Anda di halaman 1dari 10

Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60


Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

ANALISIS PERBEDAAN JENIS UMPAN DAN LAMA WAKTU


PERENDAMAN PADA ALAT TANGKAP BUBU TERHADAP
HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DI PERAIRAN SURADADI
TEGAL
Rizqi Laily Catur Putri*), Aristi Dian Purnama Fitri, dan Taufik Yulianto

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, Tembalang (email : rizqicatur@gmail.com )

ABSTRAK

Operasi penangkapan rajungan umumnya menggunakan bubu. Bubu adalah alat tangkap
yang berbentuk persegi panjang dengan rangka terbuat dari besi dan dapat dilipat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan penggunaan jenis umpan (ikan petek segar dan
asin) dan lama waktu perendaman (8, 15 dan 24 jam) terhadap hasil tangkapan rajungan di
perairan Suradadi Tegal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode experimental fishing
dengan 2 variabel yaitu jenis umpan dan lama waktu perendaman dengan 6 perlakuan. Analisis
data menggunakan uji kenormalan data dan uji ANOVA dengan SPSS 16.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan jenis umpan dan lama waktu perendaman tidak
berpengaruh terhadap hasil tangkapan rajungan. Namun penggunaan jenis umpan ikan petek segar
dengan lama waktu perendaman 8 jam menghasilkan hasil tangkapan yang paling banyak yaitu 29
ekor rajungan. Pengujian interaksi menunjukkan terdapat interaksi antara jenis umpan dan lama
waktu perendaman.

Kata kunci : Jenis umpan, Lama waktu perendaman, Rajungan, Tegal

ABSTRACT

Pot is commonly used for catching crabs. Pot is a fishing gear which is shaped in a long
square, iron-constructed and can be folded. The purpose of this study was to analyze the
differences between the types of bait (fresh “petek” and salted “petek”) and the duration of
soaking time (8, 15, 24 hours) towards the catch of crabs in Suradadi, Tegal. The research method
used in this study was the experimental fishing with 2 variables, which are the type of bait and the
duration of soaking time within 6 treatments. The data analysis used were the normality data test
and ANOVA test with SPSS 16.0. The result of this study showed that the differences between the
using of different baits and the duration of soaking time had not influence the catch of crabs.
However, the using of fresh petek as the bait and 8 hour duration of soak time resulted in the
largest number of catch, that are 29 crabs. The interaction test showed that there was an
interaction between types of bait and the duration of soaking time.

Keyword: Types of bait, The duration of soaking time, Crabs, Tegal

51
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

PENDAHULUAN telah diasinkan dan umpan ikan petek yang


masih segar
1. Latar Belakang Bubu lipat sudah banyak dikenal
Kabupaten Tegal memiliki potensi nelayan, terutama nelayan di sepanjang
perikanan dan kelautan yang tinggi. Pada Pantai Utara Jawa, salah satunya nelayan di
tahun 2011 potensi perikanan tangkap yang perairan sekitar PPI Surodadi, Tegal.
ada di Kabupaten Tegal mencapai 606 ton. Pengoperasian bubu lipat melalui proses
Potensi ini meliputi berbagai jenis ikan immersing, demikian halnya dengan nelayan
pelagis, ikan demersal dan berbagai jenis di PPI Surodadi biasanya melakukan
crustacea serta cephalopoda. Rajungan immersing selama 15 jam. Untuk
merupakan komoditi perikanan yang mengetahui tingkat efektivitas lama waktu
memiliki nilai jual tinggi, baik sebagai perendaman berkaitan dengan tingkat
komoditi lokal maupun komoditi ekspor. efektivitas umpan setelah direndam, penulis
Masuknya rajungan di pasar ekspor bermaksud membedakan lama waktu
membuat harga rajungan semakin perendaman menjadi tiga, yaitu selama 15
meningkat. Hal tersebut secara tidak jam, sesuai dengan kebiasaan menangkap
langsung merupakan salah satu motivasi nelayan setempat (variabel kontrol), 8 jam
nelayan untuk melakukan usaha dan selama 24 jam sebagai pembanding.
penangkapan rajungan. Pemilihan lama waktu perendaman 8 jam,
Nelayan Kabupaten Tegal dalam 15 jam dan 24 jam ini berdasarkan referensi
menangkap rajungan biasanya menggunakan jurnal penelitian tentang penangkapan Red
alat tangkap set bottom gillnet atau nelayan King Crab di Perairan Alaska. Dalam
setempat menyebutnya sebagai jaring kejer penelitian tersebut lama waktu perendaman
dan bubu. Nelayan pada umumnya yang digunakan adalah 12 jam 24 jam dan
menggunakan jaring kejer yang memiliki 72 jam dengan lama waktu 24 jam sebagai
banyak kendala seperti hilangnya jaring kontrol, 12 jam diambil dari separuh lama
yang dioperasikan, mudah mengalami waktu 24 jam (kontrol) dan 72 jam
kerusakan yang sangat parah akibat terseret merupakan 3 kali dari 24 jam. Atas dasar
alat tangkap lain seperti dogol dan arad, itulah lama waktu perendaman 8 jam dipilih
serta perawatan pasca operasi penangkapan karena merupakan separuh dari lama waktu
yang sulit. Dari beberapa kendala tersebut, perendaman 15 jam yang merupakan
banyak nelayan yang beralih menggunakan variabel control, 24 jam dipilih karena tepat
alat tangkap bubu. Bubu yang digunakan saat nelayan akan melakukan setting bubu
adalah jenis bubu lipat yang berbentuk kembali, sehingga dapat meningkatkan
persegi panjang dengan rangka terbuat dari efisiensi dalam operasi penangkapan
besi dan dapat dilipat sehingga menjadi rajungan.
solusi untuk efisiensi penempatan bubu di
atas kapal. Kelebihan lain dari alat tangkap 3. Tujuan
bubu adalah hasil tangkapannya yang relatif Tujuan penelitian ini adalah untuk:
segar, karena rajungan yang masuk ke dalam 1. Mengetahui pengaruh perbedaan
bubu mengalami aktivitas perlawanan penggunaan jenis umpan ikan petek
(struggle) yang lebih minimal sehingga asin dan ikan petek segar pada alat
kerusakan bagian tubuh dan kematian dapat tangkap bubu terhadap hasil tangkapan
berkurang. rajungan.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan lama
2. Rumusan Masalah waktu perendaman 8 jam, 15 jam dan
Dalam upaya meningkatkan efektivitas 24 jam pada alat tangkap bubu terhadap
penangkapan tidak hanya metode hasil tangkapan rajungan.
penangkapannya yang perlu diperhatikan 3. Menganalisis interaksi antara pengaruh
tetapi juga penggunaan jenis dan bahan alat perbedaan jenis umpan dan lama
tangkap, serta penggunaan umpan yang waktu perendaman pada alat tangkap
tepat. Pemilihan umpan (bait) pada bubu bubu terhadap hasil tangkapan
merupakan salah satu alternatif untuk rajungan.
meningkatkan efektivitas penangkapan dan
sekaligus untuk mencegah masalah METODE PENELITIAN
kerusakan ekosistem. Metode yang digunakan dalam
Dalam penelitian ini umpan yang penelitian ini adalah metode experimental
digunakan adalah ikan petek kering yang fishing. Eksperimen adalah observasi di

52
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

bawah kondisi buatan (artificial condition) selama 8 jam, 15 jam dan 24 jam yang
dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur masing-masing dilakukan sebanyak 1
oleh si peneliti. (Nazir, 2003). kali. Setting dilakukan bersamaan yaitu
Untuk mendukung metode pukul 16:00 kemudian pada pukul
eksperimental ini dilakukan pengumpulan 24:00, 24 bubu dengan lama waktu
data-data yang dibutuhkan melalui perendaman 8 jam akan berakhir. Pada
wawancara, observasi langsung, studi pukul 07:00, 24 bubu dengan lama
pustaka, dan dokumentasi. waktu perendaman 15 jam akan
Pengoperasian bubu di perairan berakhir dan 24 bubu akan dengan
Suradadi pada penelitian ini dilakukan satu lama perendaman 24 jam akan berakhir
kali dengan menggunakan 72 bubu untuk 6 pada pukul 16:00.
perlakuan. Masing-masing perlakuan 4. Pengangkatan bubu (hauling)
menggunakan 12 bubu. Pemasangan Pengangkatan bubu dilakukan setelah
(setting) bubu dilakukan pada sore hari, perendaman bubu selama 8 jam, 15 jam
kemudian pengangkatan (hauling) dilakukan dan 24 jam. Setelah diangkat, hasil
3 kali, yaitu pada malam hari, pagi hari dan tangkapan bubu dihitung jumlahnya,
sore hari. Tahap-tahap pengoperasian bubu ditimbang dan diukur panjang
diuraikan berikut ini: karapasnya. Hal tersebut diulangi
1. Persiapan setiap pengangkatan bubu dilakukan.
Bubu yang berjumlah 72 unit disiapkan
dengan membagi menjadi 6 bagian, HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap bagian merupakan 1 perlakuan Hasil Tangkapan Keseluruhan Selama
sehingga masing-masing perlakuan Penelitian
diulang 12 kali. 12 bubu tersebut harus Dalam pengoperasian bubu, kita tidak
disusun secara berangkai dengan 1 tali dapat menghindari adanya tangkapan selain
utama dan menggunakan 2 buah rajungan, karena tidak hanya rajungan saja
pelampung. Setelah persiapan selesai, yang dapat tertarik oleh adanya umpan yang
kemudian menuju fishing ground terdapat pada bubu. Pada Tabel 1 adalah
dengan menggunakan perahu. komposisi hasil tangkapan non rajungan
2. Pemasangan bubu (setting) yang didapatkan selama penelitian dengan
Penentuan daerah penangkapan 12 kali ulangan.
berdasarkan kedalaman perairan yang Pada Tabel 1 diketahui bahwa terdapat
akan diuji disesuaikan dengan 6 spesies yang tertangkap selama
pengalaman dari nelayan. Daerah pengoperasian bubu. Ke-enam spesies
penangkapan kemudian di-plot tersebut merupakan organisme yang hidup
menggunakan GPS pada masing- atau berada di dasar perairan (demersal
masing rangkaian bubu. Umpan yang species). Hal ini karena bubu merupakan alat
akan digunakan adalah jenis ikan petek. tangkap yang pengoperasiannya direndam di
Pemasangan bubu dimulai dengan dasar perairan dengan target tangkapan
memasang umpan sesuai dengan spesies demersal (Subani, 1989).
perlakuan. Rancangan percobaan dalam Pada hasil penelitian ini, terdapat dua
penempatan umpan (ikan petek kering spesies rajungan yang tertangkap yaitu
dan segar) dapat dilihat pada Lampiran Portunus pelagicus dan Charibdis feriatus
2. Setelah semua umpan dipasang maka yang merupakan spesies paling dominan
bubu siap dipasang. tertangkap. Beberapa spesies yang
menghasilkan hasil tangkapan bubu
terbanyak setelah rajungan adalah spesies
keong macan (Babylonia spirata). Hal ini
dikarenakan keong macan merupakan
gastropoda yang dapat ditemukan di dasar
perairan dan biasanya hidup dengan
membenamkan diri di dasar laut (Nontji,
2005). Penggunaan jenis umpan berupa ikan
petek asin dan ikan petek segar disukai
Gambar 1. Satu Rangkaian Bubu keong macan karena kedua jenis umpan
3. Perendaman bubu tersebut memiliki bau yang sangat
Perendaman bubu dibedakan menjadi 3 menyengat sehingga menarik keong macan
yaitu dengan lama waktu perendaman untuk masuk ke dalam bubu. Menurut

53
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Martasuganda (2005), umpan yang biasa (Mastigoteuthis flammea) juga tertangkap


dipakai untuk menangkap beberapa pada saat pengoperasian bubu.
gastropoda seperti keong macan adalah ikan
petek yang telah diasinkan juga ikan rucah.
Spesies lain yang tertangkap adalah jenis
kepiting yaitu kepiting bakau (Scylla
serrata). Kepiting bakau memiliki habitat
yang hampir sama dengan keong macan,
yaitu pantai dengan pasir, pasir lumpur dan
jjuga dilaut terbuka. Selain keong macan dan
kepiting bakau, kepiting laba-laba
(Cretamaja granulate), udang ronggeng
(Harpiosquilla raphidea), dan cumi-cumi

Tabel 1. Komposisi Hasil Tangkapan pada Keseluruhan Perlakuan


8 Jam 15 Jam 24 Jam
Spesies Jumlah
Segar Asin Segar Asin Segar Asin
Rajungan
(Portunus pelagicus, 29 19 24 19 23 17 131
Charibdis feriatus)
Keong macan
1 2 2 1 3 2 11
(Babylonia spirata)
Udang ronggeng
- - - 1 - 4 5
(Harpiosquilla raphidea)
Kepiting bakau
2 2 2 1 - - 7
(Scylla serrata)
Cumi – cumi
2 - - - 2 - 4
(Mastigoteuthis flammea)
Kepiting laba-laba
- - - 5 - 1 6
(Cretamaja granulate)
Total 34 23 28 27 28 23 164
Sumber : Hasil Penelitian, 2012

Hasil tangkapan rajungan menggunakan Tabel 2. Hasil Tangkapan Rajungan


umpan ikan petek segar dengan lama Menggunakan Umpan Ikan Petek
waktu perendaman 8 jam Segar dengan Lama Waktu
Hasil tangkapan rajungan Perendaman 8 Jam
menggunakan umpan ikan petek segar dan Ulangan Jumlah Berat
lama waktu perendaman 8 jam dengan ke- (ekor) (gram)
jumlah ulangan sebanyak 12 kali tersaji 1 1 110
dalam Tabel 2. Pada Tabel 2 menunjukkan 2 1 75
bahwa total berat dari 29 rajungan yang 3 2 60
tertangkap dengan menggunakan bubu lipat 4 3 50
yang berumpan ikan petek segar dengan 5 2 70
lama waktu perendaman 8 jam mencapai 6 3 240
1.195 gram. Jumlah tangkapan terbanyak 7 2 130
terjadi pada pengulangan ke- 4, 6 dan 10 8 2 50
yaitu sebanyak 3 ekor dengan berat masing 9 1 25
masing 50, 240 dan 90 gram. Sedangkan 10 3 90
untuk jumlah tangkapan terendah terjadi 11 1 210
pada pengulangan ke- 1, 2, 9 dan 11 yaitu 12 2 85
hanya mendapatkan 1 ekor rajungan dengan Total 29 1.195
berat masing-masing 110, 75, 25 dan 210 Sumber : Hasil Penelitian, 2012
gram.

54
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Hasil tangkapan rajungan menggunakan Sedangkan pada pengulangan ke- 8 tidak ada
umpan ikan petek asin dengan lama rajungan yang tertangkap.
waktu perendaman 8 jam Tabel 4. Hasil Tangkapan Rajungan
Hasil tangkapan rajungan Menggunakan Umpan Ikan
menggunakan umpan ikan petek asin dan Petek Segar dengan Lama
lama waktu perendaman 8 jam dengan Waktu Perendaman 15 Jam
jumlah ulangan sebanyak 12 kali tersaji Ulangan Jumlah Berat
dalam Tabel 3. ke- (ekor) (gram)
Tabel 3. Hasil Tangkapan Rajungan 1 3 130
Menggunakan Umpan Ikan 2 3 70
Petek Asin dengan Lama waktu 3 1 35
Perendaman 8 Jam 4 2 70
Ulangan Jumlah Berat 5 1 75
ke- (ekor) (gram) 6 2 150
1 2 65 7 3 80
2 1 55 8 0 0
3 1 80 9 2 120
4 2 170 10 2 95
5 2 60 11 2 50
6 1 130 12 3 190
7 2 50 Total 24 1.065
8 1 110 Sumber : Hasil Penelitian, 2012
9 2 60
10 2 70 Hasil tangkapan rajungan menggunakan
11 2 110 umpan ikan petek asin dengan lama
12 1 55 waktu perendaman 15 jam
Total 19 1.225 Hasil tangkapan rajungan
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 menggunakan umpan ikan petek asin dan
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa lama waktu perendaman 15 jam dengan
total berat dari 19 rajungan yang tertangkap jumlah ulangan sebanyak 12 kali tersaji
dengan menggunakan bubu lipat yang dalam Tabel 5.
berumpan ikan petek asin dengan lama Tabel 5. Hasil Tangkapan Rajungan
waktu perendaman 8 jam mencapai 1.225 Menggunakan Umpan Ikan Petek
gram. Jumlah tangkapan bubu sebanyak 2 Asin dengan Lama Waktu
ekor rajungan terdapat pada bubu ke- 2, 3, 6, Perendaman 15 Jam
8 dan 12 dengan berat berkisar antara 55 Ulangan Jumlah Berat
gram sampai 130 gram. Sedangkan untuk ke- (ekor) (gram)
hasil tangkapan 1 ekor bubu terdapat pada 1 1 30
ulangan ke- 1, 4, 5, 7, 9, 10 dan 11 dengan 2 2 180
berat berkisar antara 5 gram sampai 170 3 1 15
gram. 4 2 45
5 2 35
Hasil tangkapan rajungan menggunakan 6 1 95
umpan ikan petek segar dengan lama 7 2 210
waktu perendaman 15 jam 8 1 20
Hasil tangkapan rajungan 9 2 80
menggunakan umpan ikan petek segar dan 10 2 90
lama waktu perendaman 15 jam dengan 11 1 110
jumlah ulangan sebanyak 12 kali tersaji 12 2 70
dalam Tabel 4. Pada Tabel 4 menunjukkan Total 19 980
bahwa total berat dari 24 rajungan yang Sumber : Hasil Penelitian, 2012
tertangkap dengan menggunakan bubu lipat Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
yang berumpan ikan petek segar dengan total berat dari 19 rajungan yang tertangkap
lama waktu perendaman 15 jam mencapai dengan menggunakan bubu lipat yang
1.065 gram. Jumlah tangkapan terbanyak berumpan ikan petek asin dengan lama
terjadi pada pengulangan ke- 1, 2, 7 dan 12, waktu perendaman 15 jam mencapai 980
sebanyak 3 ekor dengan berat masing gram. Jumlah tangkapan sebanyak 1 ekor
masing 130, 70, 80 dan 190 gram. rajungan terdapat pada bubu ke- 1, 3, 6, 8

55
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

dan 11 dengan berat berkisar antara 15 gram Tabel 7. Hasil Tangkapan Rajungan
sampai 110 gram. Sedangkan untuk hasil Menggunakan Umpan Ikan Petek
tangkapan 2 ekor bubu terdapat pada Asin dengan Lama Waktu
ulangan ke- 2, 4, 5, 7, 9, 10 dan 12 dengan Perendaman 24 Jam
berat berkisar antara 35 sampai 210 gram. Ulangan Jumlah Berat
ke- (ekor) (gram)
Hasil tangkapan rajungan menggunakan 1 1 20
umpan ikan petek segar dengan lama 2 1 45
waktu perendaman 24 jam 3 2 75
Hasil tangkapan rajungan 4 1 30
menggunakan umpan ikan petek segar dan 5 1 55
lama waktu perendaman 24 jam dengan 6 2 70
jumlah ulangan sebanyak 12 kali tersaji 7 2 85
dalam Tabel 6. Pada Tabel 6 menunjukkan 8 1 25
bahwa total berat dari 23 rajungan yang 9 2 170
tertangkap dengan menggunakan bubu lipat 10 1 95
yang berumpan ikan petek segar dengan 11 1 75
lama waktu perendaman 24 jam mencapai 12 2 110
910 gram. Jumlah tangkapan terbanyak Total 17 855
terjadi pada pengulangan ke- 1, 4 dan 9 Sumber : Hasil Penelitian, 2012
yaitu sebanyak 3 ekor dengan berat masing
masing 170, 90 dan 110 gram. Sedangkan Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa
bubu dengan hasil tangkapan paling sedikit total berat dari 17 rajungan yang tertangkap
yaitu 1 ekor rajungan terdapat pada dengan menggunakan bubu lipat yang
pengulangan ke- 2, 7, 10, 11 dengan berat berumpan ikan petek asin dengan lama
berkisar antara 15 – 70 gram. waktu perendaman 24 jam mencapai 855
gram. Jumlah tangkapan sebanyak 2 ekor
Tabel 6. Hasil Tangkapan Rajungan rajungan terdapat pada bubu ke- 3, 6, 7, 9
Menggunakan Umpan Ikan Petek dan 12 dengan berat berkisar antara 70 gram
Segar dengan Lama Waktu sampai 170 gram. Sedangkan untuk hasil
Perendaman 24 Jam tangkapan sebanyak 1 ekor bubu terdapat
Ulangan Jumlah Berat pada ulangan ke- 1, 2, 4, 5, 8, 10, dan 11
ke- (ekor) (gram) dengan berat berkisar antara 20 gram sampai
1 3 170 95 gram.
2 1 70
3 2 40 Perbandingan hasil tangkap rajungan
4 3 90 pada keseluruhan perlakuan
5 2 35 Hasil tangkapan yang merupakan
6 2 130 perbandingan dari 6 perlakuan pada
7 1 15 penelitian ini secara rinci dipaparkan dalam
8 2 80 Gambar 2. Pada Gambar 2 menunjukkan
9 3 110 bahwa perlakuan dengan menggunakan
10 1 50 umpan ikan petek segar menghasilkan
11 1 65 tangkapan rajungan yang lebih banyak
12 2 55 dibandingkan umpan ikan petek asin yaitu
Total 23 910 sebanyak 29 ekor (1.195 gram) pada
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 perlakuan I, 24 ekor ( 1.225 gram) pada
perlakuan III dan 23 ekor (910 gram) pada
Hasil tangkapan rajungan menggunakan perlakuan VI. Sedangkan perlakuan lama
umpan ikan petek asin dengan lama waktu perendaman 8 jam menghasilkan
waktu perendaman 24 jam tangkapan rajungan terbanyak dibandingkan
Hasil tangkapan rajungan dengan lama waktu perendaman 15 jam dan
menggunakan umpan ikan petek asin dan 24 jam yaitu pada perlakuan I dan II,
lama waktu perendaman 24 jam dengan sebanyak 29 ekor (1.195 gram) untuk
jumlah ulangan sebanyak 12 kali tersaji umpan ikan petek segar dan 19 ekor (1.225
dalam Tabel 7. gram) untuk umpan ikan petek asin.

56
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Hasil Tangkap Rajungan pada Keseluruhan Perlakuan

29
30 24 23
25 19 19
17
20
15
10
5

8Segar 8K. Asin 15Segar 15K. Asin 24Segar 24K. Asin

Gambar 2. Perbandingan hasil tangkap rajungan pada keseluruhan perlakuan

Hasil tangkapan rajungan perairan kandungan kimianya lebih cepat


berdasarkan hasil penelitian mengalami menyebar, hal ini dikarenakan air dapat
penurunan seiring dengan lama waktu berfungsi sebagai bahan yang dapat
perendaman. Penurunan hasil tangkapan mendispersikan berbagai senyawa yang ada
rata-rata kaitannya dengan lama perendaman dalam suatu bahan, dan sebagai pelarut pada
lebih disebabkan oleh hilangnya umpan, beberapa bahan lainnya (Winarno 1992).
ketertarikan terhadap umpan dan adanya Kandungan protein pada umpan ikan segar
interaksi tingkah laku dari crustacean lebih banyak jika dibandingkan dengan
terhadap alat tangkap (Krouse, 1988 dalam umpan ikan asin, hal ini menyebabkan
Tiku, 2004). Ketertarikan rajungan terhadap rajungan lebih tertarik kepada umpan ikan
umpan akan menurun disebabkan oleh segar. Asam amino dan asam lemak
kandungan asam amino yang ada pada merupakan kandungan kimia umpan ikan
umpan akan menurun seiring dengan yang dapat merangsang organ penciuman
waktunya perendaman umpan sehingga rajungan.
umpan yang terdapat pada bubu menjadi
tidak efektif. Menurut Lokkeborg (1990), Analisis Hasil Tangkapan
menunjukkan bahwa rate release dari asam Data analisis hasil tangkapan yang
amino akan menurun setelah 1,5 jam dan telah diperoleh, dianalisa dengan melakukan
akan seluruhnya menurun setelah 24 jam. beberapa uji statistik. Adapun hasil analisa
Hal ini disebabkan pula karena ikan predator statistik. Adapun hasil analisa statistik yang
yang memakan makanan tidak hidup didapatkan untuk menarik kesimpulan
(umpan) menggunakan sistem hipotesis yang diajukan yaitu dengan
penciumannya untuk dapat mendeteksi dan membandingkan Fhitung dari masing-
membeda – bedakan stimuli asam amino masing sumber keragaman dengan Ftabel
(Hansen dan Reutter, 2004 dalam Fitri, dalam uji (α) 0,05 pada derajat bebas masing
2008). Penggunaan umpan ikan petek segar – masing sumber keragaman dan derajat
menghasilkan hasil tangkapan rajungan lebih bebas galat (error).
banyak karena, pada ikan segar kandungan
airnya lebih banyak dibandingkan ikan Uji Normalitas
kering. Ikan segar mengandung 60 % air dan Hasil uji Normalitas One Sample
juga memiliki kandungan protein sebesar Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa
58,40 % (Sachwan, 2003), sedangkan ikan ke-enam perlakuan yang dilakukan dengan
asin hanya memiliki kandungan air sebanyak pengulangan sebanyak 12 kali memiliki nilai
20 % setelah dikeringkan selama 8,25 Kolmogorov-Smirnov lebih dari α (0,05),
jamdan kandungan protein sebesar 54,17% maka H0 diterima, dengan demikian dapat
(Novarisa, 2008). Kandungan air yang lebih dinyatakan bahwa ke-enam perlakuan
banyak inilah yang menjadikan umpan ikan tersebut mempunyai nilai yang normal.
segar jika direndam lebih lama waktu pada

57
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan air dari umpan tersebut. Semakin tinggi
Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan kandungan air yang ada pada umpan maka
Menurut analisis data di atas dapat kecepatan dispersi kandungan kimia yang
disimpulkan bahwa jenis umpan ikan petek terdapat pada umpan akan semakin cepat.
segar dan ikan petek asin tidak berpengaruh Sehingga dalam kaitannya dengan hasil
terhadap hasil tangkapan rajungan, Hal ini tangkapan pada penelitian, penggunaan
dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk umpan ikan segar menghasilkan tangkapan
kedua jenis umpan yang lebih dari α = 5%, yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
yaitu 0,562 dan 0,816 yang berarti tidak ada umpan kering.
perbedaan yang signifikan mengenai jenis
umpan yang lebih baik digunakan untuk Pengaruh Perbedaan Lama Waktu
menangkap rajungan. Perbedaan Perendaman Terhadap Hasil Tangkapan
penggunaan jenis umpan tidak berpengaruh Rajungan
terhadap hasil tangkapan rajungan Analisis data yang dilakukan
dikarenakan sifat dari rajungan yang didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,235
pemakan bangkai (scavenger). Sebagai untuk lama waktu perendaman 8 jam, 0,572
pemakan bangkai, rajungan mudah untuk lama waktu perendaman 15 jam dan
tertangkap dengan perangkap berumpan. 0,364 untuk lama waktu perendaman 24 jam.
Organisme pemakan bangkai juga tidak Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terlalu membedakan tipe umpan yang akan perbedaan lama waktu perendaman tidak
dimangsa. Dalam penelitian ini, umpan yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan
digunakan adalah ikan petek kering dan rajungan keran nilai signifikansi > nilai α
umpan ikan petek segar. Keduanya sama- 0,05. Hal ini dapat disebabkan oleh bubu
sama berupa bangkai yang merupakan yang dapat pula digunakan sebagai artificial
makanan utama dari rajungan, sehingga shelter dan tempat bersembunyi. Baru-baru
ketika umpan ikan petek kering dan umpan ini ditemukan penemuan tentang beberapa
ikan petek segar digunakan pada bubu, spesies crustacean yang melihat bubu
rajungan memberikan respon yang tidak sebagai tempat berlindung maupun tempat
signifikan terhadap pemberian jenis umpan mencari makan (FAO, 2013), sehingga
yang berbeda, sehingga tidak dapat ketika bubu direndam dalam jangka waktu
disimpulkan umpan mana yang lebih baik yang berbeda, yaitu 8 jam, 15 jam dan 24
secara statistika untuk mendapatkan jam, tidak akan memberikan pengaruh yang
rajungan dengan hasil terbanyak. signifikan. Namun berdasarkan hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang penelitian menunjukkan bahwa lama waktu
telah dilakukan, menunjukkan bahwa jenis perendaman 8 jam memberikan hasil
umpan ikan petek segar memberikan hasil tangkapan rajungan sebanyak (secara total)
tangkapan rajungan yang lebih banyak yaitu 48 ekor, sedangkan untuk l perendaman 15
(secara total) 76 ekor rajungan, sedangkan jam (secara total) 43 ekor dan untuk lama
untuk jenis umpan ikan petek asin hanya waktu perendaman 24 jam sebanyak (secara
sebesar (secara total) 55 ekor. Perbedaan ini total) 40 ekor rajungan.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, Perbedaan hasil tangkapan ini
diantaranya kandungan air yang terdapat dipengaruhi oleh efektivitas umpan yang
pada masing-masing jenis umpan. Umpan digunakan. Menurut Fitri (2011) secara
ikan petek segar mengandung kadar air yang organoleptik umpan yang telah direndam
lebih banyak daripada ikan petek asin selama 1 jam berbeda dengan umpan yang
sehingga kandungan kimia yang ada cepat telah direndam selama 7 jam dilihat dari
larut dalam air. Menurut Novarisa (2008), kenampakan, bau dan kepadatan daging.
ikan petek yang telah dikeringkan selama Perubahan bau ikan mengakibatkan
8,25 jam hanya memiliki kandungan air rangsangan bau (rangsangan kimia) umpan
sebanyak 20 %. Menurut Stoner (2004) kurang optimal sehingga berpengaruh
dalam Fitri (2011) bahwa pada kebanyakan terhadap penyebaran aroma di perairan saat
kasus, ikan akan tertarik umpan melalui digunakan umpan. Hal tersebut berlaku sama
isyarat kimia terlebih dahulu ketika umpan dengan umpan yang direndam selama 8, 15
belum dapat dideteksi oleh organ dan 24 jam. Menurut Lokkeborg (1990)
penglihatan sehingga organ penciuman yang umpan dapat efektif sampai dengan 24 jam
lebih dominan berperan. Kecepatan dispersi penggunaan. Kadar asam amino umpan
dari kandungan kimia yang terdapat pada menurun drastis setelah 1,5 jam pertama.
umpan dapat dipengaruhi oleh kandungan Dengan semakin menurunnya kadar asam

58
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

amino dalam umpan, maka rangsangan stimuli yang dapat dideteksi oleh ikan
terhadap rajungan akan menurun sehingga predator yang memakan makanan tidak
rajungan menjadi tidak tertarik untuk hidup (umpan). Kandungan asam amino
mendekati umpan. Umpan yang telah dalam umpan yang direndam mengalami
direndam akan mengalami perubahan baik penurunan drastic setelah direndam selama
fisik maupun kimia. 1,5 jam. Kemudian setelah direndam selama
24 jam, kandungan asam amino dalam
Pengaruh Interaksi Jenis Umpan Dan umpan akan statis atau tetap. Dengan
Lama Waktu Perendaman Terhadap demikian semakin lama umpan direndam,
Hasil Tangkapan Rajungan maka semakin menurun kadar asam amino
Untuk uji ANOVA antara jenis yang terlarut sehingga akan sulit untuk
umpan dan lama waktu perendaman rajungan mendeteksi keberadaan umpan
didapatkan nilai Fhitung = 2,597 atau tersebut.
signifikansi= 0,012 hal ini menunjukkan
bahwa H0 ditolak dan didapatkan KESIMPULAN
kesimpulan bahwa ada interaksi antara Berdasarkan hasil penelitian dapat
penggunaan jenis umpan dan lama waktu diambil kesimpulan sebagai berikut :
perendaman. Interaksi ini disebabkan oleh 1. Perbedaan jenis umpan (umpan ikan
bubu dalam pengoperasiannya dapat petek segar dan umpan ikan petek asin)
berfungsi sebagai tempat berlindung dan tidak berpengaruh terhadap hasil
tempat bersembunyi. Sebagai tempat tangkapan rajungan tetapi jenis umpan
berlindung, rajungan akan lebih tertarik ikan petek segar mendapatkan hasil
masuk ke bubu dikarenakan terdapatnya tangkapan yang lebih banyak
umpan sebagai makanan dari rajungan yang dibandingkan jenis umpan ikan petek
ada pada bubu. Menurut (Martasuganda, asin yaitu sebanyak 76 ekor rajungan.
2003), proses ikan, kepiting atau udang 2. Perbedaan lama waktu perendaman (8
terperangkap ke dalam bubu kemungkinan jam, 15 jam dan 24 jam) tidak
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya berpengaruh terhadap hasil tangkapan
mencari makan atau dalam perjalanan rajungan tetapi lama waktu
berpindah tempat, mencium bau umpan, perendaman 8 jam memberikan hasil
mendekat atau menuju ke arah datangnya tangkapan yang lebih banyak
bau umpan, menyentuh bubu, mencari jalan dibandingkan lama waktu perendaman
memasuki bubu, menemukan pintu masuk 15 jam dan 24 jam yaitu sebnyak 48
kemudian memasuki bubu (terperangkap); ekor rajungan.
dalam perjalanan berpindah tempat, 3. Terdapat adanya interaksi antara faktor
menemukan bubu, menemukan pintu masuk jenis umpan yang digunakan dan lama
kemudian memasuki bubu (terperangkap) waktu perendaman pada alat tangkap
dijadikan sebagai tempat berlindung (dari bubu terhadap hasil tangkapan
predator); dalam perjalanan berpindah rajungan.
tempat, menemukan bubu, menemukan pintu
masuk kemudian memasuki bubu SARAN
(terperangkap) dijadikan sebagai shelter. Berdasarkan hasil penelitian, saran
Rajungan termasuk jenis hewan yang dapat disampaikan adalah sebagai
yang aktif di malam hari (nocturnal), dalam berikut :
tingkah laku mencari makannya, rajungan 1. Penangkapan rajungan menggunakan
lebih dominan menggunakan organ alat tangkap bubu lipat dianjurkan
penciumannya dibandingkan organ dilakukan dengan jenis umpan ikan
penglihatannya (Stoner (2004) dalam Fitri petek segar dan lama waktu
(2011)). Rajungan dapat mendeteksi perendaman 8 jam agar operasi
keberadaan umpan disebabkan adanya penangkapan dapat efisien dan
kandungan kimia dari umpan tersebut yang didapatkan hasil tangkapan rajungan
terbawa arus dan sampai ke tempat rajungan yang optimal.
berada, sehingga kandungan kimia yang ada 2. Penangkapan rajungan menggunakan
pada jenis umpan yang larut dalam perairan alat tangkap bubu dianjurkan dilakukan
sangat berpengaruh dalam proses dengan ukuran mesh size yang lebih
tertangkapnya rajungan. Salah satu besar, sehingga rajungan yang
kandungan kimia yang ada pada umpan berukuran lebih kecil dari ukuran
adalah asam amino. Asam amino merupakan konsumsi dapat meloloskan diri.

59
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology
Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Hlm 51-60
Online di : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfrumt

DAFTAR PUSTAKA Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia


Indonesia, Jakarta.
Archdale, M. V, K Anraku, T Yamamoto,
and N Higashitani. 2003. Behaviour Nasution, A.H. dan Barizi.1986. Metode
of the Japanese Rock Crac Statistika. PT Gramedia. Jakarta.
“Ishigani” Caribdis japonica
Towards TwoCollapsible Baited Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan.
Pots: Evaluation of Capture Jakarta.
Effectiveness. Marine Fisheries
Research Journal. No. 69: 789-791. Pemerintah Kabupaten Tegal. 2012. Potensi
Perikanan.
Fitri, Aristi Dian Purnama. 2008. Respon http://www.tegalkab.go.id. 17
Penglihatan dan Penciuman Ikan September 2012.
Kerapu terhadap Umpan Terkait
Dengan Efektivitas Penangkapan Sachwan, M.F. 2003. Pakan Ikan dan
(Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Udang: Foemulasi, Pembuatan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Analisa Ekonomi. Penebar
Semangat. Jakarta.
Fitri, Aristi Dian Purnama. 2011. Respon
Makan Ikan Kerapu Macan Subani, W dan H.R. Barus.1989. Alat
(Ephinephelus fuscoguttatus) Penangkap Ikan dan Udang Laut di
terhadap Perbedaan Jenis dan Lama Indonesia. JurnalPenelitian
Waktu Perendaman Umpan. Jurnal Perikanan Laut No. 5 Th.
Ilmu Kelautan Vol 16 (3) : 159 – 1988/1989. Edisi khusus. Jakarta:
164. balai Penelitian Perikanan Laut.
Jakarta.
FAO. 2013. What Types of Fish,
Crustaceans and Cephalopods Can Stoner, A.W. 2004. Effects of Environmental
You Catch with Traps. Variables on Fish Feeding
http://www.fao.org/fishery/en. 20 Ecology: Implications for The
Maret 2013. Performance of Baited Fishing
Hansen A, Reutter K. 2004. Chemosensory Gear and Stock Assessment (Review
systems in Fish: Structural, Paper). J. Fish Biology, 65: 1445-
Functional and Ecological Aspects. 1471
Di dalam: Emde, GVD, Mogdans
J, Kapoor BG, editor. The Sense of Tiku, Mathius. 2004. Pengaruh Jenis Umpan
Fish (Adaptations for the Reception dan Waktu Pengoperasian Bubu
of Natural Stimuli). Kluwer Lipat terhadap Hasil tangkapan
Academic Publishers. Pp: 55-106. Kepiting Bakau di Kecamatan
Kubu, Kabipaten Pontianak (Tesis).
Krouse, J.S. 1988. Performane and Sekolah Pasca Sarjana Institut
Selectivity of Traps Fisheries for Pertanian Bogor. Bogor.
Crustaceans. Departement of
Marine Resources west Boothbay Universitas Andalas. 2013. Novarisa,
Harbor, Maine. Marine Invertebrate Hilman. 2008. Studi Kadar Air
Fisheries. Page: 307-325. Hasil Pengeringan terhadap Mutu
ikan Teri Kering yang Dihasilkan
Lokkeborg, S. 1990. Rate of Release of (Skripsi) . Fakultas Teknologi
Potential Feeding Attractants from Pertanian. Universitas Andalas.
Natural and Artificial Baits. Journal Padang.http://repository.unand.ac.i
Fisheries Research (8); 253-61. d/id/eprint/15425. 18 Maret 2013.

Martasuganda, S. 2005. Bubu (Traps). Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan
Departemen Pemanfaatan Gizi. Penerbit PT. Gramedia
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Pustaka Utama. Jakarta.
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

60

Anda mungkin juga menyukai