PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum penetasan artemia dengan metode dekapsulasi
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh chlorin terhadap waktu dan jumlah tetas Artemia.
2. Mengetahui hasil perhitungan hatcing rate Artemia dengan Metode
Dekapsulasi.
3. Mengetahui Faktor yang menghambat derajat penetasan Artemia dengan
Metode Dekapsulasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Artemia
Artemia merupakan organisme sejenis udang-udangan berukuran kecil (renik)
dikenal dengan nama brine shrimp. Artemia merupakan salah satu pakan hidup yang
banyak digunakan dalam pemeliharaan ikan dan udang. Hal ini terjadi karena artemia
memiliki yang tinggi, serta ukurannya sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh
jenis larva ikan Artemia (Djariyah 2005). Artemia bersifat pemakan segala atau
omnivora. Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi Artemia menurut Drewes (2002)
antara lain sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Anostraca
Family : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia sp.
Gambar 1. Artemia
Artemia sp. Secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 25oC
- 30oC. Artemia sp. Dapat ditemui didanau dengan kadar garam yang tinggi yang
biasa disebut Grain shrimp. Kultur biomassa Artemia sp. Yang baik pada kadar
garam antara 30 – 35 ppt. Untuk Artemia sp. yang mampu mengahasilkan kista
membutuhkan kadar garam diatas 10 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuty 1996). Kadar
oksigen terlarut yang dibutuhkan agar Artemia sp. tumbuh dengan baik ialah sekitar 3
ppm. Media untuk penetasan kista, diperlukan air yang pH lebih dari 8. Jika pH
kurang dari 8 maka efisiensi penetasan akan menurun atau waktu penetasan menjadi
lebih panjang. Artemia adalah binatang yang sederhana cara makannya, yaitu dengan
menyaring makannya atau disebut non-selective filter feeder, maka Artemia akan
terus menerus memakan apa saja yang ukurannya lebih kecil dari 50 µm (Mudjiman
1989).
Mudjiman (1989), menyatakan bahwa makanan Artemia di alam adalah
detritus bahan organik dan ganggang renik (ganggang hijau, ganggang biru,
cendawan atau ragi laut). Beberapa jenis ganggang hijau yang sering dijadikan
makanan oleh Artemia antara lain Euglena, Dunaliella salina dan Cladophora sp.
Seluruh partikel suspensi yang mungkin dapat dimakan oleh artemia secara terus
menerus akan diambil dari media kultur dengan gerakan terakopoda yang mempunyai
fungsi ganda sebagai respirasi dan pengumpul makanan sehingga tidak ada alternatif
lain bagi artemia untuk terus menerus menyaring makanan (Widyarti 1986).
2. Aerasi.
Oksigen sangat dibutuhkan untuk perkembangan embryonal A. salina. Oleh
karena itu erasi harus diberikan terus sampai terjadi penetasan, Selain untuk
mencukupi kebutuhan akan oksi gen, erasi dapat mencegah terjadinya pengendapan
kista-kista di dasar tangki. Pengendapan kista-kista dapat menimbulkan kondisi
"anaerob" pada kista-kista tersebut sehingga perkembangan embryo akan terhambat.
Kandungan oksigen yang minimal untuk penetasan A. salina adalah 3 ppm.
4. Suhu.
Suhu yang optimum untuk memperoleh hasil penetasan yang baik adalah
berbeda-beda menurut strain yang dipergunakan. Suhu optimum untuk strain
California-USA adalah 28°C, untuk strain Utah-USA adalah 30°C dan untuk strain
RRC adalah 35°C.
5. pH (derajat keasaman)
Proses pecahnya. lapisan tipis pada saat "umbrella stage" sangat dipengaruhi
oleh enzym penetas, dimana enzym ini pada pH 8,0 — 9,0 mempunyai aktivitas yang
optimum. Pe netasan tidak terjadi bila pH kurang dari 7,0 terutama bila kepadatan
telur yang tinggi. Untuk menaikkan pH air laut da pat ditambah dengan 1 — 2 g
kapur per liter atau dengan NaOH 0,5 N sebanyak 1,5 per liter air.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu Bebek, Lumpur, Macan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Djarijah A S. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius : Yogyakarta
Djarijah, A. S. 2005. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius : Yogyakarta.
Drewes. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Harefa, F. 1996. Permbudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang Dan Ikan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Harun, R., Danquah, M.K., and Forde, G.M., (2010), Microalgal biomass as a
fermentation feedstock for bioethanol production, J. Chem. Technol.
Biotechnol., 85, pp, 199-203.
Hasyim, B.A. 2002. Pengaruh Artemia yang Diperkaya dengan Minyak Ikan, Minyak
Kelapa dan Minyak jagung Trehdap Pertumbuhan, Sintasan dan Volume
Otak Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Bogor. Skirpsi. Program Stusi
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Intitut Pertanian
Bogor. 39 hlm
Isnansetyo, A Dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton Dan zooplankton.
Kanisius. Yogyakarta.116 hal.
Marihati, Muryati, dan Nilawati. 2013. Budidaya Artemia salina sebagai diversifikasi
produk dan biokatalisator percepatan penguapan di ladang garam. Peneliti
Madaya Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri. Jurnal
Agromedia 31 (1): 57-66.
Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Panggabean, M.G.L. 1984. Teknik Penetasan dan Pemanenan Artemia Salina. Jurnal
Oseana. Vol ix.
Pramudjo dan Sofiati, 2004.Prospek Teknik Produksi Cyste Brine Shrimp
(Artemia salina LEACH) di Indonesia.Fakultas Perikanan, Unsrat-Manado.
Purwanti E. 2004. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap daya tetas sistem
Artemia yang dihasilkan di tambak garam Rembang, Jawa Tengah. [skripsi].
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Renaud, S.M., L.V. Thinh and D.L. David. 1999. The Gross Chemical Composition
and Fatty Acid Composition of 18 Species of Tropical Australian
Microalgae for Possible Use in Mariculture. Aquaculture, 170 :147-159.
Rizaldy. F. 2013. Efektifitas Naupli Artemia yang diperkaya dengan Susu Bubuk
Afkir Sebagai Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Nilem
(Osteochilus hasselti). Skripsi. Universitas Padjadjaan.
Subaidah dan Mulyadi. 2004, Cara Pene-tasan Artemia dengan cara deka-sulasi.
Jakarta.
Sumeru, S Umiati. dan A. Suzy. 1992. Pakan Udang. Kanisius, Yogyakarta.
Tyas, I. K. 2004. Pengkayaan Pakan Nauplius Artemia dengan Korteks Otak Sapi
untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan
Tubuh Udang Windu (Penaeus monodon. Fab) Stadium PL 5-PL 8.
Skripsi.Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta.
Yunus,dkk. 1994. Menjadikan Artemia Sebesar Rebon. Techner, No.16 Tahun III.
Edisi November 1994. P.T. Longmen Indo Nusantara, Jakarta.