Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMBERIAN Skeletonema costatum DENGAN

KEPADATAN BERBEDA TERHADAP SINTASAN


Artemia salina

Muhammad Junda, Nani Kurnia, dan Yunisda Mis’am


Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar
Parangtambung, Jl. Dg. Tata Makassar 90222
e-mail: yunda62@gmail.com

Abstract: Effect of Skeletonema costatum with Different Densities of The Survival Rate of
Artemia salina. The purpose of the study is to determine the effect of Skeletonema costatum as a
natural food for survival (survival rate) of Artemia salina. This study used completely randomized
design (CRD) with 5 treatments and 3 replications. Data collection includes Artemia’s survival
rate and water quality. Statistical analysis was performed with analysis of variance and test HSD /
Tukey to determine the treatment that gives the best effect. The results showed that the treatment
give significan effect on survival of Artemia salina. However the best treatment is D with average
results survival rate at 53%. Based on the temperature, salinity and pH, the quality of water
during the research is still in decent range for the life of Artemia salina. To sum up feeding
Skeletonema costatum with a density of 4.5 x 106 cells/L/day affect the survival rate of Artemia
salina.

Abstrak: Pengaruh Pemberian Skeletonema costatum dengan Kepadatan Berbeda terhadap


Sintasan Artemia salina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
Skletonema costatum sebagai pakan alami terhadap sintasan (tingkat kelulushidupan) Artemia
salina. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3
kali ulangan. Data yang dikumpulkan adalah data hasil sintasan dan kualitas air. Analisa statistik
yang dilakukan adalah analisa ragam dan dilanjutkan dengan uji BNJ/Tukey untuk mengetahui
perlakuan yang memberikan pengaruh yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan terbaik adalah perlakuan D dengan rata-rata hasil sintasannya yaitu 53%. Berdasarkan
suhu, salinitas dan pH, kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang layak untuk
kehidupan Artemia salina kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang layak untuk
kehidupan Artemia salina. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
pakan Skeletonema costatum dengan kepadatan 4,5 x 106 sel/L/hari mempengaruhi sintasan
Artemia salina.

Kata kunci: pakan alami; Artemia salina; Skeletonema costatum; tingkat kelulushidupan

A. PENDAHULUAN
Perkembangan usaha budidaya perikanan budidaya baik pembenihan maupun pembesaran
semakin hari di rasakan semakin meningkat baik ikan. Ketersediaan pakan dalam kegiatan
pada perikanan air tawar, payau, dan perikanan budidaya sangat dibutuhkan demi menjaga
laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya kelangsungan hidup organisme budidaya.
masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya Pembenihan merupakan langkah awal atau
perikanan baik dalam skala kecil maupun skala kunci keberhasilan dalam usaha budidaya
besar. Hal ini memang sudah sejalan dengan perikanan. Faktor utama yang mendukung dalam
kemajuan zaman dan teknologi. Budidaya ikan, keberhasilan pengelolaan benih adalah
udang dan rajungan semakin berkembang, ketersedian pakan alami yang memadai dan
kebutuhan akan pakan mejadi salah satu masalah berkesinambungan. Penyedian pakan alami yang
yang menjadi perhatian serius dari akuakulturis berkualitas dan mencukupi sangat penting untuk
yang bergerak di bidang ini. Dalam dunia pemeliharaan larva berbagai biota perairan
perikanan, aspek pakan merupakan hal yang seperti ikan dan udang. Pentingnya penyediaan
perlu diperhatikan khususnya dalam kegiatan pakan alami sangat dirasakan pada pembenihan

21
22 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm.21-27

organisme laut maupun tawar, karena saat ini diberi pakan alami Skeletonema costatum dengan
belum ada pakan buatan yang dapat kepadatan yang berbeda. Penelitian ini
menggantikan peranan pakan alami secara dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni
sempurna (Erniati, 2012). 2014, yang bertempat di Balai Budidaya Air
Pakan alami yang banyak digunakan di Payau Takalar.
hatchery-hatchery benih antara lain adalah Penelitian ini terdiri atas 2 variabel,
Artemia salina sebagai makanan larva ikan dan yakni variabel bebas dan variabel terikat.
udang. Banyaknya kebutuhan akan pakan alami Variabel bebas adalah jumlah Skeletonema
seperti artemia ini, maka usaha produksi/ kultur costatum yang berbeda-beda. Variabel terikatnya
pakan alami dalam skala luas mulai dilakukan. adalah kesintasan Artemia salina yang diamati
Salah satu faktor yang mempengaruhi berdasarkan jumlah kelulus hidupannya (%).
pertumbuhan pada kultur Artemia salina adalah Desain yang digunakan dalam penelitian ini
pakan. Artemia salina di alam memanfaatkan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
pakan berupa mikroalga, bakteri, dan detritus 5 perlakuan dan 3 kali ulangan.
organik lainnya yang memiliki kandungan gizi
yang cukup untuk pertumbuhannya dan ukuran Tabel 1. Desain Penelitian dalam Wadah
yang sesuai dengan mulutnya (Erniati, 2012). Penelitian
Pemberian mikroalga dapat dijadikan pakan Pengulangan Perlakuan
alternatif pada kultur Artemia salina Berbagai 1 A2 E1 C2 B2 D3
jenis mikroalga dapat digunakan seperti 2 E3 B3 A1 D2 C3
Chaetoceros sp, Skeletonema costatum dan 3 C1 A3 D3 B1 E2
Nannochloropsis oculata (Mudjiman,1989 dalam Keterangan:
Erniati, 2012). A = Silase ikan 20 mg/l (Kontrol)
Mikroalga tersebut sangat cocok dijadikan B = 3,5 x 106 sel/L
sebagai pakan untuk pertumbuhan Artemia C = 4 x 106 sel/L
salina, karena memiliki kandungan gizi yang D = 4,5 x 106 sel/L
baik. Pada hatchery-hatchery benih ketiga E = 5 x 106 sel/L
mikroalga tersebut sering digunakan sebagai
pakan dalam budidaya Artemia. Skeletonema Skeletonema costatum merupakan pakan
costatum merupakan salah satu jenis fitoplankton alami yang berukuran kecil, memiliki kandungan
yang biasa dijadikan sebagai pakan alami dalam nutrien yang baik, serta merupakan makanan
kegiatan budidaya, karena plankton jenis ini untuk larva ataupun zooplankton. Sintasan
mudah dikembangbiakkan dan memerlukan Artemia salina yang menjadi variabel terikat
waktu yang relatif singkat dalam pada penelitian ini. Penghitungan sintasan
pemeliharaannya dibandingkan dengan dilakukan 7 hari setelah proses pemberian pakan
fitoplankton jenis yang lain. Spesies ini sangat selesai.
baik untuk makanan zooplankton. Grahame Alat-alat yang digunakan dalam
(1987) menyebutkan komposisi kimia yang penelitian ini adalah: Erlenmeyer, aerator, pipa,
terkandung yaitu protein 59%, lemak 8%, dan ember/toples, lampu, AC (air conditioner), hand
karbohidrat 33%. counter, refraktometer, pHmeter, oven,
Pada penelitian ini akan digunakan pakan mikroskop, autoklaf untuk sterilisasi, saringan 50
Skeletonema costatum dengan kepadatan yang μm, saringan 80 μm, sedwick rafter,
berbeda. Oleh karena itu objek penelitian ini haemocytometer, timbangan, pisau. Bahan-bahan
untuk sebagai bahan skripsi adalah pengaruh yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
pemberian Skeletonema costatum untuk Artemia salina, starter Skeletonema costatum, air
meningkatkan sintasan Artemia salina. laut steril, aquades, kapas, pupuk guillard, kertas
label, ikan juwi, asam formiat.
B. METODE Beberapa prosedur kerja yang dilakukan
oleh peneliti adalah penyiapan alat ukur. Alat-
Jenis penelitian ini adalah penelitian alat kultur untuk Skeletonema costatum
eksperimen dengan mengamati sintasan (survival umumnya terbagi atas 2 jenis bahan utama, yakni
rate) Artemia salina dalam jangka waktu 7 hari peralatan yang terbuat dari gelas dan plastik.
dari fase kista (telur) sampai hari ketujuh yang Terlebih dahulu seluruh peralatan dibersihkan
Junda et al., Pengaruh Pemberian Skeletonema costatum 23

dengan cara dicuci dengan sabun, setelah itu Pemberian pakan berupa Skeletonema
dibilas dengan menggunkan air tawar hingga costatum dilakukan satu kali sehari yaitu pada
bersih dan tidak meninggalkan aroma sabun pagi hari. Pengamatan ini dilakukan selama 7
sebelumnya, setelah itu dikeringkan dibawah hari, ini sesuai dengan pendapat Arianti (2008)
sinar matahari. dalam Widiastuti (2012) yang menyatakan
Untuk peralatan yang terbuat dari gelas bahwa, jika Artemia salina. Digunakan sebagai
setelah dikeringkan, alat-alat tersebut kemudian makanan juvenil udang, maka lama pemeliharaan
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 150oC sekitar ±7 hari. Terdapat 5 macam perlakuan,
selama 30 menit (Kecuali toples). Untuk Artemia yaitu: Artemia salina ditambah silase ikan juwi
salina hanya menggunakan wadah toples. dan Artemia salina diberikan pakan Skeletonema
Selanjutnya penyiapan air media untuk costatum dengan kepadatan berbeda. Masing-
pakan. Air laut dan akuades yang telah masing perlakuan dilakukan dalam 5 wadah yang
dituangkan dalam toples dan Erlenmeyer 250 ml berisi air laut 1 liter, yang didalamnya terdapat
disegel kemudian disterilisasi dengan autoclav 200 individu/L (Sulistyowati, 2006), untuk
pada temperatur 121°C, selama 15-20 menit mengambil 200 individu Artemia salina, maka
(Andersen, 2005 dalam Armanda 2013). hitung dengan menggunakan hand counter.
Kemudian menyiapkan metode kultur Perlakuan menggunakan Skeletonema
Skeletonema costatum Menyiapkan air laut steril costatum terdiri dari 4 kepadatan yang berbeda
salinitas 28-30 ppt (sudah diautoklaf) sebanyak yaitu 3,5 x 106 sel/L, 4 x 106 sel/L, 4,5 x 106
800-900 ml pada Erlenmeyer 1 liter. sel/L, 5 x 106 sel/L. Pemberian pakan ini
Ditambahkan pupuk coklat yang terdiri atas NP, berdasar pada pola pemberian sel diatom sebagai
Silikat (NaSiO3), TM dan Vitamin. Campuran pakan Artemia salina yaitu 22.500 sel/ind
diaerasi hingga larut sempurna ini merupakan (Firmansyah, 2013). Untuk mendapatkan kepa-
pembuatan medium guilard. Tuangkan bibit/ datan sel yang diinginkan dihitung menggunakan
starter Skeletonema costatum sebanyak 10-20 % haemocytometer yang diletakkan pada micros-
(100-200 ml) dari volume kultur, sebelum kop dengan rumus:
menuangkan bibit, terlebih dahulu hitung
kepadatan selnya. Mulut Erlenmeyer ditutup N = n x 104 Sel/ml
dengan kertas alumunium foil sambil diaerasi. Keterangan:
Seanjutnya pembuatan silase ikan, Pakan N : Jumlah sel fitoplankton per ml
yang berupa silase ikan dibuat dengan cara n : Jumlah sel pada blok haemacytometer
memotong-motong ikan tembang (Juwi) lalu
ditambah air dengan perbandingan 1:1 dan asam Pemberian kontrol untuk Artemia salina
formiat 3% atau 50 g ikan ditambah 50 ml air dengan menggunakan silase ikan sebanyak
dan asam formiat 3 % dari berat ikan, lalu 20mg/L. Dalam penelitian ini pemberian pakan
disimpan selama 3-5 hari supaya didapatkan diberikan 20 mg/L/hari. Ini didasarkan pada hasil
silase ikan dengan bentuk cair. penelitian Hermanto (2006) dalam Adityana
Berbagai jenis ikan yang akan dapat (2007) yang menyebutkan bahwa pada
digunakan seperti: ikan juwi, ikan petek, viscera konsentrasi tersebut dapat memberikan tingkat
ikan tongkol, dan ikan kakap merah (Adityana, kelangsungan hidup tertinggi. Pergantian air
2007). Pada penelitian kali ini yang akan dilakukan pada hari pertama, ketiga dan ketujuh.
digunakan untuk membuat silase ikan adalah Sebelum pergantian air terlebih dahulu mengecek
ikan juwi. kualitas air yaitu suhu, pH dan salinitas. Tingkat
Kemudian penetasan Artemia salina. Kelangsungan hidup Artemia dihitung dengan
Menimbang kista Artemia salina 1-2 g, menggunakan rumus dari Effendi (1979):
memasukkan Artemia salina kedalam air dengan
salinitas 29-30 ppt di bawah cahaya lampu 25
watt dengan suhu 28-29oC dan pH 7-8, kemudian
diaerasi dan tunggu selama 24 jam hingga Keterangan:
warnanya menjadi orange kecoklatan, melepas- SR : sebagai tingkat kelulushidupan (%)
kan aerasi, lalu mengendapkan ±1/2 jam, Nt : jumlah Artemia salina yang hidup pada
memisahkan cangkang artemia dengan cara akhir penelitian.
disaring. No : jumlah Artemia salina pada awal penelitian.
24 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm.21-27

Data yang diperoleh dari hasil (pemberian pakan Skeletonema costatum dengan
pengamatan dianalisis dengan menggunakan kepadatan 4,5x106 sel/liter/hari) dengan sintasan
analisis varian (uji F) pada taraf kepercayaan α= mencapai 53%. Kemudian perlakuan E
0,05. Uji lanjut dilakukan pada data yang (pemberian pakan Skeletonema costatum dengan
menunjukkan berpengaruh sangat nyata. Uji kepadatan 5 x 106 sel/liter/hari) yaitu 44,1%,
lanjut yang digunakan adalah uji lanjut Beda perlakuan C (pemberian pakan Skeletoneme
Nyata Jujur (BNJ), Beda Nyata Terkecil (BNT) costatum dengan kepadatan 4 x 106 sel/liter/hari)
dan uji Duncan (Hanafiah, 2010). yaitu 41,3%, perlakuan B (pemberian pakan
Hasil analisis ragam tingkat Skeletoneme costatum dengan kepadatan 3,5 x
kelulushidupan (sintasan) Artemia salina diuji 106 sel/ liter/hari) yaitu 37,3%, dan sintasan
dengan uji F menunjukkan hasil yang terendah pada perlakuan A (pem berian pakan
berpengaruh sangat nyata pada akhir penelitian silase ikan dengan dosis 20 mg/L) yaitu sebesar
yaitu pada hari ke 8 sesuai tabel Ansira pada 35,3%.
Lampiran 2 sehingga dilanjutkan dengan uji Selama penelitian dilakukan pengukuran
lanjut seperti yang tersaji pada Tabel 2. terhadap beberapa parameter kualitas air
Tabel 2 menunjukkan hasil uji lanjut dari diantaranya suhu, pH dan salinitas yang
rata-rata kelulushidupan Artemia salina dilakukan pada hari ke 1, 3, dan 7. Adapun hasil
(sintasan) pada akhir penelitian yaitu pada hari pengamatan kualitas air tersaji pada Tabel 3.
ke 8. Hasil uji statistik menggunakan analisa
Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk melihat Tabel 3. Data Kualitas Air Pemeliharaan
adanya pengaruh perlakuan yang menunjukkan Artemia salina Selama Penelitian
nilai Koefisien Keragaman (KK) yang kecil Kualitas air
No.
(>5%) menunjukkan uji lanjut menggunakan Parameter Hari Hari Hari
prosedur uji Duncan. Uji Duncan ini dilakukan ke 1 ke 3 ke 7
apabila hasil analisis ragam minimal berpengaruh o
1 Suhu ( C) 28 29 29
nyata. Pada tabel terlihat bahwa tidak semua 2 pH 7 7 8
perlakuan menunjukkan peningkatan rata-rata Salinitas
sintasan individu Artemia salina di hari terakhir 3 29 30 29
(ppt)
perhitungannya.

Tabel 2. Data Rata-rata Kelulushidupan C. HASIL DAN PEMBAHASAN


(Sintasan) Artemia salina pada Kelulushidupan merupakan presentase
Akhir Penelitian organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan
Perlakuan Rerata Kelulushidupan dari jumlah seluruh organisme awal
Artemia salina pada pemeliharaan dalam wadah pemeliharaan.
Hari ke-8 (%) Kelangsungan hidup akan dipengaruhi oleh
A (Kontrol) 35.3a kondisi lingkungan dan secara alamiah, setiap
B 37.3ab organisme memiliki kemampuan menyesuaikan
C 41.3c diri terhadap perubahan yang terjadi di
D 53e lingkungannya dengan batasan tertentu yang
E 44.1cd disebut nilai toleransi suatu hewan (Jauncey,
Keterangan: Semua perlakuan diatas berbeda 1982 dalam Erfanto, 2013).
nyata pada taraf α: 0,05 dengan uji lanjut BNJ Artemia salina. merupakan zoo-plankton
A = Silase ikan 20 mg/l/hari yang cara makannya adalah menyaring (filter
B = Skeletonema costatum 3,5 x 106 sel/liter/hari feeder), maka diperlukan makanan dengan
C = Skeletonema costatum 4 x 106 sel/liter/hari ukuran partikel lebih kecil dari 60 mikron dan
D = Skeletonema costatum 4,5 x 106 sel/liter/hari selalu tersedia di air. Perhitungan sintasan
E = Skeletonema costatum 5 x 106 sel/liter/hari dilakukan untuk mengetahui pada konsentrasi
berapa pemberian pakan yang efektif dan efisien.
Gambar 1 menunjukkan bahwa berdasar- Perhitungan sintasan didapat setelah sebelumnya
kan hasil penelitian sintasan Artemia salina Artemia salina lokal diberi pakan berupa
dengan pakan alami Skeletonema costatum, Skeletonema costatum selama 1 minggu, karena
persentase sintasan terbaik pada perlakuan D Artemia salina lokal tersebut untuk digunakan
Junda et al., Pengaruh Pemberian Skeletonema costatum 25

sebagai pakan larva udang. Sesuai dengan karena jumlah pakan yang diberikan sesuai
pendapat Arianti (2008) yang menyatakan dengan kebutuhan Artemia salina , hal ini sesuai
bahwa, jika Artemia salina digunakan sebagai dengan pendapat Firmansyah (2013), bahwa
makanan juvenil udang, maka lama pemeliharaan pemberian pakan fitoplankton berupa
sekitar ±7 hari. Chaetosceros sp., Tetraselmis sp. dan
Skeletonema costatum merupakan salah Skeletonema sp. yang memenuhi kebutuhan
satu jenis fitoplankton yang biasa dijadikan pakan Artemia, yaitu 22.500 sel/ekor.
sebagai pakan alami dalam kegiatan budidaya, Faktor yang paling mempengaruhi
karena plankton jenis ini mudah tingkat kelulushidupan larva Artemia salina yaitu
dikembangbiakkan dan memerlukan waktu yang kualitas air pada media pemeliharaan dan
relatif singkat dalam pemeliharaannya kualitas pakan. Faktor pertama yaitu kualitas air.
dibandingkan dengan fitoplankton jenis yang lain Kualitas air yang baik pada media pemeliharaan
(Rudiyanti, 2011). akan mendukung proses metabolisme dalam
Berdasarkan hasil penelitian selama 8 proses fisiologi. Faktor kedua adalah kandungan
hari, diperoleh hasil sintasan yang tertinggi yaitu nutrisi dari pakan yang dikonsumsi.
pada perlakuan D sebesar 53% yang diberi pakan Ketidaktersediaannya pakan pada stadia awal
Skeletonema costatum dengan kepadatan 4,5 x dari Artemia salina akan mengakibatkan
106 sel/L/hari, kemudian yang tertinggi kedua kematian. Hal ini disebabkan oleh semakin
perlakuan E sebesar 44,1% yang diberi pakan besarnya stadia dan pertumbuhan Artemia salina
Skeletonema costatum dengan kepadatan 5 x 106 sehingga dibutuhkan pakan yang semakin
sel/L/hari yang ketiga perlakuan C sebesar 41,3% banyak. Kandungan nutrisi dari pakan sangat
yang diberi pakan Skeletonema costatum dengan mempengaruhi tingkat kelulus-hidupan (Harefa,
kepadatan 4 x 106sel/L/hari dan yang keempat 1996).
perlakuan B sebesar 37,3% yang diberi pakan Tingkat kelulushidupan yang tinggi
Skeletonema costatum dengan kepadatan 3,5 x menunjukkan kualitas dan kuantitas pakan yang
106 sel/L/hari, sedangkan sintasan yang terendah diberikan cukup baik, sehingga dapat
yaitu pada perlakuan A 35,3% yang diberi pakan berpengaruh positif pada kelulushidupa n, hal ini
silase ikan 20 mg/L. juga sesuai dengan pernyataan Rudiyanti (2011),
Tingginya tingkat kelulushidupan pada pakan alami sangat diperlukan sekali sebagai
perlakuan D yang diberi pakan Skeletonema sumber makanannya.
costatum dengan kepadatan 4,5 x 106 sel/L/hari,

Gambar 1. Histogram Kelulushidupan (Sintasan) Artemia salina pada Setiap Perlakuan yang
Dipelihara Selama Tujuh Hari.

Keterangan: A(K): Silase ikan 20 mg/l/hari D : Skeletonema costatum 4,5 x 106 sel/liter/hari
B : Skeletonema costatum 3,5 x 106 sel/liter/hari E : Skeletonema costatum 5 x 106 sel/liter/hari
C : Skeletonema costatum 4 x 106 sel/liter/hari
26 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 21-27

Hal ini dikarenakan pakan alami buatan berbeda dengan nilai nutrisi pakan hidup.
mempunyai kandungan gizi yang lengkap, mudah Kelebihan pakan alami jika dibandingkan pakan
dicerna dalam saluran pencernaan karena isi buatan sebagai pakan, antara lain: memiliki
selnya padat dan mempunyai dinding sel yang kandungan gizi lebih lengkap dan tinggi, isi sel
tipis, tidak menyebabkan penurunan kualitas air padat dan dinding sel tipis sehingga mudah
dan dapat meningkatkan daya tahan biota air diserap dan dicerna, cepat berkembang biak dan
terhadap penyakit maupun perubahan kualitas air memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap
karena tidak mengeluarkan racun, cepat perubahan faktor lingkungan, pergerakan pakan
berkembangbiak dan pergerakannya tidak terlalu alami tidak begitu aktif sehingga mudah
aktif sehingga mudah ditangkap oleh biota air ditangkap dan selama dikultur tidak
salah satunya adalah Skeletonema costatum mengeluarkan senyawa yang bersifat racun.
(Anonim, 2013). Fitoplankton jenis Skeletonema Menurut Amri (2008) dalam Erfanto
costatum merupakan salah satu jenis fitoplankton (2013) selain pengaruh pakan yang diberikan,
yang biasa dijadikan sebagai pakan alami dalam faktor lingkungan khususnya kualitas air juga
kegiatan budidaya, karena plankton jenis ini sangat mempengaruhi kelulushidupan. Selama
mudah dikembangbiakkan dan memerlukan dalam penelitian ini faktor kualitas air yang
waktu yang relatif singkat dalam diukur meliputi suhu, pH, dan salinitas. Kisaran
pemeliharaannya dibandingkan dengan suhu selama penelitian adalah 28–29oC. Kisaran
fitoplankton jenis yang lain. Spesies ini sangat pH yang diukur selama penelitian berlangsung
baik untuk makanan zooplankton. sebesar 7–8 kondisi ini masih layak untuk
Menurut Grahame (1987) dalam kehidupan dan pertumbuhan Artemia. Salinitas
Rudiyanti (2011) menyebutkan komposisi kimia yang diukur selama penelitian berkisar antara 29–
yang terkandung yaitu protein 59%, lemak 8%, 30 ppt.
dan karbohidrat 33%. Selain komposisi kimianya,
salah satu faktor yang mempengaruhi D. KESIMPULAN
kelulushidupan Artemia salina adalah ukuran
Berdasarkan hasil penelitian yang
pakan. Ukuran sel Skeletonema costatum 4-15
dilakukan diperoleh 2 kesimpulan yaitu:
mikron, Menurut Kementerian Kelautan dan
1. Pemberian Skeletonema costatum sebagai
Perikanan (2011) dalam Widiastuti et al. (2012),
pakan alami berpengaruh terhadap sintasan
bahwa Artemia salina memakan pakan yang
(tingkat kelulushidupan) Artemia salina.
berukuran dibawah 60 mikron.
2. Kepadatan Skletonema costatum sebagai
Rendahnya tingkat kelulushidupan pada
pakan alami yang tepat untuk sintasan
perlakuan A yang diberi pakan silase ikan 20
(tingkat kelulushidupan) Artemia salina
mg/L menurut (Hastuti, 1989) dalam Firmansyah
sebesar 4,5 x 106 sel/L/hari.
(2013) bahwa kelengkapan nilai nutrisi pakan

E. DAFTAR PUSTAKA
Achmad Himawan. 2002. Pengaruh Pemberian Artemia Aras, T. R. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Teripang
sp. yang Diperkaya dengan Minyak Kelapa, Holothuria scabra Terhadap Artemia salina.
Minyak Jagung dan Minyak Ikan Terhadap Makassar: Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan
Volume Otak Pertumbuhan dan Kelangsungan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Hidup Lerva Ikan Patin (Pangasius Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
hypophthalmus). Bogor: Program Studi Budidaya Armanda, D. T. 2013. Pertumbuhan Kultur Mikroalga
Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Diatom Skeletonema costatum (Greville) Cleve
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Isolat Jepara Pada Medium F/2 Dan Medium
Adityana Dina. 2007. Pemanfaatan Berbagai Jenis Silase Conway. Semarang: Program Studi Tadris
Ikan Rucah Pada Produksi Biomassa Artemia Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
franciscana. Surakarta: Jurusan Biologi Fakultas IAIN Walisongo Semarang. Bioma, Vol. 2, No. 1.
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Erfanto Feri. 2013. Pengaruh Substitusi Silase Ikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rucah Dengan Persentase Yang Berbeda Pada
Anonim. 2013. Produksi Pakan Alami. Direktorat Pakan Buatan Terhadap Efisiensi Pakan,
Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Benih Ikan
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Mas (Cyprinus carpio ).Semarang: Program Studi
Republik Indonesia. Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Junda et al., Pengaruh Pemberian Skeletonema costatum 27

Diponegoro Jl. Prof. Soedharto Tembalang- Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan
Semarang. Journal of Aquaculture Management Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
and Technology Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Universitas Diponegoro. Journal Of Aquaculture
Halaman 26-36. Management and Technology Volume 1, Nomor
Erniati dan Hairina. 2012. Pemberian Mikroalga Yang 1, Tahun 2012, Halaman 102-115.
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Artemia salina. Rudiyanti, S. 2010. Pertumbuhan Skeletonema costatum
BerkalaPerikananTerubuk, Juli 2012,hlm13–19 Pada Berbagai Tingkat Salinitas Media, Program
Vol. 40. No.2 ISSN 0126 – 4265. Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK –
Fa’ahakhodo Harefa. 1996. Pembudidayaan Artemia UNDIP. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 2,
Untuk Pakan Udang Dan Ikan. Jakarta: Penebar 2011: 69 -76
Swadaya. Sudjiharno, Ir. 2002. Budidaya Fitoplankton &
Firmansyah, (2013). “Pengaruh perbedaan jenis pakan Zooplankton. Balai Budidaya Laut Lampung
alami (skeletonema sp., chaetosceros sp., Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
tetraselmis sp.) Terhadap laju pertumbuhan dan Departemen Kelautan dan Perikanan. Lampung.
kandungan nutrisi pada artemia sp”. Surabaya: Sulistyowati, B. E. 2006. Peningkatan Kuantitas dan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kualitas Kista Artemia franciscana setelah
Airlangga. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Pemberian Silase Ikan. Jurusan Biologi FMIPA
Vol. 5 No. 1, April 2013. Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan
Gunawan. 2012. Pengaruh Perbedaan ph Pada Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Pertumbuhan Mikroalga klas Chlorophyta. (BBPBAP) Jepara. Bioteknologi 4 (2): 46-52,
Banjar Baru: Program Studi Biologi FMIPA Suminto. 2005. Budidaya Pakan Alami Mikroalgae dan
Universitas Lambung Mangkurat Rotifer. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan
Iriyanto, P. 2011. Pemanfaatan Mikroalga Laut Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Scenedemus sp Sebagai penyerap Bahan Kimia Universitas Diponegoro. Semarang.
Berbahaya Dalam Air Limbah Industri. Bogor: Umbas, P, A. 2002. Pengaruh Dosis Pengkayaan 0, 6, 7,
Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan 8, 9 dan 10 ml/400ml dan Waktu Dedah Terhadap
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Kinerja Pertumbuhan Artemia sp. Bogor:
Pertanian Bogor. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Maharani, E. T dan Yusrin. 2010. Kadar Protein Kista Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Artemia Curah Yang Dijual Petambak Kota Bogor.
Rembang Dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Widiastuti. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Berbeda (Skeletonema costatum dan Chaetoceros
Kesehatan Universitas Muhammadiyah gracilis) Terhadap Pertumbuhan Biomass Mutlak
Semarang. dan Kandungan Nutrisi Artemia sp. Lokal.
Mulyadi. 2006. Kajian Pengaruh Suhu dan Jenis Pakan Program Studi Budidaya Perikanan, Jurusan
Terhadap Perkembangan Stadia dan Reproduksi Perikanan fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Kopepoda Siklopoida Apocyclops sp yang Universitas Diponegoro. Semarang. Journal Of
Dikultur Secara Individu Di Dalam Aquaculture Management and Technology
Laboratorium. Bogor: Sekolah Pascasarjana Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 236-
Institut Pertanian Bogor. 248.
Murni isnawati. 2011. Budidaya Perikanan. Sekolah Zaidin. 2013. Sintasan Larva Rajungan (Portunus
Usaha Perikanan Menengah (supm) Negeri pelagicus) Stadia Megalopa Melalui Kombinasi
Pontianak. Pakan Alami Artemia salina dan Brachionus
Purba Yolanda Christine. 2012. Performa Pertumbuhan, plicatilis. Kendari: Program Studi Budidaya
Kelulushidupan, Dan Kandungan Nutrisi Larva Perairan FPIK Universitas Haluoleo. Jurnal Mina
Udang Vanamei (Litopenaeus Vannamei) Melalui Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 ( 1 12 – 1 2 1 )
Pemberian Pakan Artemia Produk Lokal Yang ISSN : 2303 – 39.
Diperkaya Dengan Sel Diatom. Semarang:

Anda mungkin juga menyukai