Anda di halaman 1dari 12

JURNAL

MORFOANATOMI IKAN PATIN (Pangasius sp) YANG


DIPELIHARA DENGAN MANIPULASI FOTOPERIOD

OLEH

RIENTA BRESDO SIPAHUTAR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1

Morfoanatomi ikan patin (pangasius sp) yang dipelihara dengan manipulasi


fotoperiod

Oleh:

Rienta Bresdo 1), Eddiwan2), Windarti2)


Email: rientasipahutar1998@gmail.com

Abstrak

Manipulasi fotoperiode mempengaruhi morfoanatomi ikan patin (Pangasius sp).


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manipulasi fotoperiod terhadap
morfoanatomi ikan patin (Pangasius sp) yang dilakukan pada bulan Juli hingga
September 2019. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu
faktor, yaitu fotoperiod yang terdiri dari 3 taraf perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
yang diberikan dalam penelitian adalah kontrol (12 jam gelap dan 12 jam terang),
18G6T (18 jam gelap dan 6 jam terang) dan 24G (24 jam gelap). Ikan patin dipelihara
selama 52 hari, diberi pakan pelet komersial dan dipelihara di kolam terpal (75 x 50
x 60 cm) yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi air. Kepadatan ikan adalah 25
ekor / kolam. Penyamplingan dilakukan 14 hari sekali dengan 3 ekor ikan /
perlakuan. Parameter yang diukur adalah panjang tubuh, berat badan, faktor kondisi,
kelangsungan hidup ikan, warna tubuh, kondisi hati (warna, tekstur dan indeks
hepatosomatik (IHS)), indeks viscerasomatic (IVS), indeks gonadosomatik (IGS) dan
kualitas air (suhu, pH , DO dan amonia). Hasil menunjukkan bahwa manipulasi
fotoperiod mempengaruhi morfoanatomi ikan patin (Pangasius sp) dan 18G6T
merupakan perlakuan terbaik. Pada akhir percobaan, ikan dalam Perlakuan 18G6T
nilai panjang tubuh adalah 186 mm, berat tubuh 52gr, FK 2,7, kelulushidupan 95%,
warna tubuh gelap, IHS 3,18%, IVS 16,23%.

Kata Kunci: Kolam terpal, cahaya, IGS, IVS, IHS

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2

Morphoanatomy of Pangasius sp reared in controlled photoperiod

By:

Rienta Bresdo 1), Eddiwan2), Windarti2)


Email: rientasipahutar1998@gmail.com

Abstract

Photoperiod manipulation may affect the morphoanatomy of Pangasius sp. A study


aims to determine the effects of photoperiod manipulation on Pangasius sp
morphoanatomy has been conducted on July to September 2019. A one factor CRD
method with 3 treatments was applied. They were control (12 hours dark and 12 hours
light), 18G6T (18 hours dark and 6 hours light) and 24G (24 hours dark). The fish
reared for 52 days, they were feed on commercial pellet and were reared in tarp ponds
(75 x 50 x 60 cm) that were completed with a water recirculation system. The density
of fish was 25 fish/ pond. The fishes were sampled once/14 days, 3 fishes/ treatment.
Parameters measured were body length, body weight, condition factor, fish survival,
body color, liver condition (color, texture and hepatosomatic index (HSI)),
viscerasomatic index (VSI), gonadosomatic index (GSI) and water quality
(temperature, pH, DO and ammonia). Results shown that the photoperiod manipulation
affects the Pangasius sp morphoanatomy and the 18G6T provided the best result. By
the end of the experiment, the fish in this treatment was 186 mm TL, 52 gr BW, 2.7
CF, survival rate was 95%, dark body color, 2.81% HSI and 16.23% VSI.

Keywords: Tarp pond, light, IGS, IVS, IHS

1) Student of the Fishery and Marine Faculty, Riau University


2) Lecturers of the Fishery and Marine Faculty, Riau University
3

PENDAHULUAN adalah dengan mencoba melakukan


Pada awalnya ikan patin hanya pendekatan kondisi normal lingkungan
diperoleh dari hasil tangkapan di alam, ikan di alam yaitu dengan perlakuan
namun karena usaha penangkapan manipulasi fotoperiod (pengaturan
ikan patin dilakukan terus menerus lamanya pencahayaan).
oleh masyarakat, maka kelestarian
ikan patin terganggu. Untuk menjaga METODE PENELITIAN
keberadaan ikan patin perlu dilakukan Waktu dan Tempat
upaya budidaya. Dengan adanya Penelitian ini dilaksanakan
upaya budidaya ikan patin diharapkan selama pada bulan Juli-September
dapat memenuhi kebutuhan 2019 di Jl. Srikandi Komp. Wadya
masyarakat, bahkan stok dari usaha Graha I Blok MM no 11 Delima,
budidaya tersebut juga dapat Tampan-Pekanbaru. Pengamatan
digunakan untuk restoking di perairan sampel ikan dilakukan di
umum. Sebelum upaya budidaya ikan Laboratorium Terpadu Fakultas
patin dilakukan, terlebih dahulu Perikanan dan Kelautan Universitas
dilakukan upaya domestikasi. Riau.
Saat ini ikan patin (Pangasius
sp) telah berhasil didomestikasi dan Alat dan Bahan
dibudidayakan secara intensif dengan Adapun peralatan yang
padat penebaran yang tinggi dan digunakan berupa kolam terpal kecil
penggunaan air yang minimal (Suresh (75 x 50 x 60 cm) sebagai wadah
dan Lin dalam Prabowo, 2000). pemeliharaan, terpal untuk membuat
Pemeliharaan ikan secara intensif kolam terpal, selang plastik, aerator
memang lebih efisien dalam dan batu aerasi, pompa air, dissecting
memproduksi ikan, tetapi menghasilkan set, kertas label, tangguk, nampan,
limbah yang banyak. cawan petri, timbangan digital
Dalam upaya pelestarian ikan patin (ketelitian 0.01), dan kamera
di alam diperlukan informasi mengenai smartphone untuk dokumentasi. Untuk
sistem reproduksi. Selama ini waktu alat yang digunakan dalam
reproduksi ikan patin di alam pengukuran kualitas air adalah
termometer, pH meter dan DO Meter.
dipengaruhi oleh musim, umumnya
Bahan yang digunakan dalam
terjadi pada musim hujan dan pada penelitian ini adalah ikan patin
musim kemarau sulit didapatkan induk (Pangasius sp) dengan berat + 3 gram
betina ikan patin yang matang gonad dan ukuran Panjang Total + 7 cm.
(Manosroi et al., dalam Tahapari, Pakan ikan patin yang digunakan
2013). Dengan demikian perlu dilakukan berupa pelet dari Bintang 885 dari PT
upaya untuk mengatur waktu reproduksi Centra Proteina Prima.
ikan agar setiap saat dapat menghasilkan Metode Penelitian
ikan patin yang matang gonad. Metode yang digunakan dalam
Selama ini banyak peneliti yang penelitian ini adalah metode
melakukan pengaturan waktu reproduksi eksperimen menggunakan Rancangan
melalui pendekatan hormonal dan pakan, Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor
namun masih sangat jarang yang yaitu fotoperiod yang terdiri dari 3
taraf dan 3 ulangan. Penelitian ini
melakukan kajian pendekatan melalui dilakukan dengan mengamati objek
lingkungan (Heltonika dan Okta, 2017). penelitian yaitu ikan patin yang diberi
Salah satu solusi yang bisa dilakukan perlakuan manipulasi fotoperiod.
4

Dasar pemberian perlakuan adalah dimana terpal biru digunakan


pembagian waktu fotoperiod dalam 1 untuk menutupi bagian atas
hari (24 jam). Perlakuan yang wadah yang diberi perlakuan
diberikan adalah: gelap dan terang. Sedangkan
1. Perlakuan A dengan fotoperiod untuk perlakuan kontrol ditutup
natural (12G12T). menggunakan plastik transparan.
2. Perlakuan B dengan 18 jam gelap 4. Pada perlakuan 24G, terpal selalu
dan 6 jam terang (18G:6T). ditutup sepanjang hari. Perlakuan
3. Perlakuan C dengan 24 jam gelap 18G6T, terpal dibuka pada pagi
dan 0 jam terang (24G:0T). hari selama 6 jam (jam 8 pagi
sampai jam 2 siang) agar ikan
Prosedur Penelitian mendapat fotoperiod alami.
Persiapan Wadah Penelitian 5. Penutup wadah dirancang agar
1. Wadah penelitian ini berupa bak wadah penelitian dapat tertutupi
yang terbuat dari rangka kayu dan dengan sempurna sehingga
terpal ukuran (75 x 50 x 60 cm). cahaya tidak dapat masuk saat
2. Kemudian dipasang aerator dan diberi perlakuan gelap pada saat
pompa sebagai media resirkulasi penelitian. Untuk lebih jelasnya
air. Lalu diisi dengan air bersih gambar desain wadah penelitian
sebanyak + 80% dari total yang akan digunakan dapat dilihat
kapasitas wadah. pada Gambar 1.
3. Selanjutnya dipersiapkan terpal
biru dan plastik transparan,

Gambar 1. Desain tempat pemeliharaan ikan patin dengan manipulasi fotoperiod.


pagi, pukul 12.00 siang dan pukul
Adaptasi Ikan Uji 17.00 sore dengan jumlah pakan
1. Ikan patin diadaptasikan selama + yang diberikan sebesar 5% dari
7 hari dan diberi pakan pellet rata-rata total berat tubuh ikan.
tanpa perlakuan fotoperiod. 4. Setiap 14 hari dilakukan
2. Setelah selesai masa adaptasi, pengukuran panjang dan bobot
Ikan patin ditempatkan di tiap tubuh ikan untuk mengetahui
wadah penelitian dengan padat jumlah pakan yang akan diberikan
tebar 25 ekor/bak, kemudian ikan pada pemeliharaan selanjutnya.
diberi perlakuan fotoperiod.
Pemeliharaan ikan dilakukan Penyamplingan Ikan
selama 60 hari. Penyamplingan ikan pertama
3. Ikan diberi makan sebanyak 3 kali kali dilakukan diawal sebelum ikan
sehari yaitu pada pukul 08.00 diberi perlakuan manipulasi
5

fotoperiod. Kemudian dilakukan masing-masing perlakuan diolah


penyamplingan berikutnya tiap 2 dengan One Way Analysis of Variance
minggu sekali selama 2 bulan. (ANOVA) menggunakan program
Banyaknya ikan uji yang diambil SPSS seri 21.0. Apabila data
setiap penyamplingan adalah 3 ekor menunjukkan berbeda nyata,
ikan dari setiap perlakuan. Parameter dilakukan uji lanjut menggunakan uji
yang diamati adalah morfologi ikan lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)
yang terdiri dari warna tubuh, pada taraf 5%. Analisis data warna
kelulushidupan ikan, panjang dan tubuh, warna dan tekstur hati serta
bobot tubuh ikan serta faktor kondisi, tingkat kematangan gonad pada ikan
warna dan tekstur hati, nilai IHS, IVS, patin dianalisis secara deksriptif.
TKG dan IGS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang Dimati Penelitian ini dilaksanakan di Jl.
Parameter yang diamati adalah Srikandi Komp. Wadya Graha I Blok
warna tubuh, kelulushidupan ikan, MM no 11 Delima, Tampan-
panjang dan berat tubuh ikan serta Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan
factor kondisi, warna dan tekstur hati, dengan menggunakan media kolam
nilai IHS, IVS, TKG dan IGS. terpal. Kolam terpal yang digunakan
berukuran 75 x 50 x 60 cm. Kolam
Analisis Data pemeliharaan ikan patin dapat dilihat
Analisis data yang diperoleh pada Gambar 2 dibawah ini:
seperti panjang tubuh, bobot tubuh
ikan, nilai IHS, IVS dan IGS pada

Gambar 2. Kolam Pemeliharaan

Kolam terpal yang digunakan Parameter yang Diamati


dalam penelitian ini berbentuk bak dan Pertumbuhan Panjang, Bobot dan
disokong dengan kerangka dari kayu Faktor Kondisi
dan tripleks. Pada bagian atas kolam Parameter yang dievaluasi yaitu
dibuat rangka yang bisa terbuka dan pertumbuhan panjang dan
tertutup seperti jendela, sehingga lebih pertumbuhan bobot tubuh serta faktor
mudah saat membuka dan menutup kondisi. Hasil pertumbuhan panjang,
terpal. Kolam- kolam pada setiap pertumbuhan bobot serta faktor
perlakuan fotoperiod dilengkapi kondisi ikan patin dapat dilihat pada
dengan sistem resirkulasi air. Air yang Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5.
digunakan dalam penelitian ini adalah
air dari sumur bor.
6

Gambar 3. Pertumbuhan Panjang


Gambar 5. Faktor Kondisi
Gambar 3 di atas menunjukkan
bahwa panjang rata-rata ikan patin Gambar 5 di atas menunjukkan
pada awal pemeliharaan adalah 72,50 bahwa diawal pemeliharaan nilai fator
mm. Nilai panjang tubuh ikan patin kondisi disetiap perlakuan adalah 0.5
cenderung meningkat selama masa dan nilai faktor kondisi selama
pemeliharaan. Pada akhir masa penelitian cenderung meningkat. Pada
pemeliharaan panjang rata-rata di akhir masa pemeliharaan nilai faktor
perlakuan G12T12 adalah 154cm, kondisi pada perlakuan G12T12
perlakuan G18T6 adalah 186cm dan adalah 2.4, perlakuan G18T6 adalah
perlakuan 24G adalah 145cm. Panjang 2.7 dan perlakuan 24G adalah 1.6.
rata-rata tertinggi terdapat pada Nilai faktor kondisi tertinggi terdapat
perlakuan G18T6. pada perlakuan G18T6.
Berdasarkan Gambar 3, Gambar
4 dan Gambar 5, perlakuan 18G6T
menunjukkan nilai tertinggi. Hasil uji
Anova menunjukkan bahwa
manipulasi fotoperiod berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan panjang
dan bobot ikan patin (sig<0.05) dan
tidak berpengaruh nyata terhadap
faktor kondisi ikan patin (sig>0.05).
Pada perlakuan 18G6T, kondisi
gelap selama 18 jam mampu
meningkatkan keefektifan ikan patin
Gambar 4. Pertumbuhan Bobot
dalam mencari makan, sehingga pakan
Gambar 4 di atas menunjukkan yang diberikan dapat termanfaatkan
bahwa bobot rata-rata ikan patin pada dengan baik dan ikan mendapatkan
awal pemeliharaan adalah 3,08 gr. asupan energi yang tinggi.
Nilai bobot ikan patin cenderung Peningkatan asupan pakan akan
meningkat selama masa pemeliharaan. memicu meningkatnya pertumbuhan
Pada akhir masa pemeliharaan bobot panjang dan bobot ikan (Maishela et
rata-rata pada perlakuan G12T12 al., 2013). Faktor yang mendukung
adalah 36,26gr, perlakuan G18T6 bagusnya pertumbuhan panjang dan
adalah 52gr dan perlakuan 24G adalah bobot ikan patin pada
23,75gr. Bobot rata-rata tertinggi perlakuan18G6T adalah kondisi
terdapat pada perlakuan G18T6. lingkungan dan kondisi tubuh yang
bagus.
7

Keberadaan cahaya matahari nyata dengan perlakuan 12G12T.


mempengaruhi kondisi tubuh ikan Perlakuan 12G12T tidak berbeda
patin, dimana cahaya matahari nyata dengan perlakuan 24G. Grafik
memiliki sinar ultraviolet yang mampu tingkat kelulushidupan ikan patin
mempertahankan sistem imun tubuh dapat dilihat pada Gambar 6.
sehingga kondisi tubuh ikan patin
tetap terjaga dan sehat. Hal ini sesuai
pendapat Cefali et al., dalam Pratiwi
dan Husna (2017) sinar ultra violet
dari matahari memiliki manfaat yang
baik, salah satunya adalah untuk
pembentukan kolekalsiferol (Vitamin
D3). Kolekalsiferol berperan dalam
metabolisme pembentukan tulang dan
juga dalam pertahanan sistem imun
tubuh.
Menurut Rahardjo et al., (2008) Gambar 6. Tingkat Kelulushidupan
faktor kondisi adalah suatu angka
yang menunjukkan kegemukan ikan. Tingginya kelulushidupan ikan
Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai patin pada perlakuan 18G6T diduga
faktor kondisi berkisar 1,6-2,7, dimana karena adanya cahaya matahari.
nilai tersebut mengindikasikan bahwa Keberadaan cahaya matahari
makin besar nilai faktor kondisi yang mempengaruhi kondisi tubuh ikan
didapat maka ikan patin dikategorikan patin, dimana cahaya matahari
gemuk, sedangkan apabila nila faktor memiliki sinar ultraviolet yang mampu
kondisi semakin kecil maka ikan mempertahankan sistem imun tubuh
tersebut dikategorikan kurus. Ikan sehingga kondisi kesehatan tubuh ikan
patin yang dipelihara dengan patin pada perlakuan 18G6T tetap
perlakuan fotoperiod 18G6T terjaga.
mempunyai nilai faktor kondisi
tertinggi dari perlakuan 12G12T dan Warna Tubuh Ikan Patin
24G, hal ini menunjukkan bahwa ikan Pengamatan warna tubuh ikan
di perlakuan 18G6T kondisi tubuhnya patin dari semua perlakuan diamati
yang paling gemuk. setiap 14 hari sekali selama 2 bulan.
Warna tubuh ikan patin dilihat pada
Tingkat Kelulushidupan Ikan Patin dua kategori yaitu garis pertama atau
Nilai tingkat kelulushidupan pada bagian punggung ikan dan garis
yang tertinggi pada perlakuan 18G6T keempat pada bagian perut ikan. Hasil
adalah 95%, perlakuan 12G12T pengamatan terhadap warna tubuh
memiliki nilai tingkat kelulushidupan ikan patin dilakukan secara visual
88% dan perlakuan 24G memiliki nilai dengan membandingkan warna tubuh
tingkat kelulushidupan terendah yaitu dengan warna pada katalog cat jotun.
81%. Hasil uji Anova menunjukkan Warna tubuh ikan patin yang
bahwa manipulasi fotoperiod tidak dipelihara selama 56 hari pada
berpengaruh nyata terhadap tingkat perlakukan 24G dan 18G6T cenderung
kelulushidupan ikan patin (sig>0.05). lebih gelap dibanding dengan ikan
Hasil uji Anova dilanjutkan dengan uji yang dipelihara pada perlakuan
LSD (Lampiran 8), dimana perlakuan 12G12T (natural). Hal ini disebabkan
18G6T berbeda nyata dengan adanya perubahan jumlah sel pigmen
perlakuan 24G dan tidak berbeda yang dipengaruhi oleh cahaya. Warna
8

hitam pada sisik maupun kulit bahwa ada hubungan langsung antara
menunjukkan adanya pigmen melanin. energi dari lemak di rongga perut dan
Melanin merupakan pigmen yang proses pembentukan gonad, di mana
dihasilkan oleh melanosit dari lemak tersebut berperan sebagai
polimerisasi dan oksidasi pada proses cadangan energi untuk pembentukan
melanogenesis dan pembentukannya gonad. Lucifora dalam Wahyuningsih
memerlukan adanya enzim tirosinase. dan Rahayu (2012) menyatakan bahwa
Perubahan sel pigmen terutama organ hati merupakan organ tempat
melanin, dipengaruhi atau dikontrol menimbun cadangan energi yang
oleh hormone pituitary dan adrenalin sangat penting dan akan dibongkar
yang disekresikan dari otak untuk mendukung perkembangan oosit
(Rahmawati et al., 2015). Sedangkan dan aktifitas lainnya.
pada kondisi cahaya terang melanofor Selain nilai indeks
menjadi terkonsentrasi di sekitar hepatosomatik, dugaan keberadaan
nukleus, sehingga sel nampak berkerut lemak di dalam hati dapat dilihat dari
dan membuat kulit ikan tampak lebih warna dan tekstur hati. Secara umum
cemerlang (Storebaken & No dalam warna hati ikan patin pada awal masa
Said et al., 2005). pemeliharaan hingga hari ke-28
memiliki nilai skor yang sama yaitu
Nilai Indeks Hepatosomatik skor 1, dimana warna hati berwarna
Pada akhir masa pemeliharaan merah. Hari ke-42 sampai hari ke-56,
hari ke-56, nilai IHS pada perlakuan warna hati ikan patin pada tiap
18G6T sebesar 2.84%, diikuti perlakuan mengalami perubahan
perlakuan 12G12T adalah 2.76 %, dan menjadi pucat
yang terendah pada perlakuan 24G Perubahan tekstur hati ikan patin
adalah 2.69 %. Hasil uji Anova selama masa pemeliharaan. Secara
menunjukkan bahwa manipulasi umum tekstur hati ikan patin pada
fotoperiod tidak berpengaruh nyata awal masa pemeliharaan hingga hari
terhadap nilai IHS ikan patin ke-28 adalah lunak tidak berminyak
(sig>0.05). Hasil uji Anova dan mulai mengalami perubahan
dilanjutkan dengan uji LSD (Lampiran menjadi lunak berminyak hingga agak
9), dimana ketiga perlakuan tidak kenyal berminyak pada hari ke-42
berbeda nyata. Nilai Indeks hingga hari ke-56. Perubahan warna
Hepatosomatik Ikan Patin disajikan dan tekstur hati ini berkaitan dengan
pada Gambar 7. adanya timbunan lemak di dalam hati.
Sari (2016) yang menyatakan bahwa
penimbunan lemak pada hati ikan
selais menyebabkan warna hati
menjadi pucat dan tekstur hati ikan
selais menjadi kenyal. Tingginya
lemak pada hati diperkirakan ada
kaitan dengan pola tingkah laku ikan
patin dalam memakan pakan yang
diberikan. Dimana pada perlakuan
Gambar 7. Indeks Hepatosomatik 18G6T ikan patin lebih aktif
mengkonsumsi pakan yang diberikan
Nilai maksimum diperoleh pada sehingga banyak asupan energi yang
perlakuan fotoperiod 18G6T dan nilai tersimpan di dalam hati.
minimum diperoleh pada perlakuan
24G. Menurut. Sari et al., (2016)
9

Nilai Indeks Viscerasomatik karbohidrat maupun lemak. Seiring


Hasil uji Anova menunjukkan berakhirnya masa pemeliharaan ikan,
bahwa manipulasi fotoperiod menunjukkan nilai IVS yang
berpengaruh nyata terhadap nilai IVS cenderung menurun. Penurunan nilai
ikan patin (sig<0.05). Hasil uji Anova IVS menunjukkan adanya kandungan
dilanjutkan dengan uji LSD (Lampiran lemak pada organ visceral digunakan
7), dimana perlakuan 18G6T berbeda sebagai sumber energi selama masa
nyata dengan perlakuan 12G12T dan pertumbuhan ikan.
24G.
Nilai Indeks Gonadosomatik
Indeks Gonadsomatik
dinyatakan dalam jumlah persen dari
berat gonad dibagi berat tubuh ikan
(termasuk gonad) dikalikan 100%
(Effendi, 2002). Pada awal
pemeliharaan, ikan yang digunakan
berukuran 6-8 cm. kondisi gonad ikan
pada awal penelitian belum
berkembang. Pembuluh darah dan
Gambar 8. Indeks Viscerasomatik lemak pada tubuh ikan juga belum
terlihat. Selama masa pemeliharaan
Gambar 8 dapat dilihat bahwa ikan patin dengan perlakuan
Nilai maksimum diperoleh pada fotoperiod yang berbeda-beda, gonad
perlakuan fotoperiod 18G6T dan nilai ikan tidak ditemukan karena belum
minimum diperoleh pada perlakuan berkembang. Ukuran dan umur ikan
24G. Hal ini menunjukkan bahwa patin masih belum memungkinkan
pada perlakuan 18G6T penyimpanan untuk perkembangan gonad ikan patin.
energi berupa lemak di viscera lebih Hal ini sesuai dengan penelitian
besar dari perlakuan yang lain, Tahapari dan Iswanto (2008),
dikarenakan kondisi gelap selama 18 pengamatan perkembangan ovari dan
jam mampu meningkatkan keefektifan oosit ikan patin hibrida bisa dilakukan
ikan patin untuk memakan pakan yang sejak ikan berumur 14 bulan dengan
diberikan, sehingga energi yang bobot 225,2-313,6 g (rata-rata 280,4 g)
tersimpan lebih banyak. Keberadaan hingga ikan mencapai umur 27 bulan,
cahaya selama 6 jam mampu dengan bobot 2.012,3-2.238,6 g
mempertahankan kondisi imun ikan (ratarata 2.146,2 g).
patin sehingga kondisi kesehatan ikan
tetap terjaga, dimana kondisi Kualitas Air
kesehatan yang baik pada ikan akan Adapun parameter kualitas air
meningkatkan efisiensi penyerapan zat yang diukur adalah pH, suhu, DO
makanan. (Oksigen terlarut), dan NH3
Besar kecilnya nilai IVS (Amoniak). Kualitas air selama masa
menunjukan pertumbuhan pemeliharaan ikan patin dengan
viscerasomatik yang diakibatkan oleh manipulasi fotoperiod yang berbeda
kandungan nutrisi yang dikonsumsi disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.
oleh ikan tersebut, baik protein,
10

Tabel 1. Kualitas Air Selama Masa Pemeliharaan Ikan Patin


No Parameter Awal Akhir penelitian Badan Standardisasi Nasional
Penelitian (BSN) Tahun 2009

12G 18G 24G


1 Suhu(oC) 26 27 28 28 27-310C
2 pH 7 7 7 7 5.5-8.5
3 DO (mg/L) 2.93 3.38 2.94 2.25 >3mg/L
4 Amoniak 0.08 0.30 0.26 0.34 <0,1 mg/L
(mg/L)

Mengacu pada Badan 7471.2:2009 Ikan patin jambal


Standardisasi Nasional (BSN) Tahun (Pangasius djambal).
2009 bahwa kualitas air selama Effendi, M.I., 2002. Biologi
pemeliharaan ikan patin masih Perikanan. Yayasan Pustaka
mendukung kehidupan ikan patin Nusantara. Yogyakarta.
selama pemeliharaan. Heltonika. B dan O. R. Karsih, 2017.
Pemeliharaan Benih Ikan Baung
Kesimpulan (Hemibagrus nemurus) dengan
Dari hasil penelitian dapat Teknologi Fotoperiod. Berkala
disimpulkan bahwa manipulasi Perikanan Terubuk 45(2) : 125-
fotoperiod mempengaruhi 136 hal.
morfoanatomi ikan patin (Pangasius Maishela, B., Suparmono., R.
sp), dimana perlakuan 18G6T Diantari, M. Muhaemin, 2013.
merupakan perlakuan terbaik sehingga Pengaruh Fotoperiod Terhadap
perubahan morfologi (panjang dan Pertumbuhan Lele Dumbo
berat) dan anatomi (hati dan viscera) (Clarias gariepinus). E-Jurnal
lebih cepat. Keberadaan gonad ikan Rekayasa Dan Teknologi
patin belum diketemukan dimana Budidaya Perairan 1(2) : 145-
ukuran tubuh maupun umur ikan patin 150 hal.
masih belum memungkinkan untuk Prabowo, H. S. 2000. Pengaruh Padat
perkembangan gonad ikan patin. Penebaran terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan
Saran
Hidup Ikan Lele Dumbo
Untuk memperoleh informasi (Clarias sp.) pada Pendederan
yang lebih lengkap mengenai menggunakan Sistem Resirkulasi
morfoanatomi ikan patin khususnya dengan Debit Air 22
perkembangan gonad ikan patin, L/menit/m3. Skripsi, Program
diharapkan adanya penelitian lanjutan Studi Budidaya Perairan.
dalam kurun waktu 1 tahun. Sehingga Fakultas Perikanan dan Ilmu
dapat diketahui lebih akurat mengenai Kelautan Institut Pertanian
umur maupun bobot ikan patin untuk Bogor, Bogor. 73 hal. (Tidak
pertama kali mulai muncul gonad dan diterbitkan).
nilai indeks gonado somatik ikan Pratiwi, S. dan P. Husna, 2017. Artikel
patin. Tinjauan: Potensi Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA Fitokonstituen Tanaman
Indonesia Sebagai Bahan Aktif
[BSNI] Badan Standarisasi Nasional Tabir Surya. Farmaka 15(4) :
Indonesia. 2009. SNI 18-25 hal.
11

Rahmawati, R., S. Cindelaras, E. Pelestarian Dan Budidaya.


Kusrini, 2015. Keragaaan Program Desentralisasi,
Pertumbuhan Dan Warna Ikan Universitas Sumatera Utara,
Wild Betta (Betta sp) Dengan Medan. 53 hal.
Rekayasa Intensitas Cahaya Dan
Warna Latar . Jurnal Riset
Akuakultur 11(2) : 155-162 hal.
Rahardjo, M. F dan C. P. H.
Simanjuntak, 2008. Hubungan
Panjang Bobot Dan Faktor
Kondisi Ikan Tetet, Johnius
belangerii Cuvier (Pisces:
Sciaenidae) di Perairan Pantai
Mayangan, Jawa Barat. Jurnal
Ilmu-Ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia 15(2) :
135-140 hal.
Said, D. S., W. D. Supyawati,
Noortiningsih. 2005. Pengaruh
Jenis Pakan Dan Kondisi Cahaya
Terhadap Penampilan Warna
Ikan Pelangi Merah (Glossolepis
incises) Jantan. Jurnal Ikhtiologi
Indonesia 5(2) : 61-67 hal.
Sari, R. M. 2016. Manipulasi
Fotoperiod untuk Memacu
Perkembangan Gonad Ikan
Selais (Ompok Hypophthalmus).
Tesis, Program Pascasarjana,
Universitas Riau, Riau. 47 hal.
(Tidak diterbitkan).
Tahapari. E dan R. Roro, 2013.
Peningkatan Performa
Reproduksi Ikan Patin Siam
(Pangasianodon hypopthalmus)
Pada Musim Kemarau Melalui
Induksi Hormonal. Berita
Biologi 12(2) : 203-209 hal.
Tahapari. E dan B. Iswanto, 2016.
Perkembangan Ovari dan Oosi
Ikan Patin Hasil Persilangan
Antara Betina Patin Jambal
(Pangasius djambal Bleeker)
dengan Jantan Patin Siam
(Pangasianodon hypopyhalmus
Sauvage). Jurnal Perikanan
10(2) : 178-188 hal.
Wahyuningsih, H dan S. Rahayu.
2012. Kajian Reproduksi Ikan
Jurung (Tor sp.) Sebagai Upaya

Anda mungkin juga menyukai