Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 12 No.

1 Mei 2021: 93-101_______________________ISSN 2087-4871

KEMUNDURAN MUTU IKAN BARONANG (Siganus javus) PADA PENYIMPANAN


SUHU CHILLING

QUALITY DETERIORATION OF RABBITFISH (Siganus javus) IN THE CHILLING


TEMPERATURE STORAGE

Mala Nurilmala*, Nurjanah, Aisyah Fatriani, Afkar Rona Indarwati, Rizsa Mustika Pertiwi
Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University
*Korespondensi: malanm28@gmail.com

ABSTRACT

Rabbitfish in general lives in the mangrove and reef ecosystems up to a depth of 6 meters. Rabbitfish usually is sold in
a fresh condition. Generally, the low temperature has been used for fish handling technique to maintain its freshness.
Thus, this study aimed to determine baronang fish quality deterioration from the Seribu Island using ice. The ratio of
ice and fish was 1:1 (w/w). Determination of rabbitfish freshness was conducted by pH, TVB, and TPC measurements.
Observation was every 24 hours for 3 days. The pH value decreased significantly at the 2nd day and the 3rd day. TVB
value of rabbitfish on the first day was 10.57 mg N/100 g. This value indicated the fish was still fresh. However, the
total number of microbes after 3 days of storage increased to 7.48 log CFU/g. Rabbitfish after 3 days storage was still
suitable for consumption based on the pH and TVB values.

Keywords: freshness of the fish, pH, rabbitfish, TPC, TVB

ABSTRAK

Ikan baronang hidup di perairan mangrove hingga terumbu karang dengan kedalaman mencapai 6 meter. Biasanya
ikan baronang dijual dalam kondisi yang segar. Teknik penanganan ikan yang paling umum dilakukan untuk menjaga
kesegaran ikan adalah penggunaan suhu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemunduran mutu ikan
baronang dari Kepulauan Seribu yang disimpan dengan menggunakan es. Perbandingan ikan dan es yang dipergunakan
adalah 1:1 (b/b). Penentuan kesegaran ikan baronang pada penelitian ini dilakukan berdasarkan pengujian pH, TVB,
dan TPC. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali selama 3 hari. Nilai pH mengalami penurunan yang tidak
signifikan pada penyimpanan hari ke-2 dan hari ke-3. Nilai TVB ikan baronang pada hari pertama yaitu 10,57 mg
N/100 g. Nilai tersebut menunjukkan ikan pada awal penyimpanan masih dalam keadaan segar. Jumlah total mikroba
setelah penyimpanan 3 hari mengalami peningkatan menjadi 7,48 log CFU/g. Ikan baronang setelah penyimpanan 3
hari masih layak untuk dikonsumsi berdasarkan nilai pH dan TVB.

Kata kunci: ikan baronang, kesegaran ikan, pH, TVB, TPC

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN Kemunduran mutu ikan dapat
dinilai dari beberapa uji yaitu uji subjektif
Ikan baronang merupakan salah satu (organoleptik) dan objektif (TVB, TPC,
jenis ikan ekonomis jenis herbivora, pakan pH, aktivitas enzim). Dari beberapa uji
utamanya adalah ganggang atau rumput tersebut, uji organoleptik paling umum
laut (Kune 2007). Ikan baronang hidup di digunakan dan mudah dalam aplikasinya
perairan mangrove hingga terumbu karang untuk pengujian kemunduran mutu ikan
dengan kedalaman mencapai 6 meter. (Nurjanah et al. 2011). Penelitian ikan
Biasanya ikan baronang banyak dijual di baronang telah banyak dilakukan antara
pasaran dalam kondisi yang masih segar. lain komposisi spesies benih (Nurhakim
Ikan segar mudah mengalami kerusakan 1984), pengaruh jenis makanan terhadap
atau kemunduran mutu (highly perishable pertumbuhan (Setyono dan Susetiono
food). Proses kemunduran mutu ikan akan 1990), biologi dan sirkulasi kehidupan
terus berlangsung jika tidak dihambat. (Gundermann et al. 1983; Mayunar 1992),
Kecepatan proses kemunduran mutu sangat asosiasi pada ekosistem padang lamun
dipengaruhi oleh banyak hal, baik faktor (Husain et al. 2012), penentuan kemunduran
internal yang lebih banyak berkaitan dengan mutu menggunakan panjang gelombang
sifat ikan itu sendiri maupun eksternal inframerah (Pythaloka 2013), serta jenis dan
yang berkaitan dengan lingkungan dan struktur populasi (Pertiwi 2014). Informasi
penanganannya). Ikan yang mengalami dan data mengenai perubahan mutu serta
kemunduran mutu dapat berpengaruh penanganan terhadap ikan baronang
terhadap kualitas dagingnya terutama Siganus javus belum dilaporkan, sehingga
untuk konsumsi manusia. penelitian ini dilakukan untuk menentukan
Ikan segar yaitu ikan yang belum kemunduran mutu ikan baronang pada
mengalami kerusakan daging ikan baik penyimpanan suhu chilling berdasarkan uji
terjadi perubahan biokimiawi, mikrobiologi, pH, uji TVB, dan uji TPC.
maupun fisikawinya Ikan segar atau ikan
basah adalah ikan yang belum atau tidak
diawet dengan apapun kecuali semata-mata METODE PENELITIAN
didinginkan dengan es. Ikan mempunyai
kesegaran yang maksimal apabila sifat- Bahan dan alat
sifatnya masih sama dengan ikan hidup,
baik rupa, bau, cita rasa, maupun Bahan utama yang digunakan dalam
teksturnyaIkan yang mati dengan keadaan penelitian ini adalah ikan baronang yang
menggelepar dan suhu penanganan yang diperoleh dari Pulau Panggang, Kepulauan
semakin tinggi akan membuat ikan semakin Seribu-DKI Jakarta. Bahan-bahan lainnya
cepat busuk atau masuk dalam kriteria post antara lain Tricloroacetic Acid (TCA) 7%
mortem (Lestari et al. 2020). Masengi et al. (Merck), asam borat, K2CO3, HCl 0,0191 N,
(2021) membuktikan bahwa ikan nila merah larutan NaCl 85%, potato count agar (PCA)
perlakuan ikan yang dimatikan dengan cara dan akuades. Alat yang digunakan dalam
ditusuk lebih lama mengalami kemunduran penelitian ini yaitu styrofoam, kantong
mutu dibandingkan dengan ikan yang mati plastik ukuran 1 L, dan termometer. Alat
menggelepar dan diberi es. yang digunakan untuk preparasi ikan
Teknik penanganan ikan yang paling baronang adalah pisau, talenan, baskom,
umum dilakukan untuk menjaga kesegaran penggaris, alumunium foil, dan timbangan.
ikan adalah penggunaan suhu rendah. Alat yang digunakan untuk penentuan
Kondisi suhu yang rendah mengakibatkan nilai pH adalah homogenizer (Nissei AM-
pertumbuhan bakteri pembusuk dan 3, Tokyo, Japan) dan pH meter (Thermo
proses-proses biokimia yang berlangsung elektron, Germany). Alat yang digunakan
menjadi lebih lambat (Gelman et al. 2001). untuk pengujian TVB adalah homogenizer
Penggunaan suhu rendah yang paling sering (Nissei AM-3, Tokyo, Japan), vortex (Thermo
dan mudah dilakukan adalah pemberian Scientific) cawan Conway, pipet volumetrik,
es. Es merupakan media pendingin yang botol kaca, kertas saring, corong, dan
memiliki beberapa keunggulan yaitu incubator IS 900 (Yamato, Japan). Alat untuk
mempunyai kapasitas pendingin yang besar, pengujian jumlah total mikroba yaitu cawan
tidak membahayakan konsumen, lebih cepat petri, pipet mikro, mortar, tabung reaksi,
mendinginkan ikan, harganya relatif murah, erlenmeyer, dan incubator IS 900 (Yamato,
dan mudah dalam penggunaannya (Sitakar Japan).
et al. 2016).

94 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 12 No. 1 Mei 2021: 93-101
ISSN 2087-4871

Prosedur penelitian kemudian kedua cawan Conway tersebut


disimpan dalam inkubator pada suhu 37°C
Ikan baronang segar dimasukkan selama 2 jam. Larutan asam borat dalam
ke dalam kotak styrofoam dengan ditambah inner chamber cawan conway yang berisi
es. Proses penyusunan ikan di dalam kotak blanko dititrasi dengan larutan HCl 0,0191
styrofoam dilakukan dengan metode bulking N setelah disimpan selama 2 jam. Larutan
(Clucas dan Ward 1996) yaitu ikan dan es tersebut diaduk menggunakan magnetic
disusun berlapis-lapis secara berlawanan stirrer sehingga berubah warna menjadi
arah dengan posisi ikan seperti berenang merah muda. Cawan Conway yang berisi
kemudian disimpan selama 3 hari. sampel dititrasi dengan menggunakan
Perbandingan es dan ikan adalah 1:1 (w/w). larutan yang sama sehingga berubah
Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali menjadi warna merah muda yang sama
selama 3 hari. Pengukuran morfometrik dan dengan blanko. Kadar TVB dapat dihitung
perhitungan proporsi bagian tubuh ikan dengan rumus :
juga dilakukan. Setiap sampel dianalisis
kemunduran mutunya, yang terdiri dari
derajat keasaman (Apriyantono et al. 1989),
total volatile base (AOAC 1995), dan total
plate count (Fardiaz 1987). Keterangan:
j : ml titrasi sampel
Analisis derajat keasaman (pH) (Apriyantono fp : Faktor pengenceran
et al. 1989) i : ml titrasi blanko
N : Normalitas HCl
Pengukuran pH dilakukan
dengan menggunakan pH meter, yang Analisis jumlah total mikroba (Fardiaz 1987)
telah dikalibrasi terlebih dahulu dengan
buffer standar pH 4 dan 7. Daging ikan Prinsip kerja analisis jumlah total
sebanyak 10 g dihancurkan menggunakan mikroba dengan metode total plate count
homogenizer dan dihomogenkan dengan (TPC) adalah perhitungan jumlah bakteri
akuades sebanyak 90 mL. Daging yang telah yang ada pada sampel. Pembuatan larutan
homogen kemudian diukur menggunakan dilakukan dengan pencampuran antara 10
pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi. g sampel yang telah dihancurkan dengan 90
Elektroda dicelupkan ke dalam campuran mL larutan NaCl 0,85% steril, dimasukkan
tersebut dan nilai pH dibaca pada display. pada botol, selanjutnya dihomogenkan.
Campuran larutan contoh tersebut diambil
Analisis Total Volatile Base (TVB) (AOAC 1 mL dan dimasukkan ke dalam botol berisi
1995) 9 mL larutan garam 0,85% steril sehingga
diperoleh contoh dengan pengenceran 10-
Sampel fillet ikan sebanyak 15 g 2
, selanjutnya dihomogenkan. Pengenceran
digiling dan ditambah 45 mL larutan TCA dilakukan sampai pengenceran 10-
7% kemudian dihomogenkan selama 1 5
. Pemipetan dilakukan dari masing-
menit. Hasil yang didapat disaring dengan masing tabung pengenceran sebanyak
kertas saring sehingga filtrat yang diperoleh 1 mL dan dipindahkan ke dalam cawan
berwarna jernih. Larutan asam borat 1 mL petri menggunakan pipet steril. Media
dimasukkan ke dalam inner chamber cawan agar dimasukkan ke dalam cawan petri
Conway dan tutup cawan diletakkan dengan sebanyak 10 mL dan digoyang sampai
posisi hampir menutupi cawan. 1 mL filtrat permukaan agar merata (metode tuang),
dimasukkan ke dalam outer chamber di cawan petri didiamkan hingga media
sebelah kiri dengan menggunakan pipet dingin dan mengeras. Cawan yang berisi
lain, ditambah 1 mL larutan K2CO3 jenuh agar dan larutan contoh dimasukkan ke
ke dalam outer chamber sebelah kanan dalam inkubator pada suhu 35ºC selama
sehingga filtrat dan K2CO3 tidak bercampur. 48 jam dengan posisi cawan petri dibalik.
Cawan segera ditutup yang sebelumnya Pengamatan dilakukan dengan menghitung
telah diberi vaselin, kemudian digerakkan jumlah koloni bakteri yang ada di dalam
memutar sehingga kedua cairan di outer cawan petri. Jumlah koloni yang dapat
chamber tercampur. Pengukuran blanko dihitung yaitu yang mempunyai jumlah
dilakukan dengan prosedur yang sama koloni antara 20 sampai 200 koloni.
tetapi filtrat diganti dengan larutan TCA 7%,

Kemunduran Mutu Ikan Baronang..................................................................................................(NURILMALA et al.) 95


Analisis data pertumbuhan. Pertumbuhan adalah
perubahan ukuran, baik berat, panjang
Penelitian ini menggunakan maupun volume dalam laju perubahan
rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuannya waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh
adalah lamanya penyimpanan (1, 2, 3 hari). beberapa faktor yaitu faktor dalam dan luar.
Analisis kemunduran mutu meliputi uji pH, Faktor dalam merupakan faktor yang sukar
TVB, dan TPC menggunakan 3 ulangan. untuk dikontrol, misalnya genetik. Faktor
Data yang diperoleh dari hasil pengujian pH, luar merupakan faktor yang dapat dikontrol,
TVB, dan TPC dianalisis secara deskriptif misal makanan (Sahabuddin 2015). Panjang
menggunakan nilai standar deviasi untuk maksimal ikan baronang dapat mencapai
mengetahui pengaruh lama penyimpanan 27-36 cm (Ghufran dan Kordi 2005). Berikut
yang dilakukan terhadap sampel ikan morfologi ikan baronang pada Gambar 1.
baronang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran dan proporsi ikan baronang

Ikan baronang (Siganus javus)


merupakan anggota famili Siganidae.
Jenis baronang ini mempunyai punggung Gambar 1. Ikan baronang (Siganus javus)
berwarna perunggu gelap dan agak pucat
di bagian perut. Bintik-bintik biru terdapat Rendemen merupakan persentasi
pada kepala dan sisi tubuh bagian atas. bobot bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan
Bentuk badannya oval menyamping dengan sehingga menghasilkan nilai ekonomi
lebar badan sekitar 2,0-2,3 kali panjang dari suatu bahan baku yang digunakan.
standar. Ikan baronang ini memiliki 13 jari- Masing-masing bagian tubuh memiliki
jari keras dan 10 jari-jari lunak pada sirip proporsi yang berbeda-beda berdasarkan
punggung, 7 jari keras, dan 9 jari-jari lunak. ukuran atau bobot ikan baronang tersebut.
Duri-duri ikan ini dilengkapi oleh kelenjar Persentase proporsi masing-masing tubuh
racun pada ujung siripnya (Ghufran dan ikan baronang dapat dilihat pada Gambar 2.
Kordi 2005). Ikan ini bersifat herbivora atau
pemakan tumbuh-tumbuhan. Gambar 2
merupakan morfologi dari ikan baronang.
Tiap spesies mempunyai ukuran
mutlak yang berbeda-beda. Pengukuran
morfometrik dilakukan untuk mengetahui
panjang cagak, panjang total, tinggi, dan
bobot ikan baronang. Hasil pengukuran dan
bobot ikan baronang disajikan dalam Tabel
1.

Tabel 1. Hasil pengukuran dan bobot ikan


baronang Siganus javus
Gambar 2. Proporsi ikan baronang (Siganus
Parameter Nilai javus)
Panjang cagak (cm) 25,67±0,76
Panjang total (cm) 26,50±0,87 Gambar 2 menunjukkan bahwa ikan
baronang memiliki proporsi daging sebesar
Lebar (cm) 11,17±0,58
47,23%, jeroan sebesar 11,25%, tulang
Bobot total (gram) 361,33±22,81 sebesar 16,79%, kepala sebesar 17,25%,
dan kulit sebesar 7,47%. Kepala, tulang,
kulit, dan jeroan ikan pada umumnya
Perbedaan morfometrik tersebut
belum dimanfaatkan secara maksimal
dapat terjadi karena ukuran dan berat ikan
dan menjadi limbah padat. Kepala ikan
baronang dipengaruhi oleh pertumbuhan,
dapat dimanfaatkan sebagai flavor ikan
jenis kelamin, umur, makanan, dan
yang gurih sebagai pelengkap makanan.
lingkungan yang mendukung untuk
Nurilmala (2017) menyebutkan bahwa

96 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 12 No. 1 Mei 2021: 93-101
ISSN 2087-4871

tulang ikan merupakan limbah yang belum suhu yang digunakan maka aktivitas
termanfaatkan dengan baik dan di dalamnya enzim semakin terhambat. Ilyas (1983)
mengandung kolagen sehingga dapat dibuat menyebutkan bahwa terjadinya penurunan
gelatin. Nurhayati et al. (2014) melaporkan nilai pH pada ikan disebabkan proses
bahwa jeroan ikan dapat dimanfaatkan aktivasi enzim katepsin dalam menguraikan
sebagai bahan baku pembuatan hidrolisat protein daging ikan. Proses enzimatis pada
protein dan selanjutnya akan diolah untuk protein akan diuraikan menjadi pepton,
pembuatan pepton yang digunakan sebagai polipeptida, dan asam-asam amino, selain
media pertumbuhan mikroorganisme itu juga aksi enzimatis tersebut akan
dan dibutuhkan dalam perkembangan menyebabkan perubahan-perubahan dalam
bioteknologi. Beberapa pemanfaatan kulit komponen-komponen flavor, perubahan
ikan diantaranya sebagai kulit tersamak warna daging (diskolorisasi) dari warna asli
untuk bahan kerajinan seperti sepatu, menjadi cokelat serta timbulnya akumulasi
sandal, dan dompet (Murniyati et al. metabolit. Umumnya ikan yang sudah tidak
2012), pembuatan gelatin sebagai bahan segar, dagingnya mempunyai pH lebih basa
pangan dan farmasi (Lombu et al. 2015) (tinggi) daripada yang masih segar. Hal
dan dapat diolah menjadi kolagen yang ini disebabkan oleh timbulnya senyawa-
dapat meningkatkan nilai tambah kulit ikan senyawa yang bersifat basa, misalnya
(Nurhayati et al. 2013). amoniak, trimethylamine, dan senyawa-
senyawa volatil lainnya (Hadiwiyoto 1993).
Derajat keasaman (pH) ikan baronang Nilai pH ikan yang memasuki fase post
rigor atau busuk akan mendekati netral
Nilai pH merupakan salah hingga 7,5-8,0 atau lebih tinggi jika
satu indikator yang digunakan untuk pembusukan telah sangat parah. Tingkat
menentukan tingkat kesegaran ikan. Nilai keparahan pembusukan disebabkan oleh
derajat keasaman (pH) yang diukur untuk kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa
menentukan tingkat kesegaran hasil (Moeljanto 1992).
perikanan secara kimiawi. Nilai pH daging
yang masih hidup adalah netral (Eskin Total Volatile Base (TVB) ikan baronang
1990). Perubahan nilai pH pada daging
berpengaruh pada proses pembusukan. Kemunduran mutu hasil perikanan
Penguraian glukosa melalui proses glikolisis dapat diketahui melalui kandungan TVB.
akan menghasilkan asam laktat. Akumulasi Kandungan basa mudah menguap (TVB)
asam laktat inilah yang dapat menyebabkan merupakan hasil akhir penguraian protein,
terjadinya penurunan pH daging ikan. Nilai sehingga kadar TVB tersebut dapat dipakai
pH ikan baronang yang disimpan pada suhu sebagai indikator kerusakan ikan (Riyanto
chilling disajikan pada Gambar 3. et al. 2006). Hasil pengujian TVB pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa daging ikan baronang yang disimpan pada
daging ikan baronang mengalami perubahan suhu chilling dapat dilihat pada Gambar 4.
nilai pH selama penyimpanan. Nilai pH Nilai TVB ikan baronang yang
mengalami penurunan pada penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 4 hari pertama
hari ke-2 dan hari ke-3. Penurunan tersebut yaitu 10,57 mg N/100 g. Nilai tersebut
disebabkan akumulasi asam laktat yang menunjukkan ikan pada awal penyimpanan
akan menambah derajat keasaman dalam masih dalam keadaan segar. Nurjanah et al.
daging ikan tersebut. Ariyani et al. (2012) (2004) melaporkan bahwa ikan nila merah
menyebutkan bahwa semakin banyak asam pada penyimpanan suhu ruang memiliki
laktat yang terdapat dalam tubuh ikan nilai TVB 18,67-20 mg N/100g pada tahap
selain menyebabkan pH menurun juga akan pre rigor, tahap rigor mortis dengan nilai
memperpendek masa rigor mortis ikan, TVB 20-24 mg N/100 g dan tahap post rigor
apabila mutu ikan semakin menurun maka dengan nilai TVB 68,11 mg N/100 g.
kerja bakteri pembusuk semakin meningkat. Nilai TVB ini terus mengalami
Penggunaan suhu rendah memengaruhi peningkatan selama waktu penyimpanan.
fluktuasi nilai pH pada ikan baronang. Yunizal dan Wibowo (1998) menyebutkan
Suhu yang terukur pada penelitian ini bahwa hal ini akibat adanya degradasi oleh
berkisar 0-5ºC. Penyimpanan ikan baronang enzim dalam tubuh ikan menghasilkan
pada suhu rendah menyebabkan aktivitas senyawa-senyawa sederhana yang
enzim yang terdapat pada daging menjadi merupakan komponen-komponen
terhambat sehingga kemunduran mutunya penyusun senyawa basa volatil. Nilai TVB
berjalan lebih lambat. Semakin rendah ikan baronang semakin meningkat seiring

Kemunduran Mutu Ikan Baronang..................................................................................................(NURILMALA et al.) 97


dengan kemunduran mutu. Nilai TVB Total mikroba ikan baronang
daging ikan baronang tertinggi dicapai
pada penyimpanan hari ke-3 yaitu 14,8 mg Ikan mengandung bakteri cukup
N/100 g. Nilai tersebut masih dikategorikan banyak yang terkonsentrasi pada
dalam ikan segar. Hardianto et al. (2013) permukaan, kulit, insang, dan saluran
menyatakan bahwa TVB merupakan indikator pencernaan. Perubahan yang terjadi setelah
kualitas ikan dengan nilai maksimum 30 ikan mati yaitu terjadi perubahan biokimia
mg N/100 g. Berdasarkan batasan nilai dan mulai terjadi proses kemunduran
TVB, maka ikan baronang tersebut masih mutu atau deterioration yang disebabkan
segar dan layak untuk konsumsi. Adapun oleh kegiatan autolisis, kimiawi, dan
SNI 2354.8:2009 menyebutkan bahwa bakterial. Jumlah mikroba yang terdapat
batas kadar TVB maksimal untuk ikan pada ikan selama proses kemunduran
segar yaitu 20 mg N/100 g. Peningkatan mutu dapat digunakan sebagai penentu
kadar TVB selama penyimpanan terjadi mutu kesegaran ikan. Pengujian kesegaran
akibat adanya perombakan protein atau ikan secara mikrobiologis dapat dilakukan
asam-asam amino sehingga menghasilkan dengan cara menghitung jumlah bakteri
sejumlah basa yang mudah menguap, yang terdapat dalam tubuh ikan. Jumlah
antara lain amoniak (NH3), dimetilamin total mikroba pada ikan baronang yang
(DMA), monometilamin (MMA), hidrogen disimpan meningkat seiring dengan lama
sulfida (H2S), dan trimetilamin (TMA) karena waktu penyimpanan. Jumlah total bakteri
adanya perombakan trimetilamin oksida ikan baronang pada penyimpanan suhu
(TMAO) (Suwetja dan Ketut 2013). chilling disajikan pada Gambar 5.

Gambar 3. Perubahan nilai pH pada ikan baronang (Siganus javus) selama 3 hari
penyimpanan

Gambar 4. Perubahan nilai TVB pada ikan baronang (Siganus javus) selama 3 hari
penyimpanan

98 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 12 No. 1 Mei 2021: 93-101
ISSN 2087-4871

Gambar 5. Perubahan nilai TPC pada ikan baronang (Siganus javus) selama 3 hari
penyimpanan

Nilai log TPC ikan baronang nilai TVB ikan baronang. Jumlah total
secara umum meningkat seiring dengan mikroba ikan baronang yang disimpan
bertambahnya lama penyimpanan. Nilai selama 3 hari mengalami peningkatan yaitu
TPC ikan baronang pada hari ke-1 masih menjadi 7,48 log CFU/g. Ikan baronang
memenuhi standar SNI 01-2729-2006 yang disimpan (1:1) dengan es selama 3 hari
yaitu 5x105 koloni/gram untuk ikan segar. masih segar berdasarkan nilai pH dan TVB.
Jumlah total mikroba setelah penyimpanan
3 hari mengalami peningkatan menjadi 7,48 Saran
log CFU/g. Hal ini menunjukkan bahwa
ikan baronang setelah penyimpanan 3 Saran untuk penelitian selanjutnya
hari sudah tidak layak untuk dikonsumsi yakni perlu dilakukan analisis perubahan
karena jumlah mikroba sebesar 7,48 log komposisi kimia (asam amino, asam lemak,
CFU/g. Hal ini diduga karena ikan baronang mineral, dan lainnya) ikan baronang
terkontaminasi dengan es yang digunakan selama penyimpanan. Waktu penyimpanan
dan juga mikroba yang berkembang di untuk mengamati kemunduran mutu
dalam tubuh ikan. Jeyasekaran et al. (2006) ikan diperpanjang lebih dari 3 hari serta
menyebutkan bahwa jumlah mikroba hasil digunakan es yang sesuai dengan standar
perikanan yang segar berkisar antara 0,3 SNI untuk penanganan ikan baronang.
hingga 7,0 log CFU/g tergantung dari tingkat
kontaminasi. Jumlah total mikroba akan
meningkat dengan adanya peningkatan suhu DAFTAR PUSTAKA
dan lama waktu penyimpanan. Pengaruh
suhu pada pertumbuhan bakteri akan [AOAC] Association of Official Analytical
tampak jelas pada siklus pertumbuhannya, Chemyst. 1995. Official Method of
terutama perpanjangan atau perpendekan Analysis of the Association of Offial
masa adaptasi yang tergantung pada tinggi Analytical of Chemist. Arlington
rendahnya suhu. Suhu yang tinggi akan Virginia USA (US): The Association of
menyebabkan fase adaptasi menjadi lebih Official Analytical Chemyst, Inc.
panjang. Bagian-bagian tubuh ikan yang Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL,
sering menjadi target serangan bakteri Sedarnawati Y, Budianto S. 1989.
adalah seluruh permukaan tubuh, isi perut, Petunjuk Laboratorium Analisis
dan insang. Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
KESIMPULAN DAN SARAN Ariyani JT, Murtini N, Indriati, Dwiyitno,
Yenni Y. 2012. Penggunaan Gliserol
Kesimpulan untuk Menghambat Penurunan Mutu
Ikan Mas Segar. J. Fish Scl. IX(1):125-
Perubahan nilai derajat keasaman 133.
(pH) pada ikan baronang menunjukkan Clucas LJ, Ward AR. 1996. Post Harvest
adanya penurunan pada hari ke-1, ke-2, Fisheries Development: A Guide to
dan ke-3. Hasil uji Total Volatile Base (TVB) Handling, Preservation, Processing,
menyatakan bahwa terdapat peningkatan and Quality. Natural Resources

Kemunduran Mutu Ikan Baronang..................................................................................................(NURILMALA et al.) 99


Institute. Mayunar. 1992. Beberapa Aspek Biologi Ikan
Eskin NAM. 1990. Biochemistry of Foods. Baronang, Siganus Canaluculatus.
Second Edition. San Diego (US): Oseana. 17(4): 177-193. Jakarta (ID):
Academic Press. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Fardiaz S. 1987. Penuntun Praktek Oseanologi LIPI.
Mikrobiologi Pangan. Bogor (ID): Masengi S, Sary W, Sipahutar YH. 2021.
Institut Pertanian Bogor. Pengaruh Cara Kematian dan
Gelman A, Glatman L, Drabkin V, Harpaz S. Tahap Penurunan Mutu Filet Ikan
2001. Effect of Storage Temperature Nila Merah (Oreochromis niloticus).
and Preservative Treatment on Shelf Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Life of The Pond-raised Freshwater Indonesia. 24(2): 284-291.
Fish, Silver Perch (Bidyanus Moeljanto. 1992. Pengawetan dan
bidyanus). Journal Food Protection. Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta
64: 1584-1591. (ID): Penebar Swadaya.
Ghufran M, Kordi K. 2005. Budi Daya Ikan Murniyati, Peranginangin, Tazwir R,
Beronang. Jakarta (ID): PT Rineka Hak, Nurhayati T, Dewi FR. 2012.
Cipta. Penelitian Pemanfaatan Limbah
Gundermann N, Popper DM, Lichatowich Hasil Perikanan pada Produk Pangan
T. 1983. Biology and Life Cycle of dan Non Pangan. Laporan Teknis
Siganus vermiculatus (Siganidae, Penelitian Pengolahan Produk. Balai
Pisces). Pacific Sci. 37(2): 165-180. Besar Penelitian dan Pengembangan
Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Hasil Perikanan. Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan.
Pertanian UGM. Yogyakarta (ID): Nurhakim S. 1984. Komposisi spesies
Liberty. benih ikan baronang (Siganus sp.)
Hardianto, Ludi, Yunianta. 2013. Pengaruh berdasarkan lingkungan hidupnya
Asap Cair terhadap Sifat Kimia di perairan Teluk Banten. Laporan
dan Organoleptik Ikan Tongkol Penelitian Perikanan Laut. 30: 1-16.
(Euthynnus affinis). Jurnal Pangan Nurhayati T, Salamah E, Cholifah, Nugraha
dan Agroindustri. 3(4): 1356-13666. R. 2014. Optimasi Proses Pembuatan
Husain, Rohani, Natsir. 2012. Asosiasi Ikan Hidrolisat Jeroan Ikan Kakap Putih.
Baronang pada Ekosistem Padang Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Lamun Perairan Teluk Ambon Dalam. Indonesia. 17(1): 42-50.
Ambon. Nurhayati, Tazwir, Murniyati. 2013.
Ilyas S. 1983. Teknologi Refrigrasi Hasil Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen
Perikanan Jilid 1. Teknik Pendinginan Larut Asam dari Kulit Ikan Nila
Ikan. Jakarta (ID): CV. Paripurna. (Oreochromis niloticus). Jurnal
Jeyasekaran G, Ganesan P, Anandaraj Pengembangan Bioteknologi Kelautan
R, Shakila RJ, Sukumar D. 2006. dan Perikanan. 8(1): 85–92.
Quantitative and Qualitative Studies Nurilmala M, Jacoeb AM, Dzaky RA. 2017.
on Bacteriological Quality of Indian Karakteristik Gelatin Ikan Tuna Sirip
White Shrimp (Penaeus indicus) Kuning. Jurnal Pengolahan Hasil
Storage in Dry Ice. Journal Food Perikanan Indonesia. 20(2): 339-350.
Microbiology. 23: 526-533. Nurjanah, Nurhayati T, Zakaria R. 2011.
Kune S. 2007. Pertumbuhan rumput laut Kemunduran mutu ikan gurami
yang dibudidaya bersama ikan (Osphronemus gourami) pasca
baronang. Jurnal Agrisistem. 3(1): 34- kematian pada penyimpanan suhu
42. chilling. AKUATIK-Jurnal Sumberdaya
Lestari S, Baehaki A, Rahmatullah IM. 2020. Perairan. 5(2): 11-18.
Pengaruh kondisi post mortem ikan Nurjanah, Setyaningsih I, Sukarno, Muldani
patin (Pangasius djambal) dengan M. 2004. Kemunduran Mutu Ikan
kematian menggelepar yang disimpan Nila Merah (Oreochromis sp.) selama
pada suhu berbeda terhadap mutu Penyimpanan pada Suhu Ruang.
filletnya. Jurnal FishtecH. 9(1): 34-41. Buletin Teknologi Hasil Perikanan.
Lombu FV, Agustin AT, Pandey EV. 2015. 7(1): 37-42.
Pemberian Konsentrasi Asam Asetat Nurqaderianie AS, Metusalach, Fahrul. 2016.
pada Mutu Gelatin Kulit Ikan Tuna. Tingkat Kesegaran Ikan Kembung
Jurnal Media Teknologi Hasil Perairan. Lelaki (Rastrelliger kanagurta)
3(2): 25-28. yang Dijual Eceran Keliling di Kota

100 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 12 No. 1 Mei 2021: 93-101
ISSN 2087-4871

Makassar. Jurnal IPTEKS PSP. 3(6): Pertumbuhan Anakan Baronang


528 – 543. (Siganus canaliculatus) di Perairan
Pertiwi WD. 2014. Jenis dan Struktur Maluku dan sekitarnya. Ambon
Populasi Ikan Baronang (Siganus (ID): Balitbang Sumberdaya Laut
sp.) di Perairan Kepulauan Seribu Puslitbang Oseanologi LIPI.
DKI Jakarta [Skripsi]. Jatinangor Sitakar NM, Nurlina, Jamin F, Abrar M,
(ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Manaf ZH, Sugito. 2016. Pengaruh
Kelautan, Universitas Padjajaran. Suhu Pemeliharaan dan Masa
Pythaloka R. 2013. Deteksi dan Estimasi Simpan Daging Ikan Nila (Oreochromis
Kemunduran Mutu Ikan Baronang niloticus) pada Penyimpanan Suhu
Totol (Siganus guttatus) Menggunakan -20C terhadap Jumlah Total Bakteri.
Panjang Gelombang Inframerah Jurnal Medika Veterinaria. 10(2): 162-
Dekat 525 nm dan 660 nm [Skripsi]. 165.
Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Suwetja I, Ketut. 2013. Indeks Mutu
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Kesegaran Ikan (Berkandungan
Bogor. Hasil-Hasil Penelitian). Malang (ID):
Riyanto R, Kusumarwati A, Dwiyitno. 2006. Bayumedia Publishing.
Pengaruh Penyimpanan Ikan pada Swastawati F, Siagian WDL, Wijayanto D.
Suhu Kamar terhadap Mutu Kimiawi, 2014. Pemanfaatan Asap Cair dan
Mikrobiologi, dan Organoleptik. Peluang Bisnis Usaha Pengasapan
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Ikan Bandeng (Chanos chanos forsk)
Kelautan dan Perikanan. 1(2): 111- Tanpa Duri (Studi Kasus di CV
116. Dinasti, Krobokan, Semarang). Jurnal
Sahabuddin, Burhanuddin I, Malina AC, Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Nurhapsa. 2015. Morfometrik dan Perikanan. 4(1): 21-39.
Meristik Ikan Baronang (Siganus Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika.
canaliculatus Park, 1797) di Perairan Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Teluk Bone dan Selat Makassar. Utama.
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Yunizal, Wibowo S. 1998. Penanganan Ikan
25(1): 44-52. Segar. Jakarta (ID): Pusat Penelitian
Setyono DED, Susetiono. 1990. dan Pengembangan Perikanan.
Pengaruh Jenis Makanan terhadap

Kemunduran Mutu Ikan Baronang..................................................................................................(NURILMALA et al.) 101

Anda mungkin juga menyukai