Anda di halaman 1dari 13

0

JURNAL

MORFOMETRIK, MERISTIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN TOMAN


(Channa micropeltes Cuvier, 1831) DI WADUK PLTA KOTO PANJANG
DESA PULAU GADANG KECAMATAN XII KOTO KAMPAR
KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU.

OLEH
ELI YANA SIREGAR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
1

Morfometrik, Meristik Dan Pola Pertumbuhan Ikan Toman (Channa


Micropeltes Cuvier, 1831) Di Waduk PLTA Koto Panjang Desa Pulau Gadang
kecamatan XII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Oleh :

Eli Yana Siregar 1) Ridwan Manda Putra 2) Eddiwan 2)


Email: eliyana.siregar@student.unri.ac.id

Abstract

Ikan Toman (Channa micropeltes Curvier, 1831) merupakan salah satu jenis
ikan yang banyak ditemukan di Waduk PLTA Koto Panjang. Ikan ini termasuk
kedalam family Channidae, dan merupakan jenis ikan terbesar dari genus channa.
Perubahan kondisi air di Waduk PLTA Koto Panjang dapat mempengaruhi kondisi
organisme yang ada di perairan. Ketersediaan makanan di perairan akan berpengaruh
terhadap karakteristik morfometrik, meristik dan pola pertumbuhan ikan
toman.Untuk mengetahui morfometrik, meristik dan pola petumbuhan dari ikan
toman (Channa micropeltes). dilakukan penelitian pada bulan April-Mai 2019 ikan
toaman ditangkap menggunakan bubu dan pancing tajur. Sampel ikan yang
tertangkap berjumlah 100 ikan 51 jantan dan 49 betina. panjang total dan berat badan
ikan selama penelitian ini, ditemukan kisaran panjang total antara 110-550 mm dan
berat badan 18-1600 gr berbentuk allometrik negatif, karakter meristik ikan toman
diketahui bahwa pada ikan tersebut terdapat jari-jari lemah dan jari-jari lemah
mengeras. Didapatkan jari-jari sirip masing-masing berjumlah
D.43-44.2, P.15-16, V.6-8, A.26-28.2, C.14-16. Sisik didepan sirip punggung 15-25,
sisik di sekeliling badan 40-44 baris, sisik di batang ekor 14-18 baris, dan jumlah
sisik di gurat sisi 88-95. Ikan toman memiliki bentuk sisik ctenoid.

Kata Kunci : Ikan toman (Channa micropeltes Curvier, 1831), Perairan Waduk
PLTA Koto Panjang.
1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2

Morfometrik, Meristik Dan Pola Pertumbuhan Ikan Toman


(Channa micropeltes Cuvier, 1831) Di Waduk Plta Koto Panjang Desa Pulau
Gadang Kecamatan Xii Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

By:

Eli Yana Siregar 1), Ridwan Manda Putra 2), Eddiwan 2)


Email: eliyana.siregar@student.unri.ac.id

Abstract

Toman fish (Channa micropeltes Curvier, 1831) is one type of fish that is
commonly found in the Koto Panjang hydropower reservoir. This fish belongs to the
Channidae family, and is the largest fish of the genus Channa. Changes in water
conditions in the Koto Panjang Hydroelectric Reservoir can affect the condition of
organisms in the waters. The availability of food in the waters will affect the
morphometric characteristics, meristik and growth patterns of toman fish. To find out
the morphometrics, meristik and growth patterns of toman fish (Channa
micropeltes). This research was conducted in April-Mai 2019 toaman fish caught
using fish traps and fishing rods. The measured aspects are morphometrics, meristik
and length length relation of toman fish. Fish samples totaling 100 fish, consisting of
51 males and 49 females. The results of morphometric measurements are known to
the total length of fish between 110-550 mm, and body weight of 18-1600 gr, its
growth pattern isometric. Whereas the characteristics of the toman fish meristik are
the radius of the fins respectively D.43-44.2, P.15-16, V.6-8, A.26-28.2, C.14-16.
Scales on the dorsal fins 15-25, scales around the body 40-44 lines, scales on the
trunk of the tail 14-18 lines, and the number of scales on the lateral line 88-95.
Toman fish have ctenoid scales.

Keywords: Toman fish (Channa micropeltes Curvier, 1831), Koto Panjang


Hydroelectric Reservoir.

1)
Student of the Fisheries and Marine Faculty, University of Riau
2)
Lecturers of the Fisheries and Marine Faculty, University of Riau
3

PENDAHULUAN ikan toman. Dengan di ketahui


Waduk PLTA Koto Panjang morfometrik, meristik dan pola
berada di Kabupaten Kampar di Desa pertumbuhan maka dapat untuk
Pulau Gadang.Waduk ini merupakan mengetahui perbedaan ukuran,
pusat pembangkit listrik dan karakteristik dan kondisi
dimanfaatkan untuk kegiatan pertumbuhan ikan toman yang ada di
perikanan Keramba Jaring Apung Waduk PLTA Koto Panjang di
(KJA).Waduk PLTA Koto Panjang karenakan berguna untuk informasi
mempunyai tinggi bendungan 96 m sistematika dan untuk data
dan ke dalaman air berkisar antara konservasi perikanan.
73,5-85,0 m. Menurut penelitian Perubahan kondisi air di Waduk
terdahulu, di Waduk PLTA Koto PLTA Koto Panjang dapat
Panjang yaitu: Studi Komperetif mempengaruhi kondisi organisme
Morfometrik Ikan Baung (Hariyati, yang ada di perairan. Seperti ikan
2007), Aspek Biologi Reproduksi dan zooplankton yang merupakan
Ikan Barau (Satrina, 2007), Analisis sumber makanan bagi ikan toman.
Saluran Pencernaan Ikan Katung Ketersediaan makanan di perairan
(Zainudin, 2015), Setatus Kualitas akan berpengaruh terhadap
Air dan Kesuburan Perairan Waduk karakteristik morfometrik, meristik
PLTA Koto Panjang Provinsi Riau dan hubungan panjang berat dari
(Hasibuan et al., 2017), Status ikan toman (C. micropeltes).
Kesuburan Perairan Berdasarkan
Indeks Nygaard (Nugroho, 2018). METODE PENELITIAN
Dari penelitian ini mengetahui bahwa Penelitian ini dilaksanakan pada
perairan di Waduk PLTA Koto bulan April-Mai 2019 dan tempat
Panjang memiliki kesuburan dan Pengambilan sampel adalah di
memiliki beranekaragam macam perairan Waduk PLTA Koto Panjang
ikan yang terdapat di waduk tersebut Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII
dan salah satunya yang belum pernah Koto Kampar Kabupaten Kampar
di teliti yaitu Ikan toman. Provinsi Riau. Pengukuran kualitas
Ikan Toman (Channa air langsung diukur di lapangan.
micropeltes Curvier, 1831) Sedangkan Morfometrik, Meristik
merupakan salah satu jenis ikan yang dan Pola Pertumbuhan Ikan Toman
banyak ditemukan di Waduk PLTA (C. micropeltes) dilakukan di
Koto Panjang. Ikan ini termasuk Laboratorium Biologi Perikanan
kedalam family Channidae, dan Fakultas Perairan dan Kelautan
merupakan jenis ikan terbesar dari Universitas Riau
genus channa. Ikan toman termasuk Metode yang digunakan dalam
jenis ikan karnivor, biasanya sebagai penelitian ini adalah metode survei
predator yang memangsa aneka jenis dimana Waduk PLTA Koto Panjang
ikan lainnya, serta hewan-hewan lain Desa Pulau Gadang Kecamatan XII
seperti serangga, kodok yang Koto kampar Kabupaten Kampar
berada di lingkungannya. Sehingga Provinsi Riau yang dijadikan sebagai
ikan-ikan yang ada di Waduk PLTA lokasi penelitian. Sedangkan Ikan
Koto Panjang tersebut menjadi salah Toman dijadikan objek penelitian
satu sumber makanan bagi Ikan untuk mendapatkan data mengenai
toman. Hal ini tentunya memiliki morfometrik, meristik dan pola
pengaruh terhadap pola pertumbuhan pertumbuhan.
4

Data yang dikumpulkan Ikan yang diperoleh selama


merupakan data primer yang didapat penelitian berjumlah 100 ekor.
dari pengukuran ikan sampel Pengambilan sampel menggunakan
dilaboratorium, sedangkan data metode sampling, dengan ulangan
sekunder diperoleh dari studi literatur sebanyak 4 kali, pada setiap
yang berhubungan dengan sampling area. Rentang waktu
Morfometrik, meristik dan pola penelitian adalah dua minggu sekali,
pertumbuhan ikan tersebut. Lokasi selama dua bulan. Pengambilan
pengamatan di tentukan berdasarkan sampel ikan di tiga sampling area. Di
metode purposive sampling yaitu tiga sampling area tersebut dilakukan
penentuan sampling area pengamatan pada sore hari hingga pagi hari. Ikan
dengan memperhatikan berbagai yang diambil adalah ikan dalam
pertimbangan kondisi di lokasi kondisi segar dan utuh, dengan
penelitian. Sampel yang diambil dari ukuran yang bervariasi dari yang
sampling area yang di tentukan terkecil hingga terbesar dengan
karakteristiknya dan diharapkan menggunakan alat tangkap bubu
dapat mewakili spesies ikan toman untuk sampel ikan yang berukuran
yang berada di Waduk PLTA Koto kecil. Bubu merupakan alat tangkap
Panjang Kecamatan XIII Koto ikan yang terbuat dari potongan-
Kampar Provinsi Riau. potongan kayu ataupun bambu
Pengambilan sampel dilakukan memiliki satu atau dua pintu masuk.
berdasarkan titik koordinat dengan Alat tangkap ini biasanya memiliki
menggunakan Global Positioning ukuran lebar 50-75 cm, tinggi 25-30
System (GPS). Sampling area cm.
ditentukan melalui pertimbangan Pancing tajur dan merupakan
peneliti berdasarkan kawasan yang alat tangkap untuk sampel ikan yang
terdapat aktifitas masyarakat. berukuran besar. Pancing tajur
Sampling area tersebut merupakan terbuat dari bahan bambu, benang
area yang sering didatangi oleh nilon/senar dengan ukuran 11-13
masyarakat sebagai area tangkapan mata pancing. Pembuatan tajur
(fishing ground) maka dibedakan dimulai dari pembuatan ganggang
atas tiga sampling area I Merupakan dari bambu kecil berdiameter 0,5 cm,
kawasan yang terdapat aktifitas panjang 1 meter. Bambu dibersihkan
pariwisata berada pada titik dari cabangnya, kemudian tali
koordinat 0º18.393’LU,100º nilon/senar diikatkan pada ujung
49.802’BT, sampling area II bambu dan mata pancing diikatkan
Terdapat pada bagian tengah yang pada ujung nilon. Cara
merupakan kontrol, tidak memiliki pengoperasiannya, tajur dipasang di
aktifitas masyarakat berada pada titik tempat yang memungkinkan banyak
koordinat 0º18.237’LU,100º 49.84 ikan dan sebelum dipasang tajur
Sampling area III Merupakan diberi umpan berupa ikan kecil,
kawasan yang memiliki aktifitas katak. Gagang tajur ditancapkan dan
keramba jaring apung milik dibiarkan terapung diatas
penduduk berada pada titik koordinat semak/rerumputan perairan.
0º18.324’LU,100º 49.816’BT. Kemudian ikan yang ditangkap
Sampel ikan ini didapat dari dimasukkan ke dalam pelastik
hasil tangkapan bersama nelayan sampel yang sebelumnya sudah
dengan alat tangkap Bubu dan Tajur. diberi label dan di masukkan ke
5

dalam cool box, selanjutnya dibawa Tahun 1992 dan selesai pada 1997,
ke laboratorium untuk dilakukan mempunyai tinggi bendungan 73-
pengamatan. 85m.Waduk PLTA Koto Panjang
Pengukuran kualitas air merupakan salah satu waduk terluas
dilakukan secara langsung di lokasi yaitu (± 124 km2 atau 12.400 Ha).
penelitian. Pengukuran kualitas air Secara geografis letak Waduk Koto
meliputi parameter fisika diantaranya Panjang adalah terletak pada posisi
suhu, kecerahan. Parameter kimia 00o17- 00o29’Lintang Utara (LU)
meliputi pH, oksigen terlarut, dan 100o43-100o53’ Bujur Timur
karbondioksida bebas. Pengukuran (BT). Sedangkan secara administratif
kualitas air dilakukan sebanyak dua Waduk Koto Panjang termasuk
kali, diawal dan diakhir penelitian , kedalam wilayah Kecamatan XIII
karena sebagai penggulangan dan ini Koto Panjang dan Bangkinang Barat
dapat menggambarkan kondisi Kabupaten Kampar Provinsi Riau
habitat pada ikan toman . serta Kecamatan Pangkalan Koto
Pengukuran dilakukan saat Kabupaten Limah Puluh Koto
pengambilan ikan sampel. Provinsi Sumatera Barat.
Data yang didapatkan dari Fungsi utama Waduk Koto
penggukuran morfometrik dan Panjang adalah sebagai Pusat
perhitungan meristik ikan toman di Pembangkit Lisrik Tenaga Air
sajikan dalam bentuk tabel dan (PLTA), yang dapat membangkit
grafik. Dalam Perhitunggan Pola tenaga listrik sebesar 114 MW atau
Pertumbuhan, panjang total di 542 GWH pertahun, dalam bentuk
jadikan sebagai pembanding karena bangunan berupa bendungan beton
panjang total yang paling setinggi 58 meter pada aliran Sungai
mempengaruhi bobot (berat). Untuk Kampar. Kedalaman air waduk saat
melihat proporsi setiap karakter hujan berkisar antara 40-80 m, dan
mofometrik (PT, PB, PK, TK, TB, saat kemarau berkisar antara 15-20
TBE, LB, JMSP, JMM, JMSD, m. selain itu waduk ini digunakan
JMSV, JSPSE, DM, JMTI, JSVSA, sebagai tempat untuk menangkap
JSASE, TSP, PDSD, TSD, PDSA, ikan dan membudidayakan ikan
TSA, TSP, PDSV, TSV, PDSC, dalam karamba jaring apung (KJA)
TSC). Terhadap panjang total serta waduk ini juga merupakan
dianalisis dengan menghitung daerah objek wisata.
persentase dari proporsi karakter Pemanfaatan waduk untuk
meristik. Selanjutnya disajikan dalam kegiatan perikanan keramba jaring
bentuk tabel untuk melihat sebaran apung telah dimulai dari tahun 2002
data peroporsi karakter meristik dan sampai saat sekarang 2018.
tersebut. Wilayah perairan waduk dikaitkan
tepat untuk budidaya ikan sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN KJA, apabila kondisi lingkungan
Keadaan Umum Lokasi Penelitian perairannya dapat mendukung hidup
Waduk PLTA Koto Panjang dan kehidupan organisme yang
adalah merupakan lokasi dibudidayakan. Waduk ini
pengambilan sampel yang terletak di berbatasan dengan sebagian lahan
dua provinsi yaitu provinsi Sumatra milik masyarakat yang dikelola sejak
Barat dan Provinsi Riau. waduk sebelum waduk dibangun hingga
PLTA koto panjang dibangun pada waduk ini selesai dan sebagian lagi
6

berbatasan dengan kawasan hutan. pagi hari, Pengumpulan sampel ikan


Setelah pembangunan waduk selesai tomannselama penelitian dapat
, luas lahan yang dikelola masyarakat dilihat pada Tabel 1.
di daerah tangkapan air untuk Berdasarkan Tabel 1 terlihat
pertanian dan perkebunan terus bahwa ikan toman yang tertangkap
meningkat, sedangkan perairan adalah 100 ekor, terdiri dari ikan
waduk dimanfaatkan untuk kegiatan jantan 51 ekor, sedangkan ikan
perikanan keramba jaring apung betina sebanyak 49 ekor.
(KJA). Berdasarkan waktu penangkapan
Alat tangkap yang digunkan oleh ikan toman pada minggu ke dua dan
nelayan adalah bubu untuk sampel ke tiga lebih banyak di banding
ikan yang berukuran kecil. Pancing minggu pertama dan minggu ke
tajur, jala dan jaring untuk ikan yang empat. Hal ini diduga karena adanya
berukuran besar. Ukuran mata jaring faktor yang mempengaruhi kondisi
(mesh size) yang digunakan adalah 1- perairan, keberadaan ikan dan
3 inci dengan benang biasa nomor 30 keberhasilan operasi penangkapan
dengan panjang jaring adalah 35cm. ikan mempengaruhi tinggi, rendah
Penangkapan ikan toman dilakukan nya jumlah ikan yang di dapat pada
oleh nelayan di Waduk PLTA Koto setiap sampling area.
Panjang yaitu pada sore hari hingga

Tabel 1. Jumlah Ikan Toman (C. micropeltes) Yang Tertangkap Selama Penelitian
Jumlah (ekor)
No Penangkapan Sampling area
Tangkapan Jantan Betina
1 Minggu ke-1 1 5 3 2
2 8 5 3
3 6 2 4
Jumlah 19 10 9
2 Minggu ke-2 1 4 2 2
2 13 6 7
3 10 6 4
Jumlah 27 14 13
3 Minggu ke-3 1 6 4 2
2 15 8 7
3 13 6 7
Jumlah 34 18 16
4 Minggu ke-4 1 5 2 3
2 8 3 5
3 7 4 3
Jumlah 20 9 11
Minggu (1+2+3+4) Total 100 51 49

Jumlah ikan yang tertangkap Ikan ini memiliki kisaran panjang


selama penelitian ini berjumlah 100 total (PT) yaitu 110-550 mm. dan
ekor, yang terdiri dari 51 ekor jantan berat 18 - 1220 gr. Berdasarkan hasil
(0,51%), dan 49 ekor betina (0,49%). pengamatan terhadap ikan toman,
7

maka diketahui ciri - ciri morfologi Secara morfologi juga terdapat


ikan toman adalah memiliki kepala perbedaan ikan toman jantan dan
dan mulut yang besar serta bentuk betina, pada ikan jantan kepala agak
gigi yang runcing dan tajam. Bentuk runcing sedangkan betina bentuk
tubuh ikan ini bulat dan panjang kepala agak tumpul ikan toman
seperti torpedo dengan ekor jantan dan betina dapat dilihat pada
membulat. Gambar 1a dan 1b berikut.

Gambar 1. Ikan Toman. (a). Ikan Toman Jantan; (b). Ikan Toman Betina

Ikan toman memiliki bentuk ikan, karena sisik berbeda-beda


sisik ctenoid. Ciri sisik ini adalah dalam hal warna, motif, dan
bagian anterior pada umumnya saling bentuknya.
tumpang tindih dengan bagian Berdasarkan scanning
posterior sisik yang ada didepannya. electron microscopy (SEM) dari
Untuk sisik stenoid memiliki skala pada enam spesies dari genus
modifikasi berupa tepi pada bagian ikan Channa terungkap fitur tertentu
posterior yang berupa berduri yang yang relevan dengan signifikansi
berbentuk seperti sisir (Gambar 2). taksonomi. Lokasi fokus, jarak antar-
Sisik pada tubuh ikan sebagai radial dan lebar sirkuli, ruang antar-
pelindung dari serangan penyakit, lingkaran, lebar jari-jari, bentuk dan
melindungi ikan dari perubahan ukuran lepidont, dll ditemukan
cuaca secara drastis, mempermudah berbeda pada spesies yang berbeda
gerakan ikan, karena ikan akan selalu (Dey, et al., 2014).
bergesekan dengan air ataupun benda
disekitarnya, selain itu sisik juga
berperan sebagai pembeda antar

ctenii

fokus radi

anterior
posterior
Gambar 2. Sisik Ctenoid Ikan Toman (C. micropeltes)
8

Sisik pada tubuh ikan sebagai berperan sebagai pembeda antar


pelindung dari serangan penyakit, ikan, karena sisik berbeda-beda
melindungi ikan dari perubahan dalam hal warna, motif, dan
cuaca secara drastis, mempermudah bentuknya. Dari hasil pengamatan
gerakan ikan, karena ikan akan selalu diketahui jumlah meristik yang
bergesekan dengan air ataupun benda didapatkan dari ekor ikan dapat
disekitarnya, selain itu sisik juga dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Meristik Bagian Tubuh Ikan Toman (C. micropeltes)

No. Jenis Karakter Meristik Jumlah N


Jumlah sisik Di depan sirip punggung 15-25 100

1 Sekeliling badan 40-44 100


Sekeliling batang ekor 14-18 100
Linea Lateralis 88-95 100
Jari-jari sirip punggung Lemah mengeras 43-44 100
2
Lemah 2 100
3 Jari-jari sirip dada Lemah mengeras 15-16 100

4 Jari-jari sirip perut Lemah mengeras 6-8 100

Jari-jari sirip anus Lemah mengeras 26-28 100


5
Lemah 2 100
6 Jari-jari sirip ekor Lemah mengeras 14-16 100
Keterangan : N= jumlah ikan yang dihitung meristiknya
bentuk dan susunannya. Beberapa
Berdasarkan pengamatan, faktor tersebut antara lain, suhu,
karakter meristik ikan toman cahaya, oksigen terlarut,
diketahui bahwa pada ikan tersebut karbondioksida bebas dan ammonia.
terdapat jari-jari lemah dan jari-jari Ciri meristik seperti jumlah jari-jari
lemah mengeras. Didapatkan jari-jari sirip, baris sisik linea lateralis dapat
sirip masing-masing berjumlah D.43- bervariasi terkait dengan kondisi
44.2, P.15-16, V.6-8, A.26-28.2, lingkungannya (Rahardjo et al.,
C.14-16. Sisik didepan sirip 2011).
punggung 15-25, sisik di sekeliling Pada Mukti (2018), Ikan toman
badan 40-44 baris, sisik di batang memiliki rumus jari-jari sirip
ekor 14-18 baris, dan jumlah sisik di masing-masing berjumlah D.42-44.2,
gurat sisi 88-95. Ada beberapa faktor P.15-17, V.5-6, A.27-29.2, C.15-16.
yang dapat mempengaruhi kecepatan Sisik didepan sirip punggung 11-23,
perkembangan serta menentukan sisik di sekeliling badan 40-44 baris,
sisik di batang ekor 15-16 baris, dan
9

jumlah sisik di gurat sisi 88-90, hampir 5/6 dari PT. Sedangkan
dimana rumus jari-jari sirip tersebut proporsi JMSD, JMSP, JMSV,
sama dengan yang didapat pada PDSD, PDSA, berkisar antara 27%
penelitian ini. sampai 56%, artinya proporsi
Ikan toman (C. micropeltes) tersebut lebih dari seperempat PT.
yang terkecil dan terbesar adalah Sementara yang berkisar 4% sampai
Ikan toman jantan memiliki kisaran 37% atau kurang dari seperempat PT
panjang total (PT) sebesar 120-550 adalah PK, TK, TB, TBE, JMM,
mm. sedangkan ikan toman betina DM, JSASC, JMTI, PDSP, TSP,
memiliki kisaran panjang total (PT) PDSC, JSDSC, JSVSA, TSC, TSA,
sebesar 110-530 mm dan untuk PDSV, TSV, dan LB.
keseluruhan ikan Panjang total (PT) Berdasarkan panjang total dan
nya berkisaran sebesar 120-550. berat badan ikan selama penelitian
Karakteristik mofometrik panjang ini, ditemukan kisaran panjang total
total ikan jantan lebih panjang dari antara 110-550 mm dan berat badan
dari pada ikan betina, lebar badan 18-1600 gr. Ikan jantan memiliki
ikan jantan lebih kecil dari pada ikan kisaran panjang total antara 112-550
betina.Sedangkan untuk ukuran mm dan bobot tubuh 18-1600 gr
karakteristik mofometrik lainnya yang berjumlah 51 ekor. Ikan betina
pada ikan jantan dan betina tidak memiliki kisaran panjang total antara
jauh berbeda 110-530 mm dan berat badan 18-
Proporsi dari ke 25 karakter 1400 gr yang berjumlah 49 ekor.
morfometrik ikan toman terhadap PT Untuk melihat hubungan panjang
bervariasi. Proporsi PB yaitu 83%, total dengan berat ikan toman dapat
artinya karakter morfometrik tersebut dilihat pada Gambar 3.

BT/PT
y = 2E-05x2,8507
1800 R² = 0,9798
1600 r= 0,989
1400
Berat Tubuh

1200 y = 1E-05x2,9345
R² = 0,9825 BT B
1000
r= 0, 991
800 BT J
600
Power (BT B)
400
200 Power (BT J)
0
0 100 200 300 400 500 600
Panjang Total

Gambar 3. Grafik Hubungan Panjang Total (mm) dengan Berat Tubuh (gr) Ikan
Toman Jantan dan Betina (C. micropeltes)
10

Hubungan panjang berat ikan b>3 menunjukkan tingkat kelayakan


toman (C. micropeltes) di waduk habitat yang cenderung lebih baik.
PLTA Koto Panjang menunjukkan Froese dalam Mulfizar et al.,
nilai koefisien korelasi (r) untuk 2012 menyatakan bahwa secara
jantan yaitu 0,989 dan betina 0,991. umum, nilai b tergantung pada
Hasil tersebut menunjukan bahwa kondisi fisiologis dan lingkungan,
terdapat keeratan antara panjang seperti suhu, pH, salinitas, letak
dengan berat. Hal ini sesuai dengan geografis, dan teknik sampling dan
pernyataan Syafriadinman (2006) juga kondisi biologis seperti
yang menyatakan jika nilai r=0 perkembangan gonad dan
berarti tidak ada hubungan, 0-0,5 ketersediaan makanan. Semakin
berarti korelasi lemah, 0,5-0,8 berarti tinggi kualitas makanan ikan atau
korelasi sedang, 0,81 berarti korelasi kandungan nutrisi, protein, dan
kuat atau erat. Korelasi kuat bearti lemak pada makanan ikan akan
berat ikan akan bertambah seiring semakin berpengaruh positif
dengan bertambah panjang tubuh terhadap pertumbuhan dan
ikan. Pada Gambar 7, nila b darin perkembangan ikan (Sumiarsih,
persamaan hubungan panjang berat 2014).
untuk ikan jantan adalah 2,8057 dan Nikolsky dalam Ubamnata
untuk ikan betina adalah 2,9345. Hal (2015) menyatakan bahwa pola
ini menunjukan bahwa ikan jantan pertumbuhan organisme perairan
maupun betina cendrung memiliki bervariasi, hal ini tergantung pada
kesamaan pola pertumbuhan dimna kondisi lingkungan tempat
nilai b yang di dapatkan ikan jantan organisme tersebut berada dan
dan betina adalah allometrik Negatif, ketersediaan makanan, yang
artinya pertambah panjangan lebih dimanfaatkan untuk menunjang
cepat dibandingkan pertambahan kelangsungan hidup dan
berat. Penelitian serupa yang pertumbuhannya.
dilakukan Mukti (2018) di oxbow Kondisi ikan dapat diketahui
pinang luar Panjang menunjukkan dengan melakukan pengukuran
b<3 yang berarti bahwa pertambahan kualitas air yang bertujuan untuk
berat lebih lambat dibandingkan mengetahui nilai kualitas perairan
pertambahan panjang, atau disebut dalam bentuk fisika dan kimia.
juga allometrik negatif. Hubungan Kualitas perairan memberikan
panjang berat ikan toman di waduk pengaruh yang cukup besar bagi
PLTA Koto Panjang dan oxbow kehidupan organisme perairan
pinang luar menunjukkan pola khususnya ikan. Pengukuran kualitas
pertumbuhan yang berbeda, yaitu air pada penelitian ini dilakukan
b<3 untuk di oxbow pinang luar dan untuk mengetahui bagaimana kondisi
b>3 untuk di Waduk PLTA Koto habitat ikan toman, data kualitas air
Panjang. Hal ini diduga karena yang didapat dijadikan sebagai data
perbedaan kelompok ukuran ikan pendukung. Kualitas air tidak terlalu
yang didapat yang disebabkan oleh berpengaruh terhadap morfometrik
perbedaan kondisi lingkungan di dan meristik, tetapi berpengaruh
oxbow pinang luar dan di waduk kepada pola pertumbuhan ikan
PLTA Koto Panjang. Hal ini sesuai toman tersebut. Dimana kualitas air
dengan pernyataan Sukimin et al., yang baik tentunya berpengaruh
2008 yang menyatakan bahwa nilai terhadap banyaknya sumber
11

makanan di waduk PLTA Koto adalah oksigen terlarut,


Panjang. Sumber makanan tersebut karbondioksida bebas, suhu, pH,
akan memiliki pengaruh terhadap kecerahan dan untuk mengethui
pola pertumbuhan ikan toman. kualitas perairan di waduk PLTA
Beberapa sifat fisika, kimia yang Koto Panjang dapat dilihat pada Pada
mempengaruhi prtumbuhan ikan Tabel 4.
Tabel 4. Data Pengukuran Kualitas Air di Waduk PLTA Koto Panjang
Waktu Pengukuran Parameter Baku Mutu
No. Kondisi Habitat
Awal Penelitian Akhir Penelitian (Kelas II)
Fisika
1. Suhu (°C) 29-31 28-30 30
2. Kecerahan (cm) 104-120,5 102,5-121 #
Kimia
3. Ph 5-6 5-6 6-9
4. CO2 Bebas (mg/L) 5-7,5 5,7-7,0 4
5. DO (mg/L), 12-23,75 12,5-24,98 25
Keterangan :
Sumber : Data Primer
Ket (*) : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 200 tentang
Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II.

Dilihat dari hasil pengukuran morfometrik ikan toman betina dan


suhu di waduk PLTA Koto Panjang jantan terhadap panjang total
diketahui kisaran suhu minggu ke-1 menunjukkan hubungan yang erat.,
pada sampling area I,II,III adalah hal itu ditunjukkan dari nilai korelasi
290C- 310C sedangkan minggu ke-4 (r) yang didapat.Pola pertumbuhan
pada sampling area I,II,III adalah ikan toman berdasarkan penelitian di
280C-300C. Kisaran suhu tersaebut Waduk PLTA Koto Panjang ini
masih berbeda pada batasan normal bersifat allometrik positif. Hal ini
karena variasi suhu diantaranya terlihat dari nilai “b” untuk ikan
masih dibawah 310C sebagaimana toman jantan 2,8057 dan ikan toman
tercantum pada PP. 82/2001. Dimana betina 2,9345. Berdasarkan
nilai suhu tersebuut masih pengukuran kualitas air di lokasi
mendukung kehidupan ikan toman di penelitian didapatkan hasil bahwa
Waduk PLTA Koto Panjang. Suhu kondisi air di lokasi penelitian masih
merupakan salah satu faktor yang cukup baik dan mendukung
memperngaruhi pertumbuhan kehidupan ikan toman.
(Effendie, 2002).
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini telah dikaji
Kesimpulan tentang Morfometrik, Meristik dan
Berdasarkan hasil penelitian Pola Pertumbuhan Ikan Toman
yang telah dilakukan jumlah ikan (Channa Micropeletes) di Waduk
toman yang tertangkap selama PLTA Koto Panjang. Selanjutnya
penelitian yaitu 100 ekor yang terdiri perlu dilakukan penelitian lanjutan
dari 51 ekor ikan jantan dan 49 ekor tentang reproduksi, pola
betina. Hubungan dari 25 karakter pertumbuhan dan analisis isi
12

lambung tentang Morfometrik, Ikan Tembakan (Helostoma


Meristik dan Pola Pertumbuhan Ikan temminckii) di Rawa Bawang
Toman (Channa Micropeletes) di Latak Kabupaten Tulang
Waduk PLTA Koto Panjang. Bawang, Lampung. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan.
DAFTAR PUSTAKA 15 (2): 90-99.
Effendie, M. I. 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Syafriadiman. 2006. Teknik
Nusatama, Yogyakarta. 227 Pengelolaan Data Statistik.
hal. MM Press. Pekanbaru. 278
hal.
Froese, R. 2012. Cube Law,
Condition Factor and Weight-
Length Relationships:
History, Meta-Analysis and
Recommendation. Journal of
Applied Icthyology, 22 :
241-253.

Mulfizar, Z. A. Muchlisin dan I.


Dewiyanti. 2012. Hubungan
Panjang Berat dan Faktor
Kondisi Jenis Ikan yang
Tertangkap di Perairan
Kuala Gigieng, Aceh
Besar, Provinsi Aceh. Jurnal
Depik, 1(1): 1-9.

Nur, M. 2006. Evaluasi


Pengelolaan Waduk PLTA
Koto Panjang Sebagai Upaya
Pelestarian Fungsi Waduk
yang Berkelanjutan. Sekolah
Pascasarjana. IPB. Bogor.

Sumiarsih, E. 2014. Dampak Limbah


Kegiatan Karamba Jaring
Apung (KJA) Terhadap
Karakteristik Biologis Ikan
Endemik di Sekitar KJA
Waduk Koto Panjang, Riau.
Disertasi. Program Pasca
Sarjana, Universitas
Padjajaran. Bandung (Tidak
Diterbitkan )

Ubamnata, B., D. Rara dan H. Qadar,


H. 2015. Kajian Pertumbuhan

Anda mungkin juga menyukai