Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN

IKAN GABUS (Channa Striata, BLOCH 1793) DI LAHAN GAMBUT


KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

M.Ari Anggoro (E1E015015) dibawah bimbingan:


Dr. Ir. Hutwa Syarifuddin, M.P1) dan Dr. Ir. Mairizal, M.Si,2)
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Alamat Kontak Jl. Jambi-Ma.Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361
Email: umbulandu20@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan umpan
terhadap hasil tangkapan ikan gabus di lahan gambut perkebunan sawit PT. Sari
Aditya Loka I Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2018 - 4 Maret 2019 di lahan gambut
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode exsperimental fishing serta menggunakan rancangan
acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan dan 3 perlakuan umpan yang berbeda
yaitu katak, cacing tanah, dan ikan seluang dengan alat tangkap yang digunakan
berupa pancing rentengan (rawai). Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan analisis sidik ragam terhadap jumlah (ekor), total berat (gram),
dan panjang (cm). Data-data yang diperoleh diolah dengan software SPSS 16.
Data dianalisis menggunakan Uji F (Anova). Jika perlakuan berpengaruh nyata
dengan tingkat kepercayaan 0,05 maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
dengan taraf 95%. Hasil penelitian menunjukkan jenis umpan yang berbeda
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan jumlah (ekor), total berat (gram), dan
berpengaruh tidak nyata terhadap hasil tangkapan panjang (cm). umpan katak
merupakan jenis umpan dengan hasil tangkapan terbanyak.
Keterangan : 1) Pembimbing Utama
2)
Pembimbing Pendamping

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi
dengan luas wilayah 6.174 km² dengan potensi perikanan yang berkembang
meliputi jenis usaha perikanan darat terdiri dari usaha kolam, keramba dan
perairan umum memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Pada tahun
2017 jumlah produksi perikanan Kabupaten Sarolangun sebesar 2.997 ton,
sedangkan jumlah konsumsi ikan yang dibutuhkan per tahun tahun sebesar 8.500
ton, ini berarti Kabupaten Sarolangun masih mengalami defisit atau kekurangan
sebanyak 5.503 ton (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sarolangun,
2017). Aktifitas perikanan tangkap di Kabupaten Sarolangun salah satunya berada
di Kecamatan Air Hitam. Nelayan di Kecamatan Air Hitam biasanya melakukan

1
penangkapan di daerah aliran sungai dan kanal-kanal perkebunan sawit, pusat
penangkapan ikan di perkebunan sawit berpusat di kanal-kanal kebun sawit PT.
Sari Aditya Loka-I (PT.SAL-I) dengan kondisi lahan mayoritas bertanah gambut.
Lahan gambut merupakan ekosistem khas yang terbentuk dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan baik yang sudah lapuk maupun belum, yang proses
penguraianya sangat lambat sehingga tanah gambut memiliki kandungan organik
yang tinggi. Secara umum perairan gambut mempunyai pH asam sampai netral
3,5-7 dengan kecerahan sedang. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap
keragaman jenis ikan dan umumnya merupakan ikan yang tahan terhadap kondisi
perairan dengan pH rendah Wahyudewantoro (2010). Salah satu ikan yang
mampu hidup dalam kondisi perairan tersebut adalah ikan gabus (channa striata
bloch, 1793).
Ikan gabus merupakan salah satu komoditas yang digemari masyarakat di
Kabupaten Sarolangun. Menurut Listyanto dan Andriyanto (2009), spesies ini
memiliki rasa yang khas, tekstur daging tebal dan memiliki kandungan albumin
sebesar 6,2% yang diperlukan tubuh manusia dalam mengatasi berbagai penyakit
terutama yang disebabkan berkurangnya jumlah protein darah sehingga harganya
cukup mahal. Nelayan di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun biasanya
menggunakan umpan ikan gabus berupa umpan alami yakni anakan katak sawah
(Fajervarva cancrivora). Anakan katak sawah yang digunakan nelayan sebagai
umpan didapatkan dari selokan dan dipematang-pematang sawah. Namun
ketersediaannya saat ini semakin lama semakin sulit didapatkan hal ini disebabkan
mulai berkurangnya lahan persawahan sebagai habitat untuk berkembang biak.
Menurut Widaryati (2017), makanan alami ikan gabus dialam liar yaitu ikan-ikan
kecil, katak dan insekta disekitar perairan, oleh karena itu dalam penelitian ini
akan dicoba menggunakan umpan berupa anakan katak, ikan seluang (Rasbora
argyrotaenia) dan cacing tanah (Lumbricus rubbelus).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yaitu perbandingan hasil tangkapan ikan gabus menggunakan alat
tangkap rawai dengan umpan yang berbeda di lahan gambut perkebunan sawit PT.
Sari Aditya Loka I Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Tujuan Dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan umpan
terhadap hasil tangkapan ikan gabus di lahan gambut perkebunan sawit PT. Sari
Aditya Loka I Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis yaitu untuk menambah ilmu
pengetahuan dan bagi nelayan dapat memberikan informasi tentang pemberian
berbagai jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan gabus.

2
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun sawit PT. Sari Aditya Loka-I Desa
Bukit Suban dan Desa Mentawak Baru Kecamatan Air Hitam Kabupaten
Sarolangun pada tanggal 24 Desember - 4 Maret 2019.
Materi dan Peralatan
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu katak, ikan seluang dan
cacing tanah. Alat yang digunakan yaitu pancing rentengan atau pancing rawai,
global position system (GPS) untuk menentukan daerah penangkapan ikan,
termometer sebagai alat untuk pengukur suhu dan pH meter, timbangan untuk
mengetahui berat hasil tangkapan, mistar ukur untuk mengetahui ukuran hasil
tangkapan, alat tulis, kamera (handphone).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental
fishing yaitu dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan langsung dengan
nelayan setempat menggunakan alat tangkap pancing rawai dengan 12 mata
pancing pada setiap alat tangkap pancing rawai. Penangkapan dilakukan pada tiga
stasiun di lahan gambut dengan karekteristik yang berbeda pada setiap stasiun,
adapun umpan yang digunakan sebanyak tiga jenis (katak,cacing dan ikan
seluang).
Prosedur kerja
Persiapan
Pertama menyiapkan alat tangkap rawai dan alat-alat yang digunakan
lainnya. Rawai yang digunakan mempunyai panjang 4 meter. Setiap satu unit
pancing rawai terdiri dari 12 mata pancing. Kemudian menyiapkan umpan menuju
ketiga daerah penangkapan yang telah ditentukan.
Setting
Proses setting dimulai pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB mengikuti
pola penangkapan yang dilakukan nelayan. Setting dilakukan selama ±15 menit
dimulai dengan menancapkan bambu pada perairan kanal kebun sawit PT. Sari
Aditya Loka I Kecamatan Air Hitam. Bambu ini digunakan sebagai penanda
dimana pancing rawai dipasang dan digunakan untuk mengikat pancing agar tidak
hanyut terbawa oleh tarikan ikan yang tertangkap.

3
1 2 3 4

4m

3m

Keterangan :
No 8 1. Tiang Penyangga
2. Tali Ris Atas
3. Tali Pancing
4. Mata pancing
Gambar 1. Alat Tangkap Rawai.

Pengukuran Parameter Lingkungan


a. Suhu
Siapkan termometer dimasukan kedalam perairan selama 1-2 menit
selanjunya diangkat dan dibaca dengan cepat agar tidak tersentuh oleh anggota
badan.
b. pH (Derajat Keasaman)
Siapakan alat pH meter kemudian ambil sampil air kanal menggunakan
gelas lalu celupkan pH meter kedalam air sampel kira-kira 5 cm, lihat hasilnya
dan dicatat.
c. Kedalaman
Siapakan galah yang cukup panjang, kemudian masukan galah tersebut
kedalam perairan kanal, usahakan galah tegak lurus terhadap permukaan kanal,
lakukan pengukuran dibeberapa tempat agar diketahui berbagai perbedaan titik
terdalam.
Hauling
Proses hauling biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB
sampai selesai, dimana proses haulingdilakukan dengan cara menarik tali cabang
pancing sampai keujung titik penghabisan mata pancing kemudian dilakukan
pengamatan terhadap ikan hasil tangkapan.
Data yang Dihimpun
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung ke lapangan berupa hasil
tangkapan pancing rawai dalam hal ini yang menjadi target penangkapan adalah

4
ikan gabus, data hasil tangkapan meliputi jumlah tangkapan, berat ikan dan
panjang keseluruhan ikan gabus. Sedangkan data sekunder adalah data umum
yang di dapat dari instansi perusahaan PT. Sari Aditya Loka I dan pemerintah
kecamatan yang terdiri dari letak, luas area dan data yang diperlukan lainnya.
Analisis Data
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) (Montgomery dan Peck, 2006) dengan 3
perlakuan dan 3 kelompok berbeda.
Yij = µ + µi + βj + Eij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan k-i ulangan ke-j
µ = Rataan umum
µi = Pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
Ɛij = Galat acakan pada perlakuan ke i, kelompok ke- j
i, j = 1, 2, 3,.....t dan j =1, 2, 3.....r
t = banyak perlakuan
r = banyak kelompok/ulangan
Data-data yang diperoleh diolah dengan software SPSS 16. Data dianalisis
menggunakan Uji F (Anova). Apabila perlakuan berpengaruh nyata dengan
tingkat kepercayaan 0,05 maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf
95%.
3.7 Batasan Konsep Penelitian
Batasan konsep penelitian saya yaitu:
1. Penelitian dilakukan dilahan gambut perkebunan sawit PT. Sari Aditya Loka I
pada 3 stasiun dengan 3 alat tangkap rawai pada setiap stasiunnya. Stasiun
yang dipilih berdasar tempat yang diduga memilki hasil tangkapan yang
melimpah oleh nelayan setempat.
2. Perlakuan pada alat tangkap pancing rawai dipasang 3 jenis umpan dimana
terdapat 12 mata pancing pada satu alat tangkap rawai dengan 3 umpan
sekaligus dalam satu alat tangkap. Penempatan umpan pada setiap mata
pancing dilakukan dengan cara pengundian hal ini dimaksudkan untuk
mengindari unsur lain yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan.
3. Setting dilakukan pada jam 17.00 WIB dan hauling dilakukan pagi hari 08.00
wib

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian
Kebun kelapa sawit Inti-2 merupakan kebun sawit milik PT. Sari Adtya
Loka-I yang terletak di Desa Bukit Suban Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi
dengan luas kebun yang dikelola 1.692,42 ha didominasi tanah gambut dengan

5
luas mencapai 1.089,5 ha dari luas kebun. Karena didominasi lahan gambut
membuat pH perairan di kanal-kanal kebun sawit yang bersifat asam. Hal ini
membuat biota yang hidup diperairan merupakan jenis biota yang tahan dengan
kondisi derajat keasamaan yang rendah salah satu biota yang mampu hidup pada
kondisi tersebut adalah ikan gabus yang menurut Astria et al., (2013) merupakan
ikan khas perairan rawa dan mampu hidup dalam keadaan tanpa air dalam
beberapa waktu tertentu. Lokasi penangkapan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta lokasi penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 3 titik koordinat yaitu, Stasiun


1 dengan titik koordinat 1°58‘41” LS-102°32‘11”BT dengan kondisi perariran
sedikit semak dipenuhi rerumputan, Stasiun 2 dengan titik koordinat 1°59‘55” LS-
102°32‘10”BT terletak disebelah barat perkebunan yang merupakan daerah
banjiran dimana waktu penelitian bertepatan dengan musim hujan, Stasiun 3
dengan titik koordinat 1°58‘15” LS-102°32‘36” BT terletak di sebelah timur
perkebunan dengan ciri kondisi perairan dipenuhi dengan rumput azolla.
gambaran ketiga stasiun dapat dilihat pada Gambar 7.

6
1

2 3

Gambar 7. Stasiun penelitian.


Parameter Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penangkapan
ikan, diantaranya mencakup suhu, pH dan kedalaman. Ketiganya berperan aktif
dalam keberlangsungan kehidupan ikan, karena akan mempengaruhi kebiasaan
dan aktifitas ikan (Effendi, 2003). Berikut ini hasil dari pengukuran parameter
lingkungan selama penelitian yang dilakukan di lahan gambut perkebunan kelapa
sawit inti-2 PT. SAL-I dapat dilihat pada Tabel.1

Tabel 1. Parameter lingkungan


Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Ulangn Suhu Kedalamn Suhu Kedalamn Suhu Kedalaman
pH pH pH
(oC) (Cm) (oC) (Cm) (oC) (Cm)
1 27 4,6 70 26 6 65 26 5,5 50
2 27 4,6 74 26 6 65 26 5,5 50
3 28 4,5 65 27 5.7 60 26 5,2 55
4 28 4,6 68 27 5.7 62 27 5 50
5 28 4,5 80 27 6 62 27 5 55
6 27 4,6 78 26 5.9 60 26 5,4 53
7 27 4,6 75 26 5.9 65 26 5 55
8 27 4,5 70 26 6 67 26 5,4 55
9 26 4,6 70 25 5,7 65 25 5,5 63
10 26 4,6 72 25 6 70 25 5,5 65
Rata-
27,10 4,57 72,20 26,10 5,89 64,10 26 5,30 55,10
rata

Menurut Yulisman et al., (2012) ikan gabus toleran dengan kondisi


perairan yang kurang baik, walaupun demikian ikan gabus lebih menyukakai
kondisi lingkungan yang bersuhu sekitar 20-35oC. Dengan suhu berkisar antara
25-28oC dapat dikatakan pada lokasi dilakukannya penelitian merupkan perairan
yang suhunya disukai ikan gabus.

7
Menurut Listyanto dan Andriyanto (2009), sebagaimana ikan-ikan yang
mempunyai labirin, ikan gabus mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa
dengan kandungan derajat keasaman rendah 4,5-6. Dengan pH berkisar antara 4,5-
6,2 dapat dikatakan pada lokasi dilakukannya penelitian merupakan perairan yang
pH-nya disukai ikan gabus. Menurut Kurniawan et al., (2015) yang menyatakan
gabus banyak tertangkap pada kedalaman umpan berkisar ± 1 m hal tersebut
terjadi karena memang ikan gabus hidup pada perairan dangkal, yang banyak
rerumputan atau tanaman air dan belukar yang terendam air. Kedalaman lokasi
penelitian yang berkisar antara 50-80 cm dapat dikategorikan kedalam perairan
dangkal, hal tersebut sesuai dengan habitat ikan gabus yang banyak dijumpai pada
perairan dangkal.

JumlahHasil Tangkapan Ikan Gabus (ekor)


Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah (ekor) ikan yang tertangkap
pada pengaruh umpan yang berbeda alat tangkap rawai menunjukan hasil yang
berbeda juga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 2.

Tabel 2.Hasil tangkapan ikan gabus (ekor)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-Rata
1 2 3
Katak 32 33 36 101 33,67a
Cacing 22 21 24 67 22,33b
Ikan Seluang 10 13 11 34 11,33ab
Jumlah 64 67 71 202 67,33

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata menurut analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan
uji duncan pada taraf 0,05.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa umpan katak mendapatkan hasil


tangkapan ikan gabus yang paling banyak dengan jumlah keseluruhan 101 ekor
disusul umpan cacing 67 ekor dan ikan seluang 34 ekor. Analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa perbedaan umpan terhadap hasil tangkapan ikan gabus
menggunakan alat tangkap rawai menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata yang
dilanjutkan dengan uji Duncan(P<0,05). Dapat dijelaskan hasil uji Duncan
menunjukan bahwa P1 berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan P3,kemudian P1
tidak berbeda nyata (P<0,05) dibanding P2, sedangkan P2 tidak berbeda nyata
(P<0,05) dibanding P3.
Menurut Taufiqurohman (2007), kebisaan makan ikan (food habits) adalah
kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan sedangkan kebiasaan cara
makan (feeding habits)adalah waktu, tempat dan cara makanan itu didapatkan
oleh ikan. Kebiasaan makan dan cara makan ikan secara alami bergantung pada

8
lingkungan tempat hidup ikan. Hal ini sesuai dengan habitat ikan gabus di kebun
sawit PT.SAL-I yang merupakan kanal-kanal perkebunan dengan kedalaman air
yang dangkal 40-80 cm yang banyak ditemukan berudu atau anakan katak
diperairan selain itu katak merupakan umpan yang sering digunakan dalam
melakukan pemancingan ikan gabus. hasil penelitian juga menunjukan umpan
katak mendapatkan hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan umpan cacing
tanah dan ikan-ikan kecil (Sargawi et.al., 2018). Selain itu, berdasarkan penelitian
Putra et al., (2015) hasil tangkapan ikan gabus lebih banyak didapatkan pada
umpan katak dibandingkan dengan umpan udang dan ikan seluang.

JumlahBerat Hasil Tangkapan Ikan Gabus (gram)


Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah (gram) ikan yang tertangkap
pada pengaruh umpan yang berbeda alat tangkap rawai menunjukan hasil yang
berbeda juga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 3.

Tabel.3. Jumlah Berat hasil tangkapan (gram)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-Rata
1 2 3
Katak 2260 2410 2470 7140 2380a
Cacing 1400 1410 1480 4290 1430b
Ikan Seluang 690 850 800 2340 780c
Jumlah 4350 4670 4750 13770 4590
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata menurut analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan
uji duncan pada taraf 0,05

Berdasarkan Tabel. 3 dapat dilihat bahwa umpan katak mendapatkan hasil


tangkapan ikan gabus yang paling banyak dengan jumlah (gram) keseluruhan
7.140 gram disusul umpan cacing 4.290 gram dan ikan seluang 2.340 gram.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan umpan terhadap jumlah berat
(gram) hasil tangkapan ikan gabus menggunakan alat tangkap rawai berpengaruh
nyata (P<0,05) yang dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf (P<0,05). Hasil
uji duncan menunjukkan P1 berbeda nyata (P<0,05) dibanding P2 dan P3,
sedangkan P2 juga berbeda nyata (P<0,05) dibanding P3.
Berat hasil tangkapan ikan gabus dengan perbedaan jenis umpan
menunjukkan umpan katak dengan hasil tangkapan ikan gabus yang tertinggi. Hal
ini dikarenakan selama penelitian umpan katak tidak langsung mati ketika
dikaitkan pada kail pancing hal ini secara tidak langsung membuat gerakan yang
merangsa penglihatan ikan gabus. Menurut Sargawi et al., (2018) dalam perikanan
pancing, sifat ikan yang dimanfaatkan adalah rangsangan yang timbul baik dari
dalam ataupun luar.Dari dalam adalah rangsangan terhadap makanan, sedangkan
dari luar tertarik pada warna, bentuk dan gerakan umpan yang digunakan.Mata

9
merupakan jendela penghubung antara ikan dengan dunia luar karena adanya
cahaya.Cahaya masuk kedalam air dan diterima oleh mata ikan dengan beberapa
tahapan sampai akhirnya menjadi informasi yang dianilisis oleh otak untuk
digerakkan atau tingkah laku lainnya.

Panjang Hasil Tangkapan Ikan Gabus (cm)


Berdasarkan hasil penelitian terhadap jumlah (cm) ikan yang tertangkap
pada pengaruh umpan yang berbeda alat tangkap rawai menunjukan hasil yang
berbeda juga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.4.

Tabel.4. Panjang Hasil Tangkapan Ikan Gabus(cm)


Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-Rata
1 2 3
Katak 189,93 189,33 189,92 569,18 189,73
Cacing 185,67 183,67 191,01 560,35 186,78
Ikan Seluang 187 179 172 538 179,33
Jumlah 562,60 552 552,93 1667,53 555,84

Berdasarkan Tabel. 4 dapat dilihat bahwa umpan katak mendapatkan hasil


tangkapan ikan gabus dengan total panjang tertinggi sebesar 569,18 cm disusul
umpan cacing 560,35 cm dan ikan seluang 538 cm. Analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa perbedaan umpan terhadap total panjang hasil tangkapan
ikan gabus menggunakan alat tangkap rawai berpengaruh tidak nyata (P<0,05).
Hal ini diduga ikan gabus di perairan tersebut dalam tingkatan rantai makanan
teratas dan sangat rakus sehingga memiliki pertumbuhan bobot tubuh yang cepat
dibandingkan pertumbuhan panjangnya. Menurut Ucida dan Fujimoto (1993),
ikan gabus memiliki pola pertumbuhan allometrik atau pertambahan bobot badan
lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan, hal ini berkaitan dengan sifat
agresifnya dalam mencari makan.
Menurut Asikin dan kusumaningrat (2017), yang menyatakan bahwa
hubungan panjang-berat berbeda antara spesies satu dengan lain yang berkaitan
dengan bentuk tubuh secara genetis dan didalam satu spesies hubungan panjang-
erat dipengaruhi oleh kondisi kebugaran individu. Faktor-faktor kondisi seringkali
menunjukkan ketersediaan pakan dan pertumbuhan awal yang bersifat dinamis,
kondisi rata-rata pada populasi bervariasi secara musim tahunan dan beberapa
kondisi faktor lainya.

10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil tangkapan ikan gabus meggunakan umpan katak di lahan gambut
dari jumlah, berat dan panjang ikan gabus menunjukkan hasil yang terbanyak.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lahan gambutperkebunan sawit
PT.Sari Aditya Loka-I karena masih banyak potensi baik pada sumberdaya
perikanan ataupun sumberdaya manusia (nelayan). Bisa dilakukan inovasi
terhadap umpan yang akan digunakan untuk alat tangkap pancing rawai dan alat
tangkap lainnya yang digunakan oleh nelayan setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, A.N., dan I. Kusumaningrum. 2017. Edible portation dan kandungan


kimia ikan gabus (channa striata) hasil budidaya kolam di Kabupaten Kutai
Katanegara, Kalimantan Timur, 42(3)158-163.
Astria, J., Marsi., dan M. Fitriani. 2013. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ikan gabus (channa striata) pada berbagai modifikasi PH media air rawa
yang diberi subtrat tanah. Jurnal akuakultur, 1(1)66-75.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sarolangun. 2010. Laporan Tahunan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius.Yogyakarta
Listiyanto, N., dan S. Andrriyanto. 2009. Ikan gabus (channa striata) manfaat
pengembangan dan alternatif tekhni budidaya. Jurnal Media Akuakultur, 4:
18-25.
Montgomery, D.C., dan E.A. Peck. 2006. Introduction a Linier Regression
Analisis. New York: John Wiley dan Sons Inc.
Sargawi, M.S.K., S. Syafrialdi dan D. Djunaidi. 2018. Pengaruh perbedaan umpan
terhadap hasil tangkapan ikan pada alat tangkap pancing tajur di rawa lebak
Kabupaten Bungo. Pengelolaan sumberdaya perikanan, 2(2).
Taufiqurohman., Ankiq, I. Nurruhwati dan Z.Hasan. 2007. Kebiasaan Makan Ikan
(Food Habit) Ikan Nilem (Osteochillus) Di Tarogong Kabupaten Garut.
Universitas Padjajaran: Bandung.
Ucida, K. Fujimoto, M. 1993. Life history and method of the corean snake-head
fish (opiochepalus argus).Bulletin of the fishery Experiment Station of the
Government General of Chosen, 3:89-9.
Wahyudewantoro, G. 2010. Kajian potensi ikan di lahan gambut tasik betung,
riau. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 12(2)57-62.
Widaryati, R. 2017. Efisiensi pakan benih ikan gabus (channa striata)
menggunakan pakan komersial dengan persentasen berbeda. Jurnal Iilmu
Hewani, 6:15-18.

11

Anda mungkin juga menyukai