Perairan
Selat Sunda secara keseluruhan tergolong sempit, walaupun makanannya
beragam. Berdasarkan komposisi makanan, tumpang tindih makanan, dan nilai
koefisien ketergantungan antar spesies menunjukkan bahwa hubungan antar
spesies kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan adalah kompetisi
(persaingan). Kompetisi tersebut dapat dilihat pada kesamaan makanan utama
genus Rastrelliger spp., yaitu sama-sama memakan Bacillariophyceae dengan
proporsi yang berbeda.
Hasil analisis menggunakan software FISAT II dengan metode pemisahan
umur, menunjukkan bahwa ikan kembung memiliki nilai L∞ untuk betina dan
jantan masing-masing sebesar 264.00 mm dan 288.69 mm, ikan kembung lelaki
293.00 mm dan 330.24 mm, serta ikan kembung perempuan 272.04 mm dan
286.42 mm. Koefisien pertumbuhan (K) untuk ikan kembung betina dan jantan
ikan kembung lelaki betina dan jantan sebesar 0.22 dan 0.16, 0.24 dan 0.10, serta
ikan kembung perempuan betina dan jantan sebesar 0.20 dan 0.13. Nilai GPI
(Growth Performance Index) pada ikan kembung sebesar 4.2758, ikan kembung
lelaki sebesar 4.1673, dan pada ikan kembung perempuan sebesar 4.2076. Puncak
rekruitmen masing-masing spesies berbeda-beda.
Ikan contoh genus Rastrelliger spp. dari Perairan Selat Sunda memiliki
kisaran panjang total 126-220 mm pada ikan kembung, ikan kembung lelaki 98-
260 mm, dan ikan kembung perempuan 95-255 mm. Secara berurutan betina dan
jantan, ikan kembung memiliki ukuran pertama kali matang gonad 192 mm dan
iii

182 mm, ikan kembung lelaki 212 mm dan 225 mm, serta ikan kembung
perempuan 220 mm dan 219 mm. Ikan kembung (R. faughni) dan ikan kembung
lelaki (R. kanagurta) diduga mengalami puncak pemijahan pada bulan Agustus,
dan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) diduga mengalami puncak
pemijahan pada bulan Juli. Nilai fekunditas rata-rata ikan kembung mencapai
36 976 butir, ikan kembung lelaki mencapai 20 880 butir, serta ikan kembung
perempuan mencapai 55 252 butir. Ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp.
memiliki tipe pemijahan partial spawner.
Nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) untuk genus Rastrelliger spp.
sebanyak 1 919.02 ton dan fMSY (upaya optimum) sebesar 16 766 trip. Pendugaan
laju eksploitasi untuk ikan kembung yaitu sebesar 0.98, ikan kembung lelaki
sebesar 0.98, dan ikan kembung perempuan 0.85. Dilihat dari laju eksploitasi
tersebut dapat diduga ketiga ikan dari genus Rastrelliger spp. di perairan Selat
Sunda telah mengalami over exploited.
Pengelolaan perikanan yang bijaksana diperlukan agar tidak mempengaruhi
kelestarian stok ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. yang tersedia di
perairan Selat Sunda. Upaya pengelolaan sumberdaya genus Rastrelliger spp.
dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas perairan dan mengurangi
tangkapan ikan pada puncak pemijahan yaitu bulan Juli-Agustus. Berdasarkan
data statistik perikanan Pandeglang tahun 2014, pengelolaan multispesies ikan
kembung dapat berupa pengurangan upaya penangkapan sebesar 12 583 trip dan
meningkatkan ukuran mata jaring purse seine menjadi 2.0 inci agar populasi
ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. tetap berkelanjutan, serta dapat
mensejahterakan bagi nelayan dan masyarakat.

Kata kunci : dinamika populasi, kembung, makanan, pertumbuhan, reproduksi,


Selat Sunda.
SUMMARY

WULANDARI SARASATI. Dynamics of Population and Biology Reproductive


Multispecies Mackerel Fish (Rastrelliger faughni, R. kanagurta, R. brachysoma)
in the Sunda Strait. Supervised by MENNOFATRIA BOER and SULISTIONO.

Fishing activities which are common property and open access cause
increased catch rates in public, so that the waters may lead to overfishing. Genus
Rastrelliger spp. is the main commodity in Labuan, Banten, recently have
decreased population for last few years. Therefore multiple-species management
is required at regular intervals so that resources can be sustainable. The purpose of
this research is to analyze the food, aspects of reproductive biology, and
reviewing the population dynamics, as well as formulate appropriate management
pattern for R. faughni, R. kanagurta, and R. brachysoma in the waters of the
Sunda Strait.
This research is expected become advise for resource management of
multiple-species fish with a case study in the waters of the Sunda Strait with
aspects of population dynamics approaches and supported by aspects of food and
reproductive biology. The taking of fish sample in PPP Labuan Banten was
carried out in April-August 2015. Fish sampling analysis has been done in
Fisheries Biology Laboratory, Division of Management of Fisheries Resources,
Aquatic Resources Management Department, Faculty of Fisheries and Marine
Sciences, Bogor Agricultural University. Measurement of total length and height,
as well as the weight was done on a fish sampling. The next surgery, taking his
intestines, stomach and gonads.
Niche breadth of three fish in the genus Rastrelliger spp. in waters of Sunda
Strait classified as narrow, although the food is diverse. Based on the composition
of food, the overlapping food, and the coefficient dependence between species
suggests that the relationship between species Island mackerel, Indian mackerel,
and short mackerel is competition. The competition can be seen in the similarity
of the main food of the genus Rastrelliger spp., i.e. equally consuming
Bacillariophyceae with different proportions.
The results of the analysis using software FISAT II by the method of
separation of age, indicate that Island mackerel has a value of L∞ for females and
males respectively of 288.69 mm and 264.00 mm, Indian mackerel 293.00 mm
and 330.24 mm, as well as short mackerel 272.04 mm and 286.42 mm. Growth
coefficient (K) for females and males of Island mackerel of 0.22 and 0.16, Indian
mackerel 0.24 and 0.10, as well as short mackerel of 0.20 and 0.13. The value of
GPI (Growth Performance Index) on the Island mackerel of 4.2758, Indian
mackerel of 4.1673, and short mackerel of 4.2076. Peak recruitment of each
species varies.
Fish sampling of genus Rastrelliger spp. from the waters of the Sunda Strait
has the range of a total length 126-220 mm on Island mackerel, Indian mackerel
98-260 mm, and short mackerel 95-255 mm. Females and males respectively,
Island mackerel has a size of first gonads mature 192 mm and 182 mm, Indian
mackerel 212 mm and 225 mm, as well as short mackerel 219 mm and 220 mm.
Island mackerel (R. faughni) and Indian mackerel (R. kanagurta) allegedly
experienced the peak of spawning in August, and short mackerel (R. brachysoma)
v

allegedly experienced the peak of spawning in July. The average of the fecundity
value of Island mackerel reach 36 976 grains, Indian mackerel reached 20 880
rounds, as well as short mackerel can achieve 55 252 grains. The third fish in the
genus Rastrelliger spp. have the partial spawner as spawning type.
The value of Maximum Sustainable Yield (MSY) for the genus Rastrelliger
spp. Are 1 919.02 tons and fMSY (optimum effort) of 16 766 trip. The
exploitation rate prediction for Island mackerel is amounted to 0.98, Indian
mackerel amounted to 0.98, and short mackerel 0.85. Judging from the rate of
exploitation suspected that the three fish of the genus Rastrelliger spp. in waters
of Sunda Strait has undergone over exploited.
The management of the fisheries that wisely are needed so that does not
affect the sustainability of the fish stock of the third in the genus Rastrelliger spp.
which are available in the waters of the Sunda Strait. Resource management
efforts of the genus Rastrelliger spp. can be done by maintaining the quality of the
waters and reduce the catch fish on the spawning peak on July-August. Based on
statistical data of Pandeglang 2014, fisheries management multi-spesies mackerel
can be done over reduction in efforts of the catch of 12 583 trip and increase the
size of the purse seine nets eye become 2.0 inches in order for the third
populations of genus Rastrelliger spp. to sustainable, prosper for fishermen and a
society.

Keywords: population dynamics, mackerel, food, growth, reproduction, Sunda


Strait.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i

DINAMIKA POPULASI DAN BIOLOGI REPRODUKSI


MULTISPESIES IKAN KEMBUNG (Rastrelliger faughni,
R. kanagurta, R. brachysoma) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

WULANDARI SARASATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA
v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada:
1. KEMENRISTEK DIKTI melalui BOPTN, APBN DIPA IPB TA 2015 No.
544/IT3.11/PL/2015 LPPM-IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan
Biologi Reproduksi Sumberdaya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di
Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir
Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia,
MSi (sebagai anggota peneliti).
2. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai ketua komisi pembimbing dan
Prof Dr Ir Sulistiono, MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikanan arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.
3. Dr Ir Sigid Hariyadi MSc selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber-
daya Perairan (SDP)
4. Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku penguji luar komisi.
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang atas bantuan
memperoleh data penelitian.
6. Tim BOPTN Labuan 2015 atas kerja sama selama penelitian berlangsung.
7. LIPI Ancol Bapak Fahmi dan Selvia Oktaviani SPi MSi atas kerja sama
dalam identifikasi ikan.
8. Bapak Suminta dan Una Labuan atas kerja sama di lapangan, serta Bapak
Wahyu Kapal Sri Gampang atas kerja sama selama melaut.
9. Bapak dan ibu dosen pengasuh mata kuliah selama di Pascasarjana
Pengelolaan Sumberdaya Perairan yang telah memberikan ilmunya dengan
tulus sehingga menambah ilmu pengetahuan penulis.
10. Bagian administrasi SDP dan Pasca IPB atas bantuannya selama kuliah.
11. Sahabat-sahabat SDP 2014 IPB
12. Bapak Ibu Dosen FPIK Universitas Jenderal Soedirman atas rekomendasi dan
support agar penulis dapat melanjutkan program magister.
13. Teman-teman seperjuangan Unsoed di IPB atas motivasi dan arahannya.
14. Rekan-rekan dalam Semnaskan ke-9 MII grup biologi ikan dan Semnaskan
XIII-UGM grup penangkapan ikan atas apresiasi dan saran yang membangun.
15. Bapak dan Ibu tercinta, atas segala doa, kasih sayang serta semangat yang
diberikan sehingga penulis dapat memperoleh gelar Magister Sains.
16. Kakak Nila Kusumasari SPdSD dan Muksinun SPdSD, keponakan Ardian
Zeni dan Raikhan, serta keluarga besar Eyang Sardan dan Eyang Suslamto
atas segala doa dan dukungannya secara material dan moril.
17. Sahabat Wisma Baitii Jannati Batuhulung (Romi Seroja, Dewi M MSi, Devi
Eka Lestari) atas support dalam proses akademik di perantauan.
18. Ananda Bayu Pradana SE, Dwiayu SPi, Cahyadi SPi MSi, Mega Dissa MSi,
Megawati MSi, Arkka Yoga SPi, Rita Yunita SPi, Sunarko, Yunindra, dan
pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2017
Wulandari Sarasati
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN x
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
2 METODE 4
Waktu dan Tempat 4
Bahan dan Alat 4
Prosedur Analisis Data 4
Pengumpulan data 4
Analisis Laboratorium 6
Analisis Data 6
Analisis Makanan 6
Index of Preponderance 6
Luas dan Tumpang Tindih Relung Makanan 6
Hubungan Ketergantungan Antar Spesies 7
Analisis Pertumbuhan 8
Pola Pertumbuhan 8
Faktor Kondisi 9
Identifikasi Kelompok Ukuran 9
Parameter Pertumbuhan 9
Rekrutmen 10
Analisis Reproduksi 11
Panjang Pertama Kali Matang Gonad 11
Musim Pemijahan 11
Fekunditas 12
Analisis Dinamika Populasi 12
Panjang Pertama Kali Tertangkap 12
Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi 13
Catch Per Unit Effort (CPUE) 13
Model Produksi Surplus 14
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 15
HASIL 15
Komposisi Hasil Tangkapan 15
Morfologi genus Rastrelliger spp. 16
Makanan Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda 18
Indeks of Preponderance 18
Luas Relung Makanan 20
Tumpang Tindih Relung Makanan 20
Jaring-jaring Makanan 21
vii

Hubungan Ketergantungan Antar Spesies 21


Pertumbuhan Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda 22
Sebaran Frekuensi Panjang 22
Pola Pertumbuhan 23
Faktor Kondisi 25
Parameter Pertumbuhan 27
Rekrutmen 27
Reproduksi Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda 29
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) 29
Indeks Kematangan Gonad (IKG) 31
Fekunditas 32
Diameter telur 32
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm) 33
Dinamika Populasi Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda 34
Ukuran Pertama Kali Tertangkap (Lc) 34
Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi 33
Model Produksi Surplus 35
PEMBAHASAN 37
4 SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP 110
DAFTAR TABEL
1 Alat penelitian 5
2 Hubungan antar spesies berdasarkan ketergantungan ekologi 7
3 Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi berdasarkan
modifikasi Cassie (1954) in Effendie (1979) 11
4 Luas relung makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
berdasarkan jenis kelamin 20
5 Tumpang tindih makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda 21
6 Hubungan ketergantungan antar spesies genus Rastrelliger spp. di
Perairan Selat Sunda 21
7 Pertumbuhan L∞, K, dan t0 serta nilai ϕ (Growth Performance Index)
genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda 27
8 Persamaan Von Bertalanffy genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda 27
9 Nilai ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp.
di Perairan Selat Sunda 33
10 Nilai ukuran pertama kali tertangkap (Lc) genus Rastrelliger spp. di
Perairan Selat Sunda 34
11 Mortalitas dan laju eksploitasi genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda 34
12 Kandungan Gizi Genus Rastrelliger spp. menurut studi pustaka 38
13 Parameter pertumbuhan genus Rastrelliger spp. pada berbagai lokasi
penelitian 40
14 Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp. pada
berbagai lokasi penelitian 42
15 Mortalitas dan laju eksploitasi genus Rastrelliger spp. pada berbagai
lokasi penelitian 46

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 3
2 Peta lokasi penelitian 4
3 Diagram metode pengambilan contoh ikan 5
4 Hasil tangkapan per jenis ikan di PPP Labuan Banten (DKP Banten
2014) 15
5 Ikan kembung (Rastrelliger faughni) di PPP Labuan Banten 16
6 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di PPP Labuan Banten 17
7 Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di PPP Labuan
Banten 18
8 Index of Preponderance (IP) ikan kembung (Rastrelliger faughni) di
Perairan Selat Sunda (n betina=68 ekor, n jantan=109 ekor) 18
9 Index of Preponderance (IP) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Perairan Selat Sunda (n betina=46 ekor, n jantan=91ekor) 19
ix

10 Index of Preponderance (IP) ikan kembung perempuan (Rastrelliger


brachysoma) di Perairan Selat Sunda (n betina=59 ekor, n jantan=93
ekor) 19
11 Jaring-jaring makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda 22
12 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung (Rastrelliger faughni) betina
dan jantan di Perairan Selat Sunda 23
13 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina dan jantan di Perairan Selat Sunda 23
14 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) betina dan jantan di Perairan Selat Sunda 23
15 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung (Rastrelliger faughni)
betina (a) dan jantan (b) 24
16 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina (a) dan jantan (b) 24
17 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) betina (a) dan jantan (b) 25
18 Faktor kondisi ikan kembung (Rastrelliger faughni) 26
19 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 26
20 Faktor kondisi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) 26
21 Rekrutmen ikan kembung (Rastrelliger faughni) 28
22 Rekrutmen ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 28
23 Rekrutmen ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) 29
24 TKG ikan kembung di Perairan Selat Sunda berdasarkan bulan
pengambilan contoh 29
25 TKG ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda berdasarkan bulan
pengambilan contoh 30
26 TKG ikan kembung perempuan di Perairan Selat Sunda berdasarkan
bulan pengambilan contoh 30
27 Nilai IKG rata-rata ikan kembung di Perairan Selat Sunda berdasarkan
bulan pengambilan contoh 31
28 Nilai IKG rata-rata ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda
berdasarkan bulan pengambilan contoh 31
29 Nilai IKG rata-rata ikan kembung perempuan di Perairan Selat Sunda
berdasarkan bulan pengambilan contoh 31
30 Sebaran diameter telur ikan kembung, TKG III (a) dan IV (b) di
Perairan Selat Sunda 32
31 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki, TKG III (a) dan IV (b) di
Perairan Selat Sunda 33
32 Sebaran diameter telur ikan kembung perempuan, TKG III (a) dan IV
(b) di Perairan Selat Sunda 33
33 Produksi genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda yang
didaratkan di Pandeglang-Banten tahun 2003-2014 35
34 Model produksi surplus ikan kembung (Rastrelliger faughni) di
Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox 36
35 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
di Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox 36
36 Model produksi surplus ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) di Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox 36
37 Model produksi surplus genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
dengan pendekatan model Fox 37

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung (R. faughni) 55
2 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung lelaki (R. kanagurta) 57
3 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung perempuan (R. brachysoma) 59
4 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung (R. faughni) 61
5 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (R.
kanagurta) 63
6 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung perempuan
(R. brachysoma) 65
7 Hubungan panjang dan tinggi ikan dalam genus Rastrelliger spp.
dengan ukuran mata jaring purse seine 67
8 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung
(Rastrelliger faughni) berdasarkan bulan pengamatan 70
9 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung
lelaki (Rastrelliger kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan 70
10 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan 71
11 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung (Rastrelliger faughni)
berdasarkan bulan pengamatan 71
12 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan 71
13 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan 72
14 Fekunditas Genus Rastrelliger spp. 72
15 Sebaran diameter telur ikan kembung (Rastrelliger faughni) 72
16 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 73
17 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger brachysoma) 74
18 Hubungan panjang dan bobot genus Rastrelliger spp. 75
19 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung (Rastrelliger faughni)
berdasarkan bulan pengamatan 75
20 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan 76
21 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan 76
22 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung (Rastrelliger
faughni) 77
23 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) 78
24 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) 79
xi

25 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung (Rastrelliger


faughni) betina, jantan serta gabungan betina dan jantan menggunakan
metode ELEFAN 1 80
26 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina, jantan serta gabungan betina dan jantan
menggunakan metode ELEFAN 1 81
27 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) betina, jantan serta gabungan betina dan
jantan menggunakan metode ELEFAN 1 82
28 Kurva pertumbuhan ikan kembung (Rastrelliger faughni) berdasarkan
FISAT II 83
29 Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
berdasarkan FISAT II 84
30 Kurva pertumbuhan ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) berdasarkan FISAT II 85
31 Pola rekrutmen ikan kembung (Rastrelliger faughni) 86
32 Pola rekrutmen ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 86
33 Pola rekrutmen ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) 87
34 Mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina, jantan,
dan gabungan 88
35 Mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina, jantan,
dan gabungan 91
36 Mortalitas ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) betina,
jantan, dan gabungan 94
37 Model produksi surplus genus Rastrelliger spp. 97
38 Analisis ketergantungan antar spesies (kajian multispesies genus
Rastrelliger spp.) 99
39 Index of Preponderance (IP) genus Rastrelliger spp. dalam perhitungan
tumpang tindih relung makanan 100
40 Hasil Identifikasi multispesies ikan di LIPI 105
41 Morfologi ikan dalam genus Rastrelliger spp. menurut Collete & Nauen
(1983) 106
42 Dokumentasi Penelitian 107
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya perikanan tangkap bersifat milik bersama (common property)


dan tidak pernah terlepas dari pola open access atau terbuka oleh siapa saja dalam
pemanfaatannya. Common property pada umumnya memiliki masalah kompleks
dalam hak kepemilikan dan pengelolaannya. Pemanfaatan secara open access
dapat membuat eksploitasi tanpa batas demi pemenuhan kepentingan individu
(Hardin 1968). Eksploitasi tanpa batas akan berakibat pada tekanan dan degradasi
sumber daya perikanan yang berujung pada kesejahteraan nelayan dan masya-
rakat. Masalah eksternalitas dalam sumber daya common property tersebut akan
selalu muncul pada saat pemanfaatan sumber daya, walaupun pembagiannya
merata secara spasial dan temporal (Sobari et al. 2003). Sifat sumber daya yang
common property dan open access merupakan masalah yang sulit diatasi dan me-
merlukan pendekatan secara efektif agar sumber daya dapat berkelanjutan (Os-
trom and Hess 2007). Upaya pengelolaan sumber daya perikanan agar tetap berke-
lanjutan banyak dilakukan mulai dari pendekatan memaksimalkan tangkapan
tahunan, pengelolaan biologi-ekologis, pengelolaan kawasan konservasi,
pengelolaan berbasis masyarakat dan ko-manajemen, serta kelembagaan (Banon
et al. 2011).
Sumber daya perikanan di wilayah tropis memerlukan pengelolaan yang
lebih kompleks dibandingkan perairan subtropis. Khususnya di Indonesia yang
memiliki karakter perikanan multi-species dan ditangkap dengan berbagai alat
tangkap (multi-gear). Interaksi biologis dalam sumber daya ikan multi-species da-
pat berupa hubungan prey-predator, persaingan relung (niche) ekologi, dan persa-
ingan makanan. Pengelolaan multi-species sangat penting bagi ikan-ikan yang
rentan, terlebih jika ikan-ikan tersebut bernilai ekonomis dan ekologis penting.
Tangkapan sumber daya Perairan Selat Sunda yang tergolong ke dalam
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPPRI) 572 didarat-kan di
Provinsi Lampung dan Banten. Jumlah keseluruhan produksi ikan yang di-
daratkan di Provinsi Banten menggambarkan 30% dari total tangkapan di Perairan
Selat Sunda (Boer dan Aziz 2007). Hasil produksi perikanan tangkap di Provinsi
Banten pada tahun 2009-2013 mencapai 59 003.70 ton (DKP Banten 2014).
Ikan ekonomis dan ekologis penting di Perairan Selat Sunda yang tertang-
kap dan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten antara
lain dari jenis ikan kembung. Ikan kembung merupakan komoditas utama per-
ikanan tangkap Provinsi Banten (DKP Banten 2014), yaitu: ikan kembung
(Rastrelliger faughni), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), dan kembung pe-
rempuan (Rastrelliger brachysoma). Alat tangkap yang sering digunakan dalam
penangkapan ikan kembung yaitu purse seine (Octoriani 2015). Ikan kembung
merupakan ikan dengan hasil tangkapan tertinggi di Provinsi Banten, yaitu sebesar
4 856.70 ton pada tahun 2013, namun hasil tangkapan menurun 2.5% dari tahun
2010 hingga 2013 (DKP Banten 2014). Harga ikan kembung lelaki dan kembung
perempuan tergolong ekonomis tinggi, yaitu dapat mencapai Rp 32 000,-/kg, serta
Rp 28 000,-/kg pada ikan kembung.
2

Sumber daya ikan kembung (R. faughni), kembung lelaki (R. kanagurta),
dan kembung perempuan (R. brachysoma) di Perairan Selat Sunda diduga telah
mengalami over fishing (Boer 2014). Dengan adanya penambahan upaya penang-
kapan akan mempengaruhi produksi maksimum lestarinya (MSY). Pada tahun
2009 hingga 2013 terjadi peningkatan jumlah purse seine rata-rata sebesar 9.94%
(DKP Banten 2014). Upaya pengelolaan selalu diupayakan agar sumber daya per-
ikanan kembali lagi ke titik MSY.
Penelitian yang telah dilakukan di Perairan Selat Sunda mengenai ikan
kembung, masih memerlukan kajian lebih lanjut mengenai efektifitas pengelolaan
pada sumber daya ikan R. faughni, R. kanagurta dan R. brachysoma. Oleh sebab
itu penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai aspek dinamika populasi
multi-species yang didukung aspek biologi reproduksi dan kebiasaan makanan
dari ketiga ikan kembung (R. faughni, R. kanagurta dan R. brachysoma) serta
bagaimana upaya pengelolaan yang tepat bagi perikanan multi-species dengan
studi kasus hasil tangkapan dari Perairan Selat Sunda di PPP Labuan Banten.

Perumusan Masalah

Kegiatan perikanan tangkap yang bersifat common property dan open


access menyebabkan meningkatnya upaya penangkapan di perairan umum, se-
hingga dapat mengakibatkan over fishing. Ketika sumber daya mengalami over
fishing akan berpengaruh pada kondisi ekologis ikan dan ekonomi masyarakat se-
kitar. Sumber daya perikanan yang memiliki nilai ekologi dan ekonomis penting
serta sudah mengalami tangkap lebih diantaranya ikan Rastrelliger faughni, R.
kanagurta dan R. brachysoma. Peningkatan intensitas eksploitasi dapat disebab-
kan karena meningkatnya upaya penangkapan seperti adanya penambahan jumlah
alat tangkap yang beroperasi dan adanya alat tangkap yang tidak selektif. Menu-
runnya sumber daya ikan tersebut dapat mengancam kelestarian dan keber-
lanjutannya. Upaya pengelolaan juga diperlukan secara berkala sehingga sumber
daya dapat berkelanjutan. Metode pengelolaan yang berbasis multi-species sangat
tepat bagi perikanan tropis seperti di Indonesia ini. Mengingat dalam suatu
populasi, khususnya dalam satu genus (genus: Rastrelliger), serta dalam schooling
yang sama, diduga memiliki berbagai macam interaksi. Interaksi yang terjadi da-
lam sumber daya multi-species yaitu interaksi biologi, seperti kompetisi niche
ekologi dan makanan.
Penelitian ini akan memberikan masukan bagi pengelolaan sumber daya
ikan multi-species dengan studi kasus di Perairan Selat Sunda melalui pendekatan
aspek dinamika populasi yang didukung oleh aspek makanan dan biologi repro-
duksi. Aspek makanan, antara lain index of preponderance (IP), luas dan tumpang
tindih relung. Aspek biologi reproduksi, antara lain identifikasi kelompok ukuran,
pertumbuhan, panjang pertama kali tertangkap (Lc), panjang pertama kali matang
gonad (Lm), tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG),
dan fekunditas. Dinamika populasi multi-species dapat dilihat melalui analisis
pengkajian stok ikan dengan menggunakan hasil tangkapan, upaya penangkapan
dan catch per unit effort (CPUE), MSY, mortalitas dan laju eksploitasi serta hu-
bungan ketergantungan antar spesies.
3

Sumberdaya perikanan tangkap Pengelolaan


“common property” sumber daya
ikan yang
berkelanjutan
Open access

Interaksi biologis
Sumberdaya ikan multi-species

Kompetisi niche
ekologi dan makanan Over fishing / over exploitation

Rentan bagi ikan ekonomis Penurunan


dan ekologis penting: kesejahteraan bagi
- Rastrelliger faughni pengguna
- Rastrelliger kanagurta semberdaya ikan
- Rastrelliger brachysoma

Analisis Biologi
Reproduksi
melalui
Strategi pengelolaan
berbasis multi-species
Analisis Dinamika
Populasi

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:


1. Menganalisis makanan ikan Rastrelliger faughni, R. kanagurta dan R. brachy-
soma di Perairan Selat Sunda
2. Menganalisis aspek biologi reproduksi ikan Rastrelliger faughni, R. kanagurta
dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda
3. Mengkaji dinamika populasi ikan Rastrelliger faughni, R. kanagurta dan R.
brachysoma di Perairan Selat Sunda
4. Merumuskan pola pengelolaan yang tepat bagi ikan Rastrelliger faughni, R.
kanagurta dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang tepat dan
bermanfaat terkait pengelolaan sumber daya ikan kembung (R. faughni), ikan
kembung lelaki (R. kanagurta) dan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) di
Perairan Selat Sunda secara berkelanjutan. Selanjutnya, informasi yang didapat-
kan dapat menjadikan referensi bagi perumusan kebijakan dalam pengelolaan
sumber daya perairan Selat Sunda bagi pemerintah dan stakeholder lainnya.
4

2 METODE

Waktu dan Tempat

Lokasi pengambilan ikan contoh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)


Labuan, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
(Gambar 2) yang merupakan hasil tangkapan dari Perairan Selat Sunda. PPP La-
buan terdiri dari 3 TPI (Tempat Pelelangan Ikan), yaitu TPI 1, TPI 2, dan TPI 3.
Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2015 pada
puncak bulan gelap. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi
Perikanan, Divisi Manajemen Sumber Daya Perikanan (MSPi), Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB).

N Peta Lokasi Penelitian


Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Labuan Provinsi Banten
Insert

BANTEN

Legenda
= Daerah Penangkapan
= PPP Labuan Banten

Wulandari Saraswati
NRP. C251140131
SDP, IPB
Sumber: Google Earth 2015, Survei Lapang 2015 0 20 km

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di Perairan Selat Sunda

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ikan kembung
(Rastrelliger faughni), ikan kembung lelaki (R. kanagurta), ikan kembung perem-
puan (R. brachysoma), es, formalin 4%, dan akuades. Alat yang digunakan dalam
penelitian tersaji dalam Tabel 1.

Prosedur Analisis Data

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer


diperoleh melalui observasi dan wawancara terhadap nelayan. Data primer berupa
data biologi ikan seperti panjang dan tinggi ikan, bobot basah, jenis kelamin, isi
lambung, tingkat kematangan gonad (TKG), dan fekunditas. Pemilihan responden
wawancara menggunakan metode purposive sampling yaitu penetapan ukuran dan
cara pengambilan contoh dengan kriteria atau pertimbangan tertentu. Informasi
yang dapat diperoleh dari wawancara antara lain alat tangkap, ukuran mata jaring
5

(mesh size), ukuran kapal, hasil tangkapan, musim penangkapan, dan area
penangkapan. Data sekunder yang digunakan adalah data produksi hasil
tangkapan, upaya penangkapan, dan nilai produksi selama sepuluh tahun terakhir.

Tabel 1 Alat penelitian


Nama Ketelitian Fungsi
Cool Box Penyimpan ikan contoh
Alat bedah Pembedahan ikan contoh
Mikroskop Pengamatan gonad dan kebiasaan makanan
ikan
Mistar 0.5 mm Pengukur panjang ikan contoh
Timbangan 0.005 g Pengukuran bobot ikan contoh
Timbangan analitik 0.00005 g Pengukuran gonad dan isi lambung
GPS Penunjuk titik koordinat
Peta Penunjuk posisi atau lokasi
Kamera 3 MP Dokumentasi selama penelitian
Buku identifikasi Identifikasi ikan contoh (Collette & Nauen
1983), identifikasi makanan ikan (Yamaji
1979).
Alat tulis Penulisan data hasil penelitian

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kembung (Ras-
trelliger faughni), ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma). Ikan-ikan tersebut dibawa di dalam cool
box yang telah diberi es. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran
panjang total dan bobot basah serta mengamati jenis kelamin, tingkat kematangan
gonad ikan, menimbang bobot gonad, identifikasi ikan, serta pengamatan isi lam-
bung ikan di Laboratorium Biologi Perikanan, Divisi MSPi, MSP, FPIK-IPB.
Data sekunder diperoleh dari DKP Provinsi Banten dari tahun 2003-2014.

Ikan kembung (Rastrelliger faughni Matsui 1967),


kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1816), dan
kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma Bleeker 1851)

Tumpukan ke-2
Tumpukan ke-1 Tumpukan ke-n

PCAB
Ukuran kecil, sedang, besar

n = ± 200 ekor
setiap spesies/bulan

Gambar 3 Diagram metode pengambilan contoh ikan


6

Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak. Contoh yang diperoleh


merupakan contoh yang diambil dengan metode Penarikan Contoh Acak Berlapis
(PCAB) yaitu dengan memilih jenis ikan dari masing-masing lima tumpukan yang
dipilih secara acak. Jumlah ikan yang diambil hingga 200 ekor setiap jenisnya se-
tiap satu bulan sekali, mulai bulan April sampai bulan Agustus 2015. Ukuran
contoh yang diketahui mengikuti Boer (1994). Metode pengambilan contoh
disajikan pada Gambar 3.

Analisis Laboratorium

Pengukuran panjang total dan tinggi badan pada ikan contoh (ketelitian 0.05
mm) serta penimbangan bobot tubuhnya menggunakan timbangan digital (ke-
telitian 0.005 g). Pembedahan ikan dilakukan untuk mengambil gonad, lambung,
serta ususnya. Lambung dan usus dimasukkan dalam botol plastik dan diawetkan
dengan larutan formalin 4%. Isi lambung dan usus diamati secara visual di bawah
mikroskop binokuler. Organisme jenis makanan yang terdapat dalam lambung
diidentifikasi dengan berdasarkan Yamaji (1979). Penentuan jenis kelamin
dilakukan melalui pengamatan terhadap gonad ikan contoh.

Analisis Data

Analisis Makanan
Index of Preponderance
Menurut Natarajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979) analisis makanan
dilakukan dengan metode indeks bagian terbesar (index of preponderance)
melalui hubungan :

IPi = ∑ x (1)

IP adalah index of preponderance, Vi adalah persentase volume makanan ke-i, Oi


adalah persentase frekuensi kejadian makanan ke-i dan ƩViOi adalah jumlah Vi x
Oi dari semua makanan. Untuk menganalisis kategori kebiasaan makanan ikan
mengacu pada Nikolsky (1963), dengan mengurutkan presentase makanan :
1) apabila IP bernilai >25 dikategorikan sebagai makanan utama
2) apabila IP bernilai 5-25 dikategorikan sebagai makanan pelengkap
3) apabila IP bernilai <5 sebagai makanan tambahan

Luas dan Tumpang Tindih Relung Makanan


Levins (1968) in Krebs (2014) menyatakan bahwa nilai luas relung diduga
dengan mengukur keseragaman distribusi individu antar sumberdaya.
̂=
B (2)
∑p
̂

̂ adalah luas relung Levins’, p̂ adalah proporsi individu menemukan atau meng-
B
gunakan sumberdaya j.
Standarisasi nilai luas relung makanan sehingga bernilai antara 0-1,
menggunakan rumus yang dikemukakan Hulbert (1978) in Krebs (2014).
7
̂−
̂ =
B (3)
n−
̂ adalah standarisasi luar relung Levins’ (kisaran 0-1), B
B ̂ adalah nilai luas relung
Levins, dan n adalah jumlah seluruh organisme makanan yang dimanfaatkan.
Tumpang tindih relung (niche overlap) terjadi jika terdapat dua atau lebih
organisme. Nilai tumpang tindih makanan dapat diduga dengan menghitung
indeks similaritas makanan yang menggunakan penyederhanaan rumus Indeks
Morisita atau Morisita-Horn index (Horn 1966 in Krebs 2014).
∑� ̂ ̂
�̂
� = ∑� ̂ (4)
+ ∑� ̂

�̂� adalah Indeks Morisita yang disederhanakan pada tumpang tindih (Horn 1966)
antara spesies j dan k, pij adalah proporsi jenis organisme makanan ke-i yang
digunakan oleh spesies ikan ke-j, pik adalah proporsi jenis organisme makanan ke-
i yang digunakan oleh spesies ikan dan ke-k, dan n adalah total jumlah makanan (i
= 1, 2,3, .....n).

Hubungan Ketergantungan Antar Spesies


Hubungan timbal balik antar spesies atau ketergantungan antar spesies
antara lain kompetisi (competition), mangsa-pemangsa (prey-predator),
simbiosis/mutualisme (mutualism/symbiosis), komensalisme (commensalisme),
atau amensalisme (amensalism). Ikan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu ikan
kembung, kembung lelaki dan kembung perempuan. Hubungan antar spesies
dalam kegiatan penangkapan secara matematis dapat ditulis dengan persamaan:
x x
= F X ,X , =r x − −a x x
t
x x
= F X ,X , =r x − −a x x (5)
t
x x
= F X ,X , =r x − −a x x
t

x adalah biomassa spesies kembung (ton) , x adalah biomassa spesies kembung


lelaki (ton), x adalah biomassa spesies kembung perempuan (ton), rn adalah laju
pertumbuhan alami spesies (ton/th), DD adalah daya dukung lingkungan spesies
ke-i (ton/th). Setelah nilai a dan b diketahui, maka jenis hubungan antar spesies
(dengan mengabaikan mortalitas penangkapan) dapat ditentukan melalui Tabel 2.
Apabila nilai ai lebih kecil dari nol, hubungan ketergantungan antar spesies adalah
kompetisi. Perubahan unit biomassa mangsa (x2) akan mengakibatkan perubahan
positif dalam biomasa predator (x1).

Tabel 2 Hubungan antar spesies berdasarkan ketergantungan ekologi


Ketergantugan ekologi Spesies 1 Spesies 2
Kompetisi � /� <0 � /� <0
Predator-prey ( =predator dan = prey) � /� >0 � /� <0
Mutualisme � /� >0 � /� >0
Komensalisme ( = komensal) � /� >0 � /� =0
Amendalisme ( = amensal) � /� <0 � /� =0
Sumber : (Anderson dan Seijo 2010)
8

Analisis Pertumbuhan
Pola Pertumbuhan
Bobot ikan dianggap sebagai suatu fungsi dari panjangnya. Dengan asumsi
bobot jenis ikan tetap selama hidupnya, akan tetapi memiliki nilai panjang dan
bobot yang berubah-ubah. Panjang bobot ikan memiliki hubungan yang hampir
mengikuti hukum kubik yang dinyatakan dengan rumus (Effendie 2002) :

W=aLb (6)

W adalah bobot ikan contoh (g), a konstanta, L panjang total ikan contoh (mm)
dan b konstanta. Berdasarkan persamaan tersebut, nilai a dan b diduga dengan
persamaan linear :
Log W = log a + b log L (7)
Nilai a dan b didapatkan dengan cara analisis regresi dengan log W sebagai y dan
Log L sebagai x, yang diperoleh dari persamaan regresi sebagai model observasi:
� =� +� � + �� (8)
sebagai model observasi, dan
̂� = + � (9)
Sebagai model dugaannya. Untuk menentukan nilai konstanta b1 dan b0 diduga
melalui persamaan:
∑�= − ∑�=

= dan = ̅− ̅ (10)
∑�= − (∑�= )

Nilai a dihitung sebagai a= dan b sebagai = . Nilai b digunakan untuk


menentukan pola pertumbuhan dan hipotesis yang digunakan dalam penentuan
pola pertumbuhan
dilakukan dengan uji t, yaitu :
H0 : β=3, artinya hubungan panjang dan bobotnya isometric (seimbang)
H1 : β≠3, artinya hubungan panjang dan bobotnya allometric (tidak seimbang)
yang terdiri dari allometric positif dan allometric negatif. Allometric
positif jika nilai β>3, yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan dan
allometric negatif jika nilai �<3 yaitu pertumbuhan panjang lebih
dominan.
Pengujian hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji t pada selang
kepercayaan 95% yaitu :

ℎ� � =| | (11)

dengan nilai sb adalah galat baku dugaan b yang dibatasi sebagai :

= (12)
∑�= − ∑�=

Perbandingan nilai thitung dengan ttabel dilakukan pada selang kepercayaan 95%.
Pola pertumbuhan ikan kembung dengan memperhatikan kaidah keputusan
sebagai berikut (Walpole 1995).
Jika nilai thitung > ttabel, ditolak oleh hipotesis nol (H0)
9

Jika nilai thitung < ttabel, gagal ditolak hipotesis nol (H0)

Faktor Kondisi
Untuk mengetahui tingkat kemontokan ikan diperlukan analisis faktor
kondisi, sehingga kita dapat menduga ikan contoh masih memperoleh suplai
makanan yang cukup dari lingkungannya. Faktor kondisi ikan dapat dihitung
untuk mengetahui kesehatan ikan, produktivitas, dan kondisi fisiologi dari
populasi ikan. Faktor kondisi dapat dihitung melalui persamaan Effendie (1997):
5
K= (13)
K merupakan faktor kondisi, W adalah bobot ikan (g), dan L adalah panjang rata-
rata ikan (mm). Jika ikan memiliki tipe pertumbuhan allometrik (b≠3):

K= (14)

Identifikasi Kelompok Ukuran


Identifikasi kelompok ukuran dilakukan dengan analisis data frekuensi
panjang melalui metode pemisahan beberapa kelompok umur (NORMSEP) dalam
paket program FISAT II (FAO-ICLARM Stock Assesment Tool) (FAO 2015)
untuk menentukan sebaran normalnya. Data panjang total ikan dikelompokkan ke
dalam beberapa kelas panjang, sehingga kelas panjang ke-I memiliki frekuensi
(fi). Menurut Boer (1996) jika fi adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-I
(i= 1,2,…,N), µj adalah rata-rata panjang kelompok umur ke-j, σj adalah
simpangan baku panjang kelompok umur ke-j, dan pj adalah proporsi ikan dalam
kelompok umur ke-j (j=1,2,..,G), maka fungsi objektif yang digunakan untuk
menduga ˆ j , ˆ j , pˆ j  , j=1,2,...,G (G = banyaknya sebaran normal yang
bercampur) adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum likehood function):
N G
L   fi log  p j qij (15)
i 1 j 1

sedangkan
2
1  xi   j 
 
1 2   j 
qij  e 
(16)
 j 2
merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan nilai tengah µ j dan
simpangan baku σj, xi merupakan titik tengah kelas panjang ke-i. Untuk menduga
ˆ j ,ˆ j , pˆ j  digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan dilakukan melalui
turunan kedua L masing-masing terhadap µ j, σj, dan pj, sedangkan dugaan
ragamnya (L∞, K, t0).

Parameter Pertumbuhan
Pendugaan laju pertumbuhan dengan menggunakan Model Von Bertalanffy
(Sparre & Venema 1999) yaitu:
Lt = L∞ [ − e− t−t
] (17)
10

Lt adalah ukuran ikan pada kelompok umur t (mm), L∞ adalah panjang


maksimum atau panjang asimtotik (mm), K adalah koefisien pertumbuhan
(bulan-1), dan t0 adalah umur hipotesis ikan pada panjang nol (bulan). Berdasarkan
Prahadina (2014), koefisien K, L∞, dan t0 diduga dengan menggunakan metode
Ford Walford yang diturunkan berdasarkan pertumbuhan Von Bertalanffy untuk
Lt pada saat t+∆t dan Lt sedemikian rupa sehingga:

Lt+∆t = L∞ [ − e− t+∆ − ] (18)

Lt+∆t adalah panjang ikan pada saat umur t+Δt (satuan waktu), selanjutnya jika
rumus di atas disubstitusikan dalam Lt diperoleh persamaan sebagai berikut:
− ∆
Lt+∆t − Lt = [ ∞ − ][ − ] (19)

− ∆ − ∆
atau Lt+∆t = ∞[ − ]+ (20)
Persaamaan tersebut diduga melalui persamaan regresi linear = + ,
dengan Lt sebagai sumbu absis (x), +∆ sebagai ordinat (y), sehingga =
− −
∞ − dan = . Nilai K dan ∞ diduga menggunakan hubungan :

= − ln (21)
∞ = −
(22)

Nilai t0 (umur teoritis) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980):

− = . − . ∞ − . (23)
Selanjutnya analisis Growth Performance Index (GPI) yang merupakan indeks
untuk membandingkan kinerja pertumbuhan ikan terhadap pertumbuhan
panjangnya, khususnya untuk membandingkan pertumbuhan ikan dengan bentuk
yang sama (Gayanilo & Pauly 1997). Growth performance index dapat dihitung
menggunakan rumus (Pauly 1996 in Amin et al. 2015):

Φ’=log K + 2*log L∞ (24)

Φ adalah nilai GPI, log K adalah log dari koefisien pertumbuhan, dan log L∞
adalah nilai dari log panjang asimtotik.

Rekrutmen
Rekrutmen (Recruitment) merupakan penambahan stok baru ke dalam
populasi. Pola rekrutmen diduga berdasarkan waktu pengamatan menggunakan
data sebaran frekuensi panjang yang telah ditetapkan. Rekrutmen menunjukkan
biomassa rata-rata tahunan dari ikan-ikan yang hidup sebagai suatu fungsi
mortalitas penangkapan (Sparre & Venema 1999). Pendugaan seluruh data
frekuensi panjang ke dalam skala waktu satu tahun berdasarkan model
pertumbuhan Von Bertalanffy (Pauly 1980). Model tersebut menggunakan
prosedur NORMSEP (Normal Separation). Data pendukung untuk memperoleh
plot pola rekrutmen berdasarkan waktu antara lain L∞, K, dan t0.
11

Analisis Reproduksi
Panjang Pertama Kali Matang Gonad
Analisis ukuran pertama kali matang gonad (Lm) secara berkala dapat
digunakan sebagai indikator adanya tekanan terhadap populasi (Siby et al. 2009).
Ukuran panjang ikan saat pertama kali mencapai matang gonad (Lm) dihitung
mengikuti metode Spearman-Karber menurut Udupa (1986) dengan persamaan:
�= � + − ∑ � (25)
dengan
M = antilog m (26)
dengan asumsi, ikan kembung dengan tingkat kematangan gonad (TKG III) juga
dianggap sebagai ikan yang mature. Kisaran panjang ikan pertama kali matang
gonad (Lm) dengan selang kepercayaan 95% :
p .x
Lm = anti log [m ± . √x ∑ n−
] (27)

Lm adalah panjang ikan pertama kali matang gonad (mm), m adalah log panjang
ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai tengah kelas panjang
yang terakhir ikan matang gonad 100%, x adalah log pertambahan panjang pada
nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan
jumlah ikan pada selang panjang ke-i, dimana pi=ri/ni, ri adalah jumlah ikan
matang gonad pada kelas panjang ke-i, dan ni adalah jumlah ikan pada kelas
panjang ke-i.

Musim Pemijahan
Musim pemijahan dapat dilihat dari nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG)
dan ikan yang memiliki TKG IV yang diplotkan pada waktu pengamatan.
Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan dengan pengamatan
secara morfologis yang tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3 Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi berdasarkan


modifikasi Cassie (1954) in Effendie (1979)
TKG Betina Jantan
I Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan Testes seperti benang, lebih pendek
rongga tubuh. Warna jernih dan permukaan (terbatas) dan terlihat ujungnya di rongga
licin tubuh serta berwarna jernih.
II Ukuran ovari lebih besar dari TKG I. Warna Ukuran testes lebih besar dan bentuk lebih
lebih gelap kekuningan dan terlur belum jelas dari TKG I. Warna putih seperti susu.
terlihat jelas dengan mata.
III Ovari berwarna kuning. Secara morfologi telur Permukaan testes tampak bergerigi. Warna
mulai terlihat butirannya. semakin putih dan ukuran makin besar.
Mudah putus dalam keadaan diawetkan
IV Ovari makin besar, telur berwarna kuning, Seperti pada TKG II namun tampak lebih
mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, jelas dan testes semakin pejal.
mengisi ⁄ − ⁄ rongga perut, usus terdesak.
V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa Testes bagian belakang kempis dan di
terdapat di dekat pelepasan (posterior) dan bagian posterior masih berisi.
banyak telur seperti pada TKG II.
12

Nilai IKG ditentukan dengan menggunakan rasio antara bobot gonad


dengan bobot tubuh ikan (Effendie 2002) dengan rumus:
g
IKG = x (27)
t
IKG adalah Indeks Kematangan Gonad (%), Wg adalah bobot gonad ikan (g), dan
Wt adalah bobot tubuh ikan (g).

Fekunditas
Diameter telur adalah garis tengah dari suatu telur yang diukur dengan
mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat tingkat kematangan
gonad garis tengah telur dalam ovarium semakin besar. Pengukuran diameter telur
dilakukan pada telur-telur yang berada pada tingkat kematangan gonad III dan IV.
Data yang telah diperoleh dikonversi terlebih dahulu, dengan mengalikan data
dengan nilai konversi 0.025, kemudian dibuat grafik hubungan antara sebaran
diameter telur berdasarkan kelas panjang diameter telur untuk melihat pola
pemijahan berdasarkan data sebaran diameter telur.
Pengukuran fekunditas mengacu pada Effendie (2002). Pengukuran ini
dilakukan pada contoh ikan betina yang matang gonad dan dianalisis
menggunakan rumus:
x x
F= (28)

F adalah fekunditas (butir), G bobot total gonad (g), V adalah volume


pengenceran (ml), X adalah jumlah telur (tiap ml), dan Q adalah bobot contoh
telur (g).

Analisis Dinamika Populasi


Panjang Pertama Kali Tertangkap
Panjang ikan pertama kali tertangkap (Lc) dihitung menggunakan metode
kantung berlapis (covered conden method) yang hasil perhitungannya akan
membentuk kurva ogif berbentuk sigmoid. Nilai Lc 50% ini diperoleh dengan
memplotkan presentasi komulatif ikan yang tertangkap dengan panjang totalnya.
Titik potong antara kurva dengan 50% frekuensi komulatifnya itu yang disebut
panjang saat 50% ikan pertama kali tertangkap (Soekiswo et al. 2014). Panjang
ikan pertama kali tertangkap diduga melalui metode Beverton dan Holt (1957) in
Sparre dan Venema (1999):
� = (29)
+ xp −

SL adalah nilai estimasi, L adalah nilai tengah panjang kelas (mm), a dan b
merupakan konstanta, sehingga nilai a dan b dapat dihitung melalui dugaan
regresi linear:
ln − = a − bL (30)
S

SLc adalah frekuensi komulatif relatif dan L merupakan nilai tengah panjang
kelas (mm). Adapun Lc dapat dihitung melalui:
13

Lc=− (31)
Lc adalah panjang ikan pertama kali tertangkap (mm), a dan b adalah konstanta.

Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi


Pendugaan laju mortalitas total (Z) dengan cara penjumlahan laju mortalitas
penangkapan (F) dan laju mortalitas alami (M). Nilai M berkaitan dengan nilai
parameter pertumbuhan K dan L∞ dalam Von Bertalanffy. Ikan dengan nilai K
tinggi memiliki pertumbuhan yang cepat, sehingga nilai M tinggi dan sebaliknya.
Pendugaan laju mortalitas (Z) berdasarkan persamaan Beverton dan Holt (Sparre
dan Venema 1999) sebagai berikut:
∞−
̅
Z=K ̅− ′ (32)

L̅ adalah panjang rata-rata ukuran, L’ adalah panjang dimana semua ikan pada
ukuran tersebut dan lebih panjang berada pada penangkapan penuh. L’ dapat pula
dianggap sebagai batas kelas bawah dari interval kelas panjang (Sparre dan
Venema, 1999).
Selanjutnya dilakukan pendugaan laju mortalitas alami (M) berdasarkan
persamaan empirik Pauly (1980) sebagai berikut:
(M) = 0,8 exp (-0,0152 - 0,279 ln L∞ + 0.6543 ln K + 0.463 ln T) (33)
M adalah laju mortalitas alami (per tahun), L∞ panjang asimtotik pada persamaan
pertumbuhan Von Bertalanffy (mm), K koefisien pertumbuhan, dan T suhu rata-
rata permukaan air (°C).
Nilai Z dan M digunakan untuk menduga mortalitas ikan akibat
penangkapan (F) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
F=Z–M (34)
Berdasarkan nilai Z dan F maka laju eksploitasi ikan kembung (E) dapat
diduga dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
E= +
=Z (35)

Catch per Unit Effort (CPUE)


Pendekatan dalam pengukuran jumlah stok ikan dapat dilakukan dengan
monitoring hasil tangkapan per upaya tangkap (CPUE) dari alat tangkap yang
digunakan. Penghitungan CPUE dilakukan untuk mengetahui kelimpahan dan
tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dalam perairan (Gulland 1983) :

CPUE = (36)
CPUE adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan (ton/trip), C (Catch) adalah
total hasil tangkapan (ton), dan E (Effort) adalah total upaya penangkapan (trip).
Data CPUE yang didapat selanjutnya distandarisasi dengan tujuan
menyeragamkan upaya penangkapan yang diasumsikan upaya penangkapan suatu
alat tangkap dapat menghasilkan tangkapan relatif sama dengan alat tangkap yang
dijadikan standar. Alat tangkap yang dijadikan standar adalah yang paling
dominan menangkap ikan dalam genus Rastrelliger spp. dan memiliki nilai FPI
(Fishing Power Index) satu (1).
14

FPI = (37)

FPIi adalah faktor upaya tangkap pada jenis alat tangkap ke-i, CPUEi adalah hasil
tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap ke-i (ton/unit), dan CPUEs adalah
adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap yang dijadikan
standar (ton/unit).

Model Produksi Surplus


Menganalisis hasil tangkapan dan upaya pendugaan potensi ikan kembung,
kembung lelaki, dan kembung perempuan yang dikembangkan oleh Schaefer dan
Fox. Model tersebut dapat digunakan apabila tersedia data CPUE selama beberapa
tahun. Hasil tangkapan maksimum lestari (MSY/Maximum Sustainable Yield) dan
upaya penangkapan optimum (fMSY) model Schaefer (1954) in Sparre & Venema
(1999) dapat dihitung melalui persamaan:
Y=af+bf2 (38)
Y merupakan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan (f). Perhitungan upaya
penangkapan optimum (fMSY) dengan cara menyamakan turunan pertama Y
terhadap f, yaitu dY/f=0
��
= + = (39)

= − (40)

�� = (41)
� = (42)

Selain model linear Schaefer, ada pula populasi ikan yang mengikuti model Fox
(Fox 1970 in Sparre & Venema 1999), yaitu:
+
= (43)

�� dapat diperoleh pada saat dY/df=0, sehingga:

�� = (44)

� = (45)
Dari kedua model Schaefer dan Fox, model dengan nilai R2 lebih besar
menunjukkan model yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan sebenarnya.
15

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Komposisi Hasil Tangkapan


Ikan yang tertangkap di Perairan Selat Sunda dan didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Kab. Pandeglang Provinsi Banten terdiri dari ikan
kembung, kembung lelaki, kembung perempuan, tongkol, tembang, tenggiri, biji
nangka, peperek, layur, selar kuning, dan ikan-ikan lainnya. Ikan-ikan yang
didaratkan di PPP Labuan adalah ikan pelagis dan demersal, dimana pendaratan
ikan pelagis ada di TPI 2 dan 3 serta pendaratan ikan demersal di TPI 1.
Berdasarkan data statistik perikanan tangkap Kabupaten Pandeglang, Banten,
diketahui bahwa persentase hasil tangkapan ikan kembung sebesar 2 persen,
kembung lelaki 4 persen, dan kembung perempuan 2 persen (Gambar 4).

Kembung Perempuan
2%
Kembung
2% Kembung Lelaki Tongkol
4% 10%

Ikan lainnya
Tembang 38%
11%

Tenggiri
6%

Biji nangka
6% Selar
3%
Peperek
5% Layang
Kurisi 4%
5% Layur
4%

Gambar 4 Hasil tangkapan per jenis ikan di PPP Labuan Banten (DKP Banten
2014)

Berdasarkan hasil wawancara, alat tangkap yang umumnya digunakan


dalam menangkap ikan kembung yaitu purse seine dengan ukuran kapal motor 12
hingga 17 GT dan mata jaring 1 sampai 1.5 inci. Wilayah penangkapan ikan
kembung yaitu di sekitar garis pantai, antara lain daerah Teluk Labuan, Sumur,
Tanjung Lesung, Pulau Panaitan, Rakata, Pulai Sebesi, dan Tanjung Alang-Alang.
Operasi penangkapan purse seine dilakukan pada malam hari untuk target
tangkapan ikan kembung yang umumnya pada kedalaman 30 hingga 50 m. Dalam
16

pengoprasian ini kapal purse seine dibantu dengan kapal obor. Kapal obor ini
dilengkapi dengan lampu yang dimaksudkan untuk mengumpulkan ikan, sesuai
dengan sifat ikan kembung yaitu fototaksis positif (menyukai cahaya). Alat
tangkap lainnya yang digunakan untuk menangkap ikan genus kembung yaitu gill
net dan jaring rampus.
Ikan kembung yang didaratkan di Labuan selain memiliki nilai ekologis
penting juga bernilai ekonomis penting. Ikan kembung lelaki dengan harga
Rp 32 000 per kg berisi 6-7 ekor atau dengan isi 12 ekor, sedangkan ikan
kembung dan ikan kembung perempuan lebih rendah dengan harga Rp 28 000 per
kg. Ikan kembung ini umumnya di konsumsi oleh masyarakat Banten dan apabila
produksi tinggi didistribusikan ke wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Morfologi genus Rastrelliger spp.


Secara umum ikan kembung lelaki memiliki totol hitam di dekat sirip dada
dan badan lebih ramping dibandingkan ikan kembung perempuan. Ikan kembung
perempuan juga memiliki bola mata yang lebih besar dibandingkan ikan
kembung lelaki (Burhanuddin 1984). Perbedaan morfologis genus Rastrelliger
spp. menurut Collete & Nauen (1983) terdapat dalam Tabel 4. Ikan kembung (R.
faughni) dapat dilihat pada Gambar 5, ikan kembung lelaki (R. kanagurta) pada
Gambar 6, dan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) pada Gambar 7.
Klasifikasi ikan kembung menurut Fishbase (2015a) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger faughni (Matsui 1967)
Nama umum : Island mackerel
Nama lokal : Banyar (Banten)

Gambar 5 Ikan kembung (Rastrelliger faughni) di PPP Labuan Banten


17

Klasifikasi ikan kembung lelaki menurut Fishbase (2015b) adalah sebagai


berikut :
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger kanagurta (Cuvier 1816)
Nama umum : Indian mackerel
Nama lokal : Banyar rante (Banten)

Gambar 6 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di PPP Labuan Banten

Klasifikasi ikan kembung perempuan menurut Fishbase (2015c) adalah


sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851)
Nama umum : Short mackerel
Nama lokal : Banyar kadokor (Banten)
18

Gambar 7 Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di PPP Labuan


Banten

Makanan Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda


Indeks of Preponderance
Pola makanan genus Rastrelliger spp. dianalisis melalui pendekatan
perbadaan jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang
ada pada komposisi makanan yang dimanfaatkan oleh ikan-ikan genus
Rastrelliger spp. betina dan jantan tanpa memperhatikan perbedaan selang kelas
panjangnya. Kebiasaan makanan ikan kembung, kembung lelaki, dan kembung
perempuan dapat dilihat dari komposisi makanan yang tersaji dalam grafik indeks
bagian terbesar (Index of Preponderance/IP) dalam Gambar 8-10 berikut.

(a). Betina (b). Jantan


Gambar 8 Index of Preponderance (IP) ikan kembung (Rastrelliger faughni)
di Perairan Selat Sunda (n betina=68 ekor, n jantan=109 ekor)
19

(a). Betina (b). Jantan


Gambar 9 Index of Preponderance (IP) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Perairan Selat Sunda (n betina=46 ekor, n
jantan=91ekor)

(a).Betina (b). Jantan


Gambar 10 Index of Preponderance (IP) ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) di Perairan Selat Sunda (n betina=59 ekor, n jantan=93
ekor)

Proporsi IP pada ikan kembung (R. faughni) betina dan jantan ditempati
oleh Coscinodiscophyceae (49% dan 65%), sehingga kelompok Coscinodisco-
phyceae merupakan makanan utama bagi ikan kembung (Gambar 8). Makanan
tambahan bagi ikan kembung adalah Crustacea (betina 30%, jantan 17%),
Cyanophyceae dan Dinophyceae. Berbeda dengan ikan kembung lelaki (R.
kanagurta), ikan kembung lelaki ini memiliki komposisi makanan dengan
Bacillariophyceae sebagai makanan utamanya (betina 97%, jantan 95%) (Gambar
9). Pada ikan kembung lelaki tidak ditemukan makanan tambahan namun banyak
makanan pelengkapnya seperti Dinophyceae, Euglenoida, Dermateaceae, Roti-
fera, dll. Pada Gambar 10, ikan kembung perempuan (R. brachysoma) memiliki
indeks bagian terbesar yang ditempati oleh Coscinodiscophyceae sebagai
makanan utama. Kelompok Coscinodiscophyceae pada ikan kembung perempuan
betina ditemukan sebanyak 89% dan 91% pada ikan jantan. Makanan tambahan
pada ikan kembung perempuan betina adalah Crustacea sebesar 6%. Sedangkan
pada ikan jantannya Crustacea tergolong ke dalam makanan pelengkap beserta
Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Tricodesmium, dan lain sebagainya.
20

Komposisi makanan utama dan pelengkap yang ditemukan pada ikan


kembung perempuan dan ikan kembung secara keseluruhan sama, yaitu terdapat
kempok Coscinodiscophyceae sebagai makanan utamanya. Akan tetapi kompo-
sisinya lebih besar pada ikan kembung perempuan. Untuk makanan tambahan dari
Crustacea sama, yaitu pada betina lebih besar dibandingkan ikan jantannya. Hal
tersebut dikarenakan ikan betina lebih banyak membutuhkan kolesterol dalam
kematangan gonad dan proses vitelogenesis (Rahmah 2010).

Luas Relung Makanan


Analisis luas relung makanan dilakukan untuk melihat proporsi sumberdaya
makanan yang dimanfaatkan oleh ikan. Analisis luas relung membantu
menentukan posisi suatu spesies ikan dalam suatu rantai makanan. Analisis luas
relung juga dapat melihat adanya selektivitas suatu jenis ikan antar spesies
maupun antar individu yang sama terhadap sumberdaya makanan pada habitat
tertentu (Krebs 1989). Hasil analisis luas relung pada genus Rastrelliger spp. studi
kasus Perairan Selat Sunda dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas relung makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
berdasarkan jenis kelamin
Ikan JK Luas Relung Standarisasi
Kembung Betina 3.5047 0.1138
Jantan 2.5975 0.0726
Kembung Lelaki Betina 8.9737 0.2155
Jantan 10.2591 0.2502
Kembung Perempuan Betina 6.3393 0.1335
Jantan 6.8216 0.0954

Berdasarkan Tabel 4, standarisasi luas relung dilakukan agar nilai luas


relung berkisar antara 0-1. Ikan kembung lelaki memiliki luas relung yang lebih
tinggi baik betina maupun jantannya, dibandingkan ikan kembung dan kembung
perempuan. Pada ikan kembung dan kembung perempuan, ikan betinanya lebih
luas relungnya dibandingkan ikan jantan. Akan tetapi pada ikan kembung lelaki
jantan memiliki nilai luas relung yang lebih besar dibandingkan ikan betina. Nilai
luas relung yang lebih besar menunjukkan ikan tersebut lebih memanfaatkan
makanan lebih banyak. Secara keseluruhan ikan kembung, kembung lelaki, dan
kembung perempuan tergolong sempit luas relungnya walaupun makanannya
beragam. Hal tersebut dapat diduga ikan dalam genus Rastrelliger spp.
mengkonsumsi makanan utama dalam proporsi yang sangat besar, sedangkan
makanan tambahan dan pelengkapnya sedikit.

Tumpang Tindih Relung Makanan


Kesamaan jenis yang dikonsumsi ikan berbagai spesies memungkinkan
terjadinya tumpang tindih antar spesies tersebut. Nilai tumpang tindih
menunjukkan adanya kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan oleh beberapa
kelompok ikan. Nilai tumpang tindih relung makanan dianalisis menggunakan
indeks Morisita (Persamaan 4). Hasil analisis tumpang tindih makanan dalam
genus Rastrelliger spp. ditunjukkan dalam Tabel 5.
21

Tabel 5 Tumpang tindih makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
Ikan A B C D E F
A 1 0.9469 0.7326 0.7418 0.7847 0.7606
B 1 0.8935 0.9020 0.9267 0.9127
C 1 0.9995 0.9956 0.9987
D 1 0.9965 0.9990
E 1 0.9989
F 1
Ket : A= Kembung Betina, B = Kembung Jantan, C= Kembung Lelaki Betina, D=
Kembung Lelaki Jantan, E= Kembung Perempuan Betina, F= Kembung Perempuan
Jantan.

Nilai tumpang tindih relung makanan genus Rastrelliger spp. secara


keseluruhan mendekati satu. Hal ini menunjukkan bahwa jenis makanan yang
dikonsumsi relatif sama dan diduga terjadi persaingan dalam mencari makan.
Persaingan dalam mencari makanantara individu dalam satu spesies sangat
mungkin terjadi, dikarenakan berasal dari spesies sama sehingga memiliki nilai
tumpang tindih yang tinggi yang artinya memiliki jenis makanan yang relatif
sama.

Jaring-jaring Makanan
Kesamaan jenis makanan yang dikonsumsi ketiga ikan dalam genus
Rastrelliger spp. dapat dilihat dalam Gambar 11. Hasil analisis menunjukkan ikan
kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan sama-sama memakan
kelompok Bacillariophyceae sebagai makanan utamanya. Jenis Crustacea menjadi
makanan tambahan bagi ikan kembung dan sama-sama dikonsumsi oleh ikan
kembung lelaki dan ikan kembung perempuan sebagai makanan pelengkap.
Kemudian makanan tambahan lainnya untuk ikan kembung adalah jenis
Cyanophyceae dan Dinophyceae. Untuk Annelida, Pisces, Cnidaria, Nematoda,
Platyhelmintes, Protozoa, Rotifera, dan Sipunculidea hanya sebagai makanan
pelengkap bagi genus Rastrelliger spp.

Hubungan dan Ketergantungan Antar Spesies


Analisis hubungan ketergantungan antar spesies dilakukan untuk analisis
pengelolaan perikanan multispesies. Koefisien ketergantungan antar spesies
disajikan dalam Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai koefisien
ketergantungan bernilai negatif artinya terdapat hubungan yang saling
berkompetisi antara ikan kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan.

Tabel 6 Hubungan ketergantungan antar spesies genus Rastrelliger spp. di


Perairan Selat Sunda
Spesies Koefisien Ketergantungan
Kembung (Rastrelliger faughni) -0.0000000753
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) -0.0000000889
Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) -0.0000011530
22

Gambar 11 Jaring-jaring makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda

Pertumbuhan Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda


Sebaran Frekuensi Panjang
Pengambilan contoh yang dilakukan sejak bulan April hingga Agustus 2015
untuk contoh ikan kembung didapatkan 290 ekor pada betina, 575 ekor pada
jantan, dan total didapatkan 865 ekor. Ikan kembung lelaki betina sebanyak 298
ekor, jantan 530 ekor, dan total didapatkan contoh 828 ekor. Selanjutnya untuk
ikan kembung perempuan betina sebanyak 252 ekor, jantan 539 ekor, dan total
791ekor. Ikan contoh yang didapatkan memiliki sebaran frekuensi panjang yang
ditunjukkan pada Gambar 12, 13, dan 14.
23

Gambar 12 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung (Rastrelliger faughni) betina


dan jantan di Perairan Selat Sunda

Gambar 13 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) betina dan jantan di Perairan Selat Sunda

Gambar 14 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan (Rastrelliger


brachysoma) betina dan jantan di Perairan Selat Sunda

Berdasarkan hasil analisis sebaran frekuensi panjang di atas, ikan kembung


terbagi atas 20 kelas dengan selang kelas 5 mm yang memiliki frekuensi tertinggi
pada nilai tengah 187 mm pada ikan betina dan 152 mm pada jantan. Ikan
kembung lelaki terbagi atas 34 kelas panjang dengan selang kelas 5 mm memiliki
frekuensi tertinggi pada nilai tengah 212 mm baik betina maupun jantan.
Selanjutnya ikan kembung perempuan terbagi atas 33 kelas dengan selang kelas 5
mm dan memiliki frekuensi tertinggi pada nilai tengah 222 mm pada betina dan
212 mm pada jantan.

Pola Pertumbuhan
Analisis pola pertumbukan ikan dapat dilihat melalui hubungan panjang
bobotnya. Nilai yang didapat dari analisis hubungan panjang dan bobot dapat
menduga bobot dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan
mengenai pertumbuhan, kemontokan ikan (faktor kondisi), dan perubahan dari
lingkungan (Yudasmara 2014). Bagian tubuh ikan satu dengan lainnya sering kali
24

memiliki hubungan yang dapat dijelaskan menggunakan matematis. Gambar 15,


16, dan 17 menunjukkan plot antara panjang total ikan (mm) dengan bobot (g)
untuk ikan kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan yang berasal dari
perairan Selat Sunda Banten.

(a) Betina (b) Jantan


Gambar 15 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung (Rastrelliger faughni)
betina (a) dan jantan (b) di Perairan Selat Sunda

Berdasarkan hasil pengambilan ikan contoh (Gambar 15), ikan kembung


(Rastrelliger faughni) betina berjumlah 290 ekor (R2=90.66%) memiliki
hubungan panjang-bobot dengan koefisien b=3.4225 (allometrik positif, b>3) dan
jantan 575 ekor (R2=89.89%) dengan koefisien b=3.5428 (allometrik positif, b>3).
Baik ikan kembung betina maupun jantan memiliki hubungan panjang-bobot
allometrik positif, yaitu memiliki pertambahan panjang yang lebih keil
dibandingkan dengan bobotnya. Total contoh ikan kembung sebanyak 865 ekor
memiliki kisaran panjang 126-220 mm dan bobot 25-121 g.

(a) Betina (b) Jantan


Gambar 16 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina (a) dan jantan (b) di Perairan Selat Sunda

Gambar 16 menunjukkan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


betina dengan jumlah 298 ekor (R2=96.28%) memiliki hubungan panjang bobot
allometrik positif (b=3.1947) dan ikan jantan dengan jumlah 530 ekor
(R2=96.13%) memiliki hubungan isometrik (b=3.0902). Allometrik positif artinya
memiliki pertambahan panjang yang tidak secepat bobotnya, sedangkan isometrik
artinya pertumbuhan panjang ikan sejalan dengan pertambahan bobotnya. Total
contoh ikan kembung lelaki sebanyak 828 ekor dengan kisaran panjang 98-260
mm dan bobot 7-136 g.
25

(a) Betina (b) Jantan


Gambar 17 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) betina (a) dan jantan (b) di Perairan Selat Sunda

Hasil analisis hubungan panjang bobot ikan kembung perempuan yang


ditunjukkan oleh Gambar 17 di atas menunjukkan ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) betina dengan jumlah 252 ekor (R2=93.73%) memiliki
hubungan panjang bobot isometrik (b=2.9653) dan ikan jantan dengan jumlah 539
ekor (R2=94.54%) memiliki hubungan allometrik negatif (b=2.7921). Allometrik
negatif menunjukkan pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding bobotnya. Total
contoh ikan kembung perempuan sebanyak 791 ekor dengan kisaran panjang 95-
255 mm dan bobot 10-192 g.

Faktor Kondisi
Faktor kondisi suatu ikan dapat menunjukkan keterangan ikan secara
biologis maupun komersial (Effendie 2002). Faktor kondisi ikan kembung (R.
faughni) ditunjukkan oleh Gambar 18. Selama lima bulan pengamatan, dari April
hingga Agustus, baik ikan kembung betina maupun jantan selalu mengalami
peningkatan. Nilai faktor kondisi tertinggi ikan kembung yaitu bulan Agustus,
dimana pada ikan jantan mencapai 1.28±0.09 dan 1.22±0.08 pada betina. Berbeda
dengan ikan ikan kembung yang betina maupun jantannya memiliki faktor kondisi
tertinggi bulan Agustus, untuk ikan kembung lelaki baik betina dan jantan
memiliki nilai tertinggi pada bulan Juni. Dengan nilai 1.09±0.13 pada ikan
kembung lelaki betina dan 1.08±0.09 pada ikan jantan (Gambar 19). Kemudian
untuk ikan kembung perempuan betina memiliki nilai tertinggi pada bulan April
dengan nilai 1.12±0.14 dan bulan Juli dengan nilai 1.07±0.06 pada ikan kembung
perempuan jantan (Gambar 20).
26

Gambar 18 Faktor kondisi ikan kembung (Rastrelliger faughni) di Perairan Selat


Sunda

Gambar 19 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di


Perairan Selat Sunda

Gambar 20 Faktor kondisi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di


Perairan Selat Sunda
27

Parameter Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan genus Rastrelliger spp. meliputi panjang asimptotik
(L∞), koefisien percepatan pertumbuhan (K), umur pendugaan ikan pada panjang
nol (t0), dan Φ atau growth performance index (GPI) yang disajikan pada Tabel 7.
Parameter pertumbuhan L∞ dan K diketahui dengan software ELEFAN I (FAO
2015) dengan meliterasi rentang perkiraan nilai L∞ dan K hingga diperoleh nilai
yang paling rasional, sedangkan nilai t0 diestimasi berdasarkan rumus empiris
Pauly 1980.

Tabel 7 Pertumbuhan L∞, K, dan t0 serta nilai ϕ (Growth Performance Index)


genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
Nilai
Jenis
Ikan n L∞ K t0 Φ
Kelamin
(ekor) (mm) (tahun-1) (tahun) (GPI)
Kembung Betina 290 264.00 0.22 -0.4207 4.1833
(R. faughni) Jantan 575 288.69 0.16 -0.5673 4.1279
Gabungan 865 281.20 0.23 -0.3948 4.2758
Kembung lelaki Betina 298 293.09 0.24 -0.3734 4.3142
(R. kanagurta) Jantan 530 330.24 0.10 -0.8966 4.0376
Gabungan 828 324.02 0.14 -0.6356 4.1673
Kembung Betina 252 272.04 0.20 -0.4606 4.1703
perempuan Jantan 539 286.42 0.13 -0.7102 4.0280
(R. brachysoma) Gabungan 791 270.77 0.22 -0.4178 4.2076

Parameter pertumbuhan genus Rastrelliger spp. di perairan Selat Sunda


telah diduga menggunakan model Von Bertalanffy (K dan L∞) denganplot Ford-
Walford, yaitu menggunakan data rata-rata panjang total (TL) dari setiap
kelompok ukuran panjang ikan. Berdasarkan hasil analisis parameter pertumbuhan
pada Tabel 4 di atas, persamaan model Von Bertalanffy ikan dalam genus
Rastrelliger spp. pada perairan Selat Sunda serta berdasarkan literatur disajikan
dalam Tabel 8. Pendugaan parameter pertumbuhan yang tersaji dari persaamaan
model Von Bertalanffy menggunakan data gabungan betina dan jantan (Lampiran
22-29).

Tabel 8 Persamaan Von Bertalanffy genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat


Sunda
Ikan Persamaan Von Bertalanfy
Kembung (R. faughni) Lt=281.2[ − − . + . ]
− . + ]
Kembung lelaki (R. kanagurta) Lt=324.02[ −
Kembung perempuan (R. brachysoma) Lt=270.77[ − − . + ]

Rekrutmen
Rekrutmen individu baru adalah salah satu yang paling penting, paling
sedikit dipahami, dan paling sulit untuk memperkirakan proses ikan dinamika
populasi. Fungsi pendugaan rekrutmen antara lain untuk melihat: (1) ukuran
pemijahan stok selama periode reproduksi musiman, (2) fekunditas rata-rata usia
tertentu pada ikan betina, (3) durasi kehidupan planktonik pada tahap larva, (4)
28

kondisi lingkungan yang mendukung selama kehidupan planktonik, habitat dan


makanan (5) kondisi ketersediaan saat penyelesaian atau gerakan otonomi di
kolom air terjadi dalam tahap postlarval , dan (6) kepadatan predator dalam ruang
dan waktu, dari ikan bertelur tahap postlarval (Anderson dan Seijo 2010). Hasil
pendugaan pola rekrutmen selama satu tahun untuk ikan kembung (R. faughni)
disajikan pada Gambar 21 ikan kembung lelaki (R. kanagurta) pada Gambar 22
dan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) pada Gambar 23.

Gambar 21 Rekrutmen ikan kembung (Rastrelliger faughni) di Perairan Selat


Sunda

25 22,76

20 18,13
% Rekrutmen

14,52 14,03
15
10 8,57
6,3
5,22
5 3,41 2,49
2
0,57 0
0
J F M A M J J A S O N D

Bulan
Gambar 22 Rekrutmen ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan
Selat Sunda
29

Gambar 23 Rekrutmen ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di


Perairan Selat Sunda

Berdasarkan Gambar 21-23 di atas dapat diketahui bahwa ketiga ikan dalam
genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda terjadi rekrutmen sepanjang tahun
dengan puncak yang berbeda beda. Rekrutmen tertinggi ikan kembung diduga
terjadi pada bulan Oktober, ikan kembung lelaki diduga pada bulan Maret, dan
ikan kembung perempuan diduga pada bulan Agustus.

Reproduksi Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda


Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan secara morfologi
pada gonad ikan contoh. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan dalam genus
Rastrelliger spp. betina dan jantan dapat dilihat pada ovarium serta testesnya.
Peningkatan TKG dapat dicirikan oleh warna gonad, ukuran panjang, dan bobot
bentuk serta perkembangan isi gonad (Effendie 2002). Hasil analisis TKG pada
genus Rastrelliger spp. dapat dilihat pada Gambar 24-26.

(a)Betina (b)Jantan
Gambar 24 TKG ikan kembung di Perairan Selat Sunda berdasarkan bulan
pengambilan contoh
30

(a)Betina (b)Jantan

Gambar 25 TKG ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda berdasarkan bulan
pengambilan contoh

(a)Betina (b)Jantan

Gambar 26 TKG ikan kembung perempuan di Perairan Selat Sunda berdasarkan


bulan pengambilan contoh

Tingkat kematangan gonad masing-masing bulan pengamatan menunjukkan


hasil yang berbeda. Tingkat kematangan gonad (TKG) I-II pada ikan kembung (R.
faughni) sebagian besar terjadi pada bulan April-Mei 2015. Hal tersebut
menunjukkan ikan kembung pada bulan tersebut banyak yang belum mengalami
matang gonad. Pada ikan ini terjadi peningkatan setiap bulannya dan frekuensi
TKG IV tinggi pada bulan Juni dan Agustus baik untuk ikan betina maupun
jantan.
Hasil analisis pada ikan kembung lelaki (R. kanagurta) diperoleh ikan
matang gonad dengan TKG III dan IV yang terdapat pada setiap bulan
pengamatan. Sedangkan pada bulan April sebagian besar masih TKG I-II. Pada
ikan ini, TKG IV paling banyak terdapat pada bulan Agustus untuk ikan betina
dan bulan Mei untuk ikan jantan. Hasil tersebut dapat diduga bahwa ikan
kembung lelaki jantan matang gonad lebih awal dibandingkan ikan betinanya.
Sama seperti halnya ikan kembung lelaki, ikan kembung perempuan (R.
brachysoma) baik betina maupun jantan dengan TKG III dan IV ditemukan setiap
bulan pengamatan. Frekuensi relatif tertinggi TKG III dan IV pada ikan kembung
perempuan baik betina maupun jantan tertinggi pada bulan Juli.
31

Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Indeks kematangan gonad (IKG) menunjukkan perubahan yang terjadi di
dalam gonad secara kuantitatif (Alamsyah et al. 2013). Hasil analisis IKG ikan
kembung (R. faughni) betina dan jantan dapat dilihat pada Gambar 27, ikan
kembung lelaki (R. kanagurta) pada Gambar 28, dan ikan kembung perempuan
(R. brachysoma) terdapat pada Gambar 29. Nilai IKG berfluktuasi setiap bulan
pengamatan dan secara keseluruhan nilai IKG betina lebih besar dibandingkan
IKG ikan jantan.

a. Betina b. Jantan
Gambar 27 Nilai IKG rata-rata ikan kembung di Perairan Selat Sunda berdasarkan
bulan pengambilan contoh

a. Betina b. Jantan
Gambar 28 Nilai IKG rata-rata ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda
berdasarkan bulan pengambilan contoh

a. Betina b. Jantan
Gambar 29 Nilai IKG rata-rata ikan kembung perempuan di Perairan Selat Sunda
berdasarkan bulan pengambilan contoh
32

Fekunditas
Fekunditas merupakan banyaknya telur yang dikeluarkan sesaat sebelum
ikan memijah dan memiliki nilai yang bervariasi tiap spesies. Jumlah telur yang
dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang kelangsungan hidup di alam
hingga menetas dan ukuran dewasanya tergantung faktor lingkungan di sekitarnya
(Yudasmara 2014). Nilai fekunditas yang diperoleh dapat dibandingkan dengan
ukuran dari ikan setiap individu ikan sehingga akan didapatkan informasi tentang
jumlah anak yang dihasilkan pada ukuran yang berbeda-beda (Alamsyah et al.
2013). Hasil pengamatan fekunditas tertinggi ikan kembung mencapai 111 003
butir dengan rata-rata 36 976 butir (TKG III =38 ekor, TKG IV = 69 ekor).
Fekunditas tertinggi ikan kembung lelaki mencapai 96 530 butir dengan rata-rata
20 880 butir (TKG III = 68 ekor, TKG IV = 109 ekor). Selanjutnya untuk ikan
kembung perempuan fekunditas tertinggi mencapai 283 572 butir dengan rata-rata
55 252 butir (TKG III = 26 ekor, TKG IV = 123 ekor). Hal tersebut menunjukkan
fekunditas rata-rata tertinggi dalam genus Rastrelliger spp. adalah ikan kembung
perempuan. Tinggi rendahkanya fekunditas dalam genus Rastrelliger spp. dapat
disebabkan oleh perbedaan gonad dan besar kecilnya telur (Alamsyah et al. 2013).

Diameter telur
Telur yang dihasilkan individu ikan memiliki ukuran yang bervariasi.
Ukuran ikan dapat dilihat dengan menghitung diameter telurnya. Diameter telur
ini merupakan garis tangah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan
mikrometer yang sudah berskala yang dilakukan pada ikan TKG III dan IV
(Yudasmara 2014).

(a) (b)
Gambar 30 Sebaran diameter telur ikan kembung, TKG III (a) dan IV (b) di
Perairan Selat Sunda

Berdasarkan Gambar 30-32 dapat dilihat bahwa ikan kembung memiliki


ukuran diameter telur dengan kisaran 0.02-0.91 mm, ikan kembung lelaki 0.08-
1.21 mm, dan ikan kembung perempuan 0.08-2.15 mm. Hal tersebut menun-
jukkan ikan kembung perempuan memiliki diameter telur yang lebih besar
dibandingkan ikan kembung lelaki dan kembung. Pada TKG IV menunjukkan dua
puncak yang artinya ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. memiliki tipe
pemijahan partial spawner (Gambar 30b, 31b, 32b).
33

(a) (b)
Gambar 31 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki, TKG III (a) dan IV (b) di
Perairan Selat Sunda

(a) (b)
Gambar 32 Sebaran diameter telur ikan kembung perempuan, TKG III (a) dan IV
(b) di Perairan Selat Sunda

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm)


Ikan yang tertangkap dan belum mencapai ukuran Lm, memiliki estimasi
terjadinya recruitment overfishing yang dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil tersebut
menunjukkan ikan kembung lelaki jantan memiliki nilai estimasti recruitment
overfishing tertinggi, yaitu mencapai 99% dengan nilai Lm tertinggi di antara ikan
lainnya sebesar 225 mm. Ikan dengan estimasi recruitment overfishing terendah
yaitu pada ikan kembung betina sebesar 67% dengan nilai Lm 182 mm.

Tabel 9 Nilai ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp. di
Perairan Selat Sunda
Jenis Estimasi Recruitment
Ikan Lm (mm)
Kelamin Overfishing (%)
Kembung Betina 192 91
Jantan 182 67
Kembung Lelaki Betina 212 87
Jantan 225 99
Kembung Perempuan Betina 220 63
Jantan 219 77
34

Dinamika Populasi Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda


Ukuran Pertama Kali Tertangkap (Lc)
Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) didapatkan dari plot panjang total ikan
berdasarkan kelompok panjang dengan jumah ikan yang sudah berupa persentase
komulatif. Pendugaan Lc dilakukan untuk pengelolaan sumberdaya ikan
berdasarkan informasi ukuran ikan yang tertangkap dengan alat tangkap tertentu
(Sumiono & Nuraini 2007). Apabila ikan yang tertangkap belum mencapai ukuran
Lc maka estimasi terjadinya growth overfishing dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil
analisis tersebut menunjukkan ikan kembung lelaki betina memiliki nilai estimasi
growth overfishing tertinggi, yaitu mencapai 69% dan terendah pada ikan
kembung perempuan jantan sebesar 42%.

Tabel 10 Nilai ukuran pertama kali tertangkap (Lc) genus Rastrelliger spp. di
Perairan Selat Sunda
Jenis Estimasi Growth
Ikan Lc (mm)
Kelamin Overfishing (%)
Kembung Betina 179 52
Jantan 170 48
Kembung Lelaki Betina 207 69
Jantan 170 31
Kembung Perempuan Betina 203 48
Jantan 194 42

Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi


Pendugaan mortalitas total (Z) dengan cara menjumlahkan mortalitas
penangkapan (F) dan mortalitas alami (M). Pendugaan nilai Z dilakukan dengan
menggunakan data parameter pertumbuhan (L∞ dan K) dan memasukkannya ke
dalam persamaan Beverton & Holt (1986) dalam Sparre & Venema (1999).
Sedangkan pendugaan mortalitas alami (M) menggunakan rumus empiris Pauly
(Sparre & Venema 1999) dengan memasukkan suhu rata-rata permukaan perairan
Selat Sunda sebesar 30ºC. Hasil analisis pendugaan laju mortalitas dan laju
eksploitasi genus Rastrelliger spp. ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Mortalitas dan laju eksploitasi genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda
Nilai
Ikan Parameter F M Z
E
(/tahun) (/tahun) (/tahun)
Kembung Betina 12.05 0.31 12.36 0.98
(R. faughni) Jantan 7.48 0.24 7.73 0.97
Gabungan 14.53 0.31 14.84 0.98
Kembung lelaki Betina 13.72 0.32 14.03 0.98
(R. kanagurta) Jantan 5.11 0.17 5.28 0.97
Gabungan 9.43 0.22 9.64 0.98
Kembung Betina 2.54 0.29 2.82 0.90
perempuan Jantan 2.53 0.21 2.72 0.92
(R. brachysoma) Gabungan 1.74 0.31 2.04 0.85
35

Secara keseluruhan, baik ikan kembung, kembung lelaki maupun kembung


perempuan baik betina maupun jantan memiliki nilai mortalitas penangkapan (F)
yang lebih tinggi dibandingkan mortalitas alaminya (M). Untuk nilai mortalitas
total (Z) ikan kembung mencapai 14.84/th, ikan kembung lelaki 9.64/th, dan ikan
kembung perempuan 2.04/th. Hal tersebut menunjukkan ikan kembung memiliki
mortalitas total tertinggi pada genus Rastrelliger spp. Tingginya laju mortalitas
yang diakibatkan karena penangkapan (F) menunjukkan adanya tekanan terhadap
stok sumberdaya sangat tinggi (Wudji et al. 2012).

Model Produksi Surplus


Produksi ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. cenderung menurun dari
tahun 2003 hingga terendah pada tahun 2011, yaitu sebesar 387 ton pada ikan
kembung, 852 ton pada ikan kembung lelaki, dan 310 ton pada ikan kembung
perempuan (Gambar 33). Untuk Nilai CPUE atau hasil tangkapan per satuan
upaya genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda menggunakan alat tangkap
yang sudah distandarisasi (purse seine) menunjukkan hasil yang berfluktuasi
selama sebelas tahun. Alat tangkap purse seine dijadikan standar dikarenakan
produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan alat tangkap lainnya (jaring insang,
jaring arad, dll). Grafik produksi penangkapan genus Rastrelliger spp. di Perairan
Selat Sunda yang didaratkan di Kab. Pandeglang, Kab. Banten, Provinsi Banten
ditunjukkan pada Gambar 33. Grafik model produksi surplus ikan kembung,
kembung lelaki, dan kembung perempuan serta secara keseluruhan genus Ras-
trelliger spp. tersaji dalam Gambar 34-37.

Gambar 33 Produksi genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda yang


didaratkan di Pandeglang-Banten tahun 2003-2014
36

Gambar 34 Model produksi surplus ikan kembung (Rastrelliger faughni) di


Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox

Gambar 35 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


di Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox

Gambar 36 Model produksi surplus ikan kembung perempuan (Rastrelliger


brachysoma) di Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox

Berdasarkan Gambar 34 diketahui bahwa nilai maximum sustainable yield


(MSY) ikan kembung (R. faughni) menggunakan model Fox yaitu sebesar 513 ton
37

dan fMSY sebesar 15 121 trip. Pada Gambar 35 ikan kembung lelaki (R. kanagurta)
memiliki nilai MSY sebesar 1 128 ton dan fMSY sebesar 15 121 trip. Selanjutnya
pada Gambar 36 ikan kembung perempuan (R. brachysoma) memiliki nilai MSY
sebesar 410 ton dan fMSY sebesar 15 121 trip. Dari ketiga ikan dalam genus
Rastrelliger spp. kita asumsikan nilai fMSY sama karena berasal dari upaya yang
sama, akan tetapi terdapat perbedaan hasil tangkapan. Penetapan ini didasarkan
hasil wawancara dan survey di lapangan yang menunjukkan bahwa ikan kembung
paling dominan di antara kembung lelaki dan kembung perempuan, sehingga
proporsi ikan kembung yang didaratkan di Pandeglang Banten sesesar 25%, ikan
kembung lelaki sebesar 55%, dan ikan kembung perempuan sebesar 20%.

Gambar 37 Model produksi surplus genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat


Sunda dengan pendekatan model Fox

Model produksi surplus juga dapat digunakan untuk menganalisis potensi


lestari (PL) dan jumlah total allowable catch (TAC) pada sumberdaya genus
Rastrelliger spp. Ikan kembung memiliki potensi lestari sebesar 461 ton, kembung
lelaki 1 015 ton, dan kembung perempuan 369 ton. Nilai TAC untuk ikan
kembung sebesar 410 ton, kembung lelaki 902 ton, dan kembung perempuan 328
ton (Lampiran 39). Hal tersebut menunjukkan ketiga ikan kembung memiliki hasil
tangkapan aktual (2014) di bawah potensi lestarinya dan upaya aktual yang jauh
lebih besar dibandingkan upaya lestarinya.

PEMBAHASAN

Genus Rastrelliger spp. terdiri dari ikan kembung (Rastrelliger faughni),


ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), dan ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) yang berasal dari family Scombridae (Carpenter dan
Niem 2001). Ketiga ikan tersebut banyak dikonsumsi masyarakat luas
dikarenakan memiliki nutrisi yang baik bagi kesehatan. Ikan tersebut sering
dikenal oleh masyarakat Labuan sebagai ikan banyar. Harga ikan kembung lelaki
(banyar rante) lebih tinggi dibandingkan ikan kembung (banyar) dan ikan
38

kembung perempuan (bayar kadokor). Selain rasa yang lebih enak, ketersediaan
ikan kembung lelaki juga yang lebih sedikit dibandingkan ikan banyar lainnya.
Kandungan gizi dalam genus Rastrelliger spp. dapat dilihat dalam Tabel 12.

Tabel 12 Kandungan Gizi Genus Rastrelliger spp. menurut studi pustaka


Ikan Komponen Kandungan Sumber
Kb lelaki Asam linolenat 0.043-0.19g/100g Salamah et al.
EPA 0.120-0.212g/100g (2004)
DHA 0.076-0.157g/100g
Lemak total 2.6±0.1% Lakshmanan et al.
(1999)
Vitamin A 85.41±3.27 RE IU/g Nurilmala et al.
Vitamin B12 0.47±0.01 µg/g (2015)
Natrium (Na) 9.07 mg/g
Kalium (K) 10.83 mg/g
Kalsium (Ca) 0.88 mg/g
Besi (Fe) 10.83 mg/g
Seng (Zn) 0.03 mg/g
Kb Perempuan Protein 18.5% Zamroni et al. 2008
Lemak 2.1% in Yulvizar (2013)

Komposisi jenis dan makanan ikan kembung, kembung lelaki, dan kembung
perempuan (Gambar 8-10) menunjukkan kesamaan dalam memanfaatkan jenis
makanan baik pada ikan betina maupun jantan. Perbedaan jenis kelamin pada ikan
contoh tidak menyebabkan jenis organisme yang dikonsumsi (Sulistiono et al.
2009). Makanan utama ikan kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan
adalah kelompok Bacillariophyceae dengan proporsi yang beragam. Hal ini
didukung oleh Amri et al. (2014) bahwa dua kelas utama yang menyusun
fitoplankton di perairan Selat Sunda yaitu Bacillariophyceae (98.5%) dan
Dinophyceae (1.49%). Kelas Bacillariophyceae terdiri dari 19 jenis dengan
Chaetoceros sp. (dominan) dan Hyalodiscus sp. (terendah). Selanjutnya makanan
tambahan bagi ikan kembung antara lain Crustacea, Cyanophyceae, dan
Dinophyceae, sedangkan pada ikan kembung lelaki dan kembung perempuan
tidak ditemukan adanya makanan tambahan. Hal tersebut diduga genus
Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda memanfaatkan pakan yang tersedia di
perairan. Makanan tambahan bagi ikan kembung antara lain Crustacea,
Cyanophyceae, dan Dinophyceae, sedangkan pada ikan kembung lelaki dan
kembung perempuan tidak ditemukan adanya makanan tambahan. Hal tersebut
sesuai dengan morfologi ikan kembung yang memiliki gillracker lebih sedikit
dibandingkan ikan kembung lelaki dan kembung perempuan, sehingga makanan
yang masuk tidak dominan dari fitoplankton. Selanjutnya komposisi Crustacea
pada ikan kembung betina lebih tinggi proporsinya dibandingakan ikan jantan.
Hal tersebut dikarenakan ikan betina lebih banyak membutuhkan kolesterol dalam
kematangan gonad dan proses vitelogenesis (Rahmah 2010). Makanan pelengkap
bagi genus Rastrelliger spp. antara lain dari kelompok Annelida, Crustacea,
Pisces, Cnidaria, Cyanophyceae, Dinophyceae, Nematoda, Platyhelmintes,
Protozoa, Rotifera, Sipunculidea. Utami et al. (2014) menambahkan bahwa ikan
kembung lelaki (R. kanagurta) tergolong omnivora yang memanfaatkan
39

fitoplankton dan zooplankton sebagai sumber makanannya. Isi lambung ikan


kembung lelaki kurang lebih berisi 41.56% zooplankton, 37.64% fitoplankton,
7.08% algae, 7.74% miscellaneus, dan 5.98% setengah tercerna (Hulkoti et al.
2013).
Ikan kembung lelaki di pesisir barat Bengal menurut Das et al. (2016)
memakan beberapa grup diatom, grup algae lainnya, blue green algae,
dinoflagllates, copepod, green algae, rotifer dan telur ikan. Kelompok diatom
tersebut seperti Biddulphia sp., Fragillaria sp., Chaetoceros sp., Coseinodiscus
sp., Nitzchia sp., Pleurosigma sp., Skeletonems sp., Asterionella sp., Nevicula sp.,
Rhizosolenia sp., Bacteriastrum sp., Tetraselmis sp., Dicrateria sp., membentuk
kelompok ganggang lainnya, sementara filamentous algae dan Chlorella sp.
membentuk kelompok alga hijau. Tiga jenis copepod antara lain calanoid,
cyclopoid, dan herpecticoid yang ditemukan dalam penelitiannya. Ikan kembung
lelaki ini juga memiliki perbedaan kebiasaan makanan selama perubahan musim.
Sebelum musim hujan, ikan kembung lelaki cenderung memakan diatoms,
copepod, rotifers, dan green algae. Ketika musim hujan, lebih menyukai blue
green algae dan dinoflagellates, serta jenis alga lainnya ditemukan dominan di
lambung ikan sejak musim pasca hujan. Lain halnya dengan musim pemijahan,
ketika sedikit musim pemijahan maka ikan kembung lelaki lebih menyukai
diatoms, green algae, copepod, dan rotifers. Selanjutnya apabila banyak yang
melakukan pemijahan (Agustus), ikan kembung lelaki lebih menyukai
dinoflagellates, blue green alga dan jenis alga lainnya. Hal tersebut menunjukkan
variasi musim yang signifikan pada kebiasaan makanan ikan kembung lelaki.
Berdasarkan Tabel 5, standarisasi luas relung dilakukan agar nilai luas
relung berkisar antara 0-1. Ikan kembung lelaki memiliki luas relung yang lebih
tinggi dibandingkan ikan kembung dan kembung perempuan. Semakin tinggi nilai
luas relung makanan pada ikan menunjukkan bahwa ikan akan lebih leluasa
memanfaatkan sumberdaya pakan yang ada (Purnomo dan Warsa 2011). Pada
ikan kembung dan kembung perempuan, ikan betina memiliki luas relung yang
lebih besar dibandingkan ikan jantan. Akan tetapi pada ikan kembung lelaki
jantan memiliki nilai luas relung yang lebih besar dibandingkan ikan betinanya.
Nilai luas relung yang lebih besar menunjukkan ikan tersebut lebih memanfaatkan
makanan lebih banyak. Secara keseluruhan, luas relung ketiga ikan dalam genus
Rastrelliger spp. tergolong sempit walaupun makanannya beragam. Hal tersebut
dapat diduga ikan dalam genus Rastrelliger spp. mengkonsumsi makanan utama
dalam proporsi yang sangat besar, sedangkan makanan tambahan dan
pelengkapnya sedikit. Sempitnya luas relung tersebut dikarenakan makanan
utama (komponen sisa organisme) dikonsumsi dalam jumlah yang sangat
banyak sedangkan jenis‐jenis yang lain dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit
sehingga luas relungnya sempit. Sempitnya luas relung makanan ikan di suatu
perairan berhubungan dengan peran jenis ikan tersebut sebagai ikan karnivora
dan predator yang cenderung lebih spesialis (Yuliani 2009). Sempitnya luas
relung makanan ikan di suatu perairan berhubungan dengan peran jenis ikan
tersebut sebagai ikan karnivora dan predator yang cenderung lebih spesialis
(Tjahjo et al. 2000 in Yuliani 2009).
Berdasarkan nilai koefisien ketergantungan antar spesies (Tabel 6) dikatahui
bahwa hubungan antar spesies kembung, kembung lelaki, dan kembung
perempuan adalah kompetisi (persaingan). Hal tersebut dapat terjadi karena
40

adanya peningkatan biomassa dari pesaing, sehingga menghasilkan turunan


parsial negatif untuk kedua spesies (X1 dan X2) (Anderson & Seijo 2010). Jenis
makanan utama pada ketiga ikan juga sama, yaitu sama-sama menjadikan
Bacillariophyceae sebagai makanan utamanya. Selanjutnya nilai tumpang tindih
relung makanan dalam genus Rastrelliger spp. secara keseluruhan mendekati satu.
Nilai tumpang tindih relung makanan yang mendekati satu diduga jenis makanan
yang dikonsumsi relatif sama dan diduga terjadi persaingan makanan dalam
mencari makan. Apabila nilainya mendekati 1 (satu), maka kedua kelompok
memiliki jenis makanan yang sama, akan tetapi apabila nilainya mendekati 0 (nol)
maka jenis makanan antara kedua kelompok yang dibandingkan tidak sama
(Colwell & Futuyma 1971). Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dengan
mengontrol jumlah spesies ikan yang menjadi pesaing agar keseimbangan
populasi ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. tetap terjaga dan dapat
mensejahterakan bagi nelayan serta masyarakat yang megkonsumsinya.

Tabel 13 Parameter pertumbuhan genus Rastrelliger spp. pada berbagai lokasi


penelitian
Parameter pertumbuhan
Peneliti Lokasi
L∞ (mm) K (th-1) t0 (th)
Kembung
Octoriani (2015) Selat Sunda 222.60 (b) 0.52 (b) -0.18 (b)
217.35 (j) 0.73 (j) -0.13 (j)
Penelitian ini Selat Sunda 264.00 (b) 0.22 (b) -0.42 (b)
288.69 (j) 0.16 (j) -0.57 (j)
Kembung Lelaki
Handani (2002) Teluk Jakarta 392 0.2 -0.9
Perdanamihardja (2011) Teluk Jakarta 276.77 0.34 -0.94
Prahadina (2013) Karangantu 285.5 (b) 0.33 (b) -0.19 (b)
260.1 (j) 0.50 (j) -0.27 (j)
Prahadina (2014) Selat Sunda 349.53 (b) 0.22 (b) -0.38 (b)
355.26 (j) 0.11 (j) -0.81 (j)
Permatachani (2014) Selat Sunda 355.02 (b) 0.14 (b) -0.6 (b)
392.27 (j) 0.08 (j) -1.07 (j)
Octoriani (2015) Selat Sunda 248.85 (b) 0.89 (b) -0.10 (b)
259.35 (j) 0.20 (j) -0.47 (j)
Penelitian ini Selat Sunda 293.09 (b) 0.24 (b) -0.37 (b)
330.24 (j) 0.10 (j) -0.89 (j)
Kembung perempuan
Prahadina (2014) Selat Sunda 261.86 (b) 0.21 (b) -0.44 (b)
294.79 (j) 0.16 (j) -0.55 (j)
Octoriani (2015) Selat Sunda 252.53 (b) 0.28 (b) -0.33 (b)
336.53 (j) 0.27 (j) -0.32 (j)
Penelitian ini Selat Sunda 272.04 (b) 0.20 (b) -0.46 (b)
286.42 (j) 0.13 (j) -0.71 (j)

Pasokan ikan dalam genus Rastrelliger spp. yang dikonsumsi masyarakat


tergantung dari pertumbuhan dan tingkah laku reproduksi individu ikannya.
Secara keseluruhan, nilai faktor kondisi ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp.
41

berfluktuasi setiap bulannya dan memiliki puncak yang berbeda-beda antar


individu. Variasi nilai faktor kondisi dapat dipengaruhi oleh tingkat kematangan
gonad, makanan, jenis kelamin, umur, dan kepadatan populasi. Perbedaan nilai
faktor kondisi pada setiap musim juga dapat menggambarkan adanya faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan ikan (Effendie 1979). Dalam
pertumbuhan ikan, faktor kondisi digunakan untuk menunjukkan keadaan baik
dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Peningkatan nilai faktor kondisi dapat dikarenakan ikan sedang mengisi gonadnya
dengan cell sex dan akan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan
(Yudasmara 2014).
Faktor kondisi ikan kembung lelaki di Kakinada yang ditunjukkan oleh
Abdussamad et al. 2006 juga menghasilkan fluktuasi yang serupa dengan
penelitian ini. Dimana pada bulan Januari-Maret mengalami penurunan, akan
meningkat dari Maret-Juli, Juli-Agustus mengalami penurunan, dan setelahnya
akan meningkat lebih dari 1 hingga bulan Desember. Hal tersebut dikarenakan
ikan kembung lelaki (R. kanagurta) memijah pada bulan Desember-Januari.
Penelitian faktor kondisi ikan kembung lelaki di pesisir barat Bengal pada
sebelum, tepat, dan sesudah musim hujan mencapai 1.087, 1.086, dan 0.923.
Adapun rentang faktor kondisi pada kisaran 0.917–1.190 dengan rata-rata
1.967±0.100. Faktor kondisi tersebut menunjukkan kondisi kesehatan yang baik
untuk ikan kembung lelaki di perairan India.
Siklus hidup ikan dari suatu cohort dapat dilihat dari fluktuasi jumlah ikan
dari tiap kelompok umur yang membentuk populasi. Dengan mengetahui umur
ikan dan komposisi jumlah yang ada dan berhasil hidup, dapat diketahui tingkat
keberhasilan atau kegagalan reproduksinya (Effendie 2002). Metode yang
digunakan untuk mengetahui umur ikan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
metode Petersen. Dengan menggunakan frekuensi panjang ikan dapat terlihat
adanya distribusi normal di sekitar panjang rata-ratanya. Hasil analisis tersebut
menunjukkan nilai percepatan pertumbuhan (K) pada ikan betina lebih tinggi
dibandingkan ikan jantan untuk ketiga multispesies kembung.
Nilai K yang lebih besar dapat diduga oleh adanya makanan yang tersedia
sehingga pertumbuhannya cepat (Sulistiono et al. 2001). Semakin tinggi nilai
percepatan pertumbuhan (K), maka ikan akan lebih cepat mencapai panjang
asimptotiknya. Begitupula sebaliknya, apabila nilai K rendah maka umurnya
semakin tinggi karena lebih lama mencapai panjang asiptotiknya (Sparre &
Vennema 1999). Semakin pendeknya panjang asimptot (L∞) berarti menunjukkan
telah terjadi tekanan penangkapan yang tinggi terhadap perikanan kekembungan
sehingga ukuran populasi ikan yang tertangkap semakin kecil dari tahun ke tahun
(Wudji et al. 2012).
Secara keseluruhan nilai K pada ikan betina lebih besar dibandingkan ikan
jantannya, hasil tersebut sejalan dengan nilai GPI yang didapatkannya. Analisis
growth performance index merupakan indeks untuk membandingkan kinerja
pertumbuhan ikan terhadap pertumbuhan panjangnya, khususnya untuk
membandingkan pertumbuhan ikan dengan bentuk yang sama (Gayanilo dan
Pauly 1997). Dapat diduga bahwa pertumbuhan ikan betina lebih baik
dibandingkan ikan jantan baik untuk ikan kembung, kembung lelaki, maupun ikan
kembung perempuan. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat nilai koefisien
pertumbuhan (K) untuk ketiga ikan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
42

Sunda pada tahun 2016 lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya (2014
dan 2015). Kecepatan pertumbuhan yang berbeda dapat dikarenakan pada ikan
muda relatif lebih cepat tumbuh dibandingkan ikan dewasa, serta faktor
lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan ikan (Harahap dan Djamali
2005). Dengan makin berkurangnya laju pertumbuhan ikan akan cepat mencapai
panjang asimtot, yaitu tidak ada lagi pertumbuhan (Mosse dan Hutubessy 1996).
Purwanto (2012) menambahkan bahwa laju pertumbuhan stok ikan dapat
dipengaruhi oleh ketersediaan makanan alami (fitoplankton dan zooplankon),
variabilitas upwelling, dan pertambahan anakan (recruitment) ikan hasil
pemijahan. Rekrutmen tertinggi ikan kembung diduga terjadi pada bulan Oktober,
ikan kembung lelaki diduga pada bulan Maret, dan ikan kembung perempuan
diduga pada bulan Agustus. Apabila terjadi penangkapan secara terus menerus
dalam periode pemijahan tanpa pengaturan dan pengendalian yang baik akan
menyebabkan tekanan terhadap populasi ikan. Jumlah ikan dalam tiap kelas dalam
populasi bergantung pada rekruitmen yang terjadi tiap tahun dan jumlah ikan yang
hilang dalam perairan, dapat disebabkan karena di eksploitasi atau mati secara
alami (Effendie 2002). Rekrutmen merupakan penambahan individu baru dalam
populasi. Berdasarkan hasil analisis, diketahui pola rekrutmen antar spesies
berbeda-beda.

Tabel 14 Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp. pada
berbagai lokasi penelitian
Ikan Sumber Lokasi Hasil (mm)
Kembung Octoriani (2015) -Selat Sunda 194.6 (b)
179.2 (j)
Penelitian ini -Selat Sunda 192 (b)
182 (j)
Kembung Abdussamad et al. -Kakinada 184.7 (b)
Lelaki (2006). 182.4 (j)
Abdussamad et al. - Pesisir Tuticorin India 188 (b)
(2010) 184 (j)
Pour et al. (2014) - Utara Teluk Persia 215 (FL)
dan Laut Oman
Zaki et al. (2016) -Perairan Oman 257 (b)
252 (j)
Arrafi et al. (2016) -Perairan barat Aceh 195.8
Ghosh et al. (2016) -Perairan utara India 183.2
-Perairan selatan India 186.6
Octoriani (2015) -Selat Sunda 181.96 (b)
191.61 (j)
Penelitian ini -Selat Sunda 212 (b)
225 (j)
Kembung Octoriani (2015) -Selat Sunda 206.39 (b)
Perempuan 212.96 (j)
Penelitian ini -Selat Sunda 220 (b)
219 (j)
43

Ikan kembung lelaki di perairan Kakinada memijah sepanjang tahun dengan


puncak selama Desember-Januari hingga 67% dari total aktivitas pemijahan.
Rekrutmen dari bulan Desember-Januari dan akan masuki perikanan selama
Maret-April (Abdussamad et al. 2006). Ikan kembung lelaki yang matang gonad
dan ikan yang spent bersama dengan juvenil ditemukan sepanjang tahun
penangkapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan memijah hampir sepanjang
tahun (Oktober-Juli) dengan puncak pemijahan dan perekrutan selama Januari-
April (Abdussamad et al. 2010). Ikan kembung lelaki di India menurut Ghosh et
al. (2016) memiliki ukuran terkecil yang masuk ke dalam rekrutmen sebesar 74
mm. Pola rekrutmen dengan distribusi yang memiliki satu modus mencapai
79.20% dari rekrutmen yang terjadi antara Juli dan November. Puncak rekrutmen
dengan 19.70% dan 19.67% tercatat di bulan Oktober dan September.
Perhitungan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp.
di perairan Selat Sunda dapat digunakan untuk melihat ukuran pertama kali
matang gonad bagi ikan betina dan jantan. Pemantauan ukuran ikan pertama kali
matang gonad secara berkala dapat dijadikan sebagai indikator adanya tekanan
terhadap populasi (Senen et al. 2011). Hasil analisis diketahui bahwa ikan
kembung dan kembung perempuan pada ikan jantannya memiliki nilai Lm lebih
kecil dibandingkan ikan betina, namun pada ikan kembung lelaki jantan memiliki
nilai Lm lebih besar dibandingkan ikan betina.
Menurut Sulistiono et al. (2009) ukuran pertama kali matang gonad setiap
ikan berbeda, bahkan untuk ikan dengan spesies yang sama namun berbeda
habitatnya dapat menjadikan ukuran matang gonad yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan ukuran pertama kali matang gonad memiliki hubungan dengan
pertumbuhan ikan, lingkungan, dan strategi reproduksinya. Ikan yang mengalami
tekanan penangkapan berlebih akan cenderung mengalami matang gonad pada
ukuran yang lebih kecil (Trippel et al. 1997 in Senen et al. 2011). Akan tetapi
hasil penelitian menunjukkan nilai Lm pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan penelitian sebelumnya (2014 dan 2015) (Tabel 14).
Idealnya panjang pertama kali tertangkap lebih besar dari panjang ikan
pertama kali matang gonad (Lc>Lm), karena diharapkan ikan yang tertangkap
sudah pernah memijah satu kali sehingga kelestarian ikan tetap terjaga. Ghosh et
al. (2016) menyatakan ukuran pertama kali tertangkap (Lc) untuk ikan kembung
lelaki diduga mencapai 127.8 mm dengan umur kurang lebih 2.48 tahun atau nilai
Lc<Lm. Octoriani (2015) menunjukkan ikan kembung, kembung lelaki, dan
kembung perempuan di Perairan Selat Sunda memiliki nilai Lc<Lm. Hasil analisis
pada penelitian ini juga menunjukkan ketiga ikan genus Rastrelliger spp. yang
tertangkap di perairan Selat Sunda memiliki nilai Lc<Lm. Hal tersebut
menunjukkan genus Rastrelliger spp. yang tertangkap di perairan Selat Sunda
belum diberi kesempatan memijah/belum dewasa sudah tertangkap. Dengan kata
lain dapat diasumsikan bahwa saat panjang ikan dimana 50% sudah tertangkap,
dalam panjang tersebut ikan yang telah matang gonad belum mencapai 50%.
Fenomena tersebut diduga dapat dikarenakan alat tangkap yang digunakan tidak
ramah lingkungan dan sangat berpeluang terjadinya recruitment overfishing dan
growth overfishing dalam perairan tesebut. Recruitment overfishing merupakan
pengurangan suatu stok melalui penangkapan sedemikian rupa sehingga jumlah
stok induk tidak cukup untuk memproduksi telur yang kemudian menghasilkan
rekrut terhadap stok yang sama. Growth overfishing merupakan ikan yang
44

ditangkap secara berlebih dan belum sempat tumbuh mencapai ukuran yang
seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan oleh mortalitas alami.
Dengan kata lain growth overfishing adalah kondisi dimana ikan-ikan muda
masuk ke dalam perikanan (recruitment) tetapi sudah tertangkap sebelum mereka
mencapai ukuran yang boleh ditangkap. Dari hasil tersebut maka perlu dilakukan
upaya pengelolaan yang tepat agar sumberdaya genus Rastrelliger spp. di perairan
Selat Sunda tetap berkelanjutan. Nilai Lm dapat digunakan untuk penentuan mata
jaring, yaitu dengan ukuran mata jaring yang sebaiknya lebih besar dari tinggi
pertama kali ikan matang gonad. Hal tersebut dimaksudkan agar ikan yang belum
matang gonad dapat meloloskan diri. Berdasarkan data tinggi ikan yang di ukur
pada ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp., ukuran mata jaring yang
seharusnya digunakan oleh nelayan purse seine untuk penangkapan ketiga ikan
kembung di Perairan Selat Sunda adalah sebesar 58.42 mm atau 2.0 inci.
Perkembangan gonad yang semakin matang menunjukkan fase reproduksi
ikan sebelum terjadi pemijahan. Informasi terkait waktu ikan akan dan setelah
memijah dapat diketahui melalui tingkat kematangan gonadnya (Effendie 2002).
Adanya ikan yang telah matang gonad merupakan indikator adanya pemijahan di
perairan tersebut (Sulistiono et al. 2001). Ikan kembung (R. faughni) diduga
mengalami puncak pemijahan pada bulan Juni dan Agustus dikarenakan pada
bulan tersebut memiliki frekuensi relatif yang tinggi pada TKG IV. Ikan kembung
lelaki (R. kanagurta) betina memiliki frekuensi relatif tertinggi TKG IV pada
bulan Agustus dan bulan Mei untuk ikan kembung lelaki jantan. Selanjutnya
untuk ikan kembung perempuan (R. brachysoma) betina maupun jantan diduga
megalami puncak pemijahan pada bulan Juli. Berdasarkan penelitian Prahadina
(2014), ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda dengan TKG III-IV banyak
terdapat pada bulan Agustus hingga Oktober dan penelitian Permatachani (2014)
ikan kembung lelaki mulai memasuki TKG IV pada bulan Juli. Pour et al. (2014)
menemukan ikan kembung lelaki di teluk Persia utara dan Laut Oman pada bulan
Oktober tidak ditemukan ikan yang matang gonad, ikan dewasa mulai terlihat
pada bulan Desember, matang gonad bulan Maret, kemudian memijah bulan
Maret hingga Mei dan memasuki masa istirahat pada bulan Juni. Ghosh et al.
(2016) menyatakan bahwa ikan kembung lelaki memiliki puncak pemijahan di
bulan April dan Juli-Oktober di perairan utara India, serta bulan Februari-April
dan Agustus untuk wilayah selatan. Ikan kembung lelaki di perairan Mangalore
matang gonad dengan TKG IV ditemukan pada bulan Februari hingga Oktober,
dengan puncak pemijahan pada bulan Mei-Oktober (Rao 1967). Perbedaan musim
pemijahan tersebut dapat diduga oleh adanya pengaruh fluktuasi musim hujan
tahunan, perbedaan lokasi geografis, dan kondisi ikan itu sendiri (Sulistiono et al.
2001).
Setelah mengetahui TKG dari genus Rastrelliger spp. maka kita lihat nilai
IKG dari masing-masing ikan. Indeks Kematangan Gonad (IKG) dianalisis
dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad tersebut
secara kuantitatif (Effendie 1979). Pada ikan kembung (R. faughni) memiliki nilai
IKG yang tinggi pada bulan Juni dan Agustus, ikan kembung lelaki (R.
kanagurta) bulan Mei dan Agustus serta ikan kembung perempuan (R.
brachysoma) tertingi pada bulan Juli. Ketiga ikan tersebut memiliki nilai IKG
tinggi pada saat ikan banyak terdapat TKG III dan IV. Bulan-bulan yang
ditemukan banyak ikan matang gonad disertai tingginya nilai IKG diduga pada
45

bulan tersebut ikan sedang mengalami pemijahan. Pada bulan-bulan dengan nilai
IKG tinggi tersebut (pada saat puncak pemijahan) memiliki nilai IKG >1. Hal
tersebut menunjukkan ikan memiliki gonad yang masak karena memiliki nilai
IKG antara 1.0-5.0 (Effendie 1997). Ikan kembung lelaki pada saat matang gonad
mencapai 0.868 ± 0.20073 dan pada saat musim pemijahan dapat mencapai
5.1309 ± 0.32456 (Pour et al. 2014). Das et al. (2016) menganalisis IKG ikan
kembung lelaki betina di pesisir barat Bengal mencapai 1.339 - 4.477 dengan rata-
rata 2.659 ± 0.950.
Jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan betina yang telah matang gonad
dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah sering disebut dengan fekunditas
(Yudasmara 2014). Nilai fekunditas ikan kembung mencapai 111 003 butir
dengan rata-rata 36 976 butir, ikan kembung lelaki mencapai 96 530 butir dengan
rata-rata 20 880 butir, serta ikan kembung perempuan dapat mencapai 283 572
butir dengan rata-rata 55 252 butir (Lampiran 14). Fluktuasi nilai fekunditas
tersebut dapat dikarenakan ikan-ikan yangg didapat tidak berumur sama, ikan-
ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas yang lebih kecil
dibandingkan ikan yang lebih muda (Fatah & Adjie 2013). Dari ketiga ikan dalam
genus Rastrelliger spp., ikan kembung perempuan memiliki nilai fekunditas yang
tinggi dibandingkan ikan kembung dan kembung lelaki.
Pengamatan fekunditas secara langsung dapat digunakan untuk menduga
jumlah anak ikan yang dihasilkan (Effendie 1997). Sejak ikan matang gonad
dengan berbagai tahap perkembangan yang diamati sepanjang tahun, dapat
diasumsikan ikan kembung lelaki di pesisir Tuticorin dapat berkembiak beberapa
kali dalam satu tahun dan dapat mencapai fekunditas 68 500 butir. Estimasi bahwa
rata-rata 56.1% total stok memijah setiap tahunnya selama periode tersebut.
Apabila tingkat pemijahan dan fekunditas tinggi, maka kelangsungan hidup ikan
kecil (benih) cukup mempertahankan stok agar berkelanjutan (Abdussamad et al.
2010). Ghosh et al. (2016) menyatakan bahwa fekunditas total ikan kembung
lelaki mencapai 13 800-252 000 butir, jumlah ovarium per gram bobot badaan
mencapai 151-1 313 dengan rata-rata 568 butir.
Ikan kembung lelaki di perairan Aceh menurut Arrafi et al. (2016) memiliki
fekunditas total sebanyak 28 542 - 123 760 butir dengan rata-rata 57 364 ± 7 897
butir. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah telur ikan betina akan meningkat
dengan semakin bertambahnya panjang ikan, bobot tubuh, dan bobot gonad.
Adapun Das et al. (2016) mengukur fekunditas ikan kembung lelaki di pesisir
barat Bengal mencapai 17 321 - 51 399 butir, dengan rata-rata 34 778 ± 11 581
butir. Rao (1967) menambahkan untuk ikan kembung lelaki dengan kondisi stadia
V atau telur sudah menonjol, dengan panjang ikan 238 mm, memiliki bobot gonad
±9.925 gr dengan fekunditas sebesar 104 856 butir atau secara keseluruhan ikan
contoh yang matang gonad memiliki nilai fekunditas sebesar 105 000 - 124 000
dengan rata-rata sebanyak 110 000 butir.
Semakin meningkat tingkat kematangan gonadnya semakin bertambah
selang kelas diameter telurnya. Hal tersebut juga menggambarkan bahwa puncak
sebaran kelas diameter telur dalam TKG IV berada pada ukuran yang lebih besar
dibandingkan TKG III, sehingga diameter telur akan terlihat meningkat ketika
gonad semakin matang. Ukuran diameter telur ikan kembung lelaki yang matang
gonad di perairan India mencapai 0.6-0.7 mm sedangkan ovum untuk ikan dewasa
berkisar antara 0.3-0.6 mm (Ghosh et al. 2016). Rao (1967) mendapatkan ukuran
46

diameter telur ikan kembung lelaki di perairan Mangalore sebesar 0.75-0.87 mm


ketika gonad memenuhi seluruh panjang perutnya dan berukuran 0.87-0.93 ketika
gonad sudah menonjol. Dalam penelitian ini diketahui diameter telur ikan
kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan membentuk dua modus pada
TKG IV. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga ikan tersebut memiliki tipe
pemijahan secara parsial. Ikan yang melakukan pemijahan secara parsial
menunjukkan waktu pemijahannya panjang yang ditandai dengan banyaknya
ukuran telur yang berbeda dalam ovariumnya. Dengan ukuran yang berbeda ini
menyebabkan ikan melakukan secara parsial atau bagian per bagian dikarenakan
telur belum siap dipijahkan secara keseluruhan (Lumbanbatu 1979 in Fatah &
Adjie 2013).

Tabel 15 Mortalitas dan laju eksploitasi genus Rastrelliger spp. pada berbagai
lokasi penelitian
Parameter pertumbuhan (/th)
Peneliti Lokasi
M F Z E
Kembung
Octoriani (2015) Selat Sunda 0.55(b) 2.00 2.55 0.78
0.69 (j) 1.05 1.74 0.60
Penelitian ini (2016) Selat Sunda 0.31 (b) 12.05 12.36 0.98
0.24 (j) 7.48 7.73 0.97
Kembung Lelaki
Abdussamad et al. (2006) Kakinada 2.61 3.82 6.43 0.59
Perdanamihardja (2011) Teluk Jakarta 0.31 0.62 0.93 0.66
Ghosh et al. (2016) India 2.06 3.69 5.75 0.64
Prahadina (2013) Karangantu 0.38 (b) 1.65 2.03 0.81
0.51 (j) 2.19 2.70 0.81
Prahadina (2014) Selat Sunda 0.28 (b) 0.86 1.14 0.76
0.17 (j) 0.49 0.67 0.74
Permatachani (2014) Selat Sunda 0.21 (b) 0.66 0.87 0.75
0.14 (j) 0.23 0.37 0.61
Octoriani (2015) Selat Sunda 0.76 (b) 3.00 3.76 0.80
0.28 (j) 1.40 1.68 0.83
Penelitian ini (2016) Selat Sunda 0.32 (b) 13.72 14.03 0.98
0.17 (j) 5.11 5.28 0.97
Kembung perempuan
Prahadina (2014) Selat Sunda 0.25 (b) 0.29 0.53 0.54
0.24 (j) 0.52 0.76 0.69
Octoriani (2015) Selat Sunda 0.35 (b) 2.06 2.42 0.85
0.32 (j) 2.35 2.67 0.88
Penelitian ini (2014) Selat Sunda 0.29 (b) 2.54 2.82 0.90
0.21 (j) 2.53 2.72 0.92

Model pendugaan hasil tangkapan maksimum lestari atau Maximum


Sustainable Yield (MSY) dilakukan dengan menggunakan Model Produksi
Surplus. Nilai koefisien determinasi yang pada model Fox lebih besar
dibandingkan model Schaefer, sehingga dapat dikatakan model Fox merupakan
model yang sesuai bagi sumberdaya genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
47

Sunda (Lampiran 39). Produktivitas perikanan dapat dipengaruhi oleh faktor


produksi dan faktor sumber daya ikan (Prasetyo et al. 2012). Produktivitas
penangkapan umumnya dilihat dari hasil tangkapan per upaya (catch per unit
effort.
Ikan kembung yang sangat komersial ditangkap dengan berbagai alat
tangkap, dipasarkan dalam keadaan segar, beku, kalengan, asin, dan asap
menyebabkan penangkapan Rastrelliger spp. meningkat. Menurunnya nilai CPUE
dapat disebabkan oleh lokasi penangkapan yang tidak menentu dan perubahan
lingkungan (cuaca, angin, salinitas, dan musim) terhadap populasi dan komunitas
sumberdaya (Jamal & Ernaningsih 2014). Alamsyah et al. (2013) juga
menambahkan bahwa tinggi rendahnya hasil tangkapan setiap periode
penangkapan dapat dipengaruhi oleh adanya upaya penangkapan yang
berfluktuasi dikarenakan faktor lingkungan kurang mendukung (angin, arus, dan
gelombang). Berdasarkan pendugaan model produksi surplus (Gambar 34-37)
dapat kita lihat bahwa hasil tangkapan yang berfluktuatif dan cenderung menurun
disertai dengan peningkatan upaya penangkapan dapat menggambarkan bahwa
stok genus Rastrelliger spp. semakin berkurang setiap tahunnya.
Model yang paling sesuai dengan genus Rastrelliger adalah pendekatan
model Fox dengan koefisien determinasi mencapai 83.07%. Jumlah upaya aktual
telah melebihi nilai upaya lestarinya dapat diduga sumber daya genus Rastrelliger
spp. telah mengalami over fishing. Peningkatan upaya penangkapan seperti
peningkatan jumlah perahu dan/atau kapal yang beroperasi dengan sasaran
sumberdaya ikan yang sudah dimanfaatkan berlebih, akan menyebabkan
menyusutnya produksi lestari dan mengancam sumberdaya ikannya. Apabila
terjadi peningkatan berlanjut pada kondisi tersebut, maka dapat menyebabkan
sumberdaya over exploited dan laju pertumbuhan akan berkurang (Purwanto dan
Wudianto 2011). Usaha perikanan tangkap pada titik MSY baik untuk perikanan
pelagis dan masih menguntungkan (Irnawati et al. 2011).
Secara keseluruhan nilai mortalitas penangkapan (F) lebih besar dari
mortalitas alami (M) yang menunjukkan tingginya tekanan penangkapan terhadap
ikan kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan. Selanjutnya
diasumsikan bahwa nilai optimal ikan yang dieksploitasi agar tetap lestari setara
dengan 0.5 (Gulland 1983). Laju eksploitasi maksimum didasarkan adanya
keseimbangan antara mortalitas penangkapan (F) dan mortalitas alaminya (M).
Dilihat dari laju eksploitasi tersebut dapat diduga ketiga ikan dari genus
Rastrelliger di perairan Selat Sunda telah mengalami over exploited dikarenakan
telah melewati batas laju eksploitasi optimum (E>0.5). Hasil penelitian pada tahun
2014 hingga 2016 (Tabel 15) menunjukkan adanya peningkatan laju mortalitas
penangkapan dan eksploitasi dari tahun ke tahun. Tingginya tingkat eksploitasi,
menyebabkan hanya sebagian kecil juvenil yang masuk dalam rekruitmen dan
bertahan untuk mencapai usia matang gonad sehingga berpengaruh pada populasi
ikan tersebut (Skjoldal 2009).
Pengelolaan perikanan yang bijaksana diperlukan agar tidak mempengaruhi
kelestarian stok ketiga ikan dalam genus Rastrelliger yang tersedia di perairan
Selat Sunda. Multispesies kembung yang sama-sama memanfaatkan
Bacillariophyceae sebagai makanan utamanya harus mempertahankan kualitas
perairan agar sumber makanan tetap terjaga. Pengelolaan ikan kembung, kembung
lelaki, dan ikan kembung perempuan juga harus memperhatikan pola pemijahan
48

ikan. Pada saat puncak pemijahan diharapkan ada upaya perbaikan penangkapan
dengan mengurangi jumlah tangkapan multispesies kembung pada puncak
pemijahan pada bulan Juli-Agustus. Upaya pengelolaan sumberdaya genus
Rastrelliger dapat dilakukan dengan cara pembatasan kuota penangkapan dan
upaya penangkapan yang tidak melebihi nilai MSY (tangkapan lestari) dan fMSY
(upaya lestari). Jumlah atau kuota penangkapan memperhatikan upaya tangkap
lestarinya, yaitu sebesar 15 121 trip atau mengurangi upaya penangkapan sebesar
12 583 trip. Ukuran mata jaring purse seine sebaiknya minimal 2.0 inci. Hal
tersebut dilakukan agar keseimbangan populasi ketiga ikan dalam genus
Rastrelliger spp. tetap terjaga dan dapat mensejahterakan bagi nelayan serta
masyarakat yang mengkonsumsinya.

4 SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai


berikut:
1. Berdasarkan analisis komposisi makanan, nilai tumpang tindih makanan, dan
nilai hubungan ketergantungan antar spesies ketiga jenis ikan (kembung,
kembung lelaki, dan kembung perempuan) menunjukkan saling kompetisi
dan makanan utama ikan tersebut adalah Bacillariophyceae.
2. Ikan contoh dari genus Rastrelliger spp. dari Perairan Selat Sunda memiliki
kisaran panjang total 126-220 mm pada ikan kembung, ikan kembung lelaki
98-260 mm, dan ikan kembung perempuan 95-255 mm. Nilai koefisien
pertumbuhan (K) dan GPI ikan betina lebih tinggi dibandingkan ikan betina
pada ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. Diduga pertumbuhan ikan
betina lebih baik dibandingkan jantannya. Rekrutmen tertinggi ikan kembung
diduga terjadi pada bulan Oktober, ikan kembung lelaki diduga pada bulan
Maret, dan ikan kembung perempuan diduga pada bulan Agustus. Ikan
kembung (R. faughni) dan ikan kembung lelaki (R. kanagurta) diduga
mengalami puncak pemijahan pada bulan Agustus. Selanjutnya untuk ikan
kembung perempuan (R. brachysoma) diduga mengalami puncak pemijahan
pada bulan Juli. Nilai fekunditas ikan kembung mencapai 111 003 butir
dengan rata-rata 36 976 butir, ikan kembung lelaki mencapai 96 530 butir
dengan rata-rata 20 880 butir, serta ikan kembung perempuan dapat mencapai
283 572 butir dengan rata-rata 55 252 butir. Ketiga ikan memiliki lebih dari
satu modus pada TKG IV yang menunukkan tipe pemijaan partial spawner.
3. Model produksi surplus ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp.
Menggunakan model Fox memiliki nilai tangkapan lestari sebesar 1 910.02
ton dan upaya lestarianya sebesar 16 766 trip serta upaya aktual sebesar
27 704 trip yang diduga telah mengalami over fishing. Ketiga ikan dari genus
Rastrelliger di perairan Selat Sunda juga telah mengalami over exploited
dikarenakan telah melewati batas laju eksploitasi optimum (>0.5 ).
49

4. Upaya pengelolaan sumberdaya genus Rastrelliger spp. dapat dilakukan


dengan cara mempertahankan kualitas perairan, mengurangi tangkapan ikan
pada puncak pemijahan yaitu bulan Juli-Agustus, pembatasan kuota
penangkapan dan upaya penangkapan yang tidak melebihi nilai MSY
(tangkapan lestari) dan FMSY (upaya lestari), ukuran mata jaring yang
seharusnya digunakan oleh nelayan purse seine untuk penangkapan ketiga
ikan kembung di perairan Selat Sunda adalah sebesar 2.0 inci.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa saran sebagai


berikut:
1. Diperlukan pengamatan pada bulan-bulan selain bulan dalam penelitian ini,
agar didapatkan data time series, khususnya pada bulan paceklik Desember-
Januari agar data biologi reproduksi mendukung analisis dinamika populasi
multispesies ikan kembung.
2. Perlunya pengurangan upaya penangkapan sebesar 12,583 trip dan
meningkatkan ukuran mata jaring purse seine menjadi 2.0 inci.
3. Mengurangi jumlah tangkapan pada ikan pada bulan Juli-Agustus (puncak
pemijahan).

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad EM, Kasim Hm, Achayya P. 2006. Fishery and Population


Characteristics of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier) at
Kakinada. Indian Journal Fish. 53(1):77-83.
Abdussamad EM, Pillai NGK, Kasim HM, Mohamed OMMJH, Jeyabalan K.
2010. Fishery, Biology and Population Characteristics of The Indian Mackerel,
Rasrelliger kanagurta (Cuvier) Exploited Along the Tuticorin Coast. Indian
Journal Fish. 57(1):17-21.
Alamsyah AS, Sara L, Mustafa A. 2013. Studi Biologi Reproduksi Ikan Kerapu
Sunu (Plectropomus areolatus) pada Musim Tangkap. Jurnal Mina Laut
Indonesia. 01(01):73-83.
Amin AM, Sabrah MM, El-Ganainy AA, El-Sayed AY. 2015. Population
Structure of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) Rom the
Suez Bay, Gulf of Suez, Egypt. International Journal of Fisheries and Aquatic
Studies. 3(1):68-74.
Amri, K., Priatna, A., Suprapto. 2014. Karakteristik Oseanografi dan Kelimpahan
Fitoplankton di Perairan Selat Sunda pada Musim Timur. Jurnal BAWAL.
6(1):11-20.
Anderson LG, Seijo JC. 2010. Bioeconomics of fisheries management. USA :A
John Willey & Sons, Ltd. Publication. 305 p.
Arrafi M, Ambak AM, Rumeaida Pm, Muchlisin ZA. 2016. Biology of Indian
Mackerel, Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817) in the Western Waters of
Aceh. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 15(3):957-972.
50

Banon S, Atmaja, Nugroho D. 2011. Upaya-upaya Pengelolaan Sumber Daya


Ikan yang Berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia.
3(2):101-113.
Boer M. 1994. Penentuan Jumlah Ulangan dalam Suatu Percobaan. Jurnal Ilmu-
ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Bogor. 2(2): 73-77.
Boer M. 1996. Pendugaan Koefisien Pertumbuhan (L∞, K, t0) berdasarkan Data
Frekuensi Panjang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
4(1):75-84.
Boer M. 2014. Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Beberapa Ikan
Ekologis Dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten.
Tahun ke-2 dari 3 tahun. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Boer M, Aziz KA. 2007. Gejala tangkap Lebih Perikanan Pelagis Kecil di
Perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
14(2):167-172.
Burhanuddin. 1984. Sumberdaya Ikan Kembung. Jakarta (ID): Lembaga
Oseanologi Nasional LIPI. 50p.
Carpenter KE, Niem VH. 2001. FAO Species Identification Guide For Fishery
Purposes: The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. 6:
3737-3739. Rome: Food and Agriculture Organization.
Collette BB, Nauen CE. 1983. FAO Species Calatogue Vol.2 Scombrids of the
Word. Rome: Food and Agriculture Organization.
Colwell RK, Futuyma DJ. 1971. On the Measurement of Niche Breadth and
Overlap. Ecology. 52(4):567-576.
Das I, Hazra S, Bhattacharya SB, Das S, Giri S. 2016. A Study on Seasonal
Change in Feeding Habit, Health Status and Reproductive Biology of Indian
Mackerel (Rastrelliger kanagurta, Cuvier) in Coastal Water of West Bengal.
Indian Journal of Geo-Marine Science. 45(2):254-260.
DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Banten. 2014. Kelautan dan Perikanan
dalam Angka 2014. Pandeglang: DKP Banten.
Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusatama.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Pustaka Nusatama.
FAO (Food Agriculture Organization of the United Nations). 2015 FISAT II-FAO
-ICLARM Stock Assessment Tool. http://www.fao.org/fishery/topic/16072/en#4.
Diakses 28 Agustus 2015.
Fatah K, Adjie S. 2013. Biologi Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
di Waduk Kedung Ombo Propinsi Jawa Tengah. Jurnal BAWAL. 5(2):89-96.
Fishbase. 2015a. Rastrelliger faughni Matsui, 1967 (Island mackerel).
http://www.fishbase.org/summary/Rastrelliger-faughni.html. Diakses 28
Agustus 2015.
Fishbase. 2015b. Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816 (Indian mackerel).
http://www.fishbase.us/summary/SpeciesSummary.php?ID=111&genusname=
Rastrelliger&speciesname=kanagurta. Diakses 28 Agustus 2015.
Fishbase. 2015c. Rastrelliger brachysoma Blekeer, 1851 (short mackerel).
http://www.fishbase.us/summary/SpeciesSummary.php?ID=109&genusname=
Rastrelliger&speciesname=brachysoma. Diakses 28 Agustus 2015.
51

Gayanilo JrFC, Pauly D. 1997. FAO-ICLARM Stock Assessment Tools: Reference


Manual. Rome: International Center For Living Aquatic Resources
Management, Food and Agriculture Organization of The United Nations.
Ghosh S, Rao MVH, Mahesh VU, Kumar MS, Rohit P. 2016. Fishery,
Reproductive Biology and Stock Status of the Indian Mackerel Rastrelliger
kanagurta (Cuvier, 1817), Landed Along the North-east Coast of India. Indian
Journal Fish. 63(2):33-41.
Gulland JA. 1971. The Fish Resources of The Oceans. FAO Fishing News
(Books) Ltd. Surrey: 255 pp.
Gulland JA. 1983. Fish Stock Assesment: Manual of Basic Method. New York:
Wiley and Sons Inter-science. Volume 1, FAO/Wiley Series on Food and
Agricultural. 233 p.
Harahap TSR, Djamali A. 2005. Pertumbuhan Ikan Terbang (Hirundichthys
oxycephalus) di Perairan Binuangen, Banten. Jurnal Ikhtiologi Indonesia
5(2):49-54.
Hardin G. 1968. The Tragedy of The Commons. Science. 162:1243-1248.
Hulkoti SH, Shivaprakash SM, Anjanayappa HN, Somashekara SR, Benakappa S,
Naik ASK, Prasad LG, Kumar J. 2013. Food and Feeding Habits of Mackerel
Rastrelling kanagurta (Cuvier) from Mangalore Region. Journal Environment
& Ecology. 31(2A):672-675.
Irnawati R, Simbolon D, Wiryawan B, Murdiyanto B, Nurani TW. 2011. Analisis
Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap di Taman Nasional Karimmunjawa.
Jurnal Saintek Perikanan. 7(1):1-9.
Jamal M, Ernaningsih H. 2014. Tingkat Pemanfaatan dan Estimasi Potensi ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Kawasan Teluk Bone. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan. 24(2):20-28.
Krebs CJ. 2014. Ecological Methodology. 3rd Edition, Chapter 14 Version 4, 14
March 2013. New York: Harper and Row Publisher. 597-653.
Lakshmanan R, Venugopal V, Rao BYK, Bongirwar DR. 1999. Stability of Lipids
of Indian Mackerel to Gamma Irradiation. Journal of Food Lipids. 6:277-285.
Mosse JW, Hutubessy BG. 1996. Umur, Pertumbuhan dan Ukuran Pertama Kali
Matang Gonad Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) dari Periran Pulau
Ambon dan Sekitarnya. Jurnal Sains dan Teknologi Universitas Patimura. 1:2-
23.
Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. Translated By L. Birkett. Academic
Press.
Nurilmala M, Nurjanah, Febriyansyah R, Hidayat T. 2015. Perubahan Kandungan
Vitamin dan Mineral Ikan Kembung Lelaki Akibat Proses Penggorengan.
Depik. 4(2):115-122.
Octoriani W. 2015. Pengelolaan Perikanan Pukat Cincin Berbasis Ekologi-
Ekonomi (Studi Kasus Perikanan di Perairan Selat Sunda) [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ostrom E, Hess C. 2007. Private and Common Property Rights. Indiana
University Workshop.
Pauly D. 1980. A selection of simple methods for the assessment of tropical fish
stocks. FAO Fisheries Circular. No.729. 54 p.
52

Perdanamidardja YMM. 2011. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrlliger


kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Permatachani A. 2014. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki Rastrelliger kanagurta
(Cuvier, 1816) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan,
Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pour MS, Malekian N, Khayatzadeh J, Kamali I. 2014. Reproductive Cycle of the
Female Mackerel, Rastrelliger kanagurta in the northern Persian Gulf and
Oman Sea (Histological and Biometrical studies). SG. Res. 5(4):150-157.
Prahadina VD. 2013. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN Karangantu,
Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prahadina VD. 2014. Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di
Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Prasetyo AP, Kadarisman HP, Haryuni ST, Rachmawati PF, Suwarso, Utama AA.
2012 Model Pendugaan Produktivitas Perikanan Pukat Cincin di Laut Jawa.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.18(3):187-195.
Purnomo K, Warsa A. 2011. Struktur Komunitas dan Relung Makanan Ikan Pasca
Introduksi Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) di Waduk
Malahayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 17(1):
73-82.
Purwanto. 2012. Produktivitas Kapal Pukat Cincin pada Perikanan Lemuru yang
Beroperasi pada Kondisi Iklim yang Berubah di Selat Bali. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 18(3):175-186.
Purwanto, Wudianto. 2011. Perkembangan dan Optimisasi Produksi Perikanan
Laut di Indonesia. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. 3(2):81-99.
Rachman A, Herawati T, Hamdani H. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas Relung
Ikan di Cilalawi Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(2):79-87.
Rahmah S. 2010. Kebiasaan Makanan Ikan Belida (Chitala lopis Bleeker 1851) di
Daerah Aliran Sungai Kampar, Provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rao VR. 1967. Spawning Behaviour and Fecundity of the Indian Mackerel,
Rastrelliger kanagurta (Cuvier), at Mangalore. Indian Journal Fish.
14(1&2):171-186.
Salamah E, Hendarwan, Yunizal. 2004. Studi Tentang Asam Lemak Omega-3
dari Bagian-bagian Tubuh Ikan Kembung Laki-laki (Rastrelliger kanagurta).
Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol VIII(II):30-36.
Senen B, Sulistiono, Muchsin I. 2011. Aspek Biologi Ikan Layang Deles
(Decapterus macrosoma) di Perairan Banda Neira, Maluku. Jurnal Pertanian
UMMI. 1(1):34-40.
Siby LS, Rahardjo MF, Sjafei DS. 2009. Biologi Reproduksi Ikan Pelangi Merah
(Glossolepis incisus, Weber 1907) di Danau Sentani. Jurnal Iktiologi
Indonesia. 9(1):49-61.
Skjoldal HR. 2009. Fish Stock and Fisheries in Relation to Climate Variability
and Exploitation. Oceans and Aquatic Ecosystems Volume II. Edited by Erick
Wolansk. United Kingdom: Eolss Publishers Co. Ltd. Oford.
53

Sobari MP, Kinseng RA, Priyatna FN. 2003. Membangun Model Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan Berdasarkan Karakteristik Sosial
Ekonomi Masyarakat Nelayan: Tinjauan Sosiologi Antropologi. Buletin
Ekonomi Perikanan. 5(1):41-48.
Soekiswo YA, Widyorini N, Solichin A. 2014. Aspek Biologi Reproduksi Ikan
Mendo (Acentrogobius sp) di Waduk Malahayu Kabupaten Brebes.
Diponegoro Journal of Maquares. 3(4): 154-160.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I:
Manual. Widodo J, Merta IGS, Nurhakim S, Badrudin M, Penerjemah. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Terjemahan dari Introduction
to Tropical Fish Stock Assessment. Part I: Manual.
Sulistiono, Kurniati TH, Riani E, Watanabe S. 2001. Kematangan Gonad
Beberapa Jenis Ikan Buntal (Tetraodon lunaris, T. fluviatilis, T. reticularis) di
Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 2:25-30.
Sulistiono, Tirta NT, Brodjo M. 2009. Kebiasaan Makanan Ikan Kresek (Thryssa
mystax) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia.
9(1):35-48.
Sumiono B, Nuraini S. 2007. Beberapa Parameter Biologi Ikan Kuniran (Upeneus
sulphueus) Hasil Tangkapan Cantrang yang Didaratkan di Brondong Jawa
Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 7(2):83-88
Udupa KS.1986. Statistical Method of Estimating The Size of First Mature in
Fishes. Fishbyte 4(2):8-10.
Utami MNF, Redjeki S, Supriyantini E. 2014. Komposisi Isi Lambung Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Rembang. Journal of Marine
Research. 2(3):99-106.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke 3. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wudji A, Suwarso, Wudianto. 2012. Beberapa Parameter Populasi Ikan Lemuru
(Sardinella lemuru Bleeker, 1853) di Perairan Selat Bali. Jurnal BAWAL.
4(3):177-184.
Yamaji I. 1979. Illustration of the Marine Plankton of Japan. Hoikusha
Publishing. Co, LT.
Yudasmara GA. 2014. Biologi Perikanan. Singaraja (ID): Plantaxia.
Yuliani W. 2009. Kebiasaan Makanan Ikan Tilan (Mastacembelus erythrotaenia,
Bleeker 1850) di Sungai Musi, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. 53 hlm.
Yulvizar C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp.
Biospecies. 6(2):1-7.
Zaki S, Jayabalan N, Al-Kiyumi F, Al-Kharusi L. 2016. Reproductive Biology of
the Indian Mackerel Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) from the Mahout
Coast, Sultanate of Oman. Indian Journal Fish. 63(2):24-32.
54

LAMPIRAN
55

Lampiran 1 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung (R. faughni)
1. Betina
Selang X(i+1)- Ni- Pi*Qi/
Nt Log Nt Ni Nb Pi Qi Pi*Qi
Kelas Xi 1 Ni-1
125-129 127 2.1038 0 0 0 0.0168 1.0000 0.0000 -1 0.0000
130-134 132 2.1206 1 0 0 0.0161 1.0000 0.0000 0 0.0000
135-139 137 2.1367 2 0 0 0.0156 1.0000 0.0000 1 0.0000
140-144 142 2.1523 11 0 0 0.0150 1.0000 0.0000 10 0.0000
145-149 147 2.1673 15 0 0 0.0145 1.0000 0.0000 14 0.0000
150-154 152 2.1818 35 0 0 0.0141 1.0000 0.0000 34 0.0000
155-159 157 2.1959 19 0 0 0.0136 1.0000 0.0000 18 0.0000
160-164 162 2.2095 14 2 0.1429 0.0132 0.8571 0.1224 13 0.0094
165-169 167 2.2227 17 1 0.0588 0.0128 0.9412 0.0554 16 0.0035
170-174 172 2.2355 21 10 0.4762 0.0124 0.5238 0.2494 20 0.0125
175-179 177 2.2480 17 7 0.4118 0.0121 0.5882 0.2422 16 0.0151
180-184 182 2.2601 23 10 0.4348 0.0118 0.5652 0.2457 22 0.0112
185-189 187 2.2718 46 30 0.6522 0.0115 0.3478 0.2268 45 0.0050
190-194 192 2.2833 44 28 0.6364 0.0112 0.3636 0.2314 43 0.0054
195-199 197 2.2945 19 15 0.7895 0.0109 0.2105 0.1662 18 0.0092
200-204 202 2.3054 5 4 0.8000 0.0106 0.2000 0.1600 4 0.0400
205-209 207 2.3160 1 1 1 0.0104 0.0000 0.0000 0 0.0000
210-214 212 2.3263 0 0 0 0.0101 1.0000 0.0000 -1 0.0000
215-219 217 2.3365 0 0 0 0.0099 1.0000 0.0000 -1 0.0000
220-224 222 2.3464 0 0 0 0.0000 1.0000 0.0000 -1 0.0000
Total 290 108 5.4024 0.2425 14.5976 1.6997 270 0.1113
Rata-rata 14.5 5.4 0.2701 0.0128 0.7299 0.0850 13.5 0.0056
Keterengan : Nt = nilai tengah; Ni = jumlah ikan pada selang kelas ke-i;
Nb = jumlah ikan betina matang gonad; Pi = proporsi ikan
matang gonad pada selang panjang ke-i; x = log pertambahan
panjang pada nilai tengah; Qi = 1- Pi.


m= � + − . ∑ ��
. ∗
m = 2.3464 + − . .
m = 2.2838
Jadi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kembung betina:
.
= Antilog m = = 192 mm
56

Lampiran 1 (Lanjutan)
2. Jantan
Selang Log X(i+1)- Pi*Qi/
Nt Ni Nb Pi Qi Pi*Qi Ni-1
Kelas Nt Xi Ni-1
125-129 127 2.1038 1 0 0 0.0168 1.0000 0.0000 0 0.0000
130-134 132 2.1206 2 0 0 0.0161 1.0000 0.0000 1 0.0000
135-139 137 2.1367 9 0 0 0.0156 1.0000 0.0000 8 0.0000
140-144 142 2.1523 35 0 0 0.0150 1.0000 0.0000 34 0.0000
145-149 147 2.1673 32 0 0 0.0145 1.0000 0.0000 31 0.0000
150-154 152 2.1818 81 0 0 0.0141 1.0000 0.0000 80 0.0000
155-159 157 2.1959 50 0 0 0.0136 1.0000 0.0000 49 0.0000
160-164 162 2.2095 40 1 0.0250 0.0132 0.9750 0.0244 39 0.0006
165-169 167 2.2227 25 2 0.0800 0.0128 0.9200 0.0736 24 0.0031
170-174 172 2.2355 21 7 0.3333 0.0124 0.6667 0.2222 20 0.0111
175-179 177 2.2480 32 12 0.3750 0.0121 0.6250 0.2344 31 0.0076
180-184 182 2.2601 60 15 0.2500 0.0118 0.7500 0.1875 59 0.0032
185-189 187 2.2718 74 36 0.4865 0.0115 0.5135 0.2498 73 0.0034
190-194 192 2.2833 74 42 0.5676 0.0112 0.4324 0.2454 73 0.0034
195-199 197 2.2945 27 18 0.6667 0.0109 0.3333 0.2222 26 0.0085
200-204 202 2.3054 6 5 0.8333 0.0106 0.1667 0.1389 5 0.0278
205-209 207 2.3160 3 2 0.6667 0.0104 0.3333 0.2222 2 0.1111
210-214 212 2.3263 1 1 1 0.0101 0.0000 0.0000 0 0.0000
215-219 217 2.3365 1 1 1 0.0099 0.0000 0.0000 0 0.0000
220-224 222 2.3464 1 1 1 0.0000 0.0000 0.0000 0 0.0000
Total 143 143 7.2841 0.2425 12.7159 1.8207 555 0.1798
Rata-rata 7.15 7.15 0.3642 0.0128 0.6358 0.0910 27.75 0.0090
Keterangan : Nt = nilai tengah; Ni = jumlah ikan pada selang kelas ke-i;
Nb = jumlah ikan betina matang gonad; Pi = proporsi ikan
matang gonad pada selang panjang ke-i; x = log pertambahan
panjang pada nilai tengah; Qi = 1- Pi.


m= � + − . ∑ ��
. ∗ .
m = 2.3464 + − .
m = 2.2597
Jadi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kembung jantan :
.
= Antilog m = = 182 mm
57

Lampiran 2 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung lelaki (R. kanagurta)
1. Betina
Selang X(i+1)- Pi*Qi/
Nt Log Nt Ni Nb Pi Qi Pi*Qi Ni-1
Kelas Xi Ni-1
95-99 97 1.9868 1 0 0 0.0218 1.0000 0.0000 0 0.0000
100-104 102 2.0086 1 0 0 0.0208 1.0000 0.0000 0 0.0000
105-109 107 2.0294 7 0 0 0.0198 1.0000 0.0000 6 0.0000
110-114 112 2.0492 6 0 0 0.0190 1.0000 0.0000 5 0.0000
115-119 117 2.0682 6 0 0 0.0182 1.0000 0.0000 5 0.0000
120-124 122 2.0864 4 0 0 0.0174 1.0000 0.0000 3 0.0000
125-129 127 2.1038 4 0 0 0.0168 1.0000 0.0000 3 0.0000
130-134 132 2.1206 3 0 0 0.0161 1.0000 0.0000 2 0.0000
135-139 137 2.1367 3 0 0 0.0156 1.0000 0.0000 2 0.0000
140-144 142 2.1523 1 0 0 0.0150 1.0000 0.0000 0 0.0000
145-149 147 2.1673 1 0 0 0.0145 1.0000 0.0000 0 0.0000
150-154 152 2.1818 2 0 0 0.0141 1.0000 0.0000 1 0.0000
155-159 157 2.1959 3 0 0 0.0136 1.0000 0.0000 2 0.0000
160-164 162 2.2095 2 0 0 0.0132 1.0000 0.0000 1 0.0000
165-169 167 2.2227 10 0 0 0.0128 1.0000 0.0000 9 0.0000
170-174 172 2.2355 10 0 0 0.0124 1.0000 0.0000 9 0.0000
175-179 177 2.2480 8 0 0 0.0121 1.0000 0.0000 7 0.0000
180-184 182 2.2601 4 0 0 0.0118 1.0000 0.0000 3 0.0000
185-189 187 2.2718 1 1 1.0000 0.0115 0.0000 0.0000 0 0.0000
190-194 192 2.2833 15 10 0.6667 0.0112 0.3333 0.2222 14 0.0159
195-199 197 2.2945 23 16 0.6957 0.0109 0.3043 0.2117 22 0.0096
200-204 202 2.3054 40 26 0.6500 0.0106 0.3500 0.2275 39 0.0058
205-209 207 2.3160 50 46 0.9200 0.0104 0.0800 0.0736 49 0.0015
210-214 212 2.3263 53 45 0.8491 0.0101 0.1509 0.1282 52 0.0025
215-219 217 2.3365 19 18 0.9474 0.0099 0.0526 0.0499 18 0.0028
220-224 222 2.3464 15 11 0.7333 0.0097 0.2667 0.1956 14 0.0140
225-229 227 2.3560 4 3 0.7500 0.0095 0.2500 0.1875 3 0.0625
230-234 232 2.3655 2 1 0.5000 0.0093 0.5000 0.2500 1 0.2500
235-239 237 2.3747 0 0 0 0.0091 1.0000 0.0000 -1 0.0000
240-244 242 2.3838 0 0 0 0.0089 1.0000 0.0000 -1 0.0000
245-249 247 2.3927 0 0 0 0.0087 1.0000 0.0000 -1 0.0000
250-254 252 2.4014 0 0 0 0.0085 1.0000 0.0000 -1 0.0000
255-259 257 2.4099 0 0 0 0.0084 1.0000 0.0000 -1 0.0000
260-264 262 2.4183 0 0 0 0.0000 1.0000 0.0000 -1 0.0000
Total 76.0453 298.0 177.00 7.7121 0.4315 26.2879 1.5461 264.00 0.3645
Rata-rata 2.2366 8.76 5.2059 0.2268 0.0127 0.7732 0.0455 7.7647 0.0107
Keterangan : Nt = nilai tengah; Ni = jumlah ikan pada selang kelas ke-i;
Nb = jumlah ikan betina matang gonad; Pi = proporsi ikan
matang gonad pada selang panjang ke-i; x = log pertambahan
panjang pada nilai tengah; Qi = 1- Pi.
58

Lampiran 2 (Lanjutan)
� . ∗ .
m = � + − . ∑ �� = 2.4183+ − . = 2.3268
Jadi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kembung lelaki betina
.
= Antilog m = = 212 mm

2. Jantan
Selang Log X(i+1)- Pi*Qi/
Nt Ni Nb Pi Qi Pi*Qi Ni-1
Kelas Nt Xi Ni-1
95-99 97 1.9868 3 0 0 0.0218 1.0000 0.0000 2 0.0000
100-104 102 2.0086 8 0 0 0.0208 1.0000 0.0000 7 0.0000
105-109 107 2.0294 14 0 0 0.0198 1.0000 0.0000 13 0.0000
110-114 112 2.0492 13 0 0 0.0190 1.0000 0.0000 12 0.0000
115-119 117 2.0682 14 0 0 0.0182 1.0000 0.0000 13 0.0000
120-124 122 2.0864 19 0 0 0.0174 1.0000 0.0000 18 0.0000
125-129 127 2.1038 12 0 0 0.0168 1.0000 0.0000 11 0.0000
130-134 132 2.1206 17 0 0 0.0161 1.0000 0.0000 16 0.0000
135-139 137 2.1367 4 0 0 0.0156 1.0000 0.0000 3 0.0000
140-144 142 2.1523 4 0 0 0.0150 1.0000 0.0000 3 0.0000
145-149 147 2.1673 3 0 0 0.0145 1.0000 0.0000 2 0.0000
150-154 152 2.1818 7 0 0 0.0141 1.0000 0.0000 6 0.0000
155-159 157 2.1959 6 0 0 0.0136 1.0000 0.0000 5 0.0000
160-164 162 2.2095 16 0 0 0.0132 1.0000 0.0000 15 0.0000
165-169 167 2.2227 26 0 0 0.0128 1.0000 0.0000 25 0.0000
170-174 172 2.2355 46 1 0.0217 0.0124 0.9783 0.0213 45 0.0005
175-179 177 2.2480 17 1 0.0588 0.0121 0.9412 0.0554 16 0.0035
180-184 182 2.2601 8 0 0.0000 0.0118 1.0000 0.0000 7 0.0000
185-189 187 2.2718 12 2 0.1667 0.0115 0.8333 0.1389 11 0.0126
190-194 192 2.2833 21 9 0.4286 0.0112 0.5714 0.2449 20 0.0122
195-199 197 2.2945 29 12 0.4138 0.0109 0.5862 0.2426 28 0.0087
200-204 202 2.3054 48 26 0.5417 0.0106 0.4583 0.2483 47 0.0053
205-209 207 2.3160 50 29 0.5800 0.0104 0.4200 0.2436 49 0.0050
210-214 212 2.3263 74 41 0.5541 0.0101 0.4459 0.2471 73 0.0034
215-219 217 2.3365 32 17 0.5313 0.0099 0.4688 0.2490 31 0.0080
220-224 222 2.3464 14 8 0.5714 0.0097 0.4286 0.2449 13 0.0188
225-229 227 2.3560 8 4 0.5000 0.0095 0.5000 0.2500 7 0.0357
230-234 232 2.3655 3 1 0.3333 0.0093 0.6667 0.2222 2 0.1111
235-239 237 2.3747 0 0 0 0.0091 1.0000 0.0000 -1 0.0000
240-244 242 2.3838 0 0 0 0.0089 1.0000 0.0000 -1 0.0000
245-249 247 2.3927 0 0 0 0.0087 1.0000 0.0000 -1 0.0000
250-254 252 2.4014 0 0 0 0.0085 1.0000 0.0000 -1 0.0000
255-259 257 2.4099 1 1 1 0.0084 0.0000 0.0000 0 0.0000
260-264 262 2.4183 1 0 0 0.0000 1.0000 0.0000 0 0.0000
Total 530 152.00 5.7013 0.4315 28.2987 2.4081 496 0.2248
Rata-rata 15.59 4.4706 0.1677 0.0127 0.8323 0.0708 14.59 0.0066
Keterangan : Nt = nilai tengah; Ni = jumlah ikan pada selang kelas ke-i;
Nb = jumlah ikan betina matang gonad; Pi = proporsi ikan
matang gonad pada selang panjang ke-i; x = log pertambahan
panjang pada nilai tengah; Qi = 1- Pi.
� . ∗ .
m = � + − . ∑ �� = 2.4183+ − . = 2.3523
Jadi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kembung lelaki betina
.
= Antilog m = = 225 mm
59

Lampiran 3 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung perempuan (R. brachysoma)
1. Betina
Selang Log X(i+1)- Pi*Qi/
Nt Ni Nb Pi Qi Pi*Qi Ni-1
Kelas Nt Xi Ni-1
95-99 97 1.9868 0 0 0 0.0218 1.0000 0.0000 -1 0.0000
100-104 102 2.0086 1 0 0 0.0208 1.0000 0.0000 0 0.0000
105-109 107 2.0294 1 0 0 0.0198 1.0000 0.0000 0 0.0000
110-114 112 2.0492 1 0 0 0.0190 1.0000 0.0000 0 0.0000
115-119 117 2.0682 0 0 0 0.0182 1.0000 0.0000 -1 0.0000
120-124 122 2.0864 0 0 0 0.0174 1.0000 0.0000 -1 0.0000
125-129 127 2.1038 0 0 0 0.0168 1.0000 0.0000 -1 0.0000
130-134 132 2.1206 0 0 0 0.0161 1.0000 0.0000 -1 0.0000
135-139 137 2.1367 0 0 0 0.0156 1.0000 0.0000 -1 0.0000
140-144 142 2.1523 0 0 0 0.0150 1.0000 0.0000 -1 0.0000
145-149 147 2.1673 0 0 0 0.0145 1.0000 0.0000 -1 0.0000
150-154 152 2.1818 2 0 0 0.0141 1.0000 0.0000 1 0.0000
155-159 157 2.1959 0 0 0 0.0136 1.0000 0.0000 -1 0.0000
160-164 162 2.2095 4 0 0 0.0132 1.0000 0.0000 3 0.0000
165-169 167 2.2227 8 0 0 0.0128 1.0000 0.0000 7 0.0000
170-174 172 2.2355 9 0 0 0.0124 1.0000 0.0000 8 0.0000
175-179 177 2.2480 6 1 0.1667 0.0121 0.8333 0.1389 5 0.0278
180-184 182 2.2601 9 2 0.2222 0.0118 0.7778 0.1728 8 0.0216
185-189 187 2.2718 7 1 0.1429 0.0115 0.8571 0.1224 6 0.0000
190-194 192 2.2833 14 8 0.5714 0.0112 0.4286 0.2449 13 0.0188
195-199 197 2.2945 20 6 0.3000 0.0109 0.7000 0.2100 19 0.0111
200-204 202 2.3054 22 5 0.2273 0.0106 0.7727 0.1756 21 0.0084
205-209 207 2.3160 16 3 0.1875 0.0104 0.8125 0.1523 15 0.0102
210-214 212 2.3263 19 14 0.7368 0.0101 0.2632 0.1939 18 0.0108
215-219 217 2.3365 20 16 0.8000 0.0099 0.2000 0.1600 19 0.0084
220-224 222 2.3464 32 25 0.7813 0.0097 0.2188 0.1709 31 0.0055
225-229 227 2.3560 17 14 0.8235 0.0095 0.1765 0.1453 16 0.0091
230-234 232 2.3655 26 17 0.6538 0.0093 0.3462 0.2263 25 0.0091
235-239 237 2.3747 9 5 0 0.0091 1.0000 0.0000 8 0.0000
240-244 242 2.3838 2 1 0 0.0089 1.0000 0.0000 1 0.0000
245-249 247 2.3927 4 2 0 0.0087 1.0000 0.0000 3 0.0000
250-254 252 2.4014 2 2 0 0.0085 1.0000 0.0000 1 0.0000
255-259 257 2.4099 1 0 0 0.0000 1.0000 0.0000 0 0.0000
Total 73.6270 252.00 122.0 5.6134 0.4232 27.3866 2.1135 219.0 0.1406
Rata-rata 2.2311 7.6364 3.697 0.1701 0.0132 0.8299 0.0640 6.6364 0.0043
Keterangan : Nt = nilai tengah; Ni = jumlah ikan pada selang kelas ke-i;
Nb = jumlah ikan betina matang gonad; Pi = proporsi ikan
matang gonad pada selang panjang ke-i; x = log pertambahan
panjang pada nilai tengah; Qi = 1- Pi.
� . ∗ .
m = � + − . ∑ �� = 2.4099+ − . = 2.3423
Jadi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kembung perempuan betina
.
= Antilog m = = 219 mm
60

Lampiran 3 (Lanjutan)
2. Jantan
Selang Log X(i+1)- Pi*Qi/
Nt Ni Nb Pi Qi Pi*Qi Ni-1
Kelas Nt Xi Ni-1
95-99 97 1.9868 1 0 0 0.0218 1.0000 0.0000 0 0.0000
100-104 102 2.0086 8 0 0 0.0208 1.0000 0.0000 7 0.0000
105-109 107 2.0294 1 0 0 0.0198 1.0000 0.0000 0 0.0000
110-114 112 2.0492 7 0 0 0.0190 1.0000 0.0000 6 0.0000
115-119 117 2.0682 0 0 0 0.0182 1.0000 0.0000 -1 0.0000
120-124 122 2.0864 2 0 0 0.0174 1.0000 0.0000 1 0.0000
125-129 127 2.1038 0 0 0 0.0168 1.0000 0.0000 -1 0.0000
130-134 132 2.1206 0 0 0 0.0161 1.0000 0.0000 -1 0.0000
135-139 137 2.1367 1 0 0 0.0156 1.0000 0.0000 0 0.0000
140-144 142 2.1523 2 0 0 0.0150 1.0000 0.0000 1 0.0000
145-149 147 2.1673 1 0 0 0.0145 1.0000 0.0000 0 0.0000
150-154 152 2.1818 5 0 0 0.0141 1.0000 0.0000 4 0.0000
155-159 157 2.1959 13 1 0.0769 0.0136 0.9231 0.0710 12 0.0059
160-164 162 2.2095 33 3 0.0909 0.0132 0.9091 0.0826 32 0.0026
165-169 167 2.2227 29 3 0.1034 0.0128 0.8966 0.0927 28 0.0033
170-174 172 2.2355 41 2 0.0488 0.0124 0.9512 0.0464 40 0.0012
175-179 177 2.2480 22 1 0.0455 0.0121 0.9545 0.0434 21 0.0021
180-184 182 2.2601 22 4 0.1818 0.0118 0.8182 0.1488 21 0.0071
185-189 187 2.2718 16 3 0.1875 0.0115 0.8125 0.1523 15 0.0102
190-194 192 2.2833 24 6 0.2500 0.0112 0.7500 0.1875 23 0.0082
195-199 197 2.2945 23 4 0.1739 0.0109 0.8261 0.1437 22 0.0065
200-204 202 2.3054 36 10 0.2778 0.0106 0.7222 0.2006 35 0.0057
205-209 207 2.3160 33 13 0.3939 0.0104 0.6061 0.2388 32 0.0075
210-214 212 2.3263 49 27 0.5510 0.0101 0.4490 0.2474 48 0.0052
215-219 217 2.3365 47 34 0.7234 0.0099 0.2766 0.2001 46 0.0043
220-224 222 2.3464 48 43 0.8958 0.0097 0.1042 0.0933 47 0.0020
225-229 227 2.3560 33 30 0.9091 0.0095 0.0909 0.0826 32 0.0026
230-234 232 2.3655 18 14 0.7778 0.0093 0.2222 0.1728 17 0.0102
235-239 237 2.3747 8 8 0 0.0091 1.0000 0.0000 7 0.0000
240-244 242 2.3838 10 9 0 0.0089 1.0000 0.0000 9 0.0000
245-249 247 2.3927 4 4 0 0.0087 1.0000 0.0000 3 0.0000
250-254 252 2.4014 2 1 0 0.0085 1.0000 0.0000 1 0.0000
255-259 257 2.4099 0 0 0 0.0000 1.0000 0.0000 -1 0.0000
Total 539.0 220.00 5.6876 0.4232 27.3124 2.2041 506.00 0.0844
Rata-rata 16.33 6.6667 0.1724 0.0132 0.8276 0.0668 15.3333 0.0026
Keterangan : Nt = nilai tengah; Ni = jumlah ikan pada selang kelas ke-i;
Nb = jumlah ikan betina matang gonad; Pi = proporsi ikan
matang gonad pada selang panjang ke-i; x = log pertambahan
panjang pada nilai tengah; Qi = 1- Pi.
� . ∗ .
m = � + − . ∑ �� = 2.4099+ − . = 2.3413
Jadi ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan kembung perempuan jantan
.
= Antilog m = = 219 mm
61

Lampiran 4 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung (R. faughni)
1. Betina
Frekuensi
SKB SKA Xi Ni SLc Ln((1/SLc)-1) SL
Relatif
125 129 127 0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0515
130 134 132 1 0.0034 0.0034 5.6664 0.0669
135 139 137 2 0.0069 0.0103 4.5609 0.0866
140 144 142 11 0.0379 0.0483 2.9813 0.1113
145 149 147 15 0.0517 0.1000 2.1972 0.1421
150 154 152 35 0.1207 0.2207 1.2617 0.1796
155 159 157 19 0.0655 0.2862 0.9139 0.2244
160 164 162 14 0.0483 0.3345 0.6880 0.2766
165 169 167 17 0.0586 0.3931 0.4343 0.3357
170 174 172 21 0.0724 0.4655 0.1382 0.4005
175 179 177 17 0.0586 0.5241 -0.0966 0.4690
180 184 182 23 0.0793 0.6034 -0.4199 0.5386
185 189 187 46 0.1586 0.7621 -1.1641 0.6067
190 194 192 44 0.1517 0.9138 -2.3609 0.6710
195 199 197 19 0.0655 0.9793 -3.8572 0.7294
200 204 202 5 0.0172 0.9966 -5.6664 0.7808
205 209 207 1 0.0034 1.0000 0.0000 0.8249
210 214 212 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.8616
215 219 217 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.8916
220 224 222 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.9158
Jumlah 290 1 11 5 9
Keterangan : SKB = Selang kelas bawah; SKA = Selang Kelas Atas; Xi = Nilai Tengah; Ni =
jumlah ikan pada selang kelas ke-i; SLc = frekuensi komulatif relatif, SL = nilai
estimasi.

Regresi antara Xi sebagai x dan Ln((1/Slc)-1) sebagai y, maka akan didapat nilai :
a (intercept) : 10.0004
b (slope) :-0.0558
− − .
Lc = = − .
= 179.23 mm
62

Lampiran 4 (Lanjutan)
2. Jantan
Frekuensi
SKB SKA Xi Ni SLc Ln((1/SLc)-1) SL
Relatif
125 129 127 1 0.0017 0.0017 6.3526 0.0101
130 134 132 2 0.0035 0.0052 5.2505 0.0170
135 139 137 9 0.0157 0.0209 3.8484 0.0286
140 144 142 35 0.0609 0.0817 2.4189 0.0476
145 149 147 32 0.0557 0.1374 1.8371 0.0784
150 154 152 81 0.1409 0.2783 0.9531 0.1265
155 159 157 50 0.0870 0.3652 0.5528 0.1977
160 164 162 40 0.0696 0.4348 0.2624 0.2955
165 169 167 25 0.0435 0.4783 0.0870 0.4165
170 174 172 21 0.0365 0.5148 -0.0591 0.5484
175 179 177 32 0.0557 0.5704 -0.2836 0.6739
180 184 182 60 0.1043 0.6748 -0.7299 0.7786
185 189 187 74 0.1287 0.8035 -1.4082 0.8568
190 194 192 74 0.1287 0.9322 -2.6206 0.9106
195 199 197 27 0.0470 0.9791 -3.8484 0.9454
200 204 202 6 0.0104 0.9896 -4.5521 0.9672
205 209 207 3 0.0052 0.9948 -5.2505 0.9805
210 214 212 1 0.0017 0.9965 -5.6577 0.9884
215 219 217 1 0.0017 0.9983 -6.3526 0.9932
220 224 222 1 0.0017 1.0000 0.0000 0.9960
Jumlah 575 1 11 -9 11
Keterangan : SKB = Selang kelas bawah; SKA = Selang Kelas Atas; Xi = Nilai Tengah; Ni =
jumlah ikan pada selang kelas ke-i; SLc = frekuensi komulatif relatif, SL = nilai
estimasi.

Regresi antara Xi sebagai x dan Ln((1/Slc)-1) sebagai y, maka akan didapat nilai :
a (intercept) : 18.0917
b (slope) : -0.1063
− − .
Lc = = = 170.17 mm
− .
63

Lampiran 5 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (R.
kanagurta)
1. Betina
Frekuensi
SKB SKA Xi Ni SLc Ln((1/SLc)-1) SL
Relatif
95 99 97 1 0.0034 0.0034 5.6937 0.0244
100 104 102 1 0.0034 0.0067 4.9972 0.0287
105 109 107 7 0.0235 0.0302 3.4692 0.0338
110 114 112 6 0.0201 0.0503 2.9374 0.0397
115 119 117 6 0.0201 0.0705 2.5795 0.0467
120 124 122 4 0.0134 0.0839 2.3906 0.0548
125 129 127 4 0.0134 0.0973 2.2274 0.0642
130 134 132 3 0.0101 0.1074 2.1178 0.0751
135 139 137 3 0.0101 0.1174 2.0168 0.0877
140 144 142 1 0.0034 0.1208 1.9848 0.1021
145 149 147 1 0.0034 0.1242 1.9536 0.1186
150 154 152 2 0.0067 0.1309 1.8933 0.1374
155 159 157 3 0.0101 0.1409 1.8075 0.1586
160 164 162 2 0.0067 0.1477 1.7531 0.1824
165 169 167 10 0.0336 0.1812 1.5082 0.2088
170 174 172 10 0.0336 0.2148 1.2964 0.2380
175 179 177 8 0.0268 0.2416 1.1439 0.2699
180 184 182 4 0.0134 0.2550 1.0719 0.3043
185 189 187 1 0.0034 0.2584 1.0544 0.3411
190 194 192 15 0.0503 0.3087 0.8061 0.3799
195 199 197 23 0.0772 0.3859 0.4646 0.4203
200 204 202 40 0.1342 0.5201 -0.0806 0.4618
205 209 207 50 0.1678 0.6879 -0.7904 0.5039
210 214 212 53 0.1779 0.8658 -1.8641 0.5459
215 219 217 19 0.0638 0.9295 -2.5795 0.5872
220 224 222 15 0.0503 0.9799 -3.8850 0.6273
225 229 227 4 0.0134 0.9933 -4.9972 0.6658
230 234 232 2 0.0067 1.0000 0.0000 0.7022
235 239 237 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.7362
240 244 242 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.7676
245 249 247 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.7962
250 254 252 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.8222
255 259 257 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.8455
260 264 262 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.8663
Jumlah 298 1 15 31 12
Keterangan : SKB = Selang kelas bawah; SKA = Selang Kelas Atas; Xi = Nilai Tengah; Ni =
jumlah ikan pada selang kelas ke-i; SLc = frekuensi komulatif relatif, SL = nilai
estimasi.
Regresi antara Xi sebagai x dan Ln((1/Slc)-1) sebagai y, maka akan didapat nilai :
a (intercept) : 6.9578 b (slope) : -0.0337
− − .
Lc = = − . = 206.54 mm
64

Lampiran 5 (Lanjutan)
2. Jantan
Frekuensi
SKB SKA Xi Ni SLc Ln((1/SLc)-1) SL
Relatif
95 99 97 3 0.0057 0.0057 5.1686 0.0164
100 104 102 8 0.0151 0.0208 3.8540 0.0215
105 109 107 14 0.0264 0.0472 3.0057 0.0283
110 114 112 13 0.0245 0.0717 2.5609 0.0372
115 119 117 14 0.0264 0.0981 2.2184 0.0487
120 124 122 19 0.0358 0.1340 1.8664 0.0635
125 129 127 12 0.0226 0.1566 1.6837 0.0824
130 134 132 17 0.0321 0.1887 1.4586 0.1062
135 139 137 4 0.0075 0.1962 1.4100 0.1360
140 144 142 4 0.0075 0.2038 1.3629 0.1725
145 149 147 3 0.0057 0.2094 1.3283 0.2164
150 154 152 7 0.0132 0.2226 1.2503 0.2678
155 159 157 6 0.0113 0.2340 1.1861 0.3263
160 164 162 16 0.0302 0.2642 1.0245 0.3908
165 169 167 26 0.0491 0.3132 0.7852 0.4594
170 174 172 46 0.0868 0.4000 0.4055 0.5295
175 179 177 17 0.0321 0.4321 0.2734 0.5985
180 184 182 8 0.0151 0.4472 0.2121 0.6637
185 189 187 12 0.0226 0.4698 0.1209 0.7233
190 194 192 21 0.0396 0.5094 -0.0377 0.7759
195 199 197 29 0.0547 0.5642 -0.2580 0.8210
200 204 202 48 0.0906 0.6547 -0.6398 0.8586
205 209 207 50 0.0943 0.7491 -1.0936 0.8894
210 214 212 74 0.1396 0.8887 -2.0773 0.9142
215 219 217 32 0.0604 0.9491 -2.9248 0.9338
220 224 222 14 0.0264 0.9755 -3.6831 0.9492
225 229 227 8 0.0151 0.9906 -4.6540 0.9612
230 234 232 3 0.0057 0.9962 -5.5759 0.9704
235 239 237 0 0.0000 0.9962 -5.5759 0.9775
240 244 242 0 0.0000 0.9962 -5.5759 0.9829
245 249 247 0 0.0000 0.9962 -5.5759 0.9870
250 254 252 0 0.0000 0.9962 -5.5759 0.9902
255 259 257 1 0.0019 0.9981 -6.2710 0.9926
260 264 262 1 0.0019 1.0000 0.0000 0.9944
Jumlah 530 1 17 -18 19
Keterangan : SKB = Selang kelas bawah; SKA = Selang Kelas Atas; Xi = Nilai Tengah; Ni =
jumlah ikan pada selang kelas ke-i; SLc = frekuensi komulatif relatif, SL = nilai
estimasi.
Regresi antara Xi sebagai x dan Ln((1/Slc)-1) sebagai y, maka akan didapat nilai :
a (intercept) : 9.5477 b (slope) : -0.0562
− − .
Lc = = − . = 169.90 mm
65

Lampiran 6 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung perempuan


(R. brachysoma)
1. Betina
Frekuensi
SKB SKA Xi Ni SLc Ln((1/SLc)-1) SL
Relatif
95 99 97 0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0031
100 104 102 1 0.0040 0.0040 5.5255 0.0041
105 109 107 1 0.0040 0.0079 4.8283 0.0054
110 114 112 1 0.0040 0.0119 4.4188 0.0071
115 119 117 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0093
120 124 122 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0122
125 129 127 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0159
130 134 132 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0208
135 139 137 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0272
140 144 142 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0354
145 149 147 0 0.0000 0.0119 4.4188 0.0460
150 154 152 2 0.0079 0.0198 3.9000 0.0595
155 159 157 0 0.0000 0.0198 3.9000 0.0767
160 164 162 4 0.0159 0.0357 3.2958 0.0984
165 169 167 8 0.0317 0.0675 2.6264 0.1254
170 174 172 9 0.0357 0.1032 2.1624 0.1585
175 179 177 6 0.0238 0.1270 1.9279 0.1983
180 184 182 9 0.0357 0.1627 1.6383 0.2452
185 189 187 7 0.0278 0.1905 1.4469 0.2991
190 194 192 14 0.0556 0.2460 1.1199 0.3592
195 199 197 20 0.0794 0.3254 0.7291 0.4240
200 204 202 22 0.0873 0.4127 0.3528 0.4916
205 209 207 16 0.0635 0.4762 0.0953 0.5595
210 214 212 19 0.0754 0.5516 -0.2071 0.6252
215 219 217 20 0.0794 0.6310 -0.5363 0.6866
220 224 222 32 0.1270 0.7579 -1.1414 0.7421
225 229 227 17 0.0675 0.8254 -1.5533 0.7908
230 234 232 26 0.1032 0.9286 -2.5649 0.8324
235 239 237 9 0.0357 0.9643 -3.2958 0.8670
240 244 242 2 0.0079 0.9722 -3.5553 0.8955
245 249 247 4 0.0159 0.9881 -4.4188 0.9184
250 254 252 2 0.0079 0.9960 -5.5255 0.9366
255 259 257 1 0.0040 1.0000 0.0000 0.9510
Jumlah 252 1 11 46 12
Regresi antara Xi sebagai x dan Ln((1/Slc)-1) sebagai y, maka akan didapat nilai :
a (intercept) : 11.0497 b (slope) : -0.0545
− − .
Lc = = − . = 202.62 mm
66

Lampiran 6 (Lanjutan)
2. Jantan
Frekuensi
SKB SKA Xi Ni SLc Ln((1/SLc)-1) SL
Relatif
95 99 97 1 0.0019 0.0019 6.2879 0.0066
100 104 102 8 0.0148 0.0167 4.0757 0.0085
105 109 107 1 0.0019 0.0186 3.9684 0.0110
110 114 112 7 0.0130 0.0315 3.4245 0.0142
115 119 117 0 0.0000 0.0315 3.4245 0.0183
120 124 122 2 0.0037 0.0353 3.3094 0.0236
125 129 127 0 0.0000 0.0353 3.3094 0.0303
130 134 132 0 0.0000 0.0353 3.3094 0.0389
135 139 137 1 0.0019 0.0371 3.2562 0.0498
140 144 142 2 0.0037 0.0408 3.1570 0.0635
145 149 147 1 0.0019 0.0427 3.1106 0.0806
150 154 152 5 0.0093 0.0519 2.9042 0.1019
155 159 157 13 0.0241 0.0761 2.4970 0.1281
160 164 162 33 0.0612 0.1373 1.8380 0.1597
165 169 167 29 0.0538 0.1911 1.4429 0.1974
170 174 172 41 0.0761 0.2672 1.0091 0.2414
175 179 177 22 0.0408 0.3080 0.8096 0.2917
180 184 182 22 0.0408 0.3488 0.6243 0.3476
185 189 187 16 0.0297 0.3785 0.4960 0.4081
190 194 192 24 0.0445 0.4230 0.3104 0.4715
195 199 197 22 0.0408 0.4638 0.1450 0.5359
200 204 202 37 0.0686 0.5325 -0.1301 0.5990
205 209 207 33 0.0612 0.5937 -0.3792 0.6591
210 214 212 49 0.0909 0.6846 -0.7750 0.7144
215 219 217 47 0.0872 0.7718 -1.2185 0.7640
220 224 222 48 0.0891 0.8609 -1.8224 0.8073
225 229 227 33 0.0612 0.9221 -2.4709 0.8443
230 234 232 18 0.0334 0.9555 -3.0661 0.8752
235 239 237 8 0.0148 0.9703 -3.4870 0.9008
240 244 242 10 0.0186 0.9889 -4.4868 0.9215
245 249 247 4 0.0074 0.9963 -5.5929 0.9383
250 254 252 2 0.0037 1.0000 0.0000 0.9516
255 259 257 0 0.0000 1.0000 0.0000 0.9622
Jumlah 539 1 13 29 13

Regresi antara Xi sebagai x dan Ln((1/Slc)-1) sebagai y, maka akan didapat nilai :
a (intercept) : 10.0118 b (slope) : -0.0516
− − .
Lc = = − . = 194.21 mm
67

Lampiran 7 Hubungan panjang dan tinggi ikan dalam genus Rastrelliger spp.
dengan ukuran mata jaring purse seine
1. Ikan Kembung (Rastrelliger faughni)

 Ukuran mata jaring 1 inci =25.4 mm


 1 inci jaring menangkap ikan kembung kisaran panjang 128.5 mm

 T= . . . = 25.36672
∗ .
 Lc gabungan ikan kembung 171 mm  T= . = 41.4348 inci
∗ .
 Lm gabungan ikan kembung 194 mm T= . = 50.8843 inci
.
 Jadi ukuran jaring yang seharusnya digunakan pada ikan kembung = . =
2.0 inci
68

Lampiran 7 (Lanjutan)
2. Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

80

70

60
Tinggi (mm)

50

40 T = 0.2956L0.9309
R² = 0.7133
30

20

10

0
80 130 180 230 280
Panjang (mm)

 Ukuran mata jaring 1 inci =25.4 mm


 1 inci jaring menangkap ikan kembung kisaran panjang 119.6 mm

 T= . . . = 25.4018
∗ .
 Lc gabungan ikan kembung 172 mm  T= . = 35.6253 inci
∗ .
 Lm gabungan ikan kembung 219 mm T= . = 44.6091 inci
.
 Jadi ukuran jaring yang seharusnya digunakan pada ikan kembung = . =
1.8 inci

60

50

40
Tinggi (mm)

30 Lm

20 Ukuran mata jaring purse


seine

10

0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)
69

Lampiran 7 (Lanjutan)
3. Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)

70

60
T = 0.0871L1.1781
R² = 0.8062
50
Tinggi (mm)

40

30

20

10

0
80 130 180 230 280
Panjang (mm)

 Ukuran mata jaring 1 inci =25.4 mm


 1 inci jaring menangkap ikan kembung kisaran panjang 123.7 mm

 T= . . . = 25.4120
∗ .
 Lc gabungan ikan kembung 193 mm  T= . = 41.9174 inci
∗ .
 Lm gabungan ikan kembung 219 mm T= . = 49.8076 inci
.
 Jadi ukuran jaring yang seharusnya digunakan pada ikan kembung = . =
2.0 inci
70

60

50
Tinggi (mm)

40
Lm
30
Ukuran mata jaring purse
20 seine

10

0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)

Ukuran mata jaring purse seine


Ikan
yang seharusnya (inci)
Kembung (R. faughni) 2.0
Kembung lelaki (R. kanagurta) 1.8
Kembung perempuan (R. brachysoma) 2.0
Genus Rastrelliger spp. 2.0
70

Lampiran 8 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung


(Rastrelliger faughni) berdasarkan bulan pengamatan
1. Betina
TKG Frekuensi Relatif (%)
Bulan Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4
Apr 53 2 0 0 55 96.36 3.64 0.00 0.00
Mei 29 18 2 4 53 54.72 33.96 3.77 7.55
Jun 5 12 12 32 61 8.20 19.67 19.67 52.46
Jul 30 20 11 9 70 42.86 28.57 15.71 12.86
Agu 0 13 14 24 51 0.00 25.49 27.45 47.06

2. Jantan
TKG Frekuensi Relatif (%)
Bulan Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4
Apr 142 0 0 0 142 100.00 0.00 0.00 0.00
Mei 82 55 7 1 145 56.55 37.93 4.83 0.69
Jun 29 27 24 22 102 28.43 26.47 23.53 21.57
Jul 45 19 16 11 91 49.45 20.88 17.58 12.09
Agu 11 22 35 27 95 11.58 23.16 36.84 28.42

Lampiran 9 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung


lelaki (Rastrelliger kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan
1. Betina
TKG Frekuensi Relatif (%)
Bulan Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4
Apr 23 30 1 4 58 39.66 51.72 1.72 6.90
Mei 8 13 11 21 53 15.09 24.53 20.75 39.62
Jun 3 11 24 24 62 4.84 17.74 38.71 38.71
Juli 11 9 18 22 60 18.33 15.00 30.00 36.67
Agu 5 8 15 37 65 7.69 12.31 23.08 56.92

2. Jantan
TKG Frekuensi Relatif (%)
Bulan Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4
Apr 104 34 2 4 144 72.22 23.61 1.39 2.78
Mei 27 40 21 24 112 24.11 35.71 18.75 21.43
Jun 35 21 22 21 99 35.35 21.21 22.22 21.21
Jul 46 25 18 14 103 44.66 24.27 17.48 13.59
Agu 29 17 14 12 72 40.28 23.61 19.44 16.67
71

Lampiran 10 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung


perempuan (Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan
pengamatan
1. Betina
TKG Frekuensi Relatif (%)
Bulan Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4
Apr 11 8 1 12 32 34.38 25.00 3.13 37.50
Mei 3 3 4 21 31 9.68 9.68 12.90 67.74
Jun 37 30 7 15 89 41.57 33.71 7.87 16.85
Jul 0 0 9 53 62 0.00 0.00 14.52 85.48
Agu 10 1 4 23 38 26.32 2.63 10.53 60.53

2. Jantan
TKG Frekuensi Relatif (%)
Bulan Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4
April 73 45 14 6 138 52.90 32.61 10.14 4.35
Mei 52 40 27 13 132 39.39 30.30 20.45 9.85
Juni 45 26 13 10 94 47.87 27.66 13.83 10.64
Juli 0 0 9 76 85 0.00 0.00 10.59 89.41
Agu 33 5 28 24 90 36.67 5.56 31.11 26.67

Lampiran 11 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung (Rastrelliger


faughni) berdasarkan bulan pengamatan

IKG Betina IKG Jantan


Bulan Simpangan Simpangan
Rata-rata Rata-rata
Baku Baku
Apr 0.09 0.23 0.04 0.04
Mei 0.92 1.34 0.52 0.65
Jun 2.40 1.48 1.37 1.15
Jul 1.37 1.56 1.13 1.15
Agu 2.73 0.99 2.79 1.25

Lampiran 12 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan

IKG Betina IKG Jantan


Bulan Simpangan Rata-rata Simpangan
Rata-rata
Baku Baku
Apr 1.16 1.17 0.51 0.74
Mei 2.44 2.02 0.74 0.89
Jun 2.46 1.54 0.61 0.59
Jul 2.48 2.01 0.37 0.44
Agu 3.57 1.99 0.72 0.78
72

Lampiran 13 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung perempuan


(Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan
IKG Betina IKG Jantan
Bulan Simpangan Simpangan
Rata-rata Rata-rata
Baku Baku
Apr 1.09 1.29 0.47 0.93
Mei 2.99 1.97 0.59 0.56
Jun 0.87 1.11 0.60 0.70
Jul 4.73 2.17 4.10 1.56
Agu 3.64 2.61 1.64 1.44

Lampiran 14 Fekunditas Genus Rastrelliger spp.

Ikan Fekunditas Min Maks Total


Rata-rata (butir) (butir) (Butir) Ikan
Kembung 36 976 1 748 111 001 107
Kembung lelaki 20 880 5 001 96 530 109
Kembun perempuan 55 252 549 283 572 149

Lampiran 15 Sebaran diameter telur ikan kembung (Rastrelliger faughni)


1. TKG III
SKB SKA SK BKB BKA BK Xi Fi FR
0.02 0.07 0.02-0.07 0.015 0.075 0.015-0.075 0.045 3 0%
0.08 0.13 0.08-0.13 0.075 0.135 0.075-0.135 0.105 30 1%
0.14 0.19 0.14-0.19 0.135 0.195 0.135-0.195 0.165 115 2%
0.2 0.25 0.2-0.25 0.195 0.255 0.195-0.255 0.225 683 12%
0.26 0.31 0.26-0.31 0.255 0.315 0.255-0.315 0.285 878 15%
0.32 0.37 0.32-0.37 0.315 0.375 0.315-0.375 0.345 1771 31%
0.38 0.43 0.38-0.43 0.375 0.435 0.375-0.435 0.405 1163 20%
0.44 0.49 0.44-0.49 0.435 0.495 0.435-0.495 0.465 599 11%
0.5 0.55 0.5-0.55 0.495 0.555 0.495-0.555 0.525 425 7%
0.56 0.61 0.56-0.61 0.555 0.615 0.555-0.615 0.585 22 0%
0.62 0.67 0.62-0.67 0.615 0.675 0.615-0.675 0.645 9 0%
0.68 0.73 0.68-0.73 0.675 0.735 0.675-0.735 0.705 0 0%
0.74 0.79 0.74-0.79 0.735 0.795 0.735-0.795 0.765 2 0%
0.8 0.85 0.8-0.85 0.795 0.855 0.795-0.855 0.825 0 0%
0.86 0.91 0.86-0.91 0.855 0.915 0.855-0.915 0.885 0 0%
Total 5700 100%
73

Lampiran 15 (Lanjutan)
2. TKG IV

SKB SKA SK BKB BKA BK Xi Fi FR


0.02 0.07 0.02-0.07 0.015 0.075 0.015-0.075 0.045 6 0%
0.08 0.13 0.08-0.13 0.075 0.135 0.075-0.135 0.105 22 0%
0.14 0.19 0.14-0.19 0.135 0.195 0.135-0.195 0.165 125 1%
0.2 0.25 0.2-0.25 0.195 0.255 0.195-0.255 0.225 940 9%
0.26 0.31 0.26-0.31 0.255 0.315 0.255-0.315 0.285 1471 14%
0.32 0.37 0.32-0.37 0.315 0.375 0.315-0.375 0.345 3173 30%
0.38 0.43 0.38-0.43 0.375 0.435 0.375-0.435 0.405 2316 22%
0.44 0.49 0.44-0.49 0.435 0.495 0.435-0.495 0.465 1288 12%
0.5 0.55 0.5-0.55 0.495 0.555 0.495-0.555 0.525 970 9%
0.56 0.61 0.56-0.61 0.555 0.615 0.555-0.615 0.585 58 1%
0.62 0.67 0.62-0.67 0.615 0.675 0.615-0.675 0.645 45 0%
0.68 0.73 0.68-0.73 0.675 0.735 0.675-0.735 0.705 34 0%
0.74 0.79 0.74-0.79 0.735 0.795 0.735-0.795 0.765 28 0%
0.8 0.85 0.8-0.85 0.795 0.855 0.795-0.855 0.825 18 0%
0.86 0.91 0.86-0.91 0.855 0.915 0.855-0.915 0.885 6 0%
Total 10494 100%

Lampiran 16 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


1. TKG III
SKB SKA SK BKB BKA Xi Fi Fi (%)
0.08 0.14 0.08-0.14 0.0750 0.0751 0.1059 4 0%
0.15 0.21 0.15-0.21 0.1466 0.1467 0.1775 32 0%
0.22 0.28 0.22-0.28 0.2183 0.2184 0.2492 390 4%
0.29 0.35 0.29-0.35 0.2900 0.2901 0.3209 1472 16%
0.36 0.42 0.36-0.42 0.3616 0.3617 0.3925 1522 17%
0.43 0.50 0.43-0.50 0.4333 0.4334 0.4642 1910 21%
0.51 0.57 0.51-0.57 0.5050 0.5051 0.5359 2343 26%
0.58 0.64 0.58-0.64 0.5766 0.5767 0.6075 862 9%
0.65 0.71 0.65-0.71 0.6483 0.6484 0.6792 330 4%
0.72 0.78 0.72-0.78 0.7200 0.7201 0.7509 142 2%
0.79 0.85 0.79-0.85 0.7916 0.7917 0.8225 95 1%
0.86 0.93 0.86-0.93 0.8633 0.8634 0.8942 27 0%
0.94 1.00 0.94-1.00 0.9350 0.9351 0.9659 19 0%
1.01 1.07 1.01-1.07 1.0066 1.0067 1.0375 2 0%
1.08 1.14 1.08-1.14 1.0783 1.0784 1.1092 0 0%
1.15 1.21 1.15-1.21 1.1500 1.1501 1.1809 0 0%
Total 9150 100%
74

Lampiran 16 (Lanjutan)
2. TKG IV

SKB SKA SK BKB BKA Xi Fi Fi (%)


0.08 0.14 0.08-0.14 0.0750 0.0751 0.1059 2 0%
0.15 0.21 0.15-0.21 0.1466 0.1467 0.1775 57 0%
0.22 0.28 0.22-0.28 0.2183 0.2184 0.2492 536 4%
0.29 0.35 0.29-0.35 0.2900 0.2901 0.3209 2227 15%
0.36 0.42 0.36-0.42 0.3616 0.3617 0.3925 2396 16%
0.43 0.50 0.43-0.50 0.4333 0.4334 0.4642 3130 21%
0.51 0.57 0.51-0.57 0.5050 0.5051 0.5359 4003 27%
0.58 0.64 0.58-0.64 0.5766 0.5767 0.6075 1432 10%
0.65 0.71 0.65-0.71 0.6483 0.6484 0.6792 553 4%
0.72 0.78 0.72-0.78 0.7200 0.7201 0.7509 272 2%
0.79 0.85 0.79-0.85 0.7916 0.7917 0.8225 255 2%
0.86 0.93 0.86-0.93 0.8633 0.8634 0.8942 84 1%
0.94 1.00 0.94-1.00 0.9350 0.9351 0.9659 47 0%
1.01 1.07 1.01-1.07 1.0066 1.0067 1.0375 6 0%
1.08 1.14 1.08-1.14 1.0783 1.0784 1.1092 0 0%
1.15 1.21 1.15-1.21 1.1500 1.1501 1.1809 0 0%
Total 15000 100%

Lampiran 17 Sebaran diameter telur ikan kembung perempuan (Rastrelliger


brachysoma)
1. TKG III
SKB SKA SK BKB BKA Xi Fi FR
0.08 0.15 0.08-0.15 0.0750 0.1484 0.1117 149 5%
0.16 0.23 0.16-0.23 0.1582 0.2316 0.1949 372 12%
0.24 0.31 0.24-0.31 0.2415 0.3149 0.2782 498 16%
0.32 0.40 0.32-0.40 0.3248 0.3982 0.3615 666 21%
0.41 0.48 0.41-0.48 0.4081 0.4815 0.4448 834 26%
0.49 0.56 0.49-0.56 0.4914 0.5648 0.5281 409 13%
0.57 0.65 0.57-0.65 0.5746 0.6480 0.6113 83 3%
0.66 0.73 0.66-0.73 0.6579 0.7313 0.6946 55 2%
0.74 0.81 0.74-0.81 0.7412 0.8146 0.7779 39 1%
0.82 0.90 0.82-0.90 0.8245 0.8979 0.8612 20 1%
0.91 0.98 0.91-0.98 0.9078 0.9812 0.9445 15 0%
0.99 1.06 0.99-1.06 0.9911 1.0645 1.0278 7 0%
1.07 1.15 1.07-1.15 1.0743 1.1477 1.1110 1 0%
1.16 1.23 1.16-1.23 1.1576 1.2310 1.1943 2 0%
1.24 1.31 1.24-1.31 1.2409 1.3143 1.2776 0 0%
1.32 1.40 1.32-1.40 1.3242 1.3976 1.3609 0 0%
1.41 1.48 1.41-1.48 1.4075 1.4809 1.4442 0 0%
1.49 1.56 1.49-1.56 1.4908 1.5642 1.5275 0 0%
1.57 1.65 1.57-1.65 1.5740 1.6474 1.6107 0 0%
1.66 1.73 1.66-1.73 1.6573 1.7307 1.6940 0 0%
1.74 1.81 1.74-1.81 1.7406 1.8140 1.7773 0 0%
1.82 1.90 1.82-1.90 1.8239 1.8973 1.8606 0 0%
1.91 1.98 1.91-1.98 1.9072 1.9806 1.9439 0 0%
1.99 2.06 1.99-2.06 1.9905 2.0639 2.0272 0 0%
2.07 2.15 2.07-2.15 2.0737 2.1471 2.1104 0 0%
Total 3150 100%
75

2. TKG IV
SKB SKA SK BKB BKA Xi Fi FR
0.08 0.15 0.08-0.15 0.0750 0.1484 0.1117 822 5%
0.16 0.23 0.16-0.23 0.1582 0.2316 0.1949 2183 12%
0.24 0.31 0.24-0.31 0.2415 0.3149 0.2782 2127 12%
0.32 0.40 0.32-0.40 0.3248 0.3982 0.3615 2027 11%
0.41 0.48 0.41-0.48 0.4081 0.4815 0.4448 3998 23%
0.49 0.56 0.49-0.56 0.4914 0.5648 0.5281 2866 16%
0.57 0.65 0.57-0.65 0.5746 0.6480 0.6113 682 4%
0.66 0.73 0.66-0.73 0.6579 0.7313 0.6946 408 2%
0.74 0.81 0.74-0.81 0.7412 0.8146 0.7779 1022 6%
0.82 0.90 0.82-0.90 0.8245 0.8979 0.8612 960 5%
0.91 0.98 0.91-0.98 0.9078 0.9812 0.9445 528 3%
0.99 1.06 0.99-1.06 0.9911 1.0645 1.0278 67 0%
1.07 1.15 1.07-1.15 1.0743 1.1477 1.1110 6 0%
1.16 1.23 1.16-1.23 1.1576 1.2310 1.1943 0 0%
1.24 1.31 1.24-1.31 1.2409 1.3143 1.2776 0 0%
1.32 1.40 1.32-1.40 1.3242 1.3976 1.3609 0 0%
1.41 1.48 1.41-1.48 1.4075 1.4809 1.4442 0 0%
1.49 1.56 1.49-1.56 1.4908 1.5642 1.5275 0 0%
1.57 1.65 1.57-1.65 1.5740 1.6474 1.6107 0 0%
1.66 1.73 1.66-1.73 1.6573 1.7307 1.6940 0 0%
1.74 1.81 1.74-1.81 1.7406 1.8140 1.7773 0 0%
1.82 1.90 1.82-1.90 1.8239 1.8973 1.8606 0 0%
1.91 1.98 1.91-1.98 1.9072 1.9806 1.9439 0 0%
1.99 2.06 1.99-2.06 1.9905 2.0639 2.0272 0 0%
2.07 2.15 2.07-2.15 2.0737 2.1471 2.1104 0 0%
Total 17696 100%

Lampiran 18 Hubungan panjang dan bobot genus Rastrelliger spp.


Ikan JK a b r thit ttab Keputusan Kesimpulan
Kembung Betina 1x106 3.4225 0.9522 6.5284 2.2532 Tolak H0 Allometrik +
Jantan 1x106 3.5428 0.9481 10.934 2.2473 Tolak H0 Allometrik +
Gabungan 5x106 3.1284 0.9459 12.822 2.2453 Tolak H0 Allometrik +
Kembung Betina 4x106 3.1947 0.9812 5.3372 2.2529 Tolak H0 Allometrik +
Lelaki Jantan 6x106 3.0902 0.9805 0.0292 2.2478 Gagal tolak H0 Isometrik
Gabungan 5x106 3.1220 0.9811 5.6896 2.2455 Tolak H0 Allometrik +
Kembung Betina 1x105 2.9653 0.9682 0.7164 2.2550 Gagal tolak H0 Isometrik
Perempuan Jantan 3x105 2.7921 0.9723 7.1780 2.2477 Tolak H0 Allometrik –
Gabungan 3x105 2.8346 0.9720 6.7853 2.2457 Tolak H0 Allometrik -

Lampiran 19 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung (Rastrelliger faughni)


berdasarkan bulan pengamatan
Standar FK Standar
Bulan FK Betina
Deviasi Betina Jantan Deviasi Jantan
Apr 0.94 0.05 1.00 0.06
Mei 1.00 0.07 1.00 0.06
Jun 1.09 0.13 1.08 0.13
Jul 1.12 0.10 1.14 0.09
Agu 1.22 0.08 1.28 0.09
Rata-rata 1.08 0.08 1.10 0.08
76

Lampiran 20 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan
FK Standar Standar
Bulan FK Betina
Jantan Deviasi Betina Deviasi Jantan
Apr 1.01 1.01 0.12 0.14
Mei 1.02 1.00 0.11 0.09
Jun 1.09 1.08 0.13 0.16
Jul 1.00 1.08 0.07 0.10
Agu 1.00 0.90 0.08 0.08
Rata-rata 1.02 1.01 0.10 0.11

Lampiran 21 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung perempuan


(Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan
FK Standar Standar
Bulan FK Betina
Jantan Deviasi Betina Deviasi Jantan
Apr 1.12 1.01 0.14 0.16
Mei 1.09 1.01 0.10 0.11
Jun 1.05 1.04 0.08 0.09
Jul 1.07 1.07 0.07 0.06
Agu 0.95 0.99 0.08 0.10
Rata-rata 1.05 1.02 0.10 0.10
77

Lampiran 22 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung (Rastrelliger


faughni)

80
16/04/2015 16/04/2015
60 n=55 n=142

40

20

80
15/05/2015 15/05/2015
60 n=53 n=145
40

20

80
19/06/2015 19/06/2015
60 n=61 n=102
Frekuensi

40

20

80
08/07/2015 08/07/2015
60 n=70 n=91

40

20

80
13/08/2015 13/08/2015
60 n=51 n=95

40

20

0
127
132
137
142
147
152
157
162
167
172
177
182
187
192
197
202
207
212
217
222

152
127
132
137
142
147

157
162
167
172
177
182
187
192
197
202
207
212
217
222

Nilai tengah kelas panjang (mm)


(a) Betina (b) Jantan
78

Lampiran 23 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta)
50

40 16/04/2015 16/04/2015
n=58 n=144
30

20

10

0
50

40 15/05/2015 15/05/2015
n=53 n=112
30

20

10

0
50

40 19/06/2015 19/06/2015
n=62 n=99
Frekuensi

30

20

10

50

40 08/07/2015 08/07/2015
n=60 n=103
30

20

10

0
50

40 13/08/2015 13/08/2015
n=65 n=72
30

20

10

0
107
117
127
137
147
157
167
177
187
197
207
217
227
237
247
257
97

147

247
107
117
127
137

157
167
177
187
197
207
217
227
237

257
97

(a) Betina (b) Jantan


79

Lampiran 24 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung perempuan


(Rastrelliger brachysoma)
40 40

16/04/2015 30 16/04/2015
30 n=138
n=32
20 20

10 10

0 0
40 40

15/05/2015 30 15/05/2015
30 n=132
n=31
20 20

10 10

0 0
40 40

19/06/2015 30 19/06/2015
30 n=94
Frekuensi

n=89
20 20

10 10

0 0
40 40

08/07/2015 30 08/07/2015
30 n=85
n=62
20 20

10 10

0 0
40 40

13/08/2015 30 13/08/2015
30 n=90
n=38
20 20

10 10

0 0
107
117
127
137
147
157
167
177
187
197
207
217
227
237
247
257
97
107
117
127
137
147
157
167
177
187
197
207
217
227
237
247
257
97

Nilai Tengah Kelas Panjang (mm)


(a) Jantan (b) Betina
80

Lampiran 25 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung (Rastrelliger


faughni) betina, jantan serta gabungan betina dan jantan
menggunakan metode ELEFAN 1

1. Betina

2. Jantan
81

Lampiran 26 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta) betina, jantan serta gabungan betina dan
jantan menggunakan metode ELEFAN 1

1. Betina

2. Jantan
82

Lampiran 27 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan


(Rastrelliger brachysoma) betina, jantan serta gabungan betina dan
jantan menggunakan metode ELEFAN 1

1. Betina

2. Jantan
83

Lampiran 28 Kurva pertumbuhan ikan kembung (Rastrelliger faughni)


berdasarkan FISAT II
1. Betina

2. Jantan
84

Lampiran 29 Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


berdasarkan FISAT II
1. Betina

2. Jantan
85

Lampiran 30 Kurva pertumbuhan ikan kembung perempuan (Rastrelliger


brachysoma) berdasarkan FISAT II
1. Betina

2. Jantan
86

Lampiran 31 Pola rekrutmen ikan kembung (Rastrelliger faughni)

Lampiran 32 Pola rekrutmen ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


87

Lampiran 33 Pola rekrutmen ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)


88

Lampiran 34 Mortalitas ikan kembung (Rastrelliger faughni) betina, jantan, dan


gabungan
1. Betina
Selang Selang Nilai t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
C
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
125 129 127 1 2.96 0.15 3.03 0.00
130 134 132 2 3.15 0.16 3.23 4.37
135 139 137 9 3.35 0.16 3.43 13.42
140 144 142 35 3.55 0.17 3.64 21.00
145 149 147 32 3.76 0.18 3.85 19.77
150 154 152 81 3.98 0.18 4.07 24.19
155 159 157 50 4.21 0.19 4.31 20.74
160 164 162 40 4.45 0.20 4.55 18.82
165 169 167 25 4.69 0.20 4.80 15.77
170 174 172 21 4.95 0.21 5.06 14.30
175 179 177 32 5.22 0.22 5.33 15.59
180 184 182 60 5.50 0.23 5.61 17.59
185 189 187 74 5.79 0.24 5.91 17.62
190 194 192 74 6.10 0.26 6.22 16.76
195 199 197 27 6.42 0.27 6.55 12.17
200 204 202 6 6.76 0.29 6.90 6.25
205 209 207 3 7.12 0.30 7.27 3.61
210 214 212 1 7.50 0.32 7.66 0.00
215 219 217 1 7.91 0.35 8.08 0.00
220 224 222 1 8.35 0.37 8.53 0.00

Keterangan :
a (intercept) = 81.66
b (slope) = -12.36
R2 (koefisien determinasi) = 0.98
M (mortalitas alami) = 0.31
F (mortalitas penangkapan) = 12.05
Z (mortalitas total) = 12. 36
E (laju eksploitasi) = 0.98

30,00
Ln((C(L1,L2)/∆t)

25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0,00 2,00 4,00 6,00
t(L1/L2)/2 8,00 10,00
89

Lampiran 34 (Lanjutan)
2. Jantan

Selang Selang Nilai t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)


C
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
125 129 127 1 2.16 0.11 2.22 0.00
130 134 132 3 2.30 0.12 2.36 9.42
135 139 137 11 2.45 0.12 2.51 19.88
140 144 142 46 2.60 0.12 2.66 30.64
145 149 147 47 2.76 0.13 2.82 29.71
150 154 152 116 2.92 0.13 2.99 35.31
155 159 157 69 3.09 0.14 3.16 30.24
160 164 162 54 3.26 0.15 3.34 27.34
165 169 167 42 3.45 0.15 3.52 24.54
170 174 172 42 3.64 0.16 3.72 23.47
175 179 177 49 3.84 0.17 3.92 23.31
180 184 182 83 4.05 0.18 4.14 25.20
185 189 187 120 4.27 0.18 4.36 25.93
190 194 192 118 4.50 0.20 4.60 24.46
195 199 197 46 4.75 0.21 4.85 18.53
200 204 202 11 5.01 0.22 5.11 10.92
205 209 207 4 5.28 0.23 5.40 5.91
210 214 212 1 5.58 0.25 5.70 0.00
215 219 217 1 5.89 0.27 6.03 0.00
220 224 222 1 6.24 0.29 6.38 0.00

Keterangan :
a (intercept) = 62.23
b (slope) = -7.73
R2 (koefisien determinasi) = 0.89
M (mortalitas alami) = 0.24
F (mortalitas penangkapan) = 7.48
Z (mortalitas total) = 7.73
E (laju eksploitasi) = 0.97

30,00
25,00
Ln((C(L1,L2)/∆t)

20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
t(L1/L2)/2
90

Lampiran 34 (Lanjutan)
3. Gabungan

Selang Selang Nilai t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)


C
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
125 129 127 1 2.16 0.11 2.22 0.00
130 134 132 3 2.30 0.12 2.36 9.42
135 139 137 11 2.45 0.12 2.51 19.88
140 144 142 46 2.60 0.12 2.66 30.64
145 149 147 47 2.76 0.13 2.82 29.71
150 154 152 116 2.92 0.13 2.99 35.31
155 159 157 69 3.09 0.14 3.16 30.24
160 164 162 54 3.26 0.15 3.34 27.34
165 169 167 42 3.45 0.15 3.52 24.54
170 174 172 42 3.64 0.16 3.72 23.47
175 179 177 49 3.84 0.17 3.92 23.31
180 184 182 83 4.05 0.18 4.14 25.20
185 189 187 120 4.27 0.18 4.36 25.93
190 194 192 118 4.50 0.20 4.60 24.46
195 199 197 46 4.75 0.21 4.85 18.53
200 204 202 11 5.01 0.22 5.11 10.92
205 209 207 4 5.28 0.23 5.40 5.91
210 214 212 1 5.58 0.25 5.70 0.00
215 219 217 1 5.89 0.27 6.03 0.00
220 224 222 1 6.24 0.29 6.38 0.00

Keterangan :
a (intercept) = 89.42
b (slope) = -14.84
2
R (koefisien determinasi) = 0.90
M (mortalitas alami) = 0.31
F (mortalitas penangkapan) = 14.53
Z (mortalitas total) = 14.84
E (laju eksploitasi) = 0.98

40,00
35,00
Ln((C(L1,L2)/∆t)

30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00
t(L1/L2)/2
91

Lampiran 35 Mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina,


jantan, dan gabungan
1. Betina
Selang Selang Nilai
C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
95 99 97 1 1.2589 0.0850 1.3012 0.0000
100 104 102 1 1.3654 0.0872 1.4088 0.0000
105 109 107 7 1.4747 0.0896 1.5192 21.7263
110 114 112 6 1.5870 0.0920 1.6327 19.4677
115 119 117 6 1.7023 0.0947 1.7494 18.9301
120 124 122 4 1.8210 0.0974 1.8694 14.2304
125 129 127 4 1.9431 0.1004 1.9930 13.8145
130 134 132 3 2.0689 0.1035 2.1204 10.6181
135 139 137 3 2.1987 0.1068 2.2517 10.2885
140 144 142 1 2.3326 0.1103 2.3874 0.0000
145 149 147 1 2.4709 0.1141 2.5276 0.0000
150 154 152 2 2.6140 0.1181 2.6727 5.8675
155 159 157 3 2.7622 0.1225 2.8230 8.9701
160 164 162 2 2.9159 0.1271 2.9790 5.4516
165 169 167 10 3.0755 0.1322 3.1410 17.4188
170 174 172 10 3.2414 0.1376 3.3096 16.7280
175 179 177 8 3.4141 0.1436 3.4853 14.4830
180 184 182 4 3.5944 0.1500 3.6687 9.2394
185 189 187 1 3.7828 0.1571 3.8606 0.0000
190 194 192 15 3.9802 0.1649 4.0618 16.4237
195 199 197 23 4.1873 0.1735 4.2731 18.0752
200 204 202 40 4.4053 0.1830 4.4958 20.1585
205 209 207 50 4.6353 0.1936 4.7310 20.2041
210 214 212 53 4.8788 0.2056 4.9803 19.3137
215 219 217 19 5.1374 0.2191 5.2455 13.4399
220 224 222 15 5.4131 0.2345 5.5287 11.5483
225 229 227 4 5.7083 0.2522 5.8325 5.4957
230 234 232 2 6.0261 0.2729 6.1603 2.5399
235 239 237 0 6.3701 0.2973 6.5161 0.0000
240 244 242 0 6.7451 0.0000 0.0000 0.0000
245 249 247 0 0.0000 0.3618 0.0000 0.0000
250 254 252 0 0.0000 0.4059 0.0000 0.0000
255 259 257 0 0.0000 0.4623 0.0000 0.0000
260 264 262 0 0.0000 0.5368 0.0000 0.0000

Keterangan :
a (intercept) = 88.35 00.025
Ln((C(L1,L2)/∆t)

b (slope) = -14.03 00.020


R2 (koefisien determinasi) = 0.97 00.015
M (mortalitas alami) = 0.32 00.010
F (mortalitas penangkapan) = 13.72 00.005
Z (mortalitas total) = 14.04 00.000
00.000 00.002 00.004 00.006 00.008
E (laju eksploitasi) = 0.98
t(L1/L2)/2
92

Lampiran 35 (Lanjutan)
2. Jantan
Selang Selang Nilai
C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
95 99 97 3 2.4955 0.1715 2.5809 6.4057
100 104 102 8 2.7104 0.1753 2.7976 11.8648
105 109 107 14 2.9299 0.1792 3.0191 14.7279
110 114 112 13 3.1544 0.1833 3.2457 13.9937
115 119 117 14 3.3841 0.1876 3.4774 14.0681
120 124 122 19 3.6191 0.1921 3.7147 15.3280
125 129 127 12 3.8598 0.1968 3.9578 12.6251
130 134 132 17 4.1065 0.2018 4.2069 14.0406
135 139 137 4 4.3593 0.2070 4.4623 6.6968
140 144 142 4 4.6188 0.2125 4.7245 6.5235
145 149 147 3 4.8851 0.2183 4.9937 5.0324
150 154 152 7 5.1588 0.2244 5.2704 8.6704
155 159 157 6 5.4401 0.2309 5.5549 7.7596
160 164 162 16 5.7296 0.2378 5.8478 11.6607
165 169 167 26 6.0277 0.2451 6.1495 13.2953
170 174 172 46 6.3350 0.2528 6.4606 15.1449
175 179 177 17 6.6520 0.2611 6.7816 10.8531
180 184 182 8 6.9794 0.2699 7.1134 7.7057
185 189 187 12 7.3178 0.2793 7.4565 8.8976
190 194 192 21 7.6682 0.2894 7.8118 10.5208
195 199 197 29 8.0312 0.3002 8.1802 11.2153
200 204 202 48 8.4080 0.3120 8.5627 12.4097
205 209 207 50 8.7994 0.3246 8.9604 12.0515
210 214 212 74 9.2069 0.3383 9.3746 12.7211
215 219 217 32 9.6316 0.3533 9.8067 9.8101
220 224 222 14 10.0752 0.3696 10.2583 7.1402
225 229 227 8 10.5394 0.3875 10.7313 5.3661
230 234 232 3 11.0262 0.4072 11.2277 2.6977
235 239 237 0 11.5379 0.4291 11.7501 0.0000
240 244 242 0 12.0772 0.4534 12.3013 0.0000
245 249 247 0 12.6472 0.4807 12.8847 0.0000
250 254 252 0 13.2517 0.5114 13.5042 0.0000

Keterangan : 00.020
Ln((C(L1,L2)/∆t)

a (intercept) = 61.80 00.015


b (slope) = -5.28
00.010
R2 (koefisien determinasi) = 0.99
M (mortalitas alami) = 0.17 00.005
F (mortalitas penangkapan) = 5.28 00.000
Z (mortalitas total) = 5.11 00.00000.00500.01000.01500.020
E (laju eksploitasi) = 0.97 t(L1/L2)/2
93

Lampiran 35 (Lanjutan)
3. Gabungan

Selang Selang Nilai


C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
95 99 97 4 1.8429 0.1259 1.9056 11.0146
100 104 102 9 2.0006 0.1287 2.0647 17.0732
105 109 107 21 2.1618 0.1317 2.2274 23.1242
110 114 112 19 2.3268 0.1348 2.3939 21.8487
115 119 117 20 2.4957 0.1380 2.5643 21.7051
120 124 122 23 2.6686 0.1414 2.7390 22.1690
125 129 127 16 2.8458 0.1450 2.9180 19.1179
130 134 132 20 3.0276 0.1488 3.1016 20.1323
135 139 137 7 3.2141 0.1528 3.2901 12.7366
140 144 142 5 3.4056 0.1570 3.4836 10.2526
145 149 147 4 3.6023 0.1614 3.6826 8.5885
150 154 152 9 3.8047 0.1661 3.8873 13.2279
155 159 157 9 4.0129 0.1711 4.0980 12.8434
160 164 162 18 4.2274 0.1764 4.3151 16.3892
165 169 167 36 4.4486 0.1820 4.5390 19.6924
170 174 172 56 4.6768 0.1880 4.7701 21.4159
175 179 177 25 4.9125 0.1944 5.0090 16.5619
180 184 182 12 5.1563 0.2012 5.2562 12.3506
185 189 187 13 5.4087 0.2085 5.5122 12.2995
190 194 192 36 5.6703 0.2164 5.7777 16.5566
195 199 197 52 5.9419 0.2250 6.0535 17.5640
200 204 202 88 6.2242 0.2342 6.3404 19.1190
205 209 207 100 6.5182 0.2442 6.6392 18.8589
210 214 212 127 6.8248 0.2551 6.9512 18.9899
215 219 217 51 7.1451 0.2670 7.2773 14.7252
220 224 222 29 7.4804 0.2801 7.6191 12.0216
225 229 227 12 7.8323 0.2945 7.9781 8.4364
230 234 232 5 8.2024 0.3106 8.3560 5.1825
235 239 237 0 8.5928 0.3284 8.7551 0.0000
240 244 242 0 9.0057 0.3484 9.1778 0.0000
245 249 247 0 9.4440 0.3711 9.6271 0.0000
250 254 252 0 9.9109 0.3968 10.1065 0.0000
255 259 257 1 10.4105 0.4265 10.6205 0.0000
260 264 262 1 10.9477 0.4609 11.1744 0.0000

Keterangan :
a (intercept) = 85.50 00.025
Ln((C(L1,L2)/∆t)

b (slope) = -9.64 00.020


R2 (koefisien determinasi) = 0.99 00.015
00.010
M (mortalitas alami) = 0.22
00.005
F (mortalitas penangkapan) = 9.64 00.000
Z (mortalitas total) = 9.43 00.000 00.005 00.010 00.015
E (laju eksploitasi) = 0.98 t(L1/L2)/2
94

Lampiran 36 Mortalitas ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)


betina, jantan, dan gabungan
1. Betina
Selang Selang Nilai
C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
95 99 97 0 1.6872 0.1143 1.7440 0.0000
100 104 102 1 1.8305 0.1176 1.8889 0.0000
105 109 107 1 1.9779 0.1212 2.0382 0.0000
110 114 112 1 2.1299 0.1250 2.1920 0.0000
115 119 117 0 2.2866 0.1290 2.3507 0.0000
120 124 122 0 2.4484 0.1333 2.5146 0.0000
125 129 127 0 2.6156 0.1379 2.6841 0.0000
130 134 132 0 2.7886 0.1428 2.8595 0.0000
135 139 137 0 2.9677 0.1481 3.0412 0.0000
140 144 142 0 3.1536 0.1538 3.2299 0.0000
145 149 147 0 3.3466 0.1600 3.4259 0.0000
150 154 152 2 3.5473 0.1666 3.6300 4.1600
155 159 157 0 3.7565 0.1739 3.8427 0.0000
160 164 162 4 3.9748 0.1818 4.0648 7.6268
165 169 167 8 4.2031 0.1904 4.2974 10.9202
170 174 172 9 4.4422 0.1999 4.5412 10.9894
175 179 177 6 4.6934 0.2105 4.7976 8.5135
180 184 182 9 4.9579 0.2222 5.0678 9.8906
185 189 187 7 5.2372 0.2352 5.3534 8.2728
190 194 192 14 5.5330 0.2499 5.6564 10.5597
195 199 197 20 5.8474 0.2666 5.9789 11.2378
200 204 202 22 6.1829 0.2856 6.3237 10.8224
205 209 207 16 6.5425 0.3076 6.6940 9.0140
210 214 212 19 6.9301 0.3332 7.0939 8.8364
215 219 217 20 7.3502 0.3635 7.5286 8.2411
220 224 222 32 7.8088 0.3999 8.0048 8.6672
225 229 227 17 8.3139 0.4443 8.5311 6.3766
230 234 232 26 8.8757 0.4999 9.1194 6.5178
235 239 237 9 9.5088 0.5713 9.7863 3.8457
240 244 242 2 10.2338 0.6667 10.5560 1.0397
245 249 247 4 11.0820 0.8003 11.4662 1.7322
250 254 252 2 12.1042 1.0012 12.5798 0.6923
255 259 257 1 13.3905 1.3374 14.0146 0.0000
Keterangan :
00.012
Ln((C(L1,L2)/∆t)

a (intercept) = 31.25 00.010


b (slope) = -2.82 00.008
R2 (koefisien determinasi) = 0.95 00.006
M (mortalitas alami) = 0.29 00.004
F (mortalitas penangkapan) = 2.54 00.002
Z (mortalitas total) = 2.82 00.000
00.000 00.005 00.010 00.015
E (laju eksploitasi) = 0.90
t(L1/L2)/2
95

Lampiran 36 (Lanjutan)
2. Jantan
Selang Selang Nilai
C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
95 99 97 1 1.6420 0.1111 1.6973 0.0000
100 104 102 8 1.7813 0.1142 1.8381 18.2155
105 109 107 1 1.9244 0.1173 1.9827 0.0000
110 114 112 7 2.0715 0.1207 2.1315 16.1214
115 119 117 0 2.2228 0.1243 2.2846 0.0000
120 124 122 2 2.3786 0.1280 2.4422 5.4133
125 129 127 0 2.5392 0.1321 2.6048 0.0000
130 134 132 0 2.7048 0.1363 2.7725 0.0000
135 139 137 1 2.8757 0.1409 2.9457 0.0000
140 144 142 2 3.0525 0.1458 3.1248 4.7548
145 149 147 1 3.2353 0.1510 3.3103 0.0000
150 154 152 5 3.4248 0.1566 3.5025 10.2757
155 159 157 13 3.6213 0.1627 3.7020 15.7671
160 164 162 33 3.8254 0.1692 3.9094 20.6631
165 169 167 29 4.0378 0.1763 4.1252 19.0997
170 174 172 41 4.2591 0.1840 4.3503 20.1817
175 179 177 22 4.4902 0.1924 4.5855 16.0643
180 184 182 22 4.7318 0.2016 4.8317 15.3301
185 189 187 16 4.9851 0.2118 5.0899 13.0922
190 194 192 24 5.2512 0.2230 5.3615 14.2519
195 199 197 23 5.5314 0.2355 5.6478 13.3162
200 204 202 36 5.8274 0.2494 5.9506 14.3677
205 209 207 33 6.1411 0.2651 6.2720 13.1883
210 214 212 49 6.4746 0.2829 6.6142 13.7548
215 219 217 47 6.8307 0.3033 6.9802 12.6929
220 224 222 48 7.2127 0.3269 7.3736 11.8426
225 229 227 33 7.6246 0.3544 7.7988 9.8656
230 234 232 18 8.0715 0.3870 8.2614 7.4686
235 239 237 8 8.5598 0.4262 8.7686 0.0000
240 244 242 10 9.0982 0.4742 9.3300 0.0000
245 249 247 4 9.6980 0.5345 9.9584 0.0000
250 254 252 2 10.3750 0.6123 10.6722 0.0000
255 259 257 0 11.1521 0.7166 11.4982 0.0000

Keterangan :
00.025
Ln((C(L1,L2)/∆t)

a (intercept) =36.96
00.020
b (slope) = -2.75
00.015
R2 (koefisien determinasi) = 0.87
00.010
M (mortalitas alami) = 0.21
00.005
F (mortalitas penangkapan) = 2.53
Z (mortalitas total) = 2.75 00.000
00.000 00.005 00.010 00.015
E (laju eksploitasi) = 0.92
t(L1/L2)/2
96

Lampiran 36 (Lanjutan)
3. Gabungan
Selang Selang Nilai
C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
Kelas Kelas tengah t(L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
Bawah Atas (Xi)
95 99 97 1 0.5058 0.0338 0.5226 0.0000
100 104 102 9 0.5482 0.0348 0.5655 63.1109
105 109 107 2 0.5918 0.0359 0.6097 19.3287
110 114 112 8 0.6368 0.0370 0.6552 56.2446
115 119 117 0 0.6832 0.0382 0.7021 0.0000
120 124 122 2 0.7310 0.0394 0.7506 17.5871
125 129 127 0 0.7804 0.0408 0.8007 0.0000
130 134 132 0 0.8316 0.0422 0.8525 0.0000
135 139 137 1 0.8845 0.0437 0.9062 0.0000
140 144 142 2 0.9394 0.0454 0.9619 15.2649
145 149 147 1 0.9964 0.0472 1.0198 0.0000
150 154 152 7 1.0556 0.0491 1.0800 39.5944
155 159 157 13 1.1173 0.0513 1.1427 50.0419
160 164 162 37 1.1816 0.0536 1.2082 67.4242
165 169 167 37 1.2489 0.0561 1.2767 64.3998
170 174 172 50 1.3193 0.0588 1.3484 66.4932
175 179 177 28 1.3932 0.0619 1.4239 53.8468
180 184 182 31 1.4710 0.0653 1.5033 52.6152
185 189 187 23 1.5530 0.0690 1.5872 45.4153
190 194 192 38 1.6398 0.0733 1.6760 49.6406
195 199 197 43 1.7320 0.0781 1.7705 48.1769
200 204 202 58 1.8303 0.0835 1.8714 48.6084
205 209 207 49 1.9354 0.0898 1.9797 43.3295
210 214 212 68 2.0486 0.0971 2.0963 43.4428
215 219 217 67 2.1710 0.1057 2.2229 39.7675
220 224 222 80 2.3044 0.1160 2.3613 37.7730
225 229 227 50 2.4509 0.1285 2.5137 30.4435
230 234 232 44 2.6133 0.1440 2.6836 26.2772
235 239 237 17 2.7956 0.1638 2.8752 0.0000
240 244 242 12 3.0033 0.1899 3.0952 0.0000
245 249 247 8 3.2446 0.2258 3.3533 0.0000
250 254 252 4 3.5327 0.2786 3.6655 0.0000
255 259 257 1 3.8899 0.3639 4.0608 0.0000

Keterangan :
00.080
a (intercept) =23.57
Ln((C(L1,L2)/∆t)

b (slope) = -2.04 00.060


R2 (koefisien determinasi) = 0.62 00.040
M (mortalitas alami) = 0.31 00.020
F (mortalitas penangkapan) = 2.04
00.000
Z (mortalitas total) = 1.74 00.000 00.002 00.004 00.006
E (laju eksploitasi) = 0.85 t(L1/L2)/2
97

Lampiran 37 Model produksi surplus genus Rastrelliger spp.

1. Standarisasi alat tangkap genus Rastrelliger spp.

Pukat Pantai Jaring insang


Payang Dogol Pukat Cincin
Tahun (Arad) hanyut
C E C E C E C E C E
2003 107.10 11,372 0.00 18,850 0.00 0 695.20 4,571 665.50 14,959
2004 165.00 14,287 0.00 14,287 0.00 7,497 662.70 4,331 651.80 14,272
2005 275.10 12,925 0.00 11,984 0.00 15,856 667.50 4,745 501.20 9,551
2006 344.20 11,935 0.00 12,985 0.00 16,340 526.00 4,357 0.00 11,272
2007 305.80 11,766 0.00 13,148 0.00 16,701 526.40 4,683 0.00 10,106
2008 275.60 13,826 0.00 15,103 2.60 18,914 460.50 5,922 0.00 10,511
2009 291.59 16,806 33.80 15,206 2.72 20,155 298.26 6,370 9.57 10,663
2010 279.46 18,769 36.90 15,665 2.81 17,257 228.70 5,427 8.96 11,747
2011 258.06 19,310 114.40 16,182 1.96 18,070 263.98 6,597 61.99 11,549
2012 314.19 19,854 118.47 16,810 0.00 17,460 331.07 7,767 68.69 12,489
2013 330.56 19,290 103.78 16,793 1.80 16,964 272.80 7,653 52.51 12,176
2014 352.08 19,290 108.49 16,793 0.00 16,964 292.35 7,653 55.28 12,176

Jaring insang
Tahun tetap Bagan Rakit Bagan Tancap Pancing
C E C E C E C E
2003 51.10 19,849 40.60 20,693 0.00 18,963 477.50 21,090
2004 59.90 20,797 45.90 20,910 0.00 20,697 476.90 20,277
2005 76.80 15,070 15.40 32,178 0.00 35,327 467.10 29,415
2006 352.70 13,797 193.40 22,910 203.50 24,697 283.30 28,760
2007 373.80 14,422 192.30 22,018 144.70 20,866 370.50 29,894
2008 362.40 14,715 163.30 30,647 139.30 22,099 372.20 31,628
2009 370.95 14,022 156.51 25,597 137.39 20,082 353.48 30,256
2010 373.22 15,673 152.66 24,884 124.27 19,476 348.20 33,996
2011 274.11 15,942 199.57 25,417 115.23 21,217 258.90 32,161
2012 329.07 17,352 240.85 28,710 95.68 20,570 218.18 33,247
2013 332.27 17,952 272.83 28,260 93.67 21,072 225.29 31,618
2014 408.00 17,952 222.89 28,260 156.42 21,072 158.77 31,618
98

Lampiran 37 (Lanjutan)
2. Fishing Power Index (FPI)
Alat Tangkap C E CPUE FPI
Payang 3 298.74 189,430 0.02 0.23
Dogol 515.84 183,806 0.00 0.04
Pukat Pantai (Arad) 11.89 182,178 0.00 0.00
Pukat Cincin 5 225.46 70,076 0.07 1.00
Jaring Insang Hanyut 2 075.50 141,471 0.01 0.20
Jaring Insang Tetap 3 364.32 197,543 0.02 0.23
Bagan Rakit 1 896.21 310,484 0.01 0.08
Bagan Tancap 1 210.16 266,138 0.00 0.06
Pancing 4 010.32 353,960 0.01 0.15

3. Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan genus Rastrelliger spp.


Hasil tangkapan Upaya (F) Ln
Tahun CPUE
(C) (ton) (trip) CPUE
2003 2 037.0 21 468 0.0949 -2.3551
2004 2 062.2 21 825 0.0945 -2.3593
2005 2 003.1 22 808 0.0878 -2.4324
2006 1 903.1 20 768 0.0916 -2.3899
2007 1 913.5 20 840 0.0918 -2.3879
2008 1 775.9 23 828 0.0745 -2.5965
2009 1 654.3 24 103 0.0686 -2.6790
2010 1 555.2 24 697 0.0630 -2.7651
2011 1 548.2 25 907 0.0598 -2.8174
2012 1 716.2 28 129 0.0610 -2.7967
2013 1 685.5 27 704 0.0608 -2.7995
2014 1 754.3 27 704 0.0633 -2.7595

Hasil tangkapan (C) (ton)


TAHUN
Kb. Lelaki (55%) Kembung (25%) Kb. Perempuan (20%)
2003 1 120 509 407
2004 1 134 516 412
2005 1 102 501 401
2006 1 047 476 381
2007 1 052 478 383
2008 977 444 355
2009 910 414 331
2010 855 389 311
2011 852 387 310
2012 944 429 343
2013 927 421 337
2014 965 439 351
99

Lampiran 37 (Lanjutan)
4. Hasil regresi dengan pendekatan model Schaefer dan Fox genus Rastrelliger
spp.
Schaefer Fox
a (Intercept) 0.1971 -0.9978
b (slope) 0.0000 -0.0001
2
R 0.8396 0.8484
fMSY (trip) 19 648.3730 15 120.7077
MSY (ton) 1 936.2746 2 050.8153
Potensi Lestari (ton) 1 742.6472 1 845.7338
Total Allowable Catch (ton) 1 549.0197 1 640.6523

 Karena hasil koef. Determinasi (R2) model Schafer > model Fox, sehingga
model Schaefer yang digunakan dalam penelitian ini.

Kembung Kembung Kembung


Lelaki Perempuan
a -1.5957 -2.3841 -2.6073
b 0.0001 0.0001 0.0001
R2 0.8484 0.8484 0.8484
MSY (ton) 1128 513 410
FMSY (ton) 15 121 15 121 15 121
Potensi Lestari (ton) 1015 461 369
Total Allowable Catch (ton) 902 410 328

Lampiran 38 Analisis ketergantungan antar spesies (kajian multispesies genus


Rastrelliger spp.)

Kembung Kembung
Parameter Kembung
Lelaki perempuan
K (daya dukung) -28550 -152279 -30728
q (koef. kemampuan alat tangkap) 0.00008351 0.00001048 0.00008485
r (koef. pertumbuhan instrinsik) 0.00023465 0.00001971 0.00026074
X (rata-rata biomassa) 227 3988 179
E (rata-rata upaya) 24148 24148 24148
rx(1-(x/K) 0.05379909 0.08064760 0.04696769
Koef ketergantungan 0.0000000753 0.0000000889 0.0000011530
100

Lampiran 39 Index of Preponderance (IP) genus Rastrelliger spp. dalam


perhitungan tumpang tindih relung makanan
Kembung Kembung
Makanan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina Jantan
Annelida 0.03903 0.02530 0.00039 0.00025 0.00000 0.00000 0.00000
Bacillariophyceae 49.36794 65.21158 0.49368 0.65212 0.32194 0.24372 0.42526
Crustacea 30.36246 17.52974 0.30362 0.17530 0.05322 0.09219 0.03073
Cyanophyceae 15.46884 10.63153 0.15469 0.10632 0.01645 0.02393 0.01130
Dinophyceae 4.75516 6.59988 0.04755 0.06600 0.00314 0.00226 0.00436
Protozoa 0.00657 0.00196 0.00007 0.00002 0.00000 0.00000 0.00000
Total 100 100 1 1 0.39474 0.36210 0.47164
Kembung Kembung
Makanan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Lelaki Lelaki
Bacillariophyceae 98.0436 95.5661 0.9804 0.9557 0.9370 0.9613 0.9133
Cnidaria 0.0080 0.0909 0.0001 0.0009 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 0.0251 0.0304 0.0003 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Cyanophyceae 0.1691 0.2548 0.0017 0.0025 0.0000 0.0000 0.0000
Dinophyceae 0.9739 2.1428 0.0097 0.0214 0.0002 0.0001 0.0005
Nematoda 0.0645 0.0248 0.0006 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.4087 1.4635 0.0041 0.0146 0.0001 0.0000 0.0002
Rotifera 0.3070 0.4268 0.0031 0.0043 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100 100 1 1 0.9373 0.9614 0.9140
Kembung Kembung
Makanan Perempuan Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina Jantan
Annelida 0.0000 0.0408 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 91.9893 94.2438 0.9199 0.9424 0.8669 0.8462 0.8882
Cnidaria 0.0556 0.0530 0.0006 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 6.3358 2.6011 0.0634 0.0260 0.0016 0.0040 0.0007
Cyanophyceae 1.5399 1.7574 0.0154 0.0176 0.0003 0.0002 0.0003
Dinphyceae 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Nematoda 0.0000 0.2934 0.0000 0.0029 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0497 0.0324 0.0005 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0046 0.1960 0.0000 0.0020 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0251 0.1389 0.0003 0.0014 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.2197 0.0000 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.4231 0.0000 0.0042 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100 100 1 1 0.8689 0.8505 0.8892
101

Lampiran 39 (Lanjutan)
Kembung Kembung
Makanan Lelaki Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina Betina
Annelida 0.0390 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 49.3679 98.0436 0.4937 0.9804 0.4840 0.2437 0.9613
Cnidaria 0.0000 0.0080 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 30.3625 0.0251 0.3036 0.0003 0.0001 0.0922 0.0000
Cyanophyceae 15.4688 0.1691 0.1547 0.0017 0.0003 0.0239 0.0000
Dinophyceae 4.7552 0.9739 0.0476 0.0097 0.0005 0.0023 0.0001
Nematoda 0.0000 0.0645 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0066 0.4087 0.0001 0.0041 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.3070 0.0000 0.0031 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100 100 1 1 0.4848 0.3621 0.9614
Kembung Kembung
Makanan Lelaki Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Jantan Betina
Annelida 0.0253 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 65.2116 98.0436 0.6521 0.9804 0.6394 0.4253 0.9613
Cnidaria 0.0000 0.0080 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 17.5297 0.0251 0.1753 0.0003 0.0000 0.0307 0.0000
Cyanophyceae 10.6315 0.1691 0.1063 0.0017 0.0002 0.0113 0.0000
Dinophyceae 6.5999 0.9739 0.0660 0.0097 0.0006 0.0044 0.0001
Nematoda 0.0000 0.0645 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0020 0.4087 0.0000 0.0041 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.3070 0.0000 0.0031 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100 100 1 1 0.6402 0.4716 0.9614
Kembung
Kembung
Makanan Lelaki Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina
Jantan
Annelida 0.0390 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 49.3679 95.5661 0.4937 0.9557 0.4718 0.2437 0.9133
Cnidaria 0.0000 0.0909 0.0000 0.0009 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 30.3625 0.0304 0.3036 0.0003 0.0001 0.0922 0.0000
Cyanophyceae 15.4688 0.2548 0.1547 0.0025 0.0004 0.0239 0.0000
Dinophyceae 4.7552 2.1428 0.0476 0.0214 0.0010 0.0023 0.0005
Nematoda 0.0000 0.0248 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0066 1.4635 0.0001 0.0146 0.0000 0.0000 0.0002
Rotifera 0.0000 0.4268 0.0000 0.0043 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100 100 1 1 0.4733 0.3621 0.9140
102

Lampiran 39 (Lanjutan)
Kembung
Kembung
Makanan Lelaki Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Jantan
Jantan
Annelida 0.0253 0 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 65.2116 95.5661 0.6521 0.9557 0.6232 0.4253 0.9133
Cnidaria 0.0000 0.0909 0.0000 0.0009 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 17.5297 0.0304 0.1753 0.0003 0.0001 0.0307 0.0000
Cyanophyceae 10.6315 0.2548 0.1063 0.0025 0.0003 0.0113 0.0000
Dinophyceae 6.5999 2.1428 0.0660 0.0214 0.0014 0.0044 0.0005
Nematoda 0.0000 0.0248 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0020 1.4635 0.0000 0.0146 0.0000 0.0000 0.0002
Rotifera 0.0000 0.4268 0.0000 0.0043 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.6249 0.4716 0.9140
Kembung
Kembung
Makanan Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina
Betina
Annelida 0.0390 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 49.3679 91.9893 0.4937 0.9199 0.4541 0.2437 0.8462
Cnidaria 0.0000 0.0556 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 30.3625 6.3358 0.3036 0.0634 0.0192 0.0922 0.0040
Cyanophyceae 15.4688 1.5399 0.1547 0.0154 0.0024 0.0239 0.0002
Dinphyceae 4.7552 0.0000 0.0476 0.0000 0.0000 0.0023 0.0000
Nematoda 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0497 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.0046 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0066 0.0251 0.0001 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.4758 0.3621 0.8505
Kembung Kembung
Makanan Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Jantan Betina
Annelida 0.0253 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 65.2116 91.9893 0.6521 0.9199 0.5999 0.4253 0.8462
Cnidaria 0.0000 0.0556 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 17.5297 6.3358 0.1753 0.0634 0.0111 0.0307 0.0040
Cyanophyceae 10.6315 1.5399 0.1063 0.0154 0.0016 0.0113 0.0002
Dinphyceae 6.5999 0.0000 0.0660 0.0000 0.0000 0.0044 0.0000
Nematoda 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0497 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.0046 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0020 0.0251 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.6126 0.4716 0.8505
103

Lampiran 39 (Lanjutan)
Kembung Kembung
Makanan Lelaki Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina Betina
Annelida 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 98.0436 91.9893 0.9804 0.9199 0.9019 0.9613 0.8462
Cnidaria 0.0080 0.0556 0.0001 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 0.0251 6.3358 0.0003 0.0634 0.0000 0.0000 0.0040
Cyanophyceae 0.1691 1.5399 0.0017 0.0154 0.0000 0.0000 0.0002
Dinphyceae 0.9739 0.0000 0.0097 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000
Nematoda 0.0645 0.0000 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0497 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.0046 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.4087 0.0251 0.0041 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.3070 0.0000 0.0031 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.9019 0.9614 0.8505
Kembung Kembung
Makanan Lelaki Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Jantan Betina
Annelida 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 95.5661 91.9893 0.9557 0.9199 0.8791 0.9133 0.8462
Cnidaria 0.0909 0.0556 0.0009 0.0006 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 0.0304 6.3358 0.0003 0.0634 0.0000 0.0000 0.0040
Cyanophyceae 0.2548 1.5399 0.0025 0.0154 0.0000 0.0000 0.0002
Dinphyceae 2.1428 0.0000 0.0214 0.0000 0.0000 0.0005 0.0000
Nematoda 0.0248 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0497 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.0046 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 1.4635 0.0251 0.0146 0.0003 0.0000 0.0002 0.0000
Rotifera 0.4268 0.0000 0.0043 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.8792 0.9140 0.8505
Kembung
Kembung
Makanan Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina
Jantan
Annelida 0.0390 0.0408 0.0004 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 49.3679 94.2438 0.4937 0.9424 0.4653 0.2437 0.8882
Cnidaria 0.0000 0.0530 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 30.3625 2.6011 0.3036 0.0260 0.0079 0.0922 0.0007
Cyanophyceae 15.4688 1.7574 0.1547 0.0176 0.0027 0.0239 0.0003
Dinphyceae 4.7552 0.0004 0.0476 0.0000 0.0000 0.0023 0.0000
Nematoda 0.0000 0.2934 0.0000 0.0029 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0324 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.1960 0.0000 0.0020 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0066 0.1389 0.0001 0.0014 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.2197 0.0000 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.4231 0.0000 0.0042 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.4759 0.3621 0.8892
104

Lampiran 39 (Lanjutan)
Kembung
Kembung
Makanan Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Jantan
Jantan
Annelida 0.0253 0.0408 0.0003 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 65.2116 94.2438 0.6521 0.9424 0.6146 0.4253 0.8882
Cnidaria 0.0000 0.0530 0.0000 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 17.5297 2.6011 0.1753 0.0260 0.0046 0.0307 0.0007
Cyanophyceae 10.6315 1.7574 0.1063 0.0176 0.0019 0.0113 0.0003
Dinphyceae 6.5999 0.0004 0.0660 0.0000 0.0000 0.0044 0.0000
Nematoda 0.0000 0.2934 0.0000 0.0029 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0324 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.1960 0.0000 0.0020 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.0020 0.1389 0.0000 0.0014 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.0000 0.2197 0.0000 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.4231 0.0000 0.0042 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.6210 0.4716 0.8892
Kembung Kembung
Makanan Lelaki Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Betina Jantan
Annelida 0.0000 0.0408 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 98.0436 94.2438 0.9804 0.9424 0.9240 0.9613 0.8882
Cnidaria 0.0080 0.0530 0.0001 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 0.0251 2.6011 0.0003 0.0260 0.0000 0.0000 0.0007
Cyanophyceae 0.1691 1.7574 0.0017 0.0176 0.0000 0.0000 0.0003
Dinphyceae 0.9739 0.0004 0.0097 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000
Nematoda 0.0645 0.2934 0.0006 0.0029 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0324 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.1960 0.0000 0.0020 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 0.4087 0.1389 0.0041 0.0014 0.0000 0.0000 0.0000
Rotifera 0.3070 0.2197 0.0031 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.4231 0.0000 0.0042 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.9241 0.9614 0.8892
Kembung Kembung
Makanan Lelaki Perempuan Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2
Jantan Jantan
Annelida 0.0000 0.0408 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
Bacillariophyceae 95.5661 94.2438 0.9557 0.9424 0.9007 0.9133 0.8882
Cnidaria 0.0909 0.0530 0.0009 0.0005 0.0000 0.0000 0.0000
Crustacea 0.0304 2.6011 0.0003 0.0260 0.0000 0.0000 0.0007
Cyanophyceae 0.2548 1.7574 0.0025 0.0176 0.0000 0.0000 0.0003
Dinphyceae 2.1428 0.0004 0.0214 0.0000 0.0000 0.0005 0.0000
Nematoda 0.0248 0.2934 0.0002 0.0029 0.0000 0.0000 0.0000
Pisces 0.0000 0.0324 0.0000 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000
Platyhelminthes 0.0000 0.1960 0.0000 0.0020 0.0000 0.0000 0.0000
Protozoa 1.4635 0.1389 0.0146 0.0014 0.0000 0.0002 0.0000
Rotifera 0.4268 0.2197 0.0043 0.0022 0.0000 0.0000 0.0000
Sipunculidea 0.0000 0.4231 0.0000 0.0042 0.0000 0.0000 0.0000
Total 100.0000 100.0000 1.0000 1.0000 0.9007 0.9140 0.8892
105

Lampiran 40 Hasil Identifikasi multispesies ikan di LIPI


106

Lampiran 41 Morfologi ikan dalam genus Rastrelliger spp. menurut Collete &
Nauen (1983)
Parameter Kembung Kembung Lelaki Kembung Perempuan
(R. faughni) (R. kanagurta) (R. brachysoma)
Bentuk Ramping, panjang Jorong (bulat) Sangat jorong
tubuh kepala lebih tinggi memanjang
dari kepala
Warna Warna perut silver Keemasan pada Sirip dorsal
kekuningan. saat segar. Bintik kekuningan dengan
Terdapat 2-6 bintik hitam di sekitar pinggiran hitam. Sirip
hitam di dasar sirip sirip pectoral.Sirip dorsal & pelvic
dorsal pertama dan caudal dan kehitam-hitaman.
terlihat dr atas. pectoral berwarna Sirip lainnya
Terdapat 2 garis kuning. Sirip kekuningan
tingkatan lateral dorsal kuning dg
line. Black blotch bintik hitam. Sirip
dibelakang dasar lainnya kehitam-
sirip pectoral. Garis hitaman.
tepi sirip dorsal dan
pectoral berwarna
hitam.
Gillracker Tidak terlihat Sangat panjang Sangat panjang dan
ketika mulut dan terlihat ketika terlihat ketika mulut
terbuka, berjumlah mulut terbuka, terbuka, berjumlah
21-26 di bawah gill berjumlah 30-46 30-48 di bawah gill
arch pertama. di bawah gill arch arch pertama. Jumlah
Jumlah bristles pertama. Jumlah bristles pada
(bulu) pada bristles pada gillracker mencapai
gillracker sedikit gillracker 150 pada satu sisi
hanya mencapai mencapai105 (ukuran 127 mm),
30-55 pada satu (ukuran 127 mm), 210 (ukuran 160
sisi. 140 (ukuran 160 mm), 240 ( ukuran
mm), 160 (ukuran 190 mm FL)
19 FL)
Usus Pendek, lebih kecil Sangat panjang, Panjang ususnya
atau sama dengan 3.2-3.6 kali FL. mencapai 1.4-1.8
panjang cagaknya kalinya FL.
(FL)
107

Lampiran 42 Dokumentasi Penelitian

Ikan kembung Ikan kembung lelaki

Ikan kembung perempuan Pengukuran bobot ikan

UPT-Labuan (pengambilan data) Wawancara Nelayan

Pembedahan ikan Gonad ikan betina


108

Lampiran 42 (Lanjutan)

Gonad ikan jantan Gonad ikan betina dan jantan

Melaut bersama nelayan Kapal Purse Seine Inka Mina

Jaring Purse Seine Lampu untuk mengumpulkan ikan

Pengamatan gonad dan isi lambung ikan


109

Lampiran 42 (Lanjutan)

Kapal Sri Gampang yang merupakan Kapal Obor dan sering disebut dengan anak
kapal purse seine. Kapal Sri Gampang ini yang kami gunakan untuk melaut
memastikan penangkapan multispsesies kembung berasal dari Perairan Selat
Sunda.

Tracking penangkapan multi spesies kembung bersama kapal Purse Seine di


Perairan Selat Sunda
110

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, 14 Juli 1992 sebagai putri kedua dari dua
bersaudara pasangan Bapak A.Joko Susbiyanto SPd dan Ibu Suci Mulyati SPdSD.
Penulis telah menempuh pendidikan di SDN 3 Panusupan-Cilongok (1997-2003),
selanjutnya pendidikan menengah pertama di SMP N 4 Purwokerto (2003-2006),
dan SMA N 5 Purwokerto jurusan IPA (2006-2009). Selanjutnya lulus SNMPTN
mengambil konsentrasi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) (2009-
2013). Penulis memiliki kesempatan melanjutkan studi pada program Pasca-
sarjana Institut Pertanian Bogor, Prodi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP)
tahun 2014. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan konservasi mangrove
dalam komunitas MUCRONATA UNSOED dan kegiatan nyata berbagi dalam
Komunitas Kongkrit IPB. Dengan penelitian ini, penulis pernah menjadi
pemakalah dalam Seminar Nasional Ikan ke 9 Masyarakat Ikhtiologi Indonesia
tahun 2016 di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dengan judul “Hubungan
Faktor Kondisi, Panjang Bobot, dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan
Kembung dan Kembung Lelaki di Perairan Selat Sunda”. Kemudian Seminar
Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2016 Universitas
Gadjah Mada di Departemen Perikanan UGM dengan judul “Status Stok Genus
Rastrelliger di Perairan Selat Sunda”. Publikasi bagian dari tesis pada jurnal
Ilmu Teknologi Kelautan Tropis “Kebiasaan Makanan Genus Rastrelliger spp.
di Perairan Selat Sunda”.

Anda mungkin juga menyukai