Nama : Oktavia Nur Hidayah

NIM : 09010420014

Matkul : Hasil Laut Komersil (B)

Review Materi (PAKAN UNTUK MARIKULTUR)

*Artemia sebagai Pakan

Artemia masuk ke dalam udang-udangan dimana siklus hidupnya dimulai dari larva hingga
dewasa, masih berbentuk zooplankton. Artemia sering digunakan sebagai pakan komersial dan
teknologi untuk mengkultivasinya tergolong mudah diterapkan dalam bentuk telur kering.
Artemia merupakan pakan yang cocok untuk diterapkan di budidaya air laut/tawar dan telah
ditemukan dalam waktu yang lama. Artemia biasanya digunakan sebagai pakan yang fresh
dimana ketika ia sudah menetas, langsung diberikan ke budidaya. Dalam perkembangannya,
artemia telah dibudidaya untuk menghasilkan artemia dewasa sehingga kandungan nutrisi
dalam artemia akan lebih baik apabila dimakan oleh ikan hasil budidaya.

*Artemia Life Cycle

Mulai dari cyst kemudian menetas dan menjadi larva kemudian mengalami pergantian kulit
sebanyak 15 kali yang disebut dengan instar 1-15. Artemia membutuhkan waktu sekitar 15 hari
untuk menetas sampai dewasa. Adapun cyst merupakan telur dari artemia. Cyst memiliki
embrio yang dilindungi oleh cangkang yang terdiri dari dua bagian luar yang disebut Chorion
dan bagian dalam yang disebut kutikula embriotik. Cyst dapat dijumpai dalam bentuk kering
dan dijual di pasaran.

Perkembangan cyst artemia dimulai dari kering sampai menetas. Cyst membutuhkan waktu
selama 24 jam untuk menetas. Adapun kultur artemia memiliki dua metode antara lain,

1. Aerasi
Cyst dimasukkan dalam suatu bak yang diisi air laut, kemudian ditambahkan baking
soda lalu diaduk. Setelah itu didiamkan, apabila ada cyst yang mengapung maka
tandanya cyst tersebut telah rusak. Sebaliknya, apabila cyst tersebut tenggelam maka
cyst tersebut berkualitas. Setelah 1 jam diberi perlakuan aerator dengan dibantu lampu.
Cyst yang baik akan melayang-layang apabila ada aerasi di dalam wadah itu sendiri.
Ketika sudah diberi aerasi selama lebih dari dua hari, cyst akan menetas. Kemudian, cyst
yang sudah menetas akan langsung diaplikasikan ke ikan budidaya atau bisa dibudidaya
sampai menjadi dewasa.
 2. Dekapsulasi
Metode ini tidak menggunakan aerator, karena tujuan penggunaan metode ini untuk
menghilangkan lapisan korion sehingga nantinya akan bisa dikonsumsi langsung oleh
ikan budidaya. Caranya, mulai dari perendaman menggunakan air tawar kemudian
ditambahkan klorin dan diaduk. Setelah berubah warna menjadi oranye, itu artinya
lapisan korion sudah hilang. Setelah itu dapat disaring lalu dicuci dengan air bersih
sampai bau dari klorinnya hilang, kemudian direndam dengan natrium thiosulfat yang
berfungsi untuk menghilangkan lapisan clorin yang menempel dicangkang cyst bagian
dalam. Kemudian dicuci kembali menggunakan air bersih dan disaring. Meskipun belum
menetas, cyst tersebut sudah bisa diberikan kepada ikan budidaya.

*Kualitas Penetasan Telur Artemia

1. Persentase Penetasan
Jumlah naupli yang diproduksi/100 kista
2. Efisiensi Penetasan
Jumlah naupli yang diproduksi/1 gr kista
3. Output Penetasan
Biomas naupli (berat kering) yang diproduksi /1 gr kista
4. Laju Penetasan
Laju penetasan kista secara bersamaaan

*Kultur Artemia

1. Konstruksi Bak
Bahan : fibre glass, kayu berplastik, semen
Ukuran : variatif
Bentuk : conical, persegi sudut lengkung
Kedalaman : <100 cm
2. Sistem Pemeliharaan
Menggunakan air berputar/mengalir
3. Pakan : plankton, alga, tepung kedelai, dedak, bungkil kelapa, copepoda, ragi dll
4. Media : air (20-25 ppt) : danau air asin, tambak garam

*Pakan Lain

-Rotifera : Brachious

Kultur Brachious : ada 2 metode

1. Panen- Pindah Harian
Disiapkan pakan dari Brachious untuk dikultur dalam suatu bak kemudian ditanam agar
berkembang biak kemudian warnanya akan menjadi hijau pekat karena banyak
makanannya. Setelah 4-5 hari, Brachious akan memakan pakannya dan warna airnya
akan berubah menjadi bening, sehingga dapat dipanen dan begitu seterusnya.
2. Drain off
Ada penambahan ragi, sehingga tidak perlu ditambahkan alga lagi dan dapat dipanen
secara terus menerus dengan cara dikeringkan atau disaring selama 4-5 hari.