Penanggung Jawab :
Nada Hanifah
Disusun Oleh :
1910801040
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2021
1
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2
2. Menerapkan prinsip dasar yang mencakup materi Artemia mengenai
persyaratan pakan alami Artemia sebagai pakan, biologi dan ekologi
fitoplankton.
3. Mengetahui persiapan budidaya Artemia, teknik budidaya Artemia dan
peningkatan kualitas pakan alami Artemia.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Family : Artemidae
Genus : Artemia
4
Artemia salina banyak dijumpai di pasaran dalam bentuk telur istirahat
yang sering disebut kista. Kista artemia berbentuk bulatan kecil berwarna coklat,
berdiameter 200-300 mikron yang diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat.
Cangkang ini bermanfaat untuk melindungi embrio yang tidak aktif terhadap
pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah
pengapungan. Tahap penetasan Artemia salina ada beberapa tahap meliputi tahap
hidrasi, tahap pecah cangkang dan tahap payung (pengeluaran).
Artemia salina yang baru menetas disebut nauplius, dimana nauplius ini
berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang 400 mikron, lebar 170
mikron dan berat 0,002 mg. Ukuran-ukuran tersebut bervariasi tergantung
strainnya. Nauplius mempunyai sepasang antenulla dan sepasang antenna.
Diantara antenulla terdapat bintik mata yang disebut dengan ocellus. Artemia
salina juga memiliki sepasang mandibula rudimeter yang terdapat dibelakang
antenna serta labrum (semacam mulut) terdapat dibagian ventral (Alifah, 2018).
5
2.3 Kualitas Air
Penetasan kista artemia tidak dapat dilakukan dengan media atau kualitas
air yang sembarangan, diperlukan standar kualitas air sebagai berikut yang
mempengaruhi proses penetasan kista artemia:
1. Suhu
2. pH (derajat keasaman)
3. Salinitas.
Salinitas yang tinggi akan mengurangi respirasi pada A. salina.
Sebaliknya, pada salinitas yang rendah atau larutan hipotonik, konsumsi O2
akan meningkat dan ekskresi NH3 juga bertambah. Lingkungan dengan
salinitas 10 ‰ adalah isotonik dengan cairan haemolymph di dalam tubuh A.
salina (ROVERTSON 1960). Tetapi penurunan produksi amonia terjadi pada
salinitas di atas 15 ‰
4. Kepadatan
6
5. Hidrasi dari kista-kista.
Kista-kista yang dimasukkan ke dalam media air laut akan segera
mengalami hidrasi dan terjadilah perkembangan embryonal di dalam kista.
Hidrasi ini dapat terjadi pada kisaran salinitas antara 5‰ — 70‰.
6. Erasi.
Artemia yang diberi makan dengan algae maupun yang tidak diberi
makan akan mengekskresikan amonia hampir sama banyaknya. Artemia yang
diberi makan mengkoversikan algae menjadi jarangan tubuh. Sedangkan
Artemia yang tidak diberi makan membongkar cadangan makanan di dalam
tubuhnya. Dengan demikian produksi amonia menjadi lebih banyak atau
hampir sama dengan produksi amonia pada Artemia yang diberi makan
(Maria, 1984).
7
dengan jenis pakan lainya baik dari mekanisme pengelolaanya maupun tingkat
kandungan nutrisinya seperti kaya akan protein (Alifah, 2018).
2.6
8
BAB III METODE
9
c) Timbang kista Artemia sebanyak 2 gram untuk masing-masing
perlakuan (maksimum 2 gr/lt air);
d) Masukkan kista ke dalam wadah penetasan yang telah dipersiapkan;
e) Pasang lampu diatas wadah penetasan untuk mendapatkan penetasan
yang bagus;
f) Dalam waktu 18-24 jam, kista akan menetas menjadi nauplius (larva
Artemia);
Pemanenan
a) Siapkan peralatan panen berupa: seser (scoop net), ember;
b) Matikan aerasi sejenak, tunggu antara 5-20 menit, sehingga sebagian
besar Artemia akan naik ke bagian permukaan air;
c) Ambil scoop net dan lakukan penyerokan secara perlahan sehingga
sebagian Artemia akan tertangkap, dan kumpulkan dalam ember;
10
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan Saliitas
Waktu Gambar
30 gram 50 gram
0 Jam - Warna Coklat - Warna Coklat
Bening Bening
- Bau sedikit - Bau sedikit
amis amis
11
36 Jam - Warna Coklat - Warna Coklat
bening bening
- Bau amis - Bau amis
- Sudah ada - Sudah ada
beberapa yang beberapa yang
mulai menetas mulai menetas
12
60 Jam - Warna Coklat - Warna Coklat
- Bau amis - Bau amis
Perlakuan Saliitas
Waktu Gambar
30 gram 50 gram
13
0 Jam - Warna Coklat - Warna Coklat
Bening Bening
- Bau amis - Bau amis
sedikit apek sedikit apek
14
42 - Warna coklat - Warna coklat
Jam keruh (lebih (lebih terang)
keruh) - Bau amis
- Bau amis
15
72 - Warna lebih - Warna lebih
Jam coklat keruh coklat terang
- Bau amis - Bau amis
16
102 - Warna coklat - Warna coklat
Jam - Bau amis - Bau amis
17
120 - Saat aerator - Saat aerator
Jam dimatikan, dimatikan,
warna air warna air
menjadi keruh menjadi keruh
dan air dan air
mengental mengental
- Bau busuk - Bau busuk
- Air berbuih - Air berbuih
- Artemia - Artemia
masih ada masih ada
yang hidup yang hidup
- Tingkah laku - tingkah laku
artemia artemia
berada di cenderung
dasar berada di atas
permukaan
126 - Berwarna - Berwarna
Jam coklat coklat
- Artemia - Artemia
cenderung ke masih ada
dasar yang hidup,
dan
cenderung ke
permukaan
18
132 - Warna coklat - Warna coklat
Jam - Terdapat buih - Hampir tidak
yang lebih ada buih
banyak
5.2 Pembahasan
19
dari jam ke 36 hingga jam dari jam ke 36 hingga jam ke
ke 48. 48.
Tabel. 3 Rata-rata penetasan Artemia perlakuan sampai panen
Berdasarkan Tabel 3, Rata-rata Penetasan Artemia selama penelitian
menunjukkan bahwa salinitas 50 gram garam menghasilkan lebih banyak
penetasan dibandingkan dengan salinitas 30 gram garam. Hal tersebut diakibatkan
karena pada salinitas yang tinggi dapat mempengaruhi penyerapan jumlah air
yang dapat diserap oleh kista. Telur yang direndam pada salinitas 50 gram
cenderung menyebar disekitar permukaan aerator, saat proses pemanenan.
Berdasarkan data pada perlakuan salinitas garam 30 gram dan 50 gram
menunjukkan hasil yang berbeda, daya tetas Artemia yang rendah terdapat pada
jam 12 dan 24, yang menunjukkan bahwa pada jam tersebut belum menunjukkan
adanya penetasan. Dan diamati setelah 36 jam baru menunjukkan adanya
penetasan dan pada jam 48 telah terjadi peningkatan penetasan seiring dengan
bertambahnya salinitas air media penetasan. Persentase penetasan mempunyai
pola yang sama, semakin lama waktu penetasan maka nilai persentase penetasan
akan semakin tinggi pada masing-masing perlakuan terdapat perbedaan yang
signifikan.
Penetasan Artemia Perlakuan Sampai Mati
20
2. Pada jam ke 108 artemia Pada jam ke 108 artemia
mulai mati dengan mulai mati dengan
presentasi kematian presentasi kematian rendah
tinggi dan mengeluarkan dan mengeluarkan bau
bau busuk, serta busuk, Serta kebanyakan
kebanyakan artemia artemia menyebar
mengendap didasar. dipermukaan.
3. Pada jam ke 114 aerator Pada jam ke 114 aerator
dimatikan sementara dimatikan sementara
dimana terjadi air dimana terjadi air menjadi
menjadi keruh dan keruh dan kental,
kental, mengeluarkan bau mengeluarkan bau busuk,
busuk, air berbuih dan air berbuih, dan masih ada
masih ada artemia yang artemia yang hidup.
hidup. Tingkah artemia Tingkah artemia
cenderung didasar. cenderung dipermukaan
air.
4. Pada jam ke 146 semua Pada jam ke 146 semua
artemia mati. artemia mati.
Tabel 4. Penetasan Artemia pada perlakuan sampai mati.
Berdasarkan tabel 4, artemia mulai mengalami penetasan pada jam ke 36
hingga jam ke 48. Dengan presentase penetasan pada salinitas 30 gram sebesar
40% dan salinitas 50 gram sebesar 50% lebih. Rata-rata Penetasan Artemia
selama penelitian menunjukkan bahwa salinitas 50 gram garam menghasilkan
lebih banyak penetasan dibandingkan dengan salinitas 30 gram garam. Hal
tersebut diakibatkan karena pada salinitas yang tinggi dapat mempengaruhi
penyerapan jumlah air yang dapat diserap oleh kista. Telur yang direndam pada
salinitas 50 gram cenderung menyebar disekitar permukaan aerator, saat proses
pemanenan.
Perlakuan penetasan artemia hingga mati, berlangsung selama 146 jam
pengamatan dengan rincian sebagai berikut:
21
- Pada jam ke 0 hingga jam ke 30, kista artemia belum ada yang menetas,
namun hanya mengalami perubahan warna air menjadi lebih keruh dan
mengeluarkan bau busuk. Hal ini terjadi pada kedua perlakuan baik
salinitas 30 gram dan salinitas 50 gram.
- Pada jam ke 36 hingga jam ke 48 kista artemia mulai menetas dengan
presentase penetasan artemia salinitas 50 gram lebih tinggi dibandingkan
salinitas 30 gram.
- Pada jam ke 54 hingga jam ke 102, Artemia yang menetas mulai aktif
bergerak, dengan terjadi perubahan warna air yang menjadi lebih keruh
dan mengeluarkan bau amis, dan apek. Hal ini terjadi pada kedua
perlakuan baik salinitas 30 gram dan salinitas 50 gram.
- Pada jam ke 108 pada perlakuan salinitas 30 gram artemia mulai mati
dengan presentasi kematian tinggi dan mengeluarkan bau busuk, serta
kebanyakan artemia mengendap didasar. Sedangkan pada perlakuan 50
gram artemia mulai mati dengan presentasi kematian rendah dan
mengeluarkan bau busuk, Serta kebanyakan artemia menyebar
dipermukaan.
- Pada jam ke 114 hingga 120 pada perlakuan salinitas 30 gram aerator
dimatikan sementara dimana terjadi air menjadi keruh dan kental,
mengeluarkan bau busuk, air berbuih dan masih ada artemia yang hidup.
Tingkah artemia cenderung didasar. Sedangkan pada perlakuan salinitas
50 gram aerator dimatikan sementara dimana terjadi air menjadi keruh dan
kental, mengeluarkan bau busuk, air berbuih, dan masih ada artemia yang
hidup. Tingkah artemia cenderung dipermukaan air.
- Pada jam 126 hingga 132 pada kedua perlakuan salinitas 30 gram dan 50
gram artemia masih ada yang hidup dengan air yang sudah tidak berbuih
namun masih mengeluarkan bau tidak sedap.
- Pada jam ke 146 dikedua perlakuan salinitas 30 gram dan 50 gram,
artemia mati semua.
22
BAB VI KESIMPULAN
- Pada perlakuan sampai panen dan sampai mati hasil presentasi penetasan
artemia lebih tinggi pada salinitas 50 gram dibandingkan pada salinitas 30
gram dengan waktu penetasan yang sama yakni pada jam ke 36 hingga
jam ke 48.
- Pada perlakuan penetasan artemia hingga mati, berlangsung dari jam ke 0
hingga jam ke 146 baru artemia mengalami kemarin secara menyeluruh.
Artemia mulai mengalami kematian yaitu pada jam ke 108 dengan
presentasi kematian pada salinitas 30 gram lebih tinggi dibandingkan
salinitas 50 gram. Dimana posisi artemia salinitas 30 gram cenderung
berada di dasar permukaan dan posisi artemia pada salinitas 50 gram
berada menyebar dipermukaan. Pada jam ke 146 seluruh artemia baik
salinitas 30 gram dan 50 gram mengalami kematian secara menyeluruh.
23
DAFTAR PUSTAKA
Alifah, 2018. Teknik Penetasan Kista Artemia Salina Di PT. Esaputlii Prakarsa
Utama Barru Sulawesi Selatan. Tugas Akhir. Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
Daniel, 2015. Teknik Produksi Kista Artemia Di Vinh Chau Station Vietnam.
Universitas Airlangga Surabaya.
Dedi Sujadi. 2003. Bidang Budidaya Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air
Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Fairuz. 2017. Petunjuk Teknis Prosedur Produksi Biomas Artemia di Bak. Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Kementerian Kelautan Dan Perikanan
Maria, 1984. Teknik Penetasan Dan Pemanenan Artemia Salina. Oseana, Volume
IX, Nomor 2
24