Pengetahuan Lokal
Masyarakat Tentang
Keberadaan Kepiting
Tapal Kuda di Pesisir
Kabupaten Buol
Perencanaan Pembangunan Perikanan
Oleh : Armansya
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Kepiting tapal kuda atau biasa juga disebut ketam tapak kuda
(Tachypleus gigas), merupakan satwa laut yang masih diburu saat ini,
memiliki ekor panjang, sepintas mirip perpaduan pari dan kepiting,
masuk Filum Arthropoda.
Banyak diburu karena memiliki darah biru untuk dijadikan obat dalam
dunia farmasi, Biasanya, kepiting tapal kuda tertangkap jaring nelayan.
Sebagian melepaskan kembali ke laut, namun ada juga yang
mengambilnya dan kemudian dikeringkan untuk dijadikan sebagai
hiasan dinding rumah.
Masuk dalam Daftar Merah IUCN dengan kategori endangered (EN)
atau terancam punah yaitu populasi spesies yang berada dalam risiko
kepunahan sedangkan konservasi CITES Kepiting Tapal Kuda masuk
dalam Appendix II artinya daftar spesies yang tidak terancam kepunahan
Kepiting tapalkuda masuk dalam hewan yang dilindungi yang tetruang pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan
satwa yang dilindungi.
D. Hipotesis
Massyarakat lokasi penelitian sebagian besar telah mengetahui keberadaan
Kepiting Tapal Kuda
E. Metodologi
Pengambilan data bulan September tahun 2024 di Dua (2) Desa
Palae dan desa Palele Barat
Penentuan stasiun penelitian berdasarkan dari informasi awal
penelitian yaitu daerah yang di temukan kepiting tapal kuda
berdasarkan informasi pengawas perikanan Kabupaten Buol
Responden yang dipilih berdasarkan latar belakang jenis kelamin,
tingkat usia dan pekerjaan dengan tujuan membatasi pengetahuan
dan pengalaman kepiting tapal kuda di lokasi penelitian
Jumlah minimal responden 20 – 30 Orang jumlah berbeda-beda pada
masing-masing lokasi tergantung ketersediaan responden
pengumpulan data menggunakan metode wawancara berbasis
kuesioner dan pengamatan langsung habitat kepiting tapal kuda
Verifikaksi tempat sebaran kepiting tapal kuda oleh responden dilakukan
dengan meminta responden untuk menunjukkan lokasi yang pernah
melihat sepasang kepiting tapal kuda kawin, juvenil, serta telur kepiting
tapal kuda dan juga melakukan validasi dengan pengamatan langsung
yang di lakukan di lapangan
bertujuan untuk menyelidiki bagaimana kepiting tapal kuda ini merespons lampu
LED hijau, dengan fokus pada pola perilaku dan reaksi terhadap stimulus cahaya
Hasil penelitian yaitu mengidentifikasi ada 7 garis keturunan yang berbeda secara
demografis di seluruh rentang geografis populasi kepiting tapal kuda Amerika,
6 oleh Adietya Ramadhan Hidayattullah, Fauziyah, dan Fitri Agustriani pada tahun
2021 yang berjudul Pemetaan Lokasi Horseshoe Crabs Sebagai Primitive Animal
Di Perairan Pesisir Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
lokasi penelitian dilakukan di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis Belangkas, menganalisis kondisi
lingkungan, dan memetakan lokasi distribusi Belangkas di perairan pesisir
Banyuasin, Sumatera Selatan
Metode morfologi diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, bentuk telson, warna,
dan duri ophistoma, data parameter lingkungan seperti suhu, DO, pH, salinitas, dan
kecerahan diambil secara in situ dengan pengulangan 3 kali, pengolahan pemetaan
lokasi berupa peta diolah menggunakan software ArcGIS dengan data shapefile
Indonesia tahun 2018 dan sistem koordinat WGS 1984
Hasil penelitian yaitu Jenis yang dapat diidentifikasi adalah Tachypleus gigas dan
Corcinoscorpius rotundicauda. Jenis C. rotundicauda lebih banyak ditemukan
dibandingkan T. gigas
Ditulis oleh Sumindar Tri Muryanto dan Sukamto pada tahun 2020 yang berjudul
7
Sungai Pamali dan sungai Polang di estuari Pantai Utara Kabupaten Brebes
Provinsi Jawa Tengah
Penelitian dilakukan di Sungai Pamali dan sungai Polang di estuari Pantai Utara
Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami karakteristik reproduksi dari
mimi (Tachypleus gigas) dan jumlah telur yang dihasilkan (fekunditas)
Metode: Pengamatan Sampel Telur meliputi Pengukuran panjang total, panjang
standar, bobot, tingkat kematangan gonad, sampel dibedah untuk mengambil alat
pencernaan dan gonad, penyimpanan sampel telur dalam larutan formalin 5%
untuk diawetkan, Analisis Data dengan cara Penghitungan fekunditas telur
menggunakan rumus Nikolsky, dicatat pada blanko pengamatan dan diinput ke
program Excel untuk analisis lebih lanjut
tingkat kematangan gonad betina mimi yang ditemukan pada TKG IV
menunjukkan bahwa mimi betina sudah siap memijah dengan diameter telur
berkisar 1,25 - 4,33 mm dan fekunditas telur mimi berkisar antara 10 hingga 8495
butir
8 Ditulis oleh B. Akbar John, B. R. Nelson, Hassan I. Sheikh, S. G. Cheung,
Yusli Wardiatno4, Bisnu Prasad Dash, Keiji Tsuchiya, Yumiko Iwasaki, dan
Siddhartha Pati pada tahun 2018 yang berjudul A review on fsheries and conservation
status of Asian horseshoe crabs
merupakan artikel review Pengambilan data dan meta-analisis dilakukan dengan
penerapan pencarian terperinci di database elektronik seperti SCOPUS, PubMed,
ProQuest, ERDG (situs web eksklusif tentang kepiting tapal kuda)
Bertujuan untuk memahami kondisi populasi, kerentanan, dan perlindungan yang
diperlukan untuk spesies kepiting belang di Asia
Hasil penelitian menujjukan kepiting tapal kuda Asia menghadapi ancaman serius
terhadap populasinya di alam liar akibat penangkapan yang tidak berkelanjutan untuk
konsumsi manusia dan praktik pendarahan biomedis. Selain itu, degradasi habitat,
pengembangan garis pantai dan/atau klaim lahan, pembangunan tembok laut di
seluruh tempat pemijahan dan hilangnya habitat bakau pesisir di sepanjang tempat
bersarang dapat secara langsung mempengaruhi keberhasilan pemijahan ketiga
spesies kepiting tapal kuda Asia
9 ditulis oleh Erwyansyah, Yusli Wardiatno, Rahmat Kurnia, dan Nurlisa Alias Butet
pada tahun 2018 yang berjudul Kepastian Taksonomi Dan Sebaran Belangkas
(Tachypleus Tridentatus) Leach 1819 Di Perairan Balikpapan Timur
Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga Maret 2018 di perairan Kota
Balikpapan demgan tujuan Menentukan kepastian taksonomi T. tridentatus melalui
analisis genetik fragmen gen
Metode penelitian yaitu dengan Menganalisis pola sebaran, populasi dan
morfometri, Cara Pengambilan Sampel: Kepiting dikumpulkan dengan
menggunakan alat tangkap lokal, seperti alat tangkap pukat (dogol) dan jaring
insang, di wilayah Teritip dan Manggar pada jarak 1 dan 2 mil dari garis pantai
Secara genetis mengkonfirmasi keberadaan T. tridentatus di perairan Balikpapan
Timur berdasarkan analisis gen CO1. Analisis genetik ini memberikan kepastian
taksonomi bagi spesies tersebut, dan individu T. tridentatus dewasa sebagian besar
ditemukan pada kedalaman lebih dari 5 meter di perairan Balikpapan Timur antara
bulan Januari dan Maret. Pola sebaran spesiesnya acak, dengan kelimpahan lebih
tinggi pada fase bulan kuartal ketiga
Ditulis oleh Vikash Kumar, Suvra Roy, AK Sahoo dan Vikas Kumar pada tahun
10
2016 yang berjudul Horseshoe crabs: biomedical importance and its potential use in
developing health-care products yang merupakan Artikel review di Lembaga
Penelitian Perikanan Darat Tengah, Barrackpore, India yang bertujuan untuk melihat
potensi kepiting tapal kuda dalam produk layanan kesehatan.
Kepiting tapal kuda yang darahnya berwarna biru cerah mengandung sel darah
amebosit yang membawa protein bernama koagulogen yang berperan penting
dalam pembekuan darah dan menjebak bakteri bila bersentuhan dengan bakteri
asing. Mekanisme pembekuan darah dan jebakan bakteri asing menarik perhatian
banyak peneliti dan banyak produk kesehatan sedang dikembangkan seperti
obatobatan farmasi dll dalam pengobatan manusia
11 Penelitian ditulis oleh Armansya pada tahun 2024
Berjudul Distribusi Ekologi dan Pengetahuan Lokal Masyarakat Tentang
Keberadaan Kepiting Tapal Kuda di Pesisir Kabupaten Buol
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kabupateb Buol Provinsi Sulawesi
Tengah
Bertujuan untuk memberikan data sebaran kepiting tapal kuda di sepanjang
pesisir di Kabupaten Buol dan menilai tingkat pemahaman masyarakat setempat
mengenai keberadaan kepiting tapal kuda. Selain itu juga mengidentifikasi
potensi tempat berkembang biak dan mengkaji pemanfaatan kepiting tapal kuda
oleh masyarakat setempat
Metode yang digunakan yaitu melakukan pengamatan langsung lokasi ditemukan
Kepiting tapal kuda dan menggunakan Kuisioner untuk melihat tingkat
pemahaman masyarakat lokasi ditemukannya kepiting tapal kuda.
Perbedaan dari penelitian terdahulu yaitu : Lokasi penelitian yang berbeda dan
mengkaji tingkat pemahaman dan pemenfaatan kepiting tapal kuda di lokasi
penelitian
E. Peneliti Terdahulu