Anda di halaman 1dari 7

BUDIDAYA IKAN SUMATERA

(Puntius tetrazona)

Oleh : Ria Nugrahaningsih, SPi


Penyuluh Perikanan Pertama

Kelompok Jabatan Fungsional


Dinas Pertanian Kabupaten
Klaten
2014
KATA PENGANTAR
Salah satu jenis ikan hias air tawar yang
mudah

dibudidayakan

adalah

ikan

Sumatera.

Selain karena bisa dipelihara dengan ikan lain

dalam satu akuarium juga termasuk yang tidak

yang berwarna putih keperakan terdapat empat

sulit pemeliharaannya.

buah garis berwarna hitam kebiruan memotong

Adapun

kami

badannya. Keempat garis tersebut berjejer : satu

segi

buah di bagian kepala melewati mata dan tutup

kelengkapan atau teknik penyajiannya. Untuk itu

insang, dua buah di bagian badan, dan satu buah

umpan balik dari lapangan sangat diharapkan

lagi di pangkal ekor.

sampaikan

dalam

informasi

banyak

kekurangan

yang
dari

demi penyempurnaannya.

Ikan Sumatera mudah dikembangbiakkan,

Semoga brosur ini dapat membantu dalam


pelaksanaan di lapangan.

telur dikeluarkan berserakan dan sifatnya lengket,


gerakannya lincah dan aktif berenang, daya tahan
tubuhnya

Klaten,
2014

pemula.

kuatsehingga
Ikan

ini

cocok

tergolong

dipelihara

oleh

pendamai,

bisa

dipelihara bersama ikan lain dalam satu akuarium.


Penyus
un

Ikan ini cukup rakus, segala jenis pakan alami atau


pakan buatan tak pernah ditolaknya.

Pembenihan
PENDAHULUAN
Ciri

ikan

ini

nampak

jelas,

badannya

memanjang, pipih ke samping. Pada tubuhnya

Persiapan
Sarana
Pemijahan
Panjangnya hanya sampai 6 cm dapat dipijahkan
secara massal pada tempat yang tidak terlalu luas.

Tempat pemijahan berupa bak semen atau


akuarium dilengkapi dengan tanaman air sebagai
penempel telur. Bak pemijahan berukuran (1 x 2)
m atau (2 x 2) m, sedangkan akuarium (80 x 45 x
40) cm. Toleransinya terhadap suhu agak luas,
yaitu sekitar 20 60oC, pH netral sampai basa.
Suhu optimal untuk pemijahannya 25oC dan
kesadahan rendah. Pengairan sebaiknya mengalir
terus-menerus, tinggi air dalam bak lebih kurang
30 cm (Firman Nazrasul Hakim, 2010)
Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan
induk berupa bak semen berukuran 6 x 4 x 1 m.
Pakan yang diberikan berupa jentik nyamuk dan
pelet dengan frekuensi 2 kali sehari. Sampling
kematangan gonad hanya dilakukan saat akan
melakukan pemijahan. Pergantian air dilakukan
rutin 2-3 kali sehari atau jika terlihat kotor
sebanyak setengahnya dengan membuka saluran
outlet lalu kemudian dimasukkan air baru dengan
membuka saluran inlet dan menutup saluran
outlet.

matang kelamin perutnya membulat serta empuk


jika diraba, warna tubuhnya biasa saja. Sebaliknya,
ikan jantan lebih ramping dan warna tubuhnya
agak tua mencolok. Ikan jantan yang telah matang
kelamin sering berubah warna, hidungnya menjadi
merah.
Ikan jantan dan betina yang sudah dewasa
dapat dibedakan dengan cara melihat tingkat
kecerahan warna yang dimiliki dan bentuk
tubuhnya. Pada ikan Sumatera jantan warna
tampak lebih menyala. Ikan betina memiliki tubuh
yang lebih berisi, padat. Dan untuk ikan Sumatera
betina yang sudah siap berpijah pada bagian
perutnya mengembung.
Pemijahan induk

Induk

Tanaman air hydrilla yang telah dicuci bersih


dimasukan hingga memenuhi seperempat sampai
setengah bagian luar bak pemijahan. Induk hasil
seleksi dilepaskan pagi hari dengan perbandingan
jantan dan betina 1 : 1. Kapasitas bak pemijahan
ukuran 2 4 m2 adalah 35 70 pasang atau 70
140 ekor yang terdiri dari 50 % jantan dan 50 %
betina.

Menurut Sayful Akbar (2007) umur calon


induk sebaiknya tidak kurang dari 6 bulan, panjang
badan minimal 6 cm. Induk betina bila telah

Pemijahan mulai terjadi sore atau malam


hari. Tanaman air sebagai tempat menempel telur
harus dikontrol untuk mengetahui ikan sudah

Pemilihan

dan

Pemeliharaan

bertelur atau belum. Tindakan tersebut sangat


penting karena telur sangat kecil dan berwarna
bening
sehingga
sepintas
tidak
kelihatan.
Pemijahan biasanya diawali dengan saling kejarkejaran antara ikan jantan dan betina diantara
tanaman air. Untuk pemijahan ini sebaiknya
ukuran ikan betina jangan terlalu besar dari ukuran
jantannya. Pemijahan ini berlangsung dalam waktu
singkat, terutama bila pasangan yang akan
dipijahkan mendapatkan air baru dan tempat
pemijahan yang dilengkapi dengan tanaman air
berdaun lebar. Setelah pemijahan, induk sebaiknya
dipisahkan untuk mengamankan telur yang baru
dihasilkan dari pemangsaan oleh pasangan yang
selesai memijah, dipindahkan ke dalam akuarium
yang bersirkulasi untuk mencegah kematian
karena kelelahan.
Apabila yakin ikan sudah memijah dan
telurnya ada, induk segera ditangkap dan
dipindahkan ke tempat pemeliharaan semula,
Telur-telur
yang
dihasilkan
dari
pemijahan
berjumlah 150 200 butir per ekor, menempel
pada tanaman air secara berkelompok. Telur-telur
tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam.
sedangkan telur yang menempel pada tanaman air
tetap dibiarkan pada bak pemijahan sampai
menetas. Telur akan menetas dalam waktu 2 hari.
Paling lambat 3 hari kemudian benih sudah harus
ditangkap untuk dipelihara pada bak pendederan.

Jika tetap dibiarkan di situ, diperlukan suplai pakan


ke dalamnya.
Pemeliharaan

dan

Penebaran

Larva

Menurut Sunarya Wargasasmita (2002) telur


yang berhasil menetas menjadi larva ukurannya
sangat kecil bahkan lebih kecil dari sebatang jarum
pentul. Oleh sebab itu, pemanenan benih mesti
dilaksanakan secara ekstra hati-hati. Gunakan
serok yang halus dan larva yang tertangkap
ditampung dulu dalam baskom plastik. Pada saat
larva ditebarkan, dalam bak pendederan harus
telah tersedia pakan yang cocok sesuai ukuran dan
kondisi larva. Jika pakan tidak disiapkan maka
kebutuhan pakan harus disuplai dari luar bak dan
air yang digunakan harus diendapkan dahulu
selama 24 jam.
Pada minggu pertama, larva diberi infusoria
karena masih lemah, belum aktif, dan alat
pencernaannya
belum
terbentuk
sempurna.
Memasuki minggu ke tiga, benih sudah lebih kuat
serta aktif maka pakan sudah dapat diganti
dengan pakan kesukaannya. Pakan tambahan
berupa tepung pelet halus atau cacing sutera
diberikan sampai akhir pemeliharaan selama
sebulan atau sebulan setengah.

Pemeliharaan
larva
dilakukan
dalam
akuarium pada saat berumur 1-7 hari. Kegiatan
rutin yang dilakukan adalah pemberian pakan
berupa kuning telur yang telah diencerkan dengan
air dari hari ketiga sampai hari ketujuh dengan
frekuensi 2 kali sehari dan setelah itu pakan
diganti dengan diberikan tepung udang merek
dagang FENG LI secara adlibitum atau sampai
kenyang dengan frekuensi 3 kali sehari.
Penyiponan dilakukan 2 kali sehari atau saat air
terlihat kotor dengan menggunakan selang plastik
dengan diameter 0,5 cm dan sekaligus pergantian
air dengan menyurutkan setengah bagian total air
dalam akuarium dan menggantinya dengan air
baru yang telah lebih dahulu diendapkan. Setelah
berumur satu minggu larva dipindahkan ke kolam
pemeliharan larva. Pengamatan tingkah laku dan
pengukuran bobot dan panjang tubuh larva
dilakukan setiap minggu sampai larva berumur 50
hari.
Kolam pemeliharaan larva menggunakan bak
semen berukuran 2 x 2 x 0,5 m. Kegiatan yang
dilakukan dalam persiapan kolam dimulai dengan
menyikat bak agar sisa-sisa kotoran yang
menempel menjadi lepas, kemudian dilakukan
pengeringan kolam dengan membuka saluran
outlet dan menutup saluran inlet sampai air dalam
kolam keluar semua. Setelah dibiarkan selama 2
hari, kolam diisi air setinggi 30 cm dan saluran

outlet ditutup dengan menggunakan tutup saluran


atau saringan halus. Kegiatan pemupukan
dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang
sebanyak 2 kg, Urea dengan dosis 50 gr dan TSP
dengan dosis 20 gr yang dimasukkan ke dalam
karung dan diletakkan dibawah kucuran air masuk.
Debit air yang masuk diatur sebesar 0,5 lt/dtk.
Kegiatan pengapuran tidak dilakukan karena
pengapuran
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesuburan dan pH tanah, sedangkan dasar kolam
terbuat dari semen.
Penebaran larva dilakukan pada pagi hari
dan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara
merendam wadah berupa kantong plastik yang
terisi larva selama 15 menit dan dimasukkan air
kolam secara bertahap sehingga suhu di dalam
wadah sama dengan suhu di dalam kolam dan
larva akan keluar dengan sendirinya. Untuk
melindungi larva dari sinar matahari, kolam
pemeliharaan
diberikan
enceng
gondok
secukupnya.
Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan
ikan Sumatera (Puntius tetrazona) ukuran tertentu
dari hasil kegiatan pembenihan sebelum dipelihara
di tempat pembesaran. Ukuran benih ikan

Sumatera yang dipelihara biasanya dari ukuran 1


inchi hingga mencapai ukuran 2-3 inchi.

wadah sama dengan suhu di dalam kolam dan


larva akan keluar dengan sendirinya.

Menurut
Yuan
Lie
(2007)
kolam
pemeliharaan larva menggunakan bak semen
berukuran 2 x 2 x 0,5 m. Kegiatan yang dilakukan
dalam persiapan kolam dimulai dengan menyikat
bak agar sisa-sisa kotoran yang menempel
menjadi lepas, kemudian dilakukan pengeringan
kolam dengan membuka saluran outlet dan
menutup saluran inlet sampai air dalam kolam
keluar semua. Setelah dibiarkan selama 2 hari,
kolam diisi air setinggi 30 cm dan saluran outlet
ditutup dengan menggunakan tutup saluran atau
saringan halus. Kegiatan pemupukan dilakukan
dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2
kg, Urea dengan dosis 50 gr dan TSP dengan dosis
20 gr yang dimasukkan ke dalam karung dan
diletakkan dibawah kucuran air masuk. Debit air
yang masuk diatur sebesar 0,5 lt/dtk. Kegiatan
pengapuran tidak dilakukan karena pengapuran
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan dan pH
tanah, sedangkan dasar kolam terbuat dari semen.

Untuk melindungi larva dari sinar matahari,


kolam pemeliharaan diberikan enceng gondok
secukupnya. Pengelolaan kualitas air dengan
pembuangan enceng gondok dan pembersihan
sampah-sampah dan sisa metabolisme dengan
menggunakan serokan (scoop net).

Penebaran larva dilakukan pada pagi hari


dan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara
merendam wadah berupa kantong plastik yang
terisi larva selama 15 menit dan dimasukkan air
kolam secara bertahap sehingga suhu di dalam

Pemeliharaan

di

akuarium

Menurut Syaiful Akbar (2009) ikan sumatra


senang berenang bergerombol. Bila dipelihara
dalam jumlah kecil, kurang dari 5 ekor, ikan ini
dapat menjadi agresif dan mengganggu ikan-ikan
yang lain. Ikan-ikan yang lemah dan kurang gesit
dapat menjadi sangat menderita akibat gigitan
ikan sumatra yang dominan, yang terutama akan
menyerang sirip-siripnya. Dalam kelompok yang
besar, agresivitas ikan ini dapat terkendalikan.
Tangkas dan berenang cepat, ikan sumatra
dapat dipelihara bercampur dengan ikan-ikan yang
sama gesitnya seperti ikan-ikan platis, kerabat
lele, atau kerabat ikan macan (Chromobotia
macracanthus). Sebaiknya akuarium diisi pula
dengan tumbuh-tumbuhan air sebagai tempatnya
bermain-main. Ikan sumatra bersifat omnivora,
dapat diberi makanan kering (buatan) atau

mangsa hidup seperti cacing, kutu air atau jentikjentik nyamuk. Ikan ini dapat dibiakkan di dalam
akuarium. Ikan sumatra betina mengeluarkan
antara 150200 butir sekali bertelur, yang
disebarkan di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur
akan menetas setelah 24 jam, dan anak-anak ikan
mulai terlihat aktif setelah 3 hari. Sebagai pakan
anak ikan pada minggu-minggu pertama dapat
digunakan udang renik.

Anda mungkin juga menyukai