1. Pemeliharaan Induk
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk, berupa bak beton
berbentuk bulat berdiameter 10 m dan kedalaman 3 m, kapasitas dari bak
induk 230 m3.
Jenis pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar, diberikan setiap hari
dengan jumlah 3 — 5% berat total tubuh ikan.
Penggantian air dilakukan setiap hari dengan menggunakan system
sirkulasi 200 — 300 % dengan debit air di saluran inlet sekitar 5
liter/detik.
2. Sampling Kematangan Gonad
Induk betina sudah mencapai lebih dari 3 kg, sedangkan untuk induk
jantan berumur lebih dari 2 tahun dengan bobot lebih dari 2 kg.
Induk kakap betina yang matang gonad ditandai dengan perut membesar
bila diraba akan terasa lembek, warna tubuhnya kehitaman/kelabu, lubang
genitalnya terlihat agak membuka dan memerah serta bila distriping keluar
cairan kekuning-kuningan.
Sedangkan ciri induk jantan yang matang gonad warna tubuhnya semakin
cerah dan mengkilap dan bila distriping keluar cairan putih susu (sperma).
3. Pemijahan
Pemijahannya dengan system alami melalui rangsangan manipulasi
lingkungan pada bak pemeliharaan yang merangkap bak pemijahan.
Induk akan memijah sore sampai malam hari sekitar pukul 18.00 —22.00
WIB.
Pemijahan ditandai terjadinya kejar-kejaran induk jantan dan betina
Induk betina terlebih dahulu mengeluarkan telur disusul dengan induk
jantan mengeluarkan sperma dan pembuahan terjadi diluar tubuh ikan.
Telur hasil pemijahan dengan sendirinya akan keluar terbawa air melalui
saluran outlet dan tertampung di egg collector bermata jaring 200 — 500
mikro.
4. Pemanenan Telur
Ukuran egg collector 125 x 50 x 75 cm dengan mata jarring 200 — 500
mikro.
Kerangka dibuat dan pipa berdiameter 1 inci berbentuk persegi panjang.
Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan mengalirkan air laut secara
terus menerus
Jika telur ada, telur dipanen menggunakan seser (scope net) dengan ukuran
lubang 200 mikro dan ditampung di dalam 5 liter sudah berisi air laut.
5. Inkubasi Telur
Inkubasi telur dilakukan setelah pemanenan telur yaitu antara pukul
06.30—07.00 WIB.
Wadah yang digunakan berupa akuarium berkapasitas 100 liter.
Telur yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam akuarium yang sudah diisi
air dengan volume 80 — 90 liter dan diberi aerasi yang cukup agar telur
yang akan dihitung menyebar rata.
6. Pemeliharaan Larva
Sebelum larva dipindahkan (kira-kira 1 - 2 hari sebelumnya), bak
pemeliharaan larva harus dicuci dengan air tawar dan disikat lalu
dikeringkan selama 1 - 2 hari. Membersihkan bak dapat juga dilakukan
dengan cara membilaskan larutan sodium hypokhlorine 150 ppm pada
dinding bak, selanjutnya dikeringkan selama 2 - 3 jam untuk
menghilangkan chlorine yang bersifat racun.
Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran dengan suhu 26 -
280C dan salinitas 29 - 32 ppt diisikan ke dalam bak dengan cara disaring dengan
penyaring pasir atau kain penyaring untuk menghindari kotoran yang terbawa air
laut. Untuk mensuplai oksigen bak dilengkapi sistim aerasi dan batu aerasi yang
diletakkan secara terpencar agar merata keseluruhan air di dalam bak. Larva yang
baru menetas mempunyai panjang total 1,21 - 1,65 mm, melayang dipermukaan
air dan berkelompok dekat aerasi.
Umur 30 hari larva ditempatkan di dalam bak yang terlindung dari pengaruh
langsung sinar matahari (semi out door tanks). Padat penebaran awal dalam bak
pemeliharaan adalah 70 - 80 larva/liter volume air. Pada hari 8 - 15 tingkat
kepadatan dikurangi menjadi 30 – 40 larva/liter, setelah hari ke 16 kepadatan larva
diturunkan menjadi 20 – 30 larva/liter, karena pada umur ini larva sudah
menunjukan perbedaan ukuran dan sifat kanibalisme.
Tabel 1. Padat Penebaran Larva Kakap yang Dipelihara Sampai Umur 30Hari.
Umur larva (hari) Jumlah larva/liter
1-7 30 - 40
8 -15 70 - 80
16 - 23 20 - 30