Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL GEOGRAFI SUMBER DAYA ALAM

Judul DAMPAK PERIKANAN TANGKAP TERHADAP


SUMBERDAYA IKAN DAN HABITATNYA DI PERAIRAN
PANTAI TABUKAN TENGAH KEPULAUAN SANGIHE
Jurnal Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis
Volume & Halaman Volume 8, Nomor 1, halaman 12-16
Tahun 2011
Penulis Joneidi Tamaro, Alfret Luasunaung, Johnny Budiman
Reviewer FARAH NURIN SHABRINA, 180721639010
Tanggal 22 September 2019

Tujuan Penelitian Penelitian dalam jurnal ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak
alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan pantai
Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe terhadap sumber
daya alam dan lingkungan serta merumuskan konsep kebijakan
pengembangan perikanan tangkap yang ramah lingkungan.
Subjek Penelitian Dampak pengoperasian beberapa jenis alat tangkap yang digunakan
oleh nelayan lokal terhadap kerusakan lingkungan dan sumber daya
alam di Perairan Sangihe terutama di Tabukan Tengah.
Metode Penelitian Penelitian ini berlokasi di Perairan Tabukan Tengah Kabupaten
Kepulauan Sangihe yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juni
2011. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan
cara partisipasi aktif dan pengamatan langsung pada proses
operasi penangkapan ikan dari semua jenis alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan. Selain itu, metode wawancara dan
pengisian daftar (kuisioner) juga dilakukan pada penelitian ini.
Jumlah sampel yang diamati pada setiap jenis alat tangkap
berkisar antara 30–50% dari jumlah alat tangkap. Data yang
dikoreksi berupa jumlah dan jenis alat tangkap, daerah
penangkapan, musim penangkapan, jenis ikan target, teknik dan
proses operasi dan hasil jenis dan ukuran ikan tangkapan.
Wawancara dilakukan terhadap nelayan tangkap, nelayan
pemilik, sedangkan responden dikumpulkan secara pencuplikan
yaitu dengan memastikan diperolehnya sejumlah sampel yang
mewakili populasi yang diteliti.
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sebagaian besar alat
penangkap ikan yang digunakan oleh nelayan di perairan pantai
Tabukan Tengah sangat beragam dan tergolong dalam skala kecil
yang umumnya cenderung bersifat tradisional. jumlah dan jenis
alat tangkap ikan yang diamati atau diteliti adalah jaring insang
dasar 4 jenis dengan sampel amatan sebanyak 7 unit, jaring
insang permukaan 1 jenis dengan sampel amatan 2 unit, jaring
insang lingkar 3 jenis dengan sampel amatan 3 unit, jaring
kantong 1 unit, pancing tangan 3 jenis dengan sampel amatan 3
unit, pancing mata banyak 2 jenis dengan sampel amatan 2 unit,
pancing gurita 1 unit, perangkap 4 jenis dengan sampel amatan
sebanyak 4 unit, panah ikan 1 unit dan ladung penyu 1 unit.

Berdasarkan analisis proses operasional perikanan tangkap yang


digunakan nelayan, sebagian besar alat tangkap ikan yang
digunakan warga memperoleh ikan dengan ukuran kecil. Tetapi
alat tangkap ikan dengan jenis ladung penyu dapat memperoleh
tangkapan dengan kategori yang termasuk spesies dilindungi, yaitu
penyu hijau (Chelonia mydas). Sedangkan jika dipandang dari
dampak pada lingkungan, jenis alat tangkap yang berdampak pada
kerusakan lingkungan berjumlah 7 jenis, yaitu jaring insang dasar,
jaring insang lingkar, jaring kantong, pukat pantai, pancing tangan,
perangkap ikan, dan senapan ikan. Alat tangkap ikan yang paling
memberikan dampak paling besar pada habitat fisik dasar perairan
adalah jenis alat tangkap jaring insang dasar. Hal ini dikarenakan
alat ini umumnya menggunakan batu sebagai pemberat dimana
pemberat batu ini sering tersangkut pada terumbu karang dan
menyebabkan rusaknya terumbu karang yang ada di perairan
tersebut. Jaring insang lingkar dan jaring kantong menyebabkan
kerusakan habitat dasar terutama terumbu karang dan padang
lamun karena terinjak-injak oleh nelayan ketika mengejutkan dan
menggiring ikan. Pukat pantai berdampak pada tertangkapnya ikan-
ikan muda karena penggunaan mata jaring ukuran sangat kecil, hal
ini juga disebabkan oleh alat tangkap ikan jenis jaring kantong.
Pada alat tangkap ikan pancing tangan (pancing dasar) berpotensi
menimbulkan dampak kerusakan habitat apabila menggunakan
jangkar, terutama pada daerah terumbu karang yang mudah patah.
Alat ini selektif tetapi memungkinkan merubah komposisi target
spesies jika nelayan terkonsentrasi pada suatu daerah
penangkapan ikan yang terbatas. Pada alat tangkap ikan bubu
(perangkap ikan) dapat berdampak negatif pada habitat karena
nelayan menimbun alat tangkap dengan batu karang atau
patahan karang untuk menyamarkannya. Selain itu, alat ini juga
berpotensi menangkap ikan-ikan muda. Senapan ikan (jubi)
umumnya sangat selektif terhadap jenis dan ukuran ikan yang akan
ditangkap. Kelebihan tangkap mungkin dapat terjadi pada
intensitas penangkapan yang tinggi pada wilayah yang terbatas.
Kerusakan habitat terumbu karang terjadi disebabkan karena
terinjak oleh nelayan jubi. Dapat juga terjadi bahwa ikan yang
berukuran relatif besar akan me- ronta-ronta diantara celah karang
ketika terkena panah. Jika ikan tersebut sulit dikeluarkan, maka
nelayan akan membongkar karang tersebut.

Pemecahan masalah terhadap dampak perikanan tangkap adalah


mengembangkan perikanan rakyat terpadu antara local resources
based, community based dan market based, yang harus dipandang
dari sisi pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Model pengembangan yang perlu dirumuskan adalah bagaimana
memilih teknologi penangkapan ikan yang bisa spesifik lokasi,
sesuai jenis ikan target dan habitatnya, serta kombinasi dari alat
tangkap yang ada dengan mempertimbangkan faktor biologi,
ekonomi, sosial budaya masyarakat dan kelembagaan. Beberapa
alat tangkap yang perlu direkomendasikan untuk
dipertimbangkan sebagai alat tangkap alternatif yang tidak
merusak terumbu karang antara lain pancing noru, pancing
bawulu, pancing bawalude dan pancing pani. Rekomendasi yang
perlu diberikan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan
terhadap sumberdaya adalah untuk perangkap ikan sebaiknya
dikonsentrasikan pada satu lokasi saja. Untuk meminimalkan
dampak terhadap sumberdaya ikan, sebaiknya penggunaan alat
tangkap tertentu yang khusus menangkap satu jenis spesies perlu
peninjauan kembali lewat peraturan yang jelas dan mengikat,
sedangkan untuk alat tangkap jenis jaring sebaiknya ukuran mata
jaring diperbesar untuk membiarkan sumberdaya ikan yang masih
kecil untuk dapat meloloskan diri.
Kekuatan Dalam jurnal penelitian ini, penulis memaparkan isi dengan
penjelasan yang sangat rinci pada setiap pembahasan, khususnya
pada bab hasil dan pembahasan. Dalam bab tersebut penulis
memaparkan hasil yang dilengkapi dengan tabel hasil dan
pembahasan pada setiap jenis alat tangkap ikan yang dilengkapi
dengan kekurangan dan kelebihan jenis alat tangkap ikan tersebut.
Selain itu, pemaparan penulis sudah runtut dari awal hingga akhir.
Pada jurnal ini, penulis juga memberikan solusi atau penyelesaian
terhadap masalah yang ditimbulkan oleh beberapa jenis alat
tangkap ikan yang menyebabkan kerusakan habitat dasar di
perairan pantai Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Kelemahan Kurangnya penjelasan lebih mengenai istilah-istilah ilmiah yang
tidak diketahui oleh pembaca yang tidak mempelajari bidang apa
yang dipelajari penulis. Selain itu, penulis tidak menjelaskan
dengan deskripsi bagaimana bentuk masing-masing jenis alat
tangkap ikan, sehingga bagi pembaca yang kurang pengetahuan
tentang jenis alat tangkap ikan maka akan sulit memahami.
Perbedaan dengan
Pada jurnal ini telah memenuhi tujuan yang dimaksud pada awal
rencana penelitian
rencana penelitian. Dapat dilihat dari hasil yang dipaparkan telah
mencakup jawaban dan apa yang akan dicari, dibahas, dan diteliti.
Dengan demikian, dapat dikatakan tidak ada perbedaan dalam
rencana penelitian dan hasil akhir yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai