Anda di halaman 1dari 10

Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology

Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81


Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN UDANG GALAH


(MACROBRACRIUM IDEA) ALAT TANGKAP BUBU BAMBU (ICIR) DI PERAIRAN
RAWAPENING

The Difference Bait Toward Giant River Prawns (Macrobracrium idea) Catches On Bamboo Bubu
(Icir) In Rawapening Waters
Akir Ari Purwanto1, Aristi Dian Purnama Fitri2 dan Bambang Argo Wibowo2
Mahasiswa FPIK Undip1 (email: akir_ari@yahoo.com)
Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro 2

ABSTRAK

Bubu yaitu alat penangkapan seperti perangkap, yang merupakan jebakan bagi ikan maupun
hasil tangkapan lainnya. Alat tangkap bubu dikenal umum dikalangan nelayan, yang dioperasikan
secara pasif. Penggunaan umpan yang efektif akan dapat memberikan hasil tangkapan yang baik.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perbedaan jenis umpan
(ikan asin, kepala ikan segar dan umpan bekatul (Kontrol)) terhadap jumlah, berat hasil tangkapan
udang galah (Macrobracrium idea). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental fishing)
yaitu observasi dibawah kondisi buatan dan diatur oleh peneliti, dengan 1 variabel yaitu jenis
umpan dengan 2 perlakuan dan 1 perlakuan sebagai kontrol. Masing-masing dilakukan dengan 9
kali ulangan. Analisis data menggunakan uji Kenormalan data dan uji ANOVA dengan SPSS 17.0.
Hasil penelitian ini dapat menunjukan bahwa umpan dari ikan asin sebanyak 1226 ekor (39%)
lebih banyak mendapatkan hasil tangkapan udang galah (Macrobrachium idae) dari pada umpan
bekatul (kontrol) sebanyak 1002 ekor (32%) dan umpan kepala ikan segar sebanyak 935 ekor
(29%) yang mendapatkan hasil tangkapan udang galah (Macrobrachium idae) lebih sedikit. Hasil
uji ANOVA menunjukkan bahwa, menggunakan umpan ikan asin alat tangkap bubu bambu baik
digunakan.

Kata kunci: Jenis Umpan, Bubu Bambu, Rawapening

ABSTRACT

Bubu is a fishing tool functions as a trap, which is worked to catch fishes and other kinds of
catches. Bubu is commonly known among the fishermen, it is passively operated. The effective use
of baits will be able to provide good quality of catches. The objective of this study is to analyze the
effect of different types of bait (anchovies, fresh fishs head and rice bran bait (control)) on the
number, weight of catches of the prawns (Macrobracrium idea). This study uses experimental
fishing using 1 variable which is the type of bait with 2 treatments and 1treatment function as the
control. Each of it conducted with 9 replications. The data analysis uses the normality test data
and ANOVA with SPSS 17.0. The result of this study indicates that the bait of anchovies in the
number of 1226 fishes (39%) earn more catches of prawns (Macrobracrium idea) than the bran
bait (control) in the number of 1002 fishes (32%) and the bait of fresh fishs head in the number of
935 fishes (29%) that only catch less prawns (Macrobracrium idea). The ANOVA test result
indicates that, it is good to use anchovies as the bait and bubu as the catching tool.

Key words: Bait type, Bamboo Bubu, Rawapening

72
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

PENDAHULUAN Tujuan
Latar Belakang Tujuan yang ingin dicapai dari
Rawapening merupakan perairan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
umum yang terbesar di indonesia yang perbedaan jenis umpan (ikan asin, kepala
memiliki potensi untuk menghasilkan ikan segar dan umpan bekatul (kontrol))
komoditi ikan. Untuk dapat menghasilkan terhadap jumlah, berat hasil tangkapan
ikan secara optimal, maka perlu diketahui udang galah (Macrobracrium idea).
jenis ikan yang ada, tingkat pemanfaatan
yang telah dilakukan, daya dukung METODOLOGI PENELITIAN
habitatnya, untuk kemudian dilakukan Materi dan Alat Penelitian
pengelolaan secara benar. Potensi lestari Materi yang digunakan dalam
ikan secara keseluruan sebesar 999.690 kg Penelitian ini adalah alat tangkap bubu
per tahun, dimana pada tahun 1996 dengan menggunakan perbedaan jenis
produksinya telah mencapai 996.300 kg, umpan yang berbeda di Rawa Pening
yang berati telah mencapai 99% lebih dari terhadap hasil tangkapannya.
potensi lestarinya. (Wijaya et all, 1998) Materi penelitian
Rawapening merupakan salah satu Alat dan bahan yang digunakan
badan air multiguna, dimana difungsikan dalam penelitian ini yaitu:
untuk pembangkit listrik tenaga air, 1. Alat Tangkap Bubu
pengendali banjir, perikanan, dan permasok a. Bubu bambu
air untuk pengairan, industri dan fungsi- Bubu jenis pertama yang digunakan
fungsi perkotaan. Jumlah luas semua waduk dalam penelitian ini yaitu jenis bubu yang
yang ada adalah 530 km2. Badan-badan air terbuat dari anyaman bambu, memanjang
tersebut termasuk dalam 250.000 km2 lahan menyerupai keranjang berbentuk torpedo.
basah di Indonesia dan seluas 119 km2 Berikut spesifikasi dari bubu bambu yang
diantaranya ada di pulau Jawa. Kawasan dimaksud :
lahan basah terdiri dari lahan basah air 1. Ukuran bubu
payau, lahan basah air tawar dan lahan basah Panjang : 36 cm
buatan (Goltenboth dan Krisyanto, 1994). Diameter mulut : 9 cm
Luas dan kapasitas air danau semakin 2. Mulut/ijep (funnel)
berkurang akibat sungai-sungai yang ijep luar
bermuara ke danau membawa endapan Bahan : bambu
lumpur dan materi organik sehingga Panjang : 10 cm
menyebabkan pendangkalan di dasar danau. Diameter : 9 cm
Pendangkalan tersebut mendukung
ijep dalam
pertumbuhan Hydrilla verticillata karena
Bahan : bambu
penetrasi cahaya matahari sampai ke dasar
Panjang : 10 cm
danau. Seiring dengan itu, gulma air seperti
Eichhornia crassipes dan Salvinia cucullata Diameter : 8 cm
tumbuh dengan subur yang menyebabkan 2. Pintu bubu
ketidakseimbangan ekosistem danau. Bahan :tempurung
Sementara itu di sisi yang lain Hydrilla kelapa
verticillata merupakan habitat bagi Diameter pintu : 8 cm
berkembangbiaknya udang (Sulistiyo 2003). 3. Tali
Fauna ikan di Rawapening tercatat 26 4. Tongkat tanda
jenis baik jenis asli maupun infroduksi, dan 5. Pemberat
telah diteliti sejak tahun 1930-an
(Goltenboth dan Krisyanto 1994). Salah satu Hipotesis Penelitian
komoditas penting perikanan di Rawapening Hipotesis yang dapat diambil pada
adalah udang Galah atau disebut juga penelitian ini adalah :
Macrobrachium idea. Udang Galah di danau Hipotesis pertama :
Rawapening keberadaanya memegang H0 : Jenis umpan yang berbeda tidak
peranan penting dalam menjaga berpengaruh nyata terhadap
keseimbangan ekologis yaitu sebagai komposisi jumlah dan berat hasil
pemakan alga, sisa materi organik dan juga tangkapan;
makanan bagi ikan dan udang air tawar
lainnya (Anderson 2003 dalam Ridho 2006; H1 : Jenis umpan yang berbeda
Fryer 1960 dalam Carmouze 1983). berpengaruh nyata terhadap

73
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

komposisi jumlah dan berat hasil perahu, serta gambar hasil tangkapan yang
tangkapan. tertangkap oleh bubu yang digunakan dalam
penelitian ini.
Metode pengumpulan data Setelah mencatat semua data yang
Metode yang digunakan dalam diperlukan dan data yang didapat
pengumpulan data pada penelitian ini dikumpulkan lalu dianalisis guna
adalah: mengembangkan alur deskripsi dan untuk
1. Metode observasi langsung menyelesaikan permasalahan atau menjawab
Observasi langsung adalah pengamatan pertanyaan yang ada.
secara langsung untuk mengambil data
dengan menggunakan mata. Data yang Tahapan Penelitian
diperoleh bersifat primer dengan cara Pada tahapan ini dapat diketahui cara
melakukan pencatatan dan pengamatan pengambilan data sampling, yang dapat
langsung tentang materi yang dipelajari diketahui sebagai berikut:
(Nazir, 2003). 1. Persiapan
Observasi langsung dilakukan terhadap Tahap persiapan dalam pengoperasian
kegiatan penangkapan bubu mulai dari bubu bambu yang perlu dilakukan adalah
pengukuran, persiapan, pencarian daerah mempersiapkan alat tangkap, umpan ikan
penangkapan ikan ( fishing ground), setting asin, kepala ikan, bekatul, dan
sampai hauling bubu, posisi perahu, mempersiapkan kapal/perahu. Dalam
pengeluaran hasil tangkapan, dan persiapan umpan dilakukan sehari sebelum
pensortiran hasil tangkapan serta operasi penangkapan. Persiapan alat tangkap
pengukuran dimensi sarana apung yang meliputi Bubu bambu yang disusun dibadan
digunakan. Sehingga diharapkan dapat perahu untuk mempermudah nantinya saat
mengetahui cara pengoperasian bubu, setting tongkat sebagai pengikat tali utama
konstruksi alat tangkap tersebut, serta bubu dan juga sebagai penanda. Penyusunan
mengetahui komposisi hasil tangkapan yang bubu dalam penelitian ini dengan sistem tali
tertangkap oleh bubu. seperti pada alat tangkap rawai, dengan
2. Wawancara setiap tali terdapat 30 buah bubu bambu.
Wawancara merupakan proses Dalam penelitian ini bubu yang digunakan
pengambilan data atau memperoleh sebanyak 90 bubu atau 3 kolor bubu bambu.
keterangan untuk tujuan penelitian yang Dalam proses pembawaan alat tangkap
dilakukan dengan cara mengadakan tanya tersebut dilakukan secara bergantian setiap
jawab kepada pihak yang bersangkutan talinya. Dibutuhkan juga alat bantu
secara langsung. Wawancara pada penelitian penangkapan yaitu dayung kapal dan ember
ini dilakukan secara langsung untuk tempat hasil tangkapan. Setelah persiapan
memperoleh data primer. selesai semua, kemudian menuju fishing
3. Metode studi pustaka ground dengan memakai perahu.
Studi pustaka adalah penelitian yang 1. Setting
dilakukan berdasarkan atas karya tulis, Operasi penangkapan dilakukan pada
termasuk hasil penelitian baik yang telah pagi hari jam 06.00 WIB. Setting bubu
maupun belum dipublikasikan. Metode bambu untuk menangkap udang yang
tersebut dapat digunakan untuk mencari menjadi targetnya. Setelah sampai di fishing
data-data sekunder sebagai data pendukung ground mulai dilakukan dengan penurunan
dari data primer yang didapatkan dari tongkat bambu pada bubu bambu sebagai
lapangan. penanda dan sebagai pengikat tali utama alat
4. Metode dokumentasi tangakap bubu bambu, kemudian bubu
Menjelaskan dan mengadakan tersebut di turunkan satu persatu dengan cara
penelitian yang bersumber pada tulisan atau meletakkan bubu di bawah rumput, sebelum
bentuk gambar yaitu metode dokumentasi. bubu diturunkan terlebih dahulu umpan ikan
Metode ini bersifat sekunder dan asin, kepala ikan atau bekatul di masukan
dilaksanakan oleh si peneliti dengan kedalam bubu bambu atau. Setelah setting
menyelidiki benda-benda tertulis seperti pertama selesai perahu bergeser dari posisi
buku-buku, majalah, dokumen, buletin dan fishing ground awal ke fishing ground
sebagainya (Nazir, 2003). berikutnya untuk setting selanjutnya,adapun
Dalam metode ini melakukan jarak antar bubu kurang lebih 1,5 meter
pengambilan gambar dengan kamera digital dalam, penetukan fishing ground nelayan
yang berupa gambar lokasi penelitian, bubu, mencari daerah rawa yang keadaan airnya
74
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

jernih,tidak bau dan letak fishing ground kurang lebih 6 7 meter.


antara kolor yang lain tidak berjauhan

Gambar 1. Proses setting alat tangkap

Keterangan:
A = Perahu
B = Alat tangkap

2. Immersing 1. Uji Kenormalan data menggunakan


Setelah setting sudah dilakukan semua Kolmogorov-Smirnov, apabila data
bubu tersebut dibiarkan atau direndam yang didapatkan menyebar normal
dalam perairan semalam selama 24 jam. maka selanjutnya diuji menggunakan
3. Hauling statistik non parametrik.
Bubu yang sudah direndam akan - Ho= Data berdistribusi normal
diambil keesokan pagi hari jam 06.00 WIB. - H= Data tidak berdistribusi
Waktu yang dibutuhkan pada saat Hauling normal
sama seperti saat setting. Pada proses ini Taraf Signifikansi : = 5 %
terjadi dua kegiatan yaitu pengambilan hasil Kriteria uji : Tolak Ho jika sig <
tangkapan dan pemberian umpan. Pada Terima Ho jika sig > = 0,05
pengambilan hasil tangkapan pengangkatan Dari penelitian ini mendapatkan data
badan bubu bambu secara miring agar air yang berdistribusi normal, karena sig
yang masuk ke dalam bubu bisa keluar. > = 0,05.
Kemudian mengeluarkan dan menuangkan 2. Bila data yang diperoleh sudah normal
hasil tangkapan pada bubu bambu dan maka akan dilanjutkan dengan uji
pemberian umpan dilakukan setelah hasil di Hipotesis (One Way ANOVA), kaidah
dalam bubu dikeluarkan, kemudian umpan pengambilan keputusan adalah:
ikan asin, kepala ikan atau bekatul a. Berdasarkan nilai signifikasi
dimasukan ke dalam bubu bambu umpan atau probabilitas
tersebut digunakan untuk memperoleh hasil Nilai signifikasi atau
tangkapan pada hari berikutnya. Selanjutnya probabilitas > (0,05) maka
hasil tangkapan yang diperoleh, dicatat terima H0
dengan alat tulis berdasarkan masing-masing Nilai signifikasi atau
perlakuan dan dimasukkan ke dalam plastik probabilitas < (0,05) maka
yang berbeda terhadap hasil tangkapan yang tolak H0
di peroleh. Sesampainya di darat, kemudian b. Berdasarkan perbandingan
diadakan penimbangan tiap hasil tangkapan Fhitung dan Ftabel
dan pengambilan dokumentasi. Jika Fhitung > Ftabel maka H0
Analisis Data ditolak
Urutan Uji analisis data meliputi : Jika Fhitung < Ftabel maka H0
diterima
75
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

HASIL DAN PEMBAHASAN dan Gunung Merbabu (Balitbang Propinsi


Jawa Tengah dan FT Undip, 2003).
Kondisi Umum Perairan Rawa Pening
Danau Rawa Pening merupakan danau Kondisi Desa Colombo
alami yang keberadaannya sangat penting Desa Colombo merupakan desa yang
bagi sistem ekologi Jawa Tengah bagian mayoritas berprofesi sebagai nelayan, hal ini
tengah. Danau dengan kapasitas tampungan dapat diketahui dari total jumlah penduduk
air maksimum sebesar 65.000.000 m3 pada Desa Colombo 90% berprofesi sebagai
elevasi 463,90 serta bentangan alam dari nelayan. Nelayan di desa Colombo
daratan pantai danau sampai pegunungan kebanyakan pekerjaannya sebagai nelayan di
yang mengitari danau, maka perubahan yang Rawapening sebagai nelayan bubu. Di desa
terjadi pada kawasan tersebut akan Colombo sendiri ada 2 nelayan bubu yaitu
berdampak luas terhadap kehidupan Jawa bubu menggunakan bamboo dan bubu
Tengah bagian tengah. menggunakan plastik, yang hasil
Secara geografis kawasan Rawa Pening tangkapannya kebanyakan berupa udang.
terletak antara 110 BT sampai 110 49 BT
dan 7 04 LS sampai 7 30 LS dan Hasil alat tangkap perikanan yang ada di
mempunyai batas-batas administrasi sebagai Rawapening
berikut: Pemanfaatan sumberdaya ikan di
Sebelah Utara : Kecamatan Bawen Rawapening merupakan salah satu mata
Sebelah Timur : Kecamatan Tuntang pencaharian utama warga setempat,
Sebelah Selatan : Kecamatan Tuntang umumnya nelayan setempat masih memiliki
Sebelah Barat : Kecamatan Ambarawa tingkat keterampilan yang terbatas dan
dan Kecamatan Banyubiru. aktifitasnya bersifat satu hari merawa. Hal
Air danau Rawa Pening berasal dari tersebut dikarnakan terbatasnya informasi
mata air yang keluar dari sisi rawa, selain penakapan yang baik di dapat nelayan.
ada beberapa sungai yang bermuara di Rawa Perairan Rawapening merupakan sektor
Pening, antara lain : Sungai Galeh, Torong, perikanan yang doniman di daerah
Panjang, Muncul, Parat, Legi, Pitung, Ambarawa dan sekitarnya. Perairan
Praginan dan Rengas. Sungai-sungai Rawapening ini dimanfaatkan oleh nelayan
tersebut menyumbang sekitar 60% air Rawa sekitar untuk menangkap ikan, tidak hanya 1
Pening sedangkan Sungai Muncul mensuplai kecamatan, tetapi Rawapening ini
air terbesar yaitu sekitar 20%. Luas daerah dimanfaatkan oleh nelayan dari 4
aliran Sungai (DAS) di hulu Rawa Pening kecamatan. Adapun alat tangkap yang
sekitar 25.079 ha meliputi 72 desa dengan digunakan oleh nelayan di Rawapening
kemiringan antara 0 di sekitar waduk dapat dilihat pada tabel 1.
sampai dengan 45 di Gunung Telomoyo
Tabel 1. Alat tangkap yang digunakan di Rawapening
No Jenis alat tangkap Jumlah alat tangkap Persentase (%)
1 Gill Net 245 19,9
2 Lift Net 140 11,3
3 Seser 80 6,5
4 Hand Line 380 30,8
5 Cash Net 75 6,4
6 Bubu/icir 190 15,4
7 Lain-lain 120 9,7
Jumlah 1230 100
Sumber: Data Statistik Dinas Peternakan dan Perikanan, 2011

76
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Dari tabel 1 alat tangkap pancing sebagai objek dari penelitian. Hasil
paling banyak dioperasikan di perairan tangkapan yang diperoleh nelayan bubu
Rawapening yaitu sekitar 30,8% penduduk adalah udang sempu (Palaemon sp)
dari 4 kecamatan yang mengelilingi perairan Kegiatan penangkapan ikan di Rawa Pening
Rawapening menggunakan pancing sebagai dusun Colombo ditujukan untuk menangkap
alat tangkap, karena mudah ikan dan udang, alat tangkap yang
pengoperasiaanya dan tidak membutuhkan beroperasi dan hasil tangkapan di
banyak biaya. Dalam penelitian ini Rawapening dusun Colombo dapat dilihat
mengambil alat tangkap bubu yang pada tabel 2.
digunakan nelayan dari Desa Colombo
Tabel 2. Hasil alat tangkap perikanan yang ada di Rawa Pening dusun Colombo
No. Jenis alat tangkap Jumlah alat tangkap Persentase (%)
1. Bubu udang 100 83
2. Bubu lobster 2 2
3. Branjang 3 2
4. Jaring insang 15 13
Jumlah 120 100
Sumber : Data sekunder Ketua Kelompok Nelayan di Desa Colombo (2009)
Dari tabel 2 menunjukan alat tangkap Bubu merupakan alat tangkap yang
yang biasa digunakan oleh para nelayan di paling banyak digunakan oleh nelayan Desa
dusun Colombo Rawapening adalah bubu Colombo mengingat kondisi perairan Rawa
udang. Bubu yaitu alat penangkapan seperti Pening yang banyak di tumbuhi tumbuhan
perangkap, yang merupakan jebakan bagi pada dasar dan permukan perairan sehingga
ikan maupun hasil tangkapan lainnya. Alat alat tangkap yang berbahan jaring menjadi
tangkap bubu dikenal umum dikalangan mudah tersangkut dan sobek.
nelayan, yang dioperasikan secara pasif.
Bubu terbuat dari anyaman bambu, anyaman Hasil tangkapan udang Galah
rotan, maupun anyaman kawat dan bahan (Macrobrachium idae) dengan
lainnya, yang memiliki bentuk bervariasai menggunakan bubu bambu berumpan
untuk tiap daerah perikanan. Bentuk bubu ikan asin.
ada yang seperti jangkar, silinder, segitiga Hasil tangkapan udang Galah
memanjang, bulat setengah lingkaran, dan (Macrobracium idae) pada bubu bambu
lain-lain (Subani dan Barus, 1989). yang menggunakan umpan ikan asin dengan
jumlah pengulangan sebanyak 9 kali.
Tabel 3. Hasil Tangkapan udang Galah (Macrobracium idae) dengan Menggunakan Bubu Bambu
Berumpan Ikan asin
Ulangan Jumlah
ke - (ekor)
1 148
2 130
3 140
4 121
5 135
6 141
7 137
8 128
9 146
Jumlah 1226
Rata- rata 136
77
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Sumber : Penelitian, 2012


Pada tabel 3 hasil tangkapan di atas
menunjukkan bahwa jumlah ekor udang Hasil tangkapan udang Galah
Galah (Macrobracium idae) yang tertangkap (Macrobrachium idea) dengan
dengan menggunakan bubu bambu yang menggunakan bubu bambu berumpan
berumpan ikan asin mencapai 1.678 gram. bekatul (kontrol)
Jumlah tangkapan terbanyak terjadi pada Hasil tangkapan udang Galah
pengulangan ke 1 yaitu sebanyak 148 ekor. (Macrobracium idae) pada bubu bambu
Sedangkan untuk jumlah tangkapan terendah yang menggunakan umpan bekatul(kontrol)
terjadi pada pengulangan ke 4 dan 8 yaitu dengan jumlah pengulangan sebanyak 9 kali.
sebanyak 249 ekor.
Tabel 4. Hasil Tangkapan udang Galah (Macrobracium idae) dengan Menggunakan Bubu Bambu
Berumpan bekatul (kontrol).
Ulangan Jumlah
ke - (ekor)
1 114
2 109
3 121
4 104
5 123
6 98
7 113
8 101
9 119
Jumlah 1002
Rata-rata 111
Sumber : Penelitian, 2012.
Pada tabel 4 hasil tangkapan
menunjukkan bahwa mendapatkan total Hasil tangkapan udang Galah
1.002 ekor udang Galah (Macrobracium (Macrobrachium idea) dengan
idae) yang tertangkap dengan menggunakan menggunakan bubu bambu berumpan
bubu bambu yang berumpan kepala ikan segar
bekatul(kontrol). Jumlah tangkapan Hasil tangkapan udang Galah
terbanyak terjadi pada pengulangan ke 5 (Macrobracium idae) pada bubu bambu
yaitu sebanyak 123 ekor. Sedangkan untuk yang berumpan kepala ikan segar
jumlah tangkapan terendah terjadi pada pengulangan sebanyak 9 kali.
pengulangan ke 6 sebanyak 96 ekor.
Tabel 5. Hasil Tangkapan udang Galah (Macrobracium idae) dengan Menggunakan Bubu Bambu
Berumpan Kepala ikan segar
Ulangan Jumlah
ke - (ekor)
1 92
2 118
3 97
4 101
5 103
6 114
7 99
8 101
9 110
Jumlah 935
Rata-rata 104
Sumber : Penelitian, 2012
78
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Pada tabel 5 hasil tangkapan di atas pengulangan ke 2 yaitu sebanyak 118 ekor.
menunjukkan bahwa mendapatkan total 935 Sedangkan untuk jumlah tangkapan terendah
ekor udang Galah (Macrobracium idae) terjadi pada pengulangan ke 1 sebanyak 92
yang tertangkap dengan menggunakan bubu ekor.
bambu yang berumpan kepala ikan segar.
Jumlah tangkapan terbanyak terjadi pada
Perbandingan Umpan

1400 1226
1002
jumlah (ekor)

1200 935
1000 ikan asin
800
600 Bekatul
400 Kepala Ikan Segar
200
0
ikan asin Bekatul Kepala Ikan
Segar

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Berat Hasil Tangkapan Udang Galah (Mancrobracium idea )
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa masuk ke dalam bubu, hal tersebut
perlakuan I (bubu bambu berumpan ikan dikarnakan umpan ikan asin memiliki
asin) lebih banyak menghasilkan tangkapan aroma yang lebih bertahan lama
udang Galah (Macrobracium idae) dibandingkan dengan umpan
dibanding dengan hasil tangkapan dari bekatul(kontrol) dan kepala ikan segar yang
perlakuan II dan III. Pada perlakuan I aromanya tidak tahan lama, karna kandung
dengan menggunakan ikan asin didapat hasil air yang terdapat dalam bekatul(kontrol) dan
tangkapan udang galah (Mancrobracium kepala ikan segar lebih banyak di
idea ) sebanyak 1.226 ekor sedangkan untuk bandingkan kandungan air pada ikan asin.
perlakuan II dan III menghasilkan udang Umpan ikan asin yang digunakan
galah (Mancrobracium idea ) sebanyak mengeluarkan bau melalui celah bubu dari
1.002 ekor dan 935 ekor. badan bubu dan terbawa oleh aliran air,
Pembahasan seperti yang dijelaskan oleh Syandri (1988),
Umpan ikan asin yang digunakan reaksi penciuman ikan disebabkan karena
dalam penelitian ini lebih banyak memikat adanya bau yang larut dalam air.
udang Galah (Macrobracium idae) untuk
Tabel 6. Kandungan Air dan Protein pada umpan
Kandungan Umpan
No. Jenis Umpan Sumber
Air Protein
1. Ikan Asin 30% 40% 54,17% - 61,86% (Murtini, 1995)
(Auliana, 2011), (Damardjati
2. Bekatul (K) 8% 60%
dan Purwani, 1995)
3. Kepala Ikan Segar 6% 58,40 (Sahwan, 2003)
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa pada senyawa yang ada dalam suatu bahan, dan
kandungan umpan ikan asin, untuk sebagai pelarut pada beberapa bahan
kandunagan air dan proteinya lebih banyak lainnya (Winarno 1992). Pada umpan,
dari kandungan kedua umpan yang lainya, kandungan air akan berpengaruh pada
hal ini menunjukan umpan ikan asin lebih distribusi bau dalam air, sehingga semakin
diminati oleh Udang Galah (Macrobracium banyak kandungan air maka semakin cepat
idae). Air dapat berfungsi sebagai bahan distribusi bau dan semakin cepat pula bau
yang dapat mendispersikan berbagai pada umpan menghilang. Asam amino dan

79
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

asam lemak merupakan kandungan kimia lalu masuk ke dalam bubu melalui mulut
umpan ikan asin yang dapat merangsang bubu dan sulit untuk melarikan diri.
organ penciuman ikan.
Menurut Clark (1985) menjelaskan KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa asam amino yang dapat Kesimpulan
merangsang penciuman ikan adalah alanina, Berdasarkan hasil penelitian dapat
arginina, prolina, glutamat, sisteina Nikonov diambil kesimpulan sebagai berikut :
dan metionina. Umpan hidup maupun Hasil penelitian ini dapat diperoleh
umpan mati memilki bau spesifik yang bahwa umpan dari ikan asin lebih banyak
berbeda dan mengakibatkan ikan dapat mendapatkan hasil tangkapan udang galah
membedakan hal tersebut. Hal terpenting (Macrobrachium idae) dari pada umpan
yang harus diperhatikan adalah umpan yang bekatul dan umpan kepala ikan yang
digunakan merupakan umpan yang mendapatkan hasil tangkapan udang galah
disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan (Macrobrachium idae) lebih sedikit.
penangkapan (Baskoro dan Effendy, 2005). Saran
Menurut Monintja dan Martasuganda Berdasarkan hasil penelitian, saranyang
(1990), salah satu yang menyebabkan hasil dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
tangkapan masuk ke alat tangkap adalah 1. Penggunaan umpan ikan asin dengan
tertarik bau umpan. Umpan yang digunakan menggunakan bubu bambu dianjurkan
mengeluarkan bau melalui celah mata jaring karena dari hasil penelitian hasil
dari badan bubu dan terbawa oleh aliran air. tangkapan terbanyak pada penggunaan
Bahan bubu bambu memungkinkan bubu umpan ikan asin untuk penangkapan
tersebut lebih mudah untuk ditumbuhi Udang Galah (Macrobrachium idae)
organisme organisme, lebih terlihat alami menggunakan bubu bambu(icir) di
pada saat perendaman beberapa waktu di perairan Rawapening Kab Semarang.
perairan. Dalam pengoperasian alat tangkap 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
bubu, umpan merupakan penarik perhatian mengenai alat tangkap bubu bambu
untuk terjebak ke dalam bubu, sehingga (icir) agar penangkapan bisa dilakukan
umpan yang digunakan dalam pengoperasian lebih efektif dan perhatian dari
alat tangkap perlu diperhatikan agar pemerintah agar bisa mengatur nilai
mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. ekonomis hasil penangkapan.
Pemilihan umpan yang dipasang dalam
bubu, bukan hanya berdasar pada jenis dan DAFTAR PUSTAKA
jumlah yang cocok terhadap efisiensi Auliana, Risqie. 2011. Manfaat Bekatul dan
penangkapan. Faktor ekonomi perlu juga Kandungan Gizinya. Fakultas
dipertimbangkan, karena beberapa jenis Tehnik UNY. Yogyakarta.
umpan yang baik untuk pengoperasian bubu,
ternyata mahal (Dulgofar, 2000). Baskoro, Mulyono S. dan Arief Effendy.
Menurut Baskoro dan Effendy (2005), 2005. Tingkah Laku Ikan
karakteristik umpan yang baik dintaranya Hubungannya dengan Metode
tahan lama, mempunyai bau yang spesifik, Pengoperasian Alat Tangkap Ikan.
harganya terjangkau dan disenangi oleh ikan Departemen Pemanfaatan
yang menjadi tujuan penangkapan. Namun Sumberdaya Perikanan. Fakultas
perlu diingat kembali bahwa pada perikanan Perikanan dan Ilmu Kelautan.
bubu baik yang menggunakan umpan Institut Pertanian Bogor.
maupun tidak menggunakan umpan, faktor
faktor yang berbeda membangkitkan Damardjati, D.S. dan E.Y. Purwani.1995.
perhatian dan keingintahuan ikan pada bubu. Pengembangan tepung keraskaya
Umpan (bait) merupakan salah satu bentuk protein mendukung agroindus-tri.
rangsangan (stimulus) yang bersifat fisik Dalam Syam, M., Hermanto,
maupun kimiawi yang dapat memberikan A.Musaddad, dan Sunihardi
respon bagi ikan-ikan tertentu dalam tujuan (Eds.).Prosiding Simposium
penagkapan ikan (Ruivo dalam Hendrotomo, PenelitianTanaman Pangan III.
1989). Menurut King (1991) menjelasankan, Jakarta/Bogor,23-25 Agustus 1993.
umpan pada bubu dan perangkapan Kinerja Pene-litian Tanaman
digunakan untuk menangkap krustasea Pangan 3:883-892.
seperti kepiting dan udang, juga ikan kakap.
Prinsipnya adalah, ikan tertarik oleh umpan,
80
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013, Hlm 72-81
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Dulgofar. 2000. Bubu Alat Penangkap Ikan Supranto, J. 2003. Metode Penelitian Hukum
Ramah Lingkungan Di perairan Statistik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Karang. Jurnal Ariomma edisi
Desember No. 11. BPPI. Semarang. Sulistiyo, H. 2003. Struktur Populasi Udang
Hal 43-58 Air Tawar di daerah (Eichhornia
crassipes) Danau Rawa Pening.
Goeltenboth, F dan A.I.A. Kristyanto. 1994. Fakultas Biologi UKSW. Salatiga.
Fisheries in Lake Rawa Pening
Java, Indonesia Facts and Prospect. Subani, W dan H.R. Barus. 1989. Alat
Satya Wacana University Press. Penangkapan Ikan Dan Udang Laut
Salatiga Di Indonesia (Fishing Gears For
Marine Fish and Shrimp in
Monintja, D.R dan S. Martasuganda. 1990. Indonesia). Jurnal Penelitian
Diktat Kuliah Teknologi Perikanan Laut. Nomor : 50 Th.
Pemanfaatan Sumberdaya Hayati 1988/1989. Edisi Khusus. Jurnal
Laut II (tidak dipublikasikan). Penelitian Perikanan Laut (Journal
Bogor: Institut Pertanian Bogor, of marine Fisheries Research).
Proyek Peningkatan Perguruan Balai Penelitian Perikanan Laut,
Tinggi Institut Pertanian Bogor. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Departemen Pertanian. Jakarta. Hal
Indonesia, Jakarta. 248

Rumanjar, T.P. 2001. Pendekatan Sistem Srigandono, B. 1981. Rancangan Percobaan


untuk Pengembangan Usaha Experimental. Universitas
Perikanan Ikan Karang dengan Alat Diponegoro, Semarang.
Tangkap Bubu di Perairan Tanjung
Manimbaya Kab. Donggala [Tesis]. Wijaya S S, Solichin Anhar, Setiarto Agung.
Bogor: Program Pasca Sarjana, 1998. Laporan Penelitian. Analisis
Institut Pertanian Bogor. Hal 16-18 Potensi dan Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan di Perairan
Sahwan, M.F. 2003. Pakan Ikan dan Udang: Rawapening Kabupaten Semarang.
Formulasi, Pembuatan, Analisa Semarang.
Ekonomi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

81

Anda mungkin juga menyukai