Anda di halaman 1dari 3

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Branchiopoda

Order : Anostraca

Family : Artemiidae

Genus : Artemia

Species : Artemia sp. (Linnaeus, 1758)

Aspek biologis:

Artemia merupakan zooplankton dari anggota krustacea. Galebert (1991) dalam


Umbas (2002) menyatakan bahwa Artemia digunakan sebagai pakan alami lebih dari
85% species hewan budidaya, Artemia mempunyai nilai gizi tinggi, dapat menetas
dengan cepat, ukurannya relatif kecil dan pergerakan lambat serta dapat hidup pada
kepadatan tinggi (Tyas 2004).

Aspek reproduksi:

Secara umum, Artemia mempunyai dua tipe reproduksi yaitu ovipar dan
ovovivipar (Criel dalam Browne et al. 1991 dalam Umbas 2002). Artemia dewasa hanya
akan memproduksi kista ketika keadaan lingkungan memburuk, misalkan kadar garam
lebih dari 150 ppt dan kandungan oksigen rendah dan kista akan menetas menjadi larva
jika lingkungan membaik atau kembali seperti semula (Mudjiman 1989).

Chumaidi et al., (1990) dalam Tyas (2004) menyatakan bahwa


perkembangbiakan Artemia ada dua cara, yakni partenogenesis dan biseksual. Pada
Artemia yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua
yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi,
sedangkan pada Artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang
berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.
Teknik penetasan:

Sutaman (1993) menyatakan bahwa penetasan kista Artemia dapat dilakukan


dengan 2 cara, yaitu penetasan langsung (non dekapsulasi) dan penetasan dengan cara
dekapsulasi. Dekapsulasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar
dari kista Artemia yang keras (korion). Cara dekapsulasi dilakukan dengan mengupas
bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan
hidup embrio. Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum digunakan pada benih
ikan maupun udang, namun untuk meningkatkan daya tetas dan menghilangkan
penyakit yang dibawa oleh kista Artemia cara dekapsulasi lebih baik digunakan.

Kandungan nutrisi

Artemia sebagai pakan alami banyak digunakan dalam pembenihan udang


karena nilai gizinya yang tinggi. Nilai nutrisinya didapatkan dari kandungan protein
Artemia dewasa mencapai 60% (Sumeru dan Anna, 1992). Protein sangat diperlukan
untuk proses pertumbuhan ikan dan udang. Menurut Akbar (2000), protein merupakan
komponen utama dalam pembentukan organ-organ tubuh ikan.

Prosedur budidaya artemia

Subaidah dan Mulyadi (2004) menyatakan bahwa langkah-langkah penetasan


dengan cara dekapsulasi adalah sebagai berikut:

1. Kista Artemia dihidrasi dengan menggunakan air tawar selama 1-2 jam

2. Kista disaring menggunakan plankton net 120 µm dan dicuci bersih

3. Kista dicampur dengan larutan kaporit atau klorin dengan konsentrasi 1,5 ml per 1
gram kista, kemudian diaduk hingga warna menjadi merah bata

4. Kista segera disaring menggunakan plankton net 120 mikron dan dibilas
menggunakan air tawar sampai bau klorin hilang, kista siap untuk ditetaskan

5. Kista akan menetas setelah 18-24 jam. Pemanenan dilakukan dengan cara mematikan
aerasi untuk memisahkan kista yang tidak menetas dengan nauplii Artemia.

Sistem pemanenan menurut SORGELOOS & PERSOONE (1975). Pemanenan


nauplius menggunakan alat yang berbentuk silinder. Silinder PVC ini dibagi menjadi 3
bagian :

1. Silinder dalam yang melekat pada dasar silinder besar. Silinder dalam ini raempunyai
celah-celah horisontal yang berhadap-hadapan. Lebar celah 1 cm dan panjangnya
kurang dari ¼ diameter silinder.
2. Silinder luar yang dapat diputar juga mempunyai celah-celah yang tepat sama dengan
celah-celah silinder dalam.

3. Penutup silinder dalam bagian atas.

Teknik pembesaran Artemia belum dapat dirumuskan secara pasti walaupun


demikian pembesaran Artemia dapat dilakukan dengan meperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Nampaknya untuk pembesaran Artemia dibutuhkan
peralatan yang agak khusus.

DAPUS:

Akbar. 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu Bebek, Lumpur, Macan. Penebar Swadaya.
Jakarta

Mudjiman, A. 1989. Udang Renik Air Asin Artemia salina. Jakarta: Penerbit Bhatara.

SORGELOOS, P. dan G. PERSOONE 1975. Technological imporvements for the cultivation


of invertebrates as food for fishes and crsutaceans II. Hatching and culturing of the brine
shrimp Artemia salina L. Aquaculture 6 : 303-317.

Subaidah dan Mulyadi. 2004. Cara Penetasan Artemia dengan Cara Dekapsulasi. Jakarta.

Sumeru, S Umiati. dan A. Suzy. 1992. Pakan Udang. Kanisius, Yogyakarta.

Sutaman. 1993. “Petunjuk Praktis Pembenihan Udang Windu Skala Rumah Tangga”.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Tyas, I. K. 2004. Pengkayaan Pakan Nauplius Artemia dengan Korteks Otak Sapi untuk
Meningkatkan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan Tubuh Udang Windu
(Penaeus monodon. Fab) Stadium PL 5-PL 8. Skripsi.Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Surakarta.

Umbas, A.P. 2002. Pengaruh Dosis Pengkayaan 0, 6, 7, 8, 9, 10 ml/ 400ml dan Waktu
Dedah Terhadap Kinerja Pertumbuhan Artemia. Skripsi. Program Studi Budidaya
Perairan. Institut Pertanian Bogor. 54 hlm.

Anda mungkin juga menyukai