Volume 3 No 1 (2021)
The Effect of Vacuum and Non-Vacuum Packaging on The Quality of Carp (Cyprinus Carpio) Bekasam at Room
Temperature Storage
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah - 50275, Telp/fax: (024) 7474698
Email : novitanurwahyu@gmail.com
ABSTRAK
Bekasam merupakan hasil fermentasi secara tradisional dari ikan air tawar yang ditambahkan garam dan
karbohidrat. Bekasam harus segera diolah dan dikonsumsi karena memiliki masa simpan yang cukup pendek.
Bekasam instan merupakan inovasi bekasam yang diolah dengan cara pengovenan sehingga lebih tahan lama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengemasan secara vakum dan non vakum terhadap
kualitas bekasam instan ikan mas selama penyimpanan suhu ruang. Metode penelitian yang digunakan adalah
experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Perlakuan meliputi
pengemasan secara vakum dan non vakum serta lama penyimpanan (minggu ke- 0, 1, 2, 3) tiga kali ulangan.
Analisis data menggunakan uji ANOVA dan jika sig < 0,05 dilanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bekasam dengan kemasan non vakum sudah tidak layak konsumsi pada minggu
ke-2 dengan nilai hedonik 5,68 ± 0,47; kadar air 50,86 ± 1,55; kadar protein 32,13 ± 2,14; pH 5,4 ± 0,05; TVBN
66,63 ± 2,21; TPC (log CFU/g) 7,32 ± 0,09. Bekasam dengan kemasan vakum sudah tidak layak konsumsi pada
minggu ke-3 dengan nilai hedonik 5,56 ± 0,47; kadar air 43,68 ± 0,34; kadar protein 33,13 ± 0,77; pH 5,25 ± 0,05;
TVBN 64,15 ± 1,37; TPC (log CFU/g) 6,84 ± 0,09.
Kata kunci: Bekasam instan, kualitas, pengemasan, penyimpanan, vakum dan non vakum
ABSTRACT
Bekasam is a traditional fermented fish product from Indonesia. Bekasam must be processed and consumed
immediately because it had short self-life. Instant bekasam is bekasam innovation which processed by oven, so it
will be easier to consume and also extent shelf life of the product. This study was aimed to know the effect of
vacuum and non vacuum packaging to the quality of instant bekasam during room temperature storage. The
research method was experimental laboratories with Completely Randomized Design (CRD) factorial pattern.
The factor were packaging methode (vacuum and non vacuum packaging) and storage time (0, 1, 2, 3 weeks). The
data were analyzed using Analyzed of Variance (ANOVA) and continued with the Honestly Significance
Difference (HSD) test. The result shows that instant bekasam with non vacuum packaging was rejected on the
2nd week with sensory value 5.68 ± 0.47; moisture value, 50.86 ± 1.55; protein value 32.13 ± 2.14; pH 5.40 ±
0.05; TVBN 66.63 ± 2.21; TPC (log CFU/g) 7.32 ± 0.09. Bekasam with vacuum packaging was rejected on the
3th week with sensory value hedonic 5.56 ± 0.47; moisture value 43.68 ± 0.34; protein value 33.13 ± 0.77; pH
5.25 ± 0.05; TVBN 64.15 ± 1.37; TPC (log CFU/g) 6.84 ± 0.09.
Keywords:, Instant Bekasam, packaging, quality, storage, vacuum and non vacuum
kelebihan yakni waktu simpan lebih lama. Menurut kedalam stoples tertutup kemudian difermentasi
penelitian Syahfitri et al., (2018), pengolahan selama 7 hari. Bekasam yang sudah melalui proses
lanjutan yang bisa dilakukan adalah dengan fermentasi dibersihkan dari nasi dan kemudian
membuat produk bekasam basah menjadi bentuk dicelupkan ke dalam bumbu halus yang terdiri dari
instan sehingga daya simpannya menjadi lebih lama. cabai merah, bawang merah, bawang putih, gula,
Selain itu bekasam instan lebih praktis dan bisa kunyit, lengkuas, daun jeruk, dan daun sereh. Setelah
digunakan sebagai makanan pendamping nasi. ditambahkan bumbu bekasam dioven pada suhu
Bekasam instan memerlukan pengemas dan 65°C selama 12 jam. Bekasam instan dikemas
metode pengemasan yang cocok untuk dengan polietilen (PE) dan diamati pada
mempertahankan masa simpan. Polietilen penyimpanan minggu ke- 0, 1, 2, 3 (Kusumah et al.,
merupakan salah satu pengemas yang fleksibel dan 2018).
tahan terhadap tekanan dari luar dan dapat
menghambat. Pengemasan berfungsi untuk Pengujian
memberikan hasil pengolahan atau produk industri Bekasam pada penelitian dilakukan
agar mempunyai nilai produk yang lebih tinggi dan pengujian TPC (BSN, 2015), kadar air (BSN, 2009),
memudahkan dalam penyimpanan, melindungi kadar protein (BSN, 2009), TVBN (BSN, 2009), pH
produk dari kerusakan pada saat pengangkutan dan (AOAC, 1995), dan hedonik.
distribusi. Perkembangannya di bidang pascapanen,
pengemasan sudah banyak inovasi dalam bentuk Analisis Data
maupun bahan pengemas produk. Diantaranya Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
adalah pengemasan vakum dan non vakum. Tujuan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial.
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan cara
mengetahui pengaruh pengemasan secara vakum pengemasan yaitu pengemasan secara vakum dan
dan non vakum terhadap kualitas bekasam instan non vakum kemudian dilakukan pengamatan pada
Ikan Mas (C. carpio) selama penyimpanan suhu minggu ke-0, 1, 2, 3. Data yang diperoleh dianalisis
ruang. kenormalan serta sidik ragam analysis of variance
(ANOVA) dan uji lanjut BNJ, sedangkan uji
MATERI DAN METODE PENELITIAN hedonik dianalisis dengan uji kruskall-wallis dan
Bahan utama yang digunakan dalam mann-whitney menggunakan SPSS 16 dengan
penelitian ini adalah Ikan Mas Segar yang diperoleh P<5%.
dari salah satu budidaya ikan air tawar di Desa
Muncul, Banyubiru, Ambarawa, Semarang. Bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
baku tambahan diantaranya adalah nasi, gula merah, Total Plate Count (TPC)
garam, cabai merah, bawang putih, kunyit, lengkuas, Hasil pengujian TPC bekasam instan ikan
daun jeruk dan daun sereh. Bahan yang digunakan mas tersaji pada Tabel 1.
dalam analisis diantaranya adalah H2SO4, NaOH
20%, H3BO4, HCl 0,02 N, aquadest, larutan PCA 6 Tabel 1. Nilai TPC Bekasam Instan Ikan Mas (C.
%, kertas saring, indikator tashiro, NaOH 40 %, Carpio) selama Penyimpanan Suhu Ruang.
larutan HCl 0,01 N, metyhl Red, Plate Count Agar Lama TPC (log CFU/g)
(PCA), larutan BFP, indikator PP, Silicon Anti Penyimpanan
Foaming Gel, larutan buffer dan kapas. Alat yang (Minggu) Non Vakum Vakum
digunakan diantaranya adalah oven, blender, 0 5,14 ± 0,07d 4,92 ± 0,10d
baskom, stoples, timbangan digital, talenan, pisau, 1 5,54 ± 0,17c 5,19 ± 0,03d
timbangan analitik, loyang, alat destilasi, pipet tetes, 2 7,08 ± 0,13 b
5,52 ± 0,04c
buret, erlenmeyer, pH meter, gelas beker, alat 3 7,32 ± 0,09 a
6,84 ± 0,09b
penjepit, inkubator, cawan petri, tabung reaksi, Keterangan:
mikropipet, blue tip, vortex, magnetic stirrer, rak - Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali
tabung reaksi, laminar air flow, autoklaf, yellow tip. ulangan ± standar deviasi.
- Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
Pembuatan Bekasam Instan nyata (p<0,05)
Prosedur pengolahan bekasam instan Ikan
Mas merupakan modifikasi yang mengacu pada Total bakteri pada bekasam instan kemasan
pengolahan bekasam menurut Nuraini et al., (2014) non vakum lebih tinggi dibandingkan dengan
dan Kusumah et al., (2018). Proses pembuatan kemasan vakum dengan total bakteri tertinggi yakni
dimulai dari ikan mas segar yang sudah disiangi log 7,32 CFU/g pada penyimpanan minggu ke-3.
kemudian difillet dan dicuci menggunakan air. Ikan Sedangkan total bakteri terendah terdapat pada
yang sudah bersih dilakukan penggaraman sebanyak bekasam instan kemasan vakum pada penyimpanan
10 % dari berat ikan dan didiamkan selama 15 menit. ke-0 yakni log 4,92 CFU/g. Hal ini diperkuat oleh
Nasi (40%/bb) yang telah dimasak dengan gula Andika et al. (2018), total mikroba bekasam instan
merah (3% bb) ditambahkan dan diaduk agar merata. ikan mujair mencapai nilai tertinggi yakni log 5,936
Ikan yang sudah dilumuri nasi dan garam disimpan CFU/g pada penyimpanan hari pertama.
27
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 1 (2021)
Angka TPC pada bekasam instan masih penyimpanan mengalami kenaikan pada kedua
tergolong tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh perlakuan metode pengemasan. Hal ini disebabkan
beberapa faktor yakni proses fermentasi yang oleh karakteristik dari bahan pengemas. Polietilen
memanfaatkan kerja bakteri asam laktat sehingga merupakan bahan pengemas yang memiliki sifat
kemungkinan bakteri yang terhitung merupakan permeabilitas cukup tinggi. Menurut penelitian
bakteri yang bekerja selama proses fermentasi. Kusumah et al. (2018), kadar air pada bekasam
Faktor kedua yakni adanya bakteri pembusuk yang instan yang ditambah kunyit dan disimpan selama 28
meningkat seiring waktu penyimpanan. hari menunjukkan nilai kadar air sebesar 26 – 31 %.
Pertumbuhan bakteri pembusuk dapat disebabkan Penggunaan jenis kemasan plastik Polyethylene
oleh Aw, pH, kondisi lingkungan selama (PE) selama masa simpan 28 hari bekasam instan
penyimpanan. Hal ini diperkuat oleh Danarsi dan ikan mujair menghasilkan kadar air yang paling
Noer (2016), selain Aw, pH, kandungan zat gizi tinggi. Hal ini dikarenakan jenis kemasan
bahan pangan, suhu penyimpanan dan pengolahan, Polyethylene (PE) memiliki tingkat permeabealitas
ketersediaan oksigen pada makanan tersebut juga terhadap udara dan uap air yang lebih tinggi jika
bisa menjadi penyebab tumbuhnya mikroba pada dibandingkan dengan jenis kemasan Polypropylene
makanan. Proses pengemasan yang tidak benar akan (PP).
menyebabkan masuknya bakteri dari udara. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi
Faktor utama yang menyebabkan perbedaan peningkatan kadar air. Bekasam instan yang dikemas
angka TPC pada kemasan vakum dan non vakum secara non vakum mengalami peningkatan kadar air
adalah ketersediaan oksigen. Bakteri yang bersifat lebih cepat dibandingkan dengan kemasan vakum.
anaerob masih terdapat aktivitas tanpa adanya Hal ini disebabkan oleh aktivitas internal dari
oksigen. Selama penyimpanan akan tumbuh bakteri produk. Bekasam instan dengan kemasan non vakum
pembusuk sehingga menyebabkan kemunduran mengalami pemecahan kandungan senyawa pada
mutu. Pengemasan secara vakum dapat menekan produk oleh mikroorganisme dan oksigen.
pertumbuhan bakteri yang bersifat aerob. Hal ini Ketersediaan oksigen menyebabkan peningkatan
diperkuat oleh Rauf (2013), bakteri bersifat aerob aktivitas bakteri aerob yang melepaskan air bebas.
dan anaerob. Beberapa bakteri pembusuk bersifat Hal ini diperkuat oleh Nur (2009), peningkatan
aerob, sehingga adanya oksigen dapat meningkatkan kadar air sampai penyimpanan hari ke-12 dapat
pertumbuhannya. Pada bahan kemasan, disebabkan oleh terjadinya proses penguraian
pertumbuhan bakteri aerob dapat dikendalikan protein menjadi komponen-komponen seperti
dengan metode pengemas vakum atau penambahan ammonia, H2S indol, skatol yang menyebabkan bau
gas inert pada space kemasan. busuk dan diikuti terlepasnya air terikat menjadi air
bebas oleh mikroorganisme.
Kadar Air
Kadar air merupakan parameter pengujian Kadar Protein
yang penting pada produk bekasam instan Hasil pengujian kadar protein bekasam instan
dikarenakan kadar air merupakan komponen yang selama penyimpanan suhu ruang dengan
dapat mempengaruhi daya awet dari bekasam instan. pengemasan vakum dan non vakum dapat dilihat
Hasil pengujian kadar air bekasam instan selama pada Tabel 3.
penyimpanan suhu ruang dengan pengemasan
vakum dan non vakum dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 3. Kadar Protein Bekasam Instan Ikan Mas (C.
Carpio) selama Penyimpanan Suhu Ruang
Tabel 2. Kadar Air Bekasam Instan Ikan Mas (C. Lama Kadar protein (%bk)
Carpio) selama Penyimpanan Suhu Ruang Penyimpanan
Lama Kadar air (%) (Minggu) Non Vakum Vakum
Penyimpanan 0 48,22 ± 0,74a 48,16 ± 0,88a
(Minggu) Non Vakum Vakum 1 41,70 ± 0,53b 46,75 ± 1,12a
0 32,75 ± 1,2d 33,01 ± 0,84d 2 40,91 ± 1,27 b
45,35 ± 1,67a
1 43,04 ±1,15bc 40,50 ± 1,06c 3 33,13 ± 2,14 c
42,50 ± 0,77c
b
2 44,97 ± 0,69 43,32 ± 0,89bc Keterangan:
a
3 50,86 ± 1,55 43,68 ± 0,34b - Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali
Keterangan: ulangan ± standar deviasi.
- Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali - Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
ulangan ± standar deviasi. nyata (p<0,05)
- Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (p<0,05) Bekasam instan memiliki kadar protein
tinggi. Kadar protein pada penyimpanan minggu ke-
Bekasam instan dengan penyimpanan 0 sebesar 48 %, namun mengalami penurunan
minggu pertama masih memiliki kadar air yang selama penyimpanan menjadi 33 % pada minggu ke-
rendah baik pada kemasan vakum maupun non 3. Penurunan kadar protein terjadi pada bekasam
vakum yakni sekitar 30%. Bekasam pada instan baik dengan pengemasan secara vakum
28
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 1 (2021)
maupun non vakum. Penurunan kadar protein seperti fermentasi tergolong lebih tinggi dikarenakan
diiringi dengan peningkatan aktivitas sudah mengalami proses penguraian selama proses
mikroorganisme. Kandungan asam amino bebas fermentasi. Menurut penelitian Hadiyanti dan
pada protein ikan dapat dimanfaatkan sebagai Wikandari (2013), nilai TVBN pada bekasam
pertumbuhan oleh mikroorganisme. Pertumbuhan spontan konsentrasi garam 1% (395.70 mgN/100g),
bakteri berpengaruh pada nilai TPC, semakin turun 2.5% (250,13 mgN/100g), dan 10% (237.07
kadar protein maka nilai TPC semakin naik. Hal ini mgN/100g) melebihi dari ambang batas maksimum
diperkuat oleh Liviawaty dan Afrianto (2010), TVB yang layak dikonsumsi. Ambang batas yang
peningkatan jumlah bakteri terjadi karena daging diperbolehkan adalah 200 mg/100g.
ikan merupakan media yang cocok untuk Bekasam dengan kemasan non vakum
pertumbuhan bakteri, mengingat kandungan protein mengalami peningkatan nilai TVBN lebih cepat
yang cukup tinggi dari daging ikan itu sendiri. dibandingkan dengan bekasam kemasan non vakum.
Peningkatan jumlah bakteri selama penyimpanan ini Hal ini dikarenakan proses penguraian senyawa pada
menunjukan penurunan tingkat kesegaran ikan. kemasan vakum lebih lambat dibandingkan dengan
Penurunan kadar protein kemasan non vakum kemasan non vakum. Menurut Nur (2009),
lebih cepat dibanding dengan kemasan vakum. banyaknya oksigen didalam kemasan serta adanya
Proses penurunan kadar protein disebabkan oleh pertukaran atau sirkulasi gas dan uap air melalui
penguraian senyawa-senyawa organik oleh bakteri pori-pori kemasan yang cukup besar pada kemasan
yang ada di dalamnya. Faktor lain yang non vakum menyebabkan mikroorganisme terutama
menyebabkan penurunan kadar protein adalah mikroorganisme aerob meningkat pertumbuhannya
kondisi pengemasan yang tidak kedap udara sehingga terjadi perombakan komponen-komponen
sehingga masih aktivitas penguraian senyawa- gizi pada sate bandeng menjadi senyawa-senyawa
senyawa lebih meningkat dan penurunan kadar yang menyebabkan bau busuk.
protein lebih cepat. Menurut Salim dan Triana Mekanisme peningkatan kadar TVBN
(2017), proses perombakan protein baik oleh enzim disebabkan oleh kandungan protein yang mengalami
maupun bakteri akan menghasilkan senyawa protein degradasi akibat aktivitas mikroba dan membentuk
yang lebih sederhana, diantaranya asam-asam amino senyawa nitrogen seperti ammonia, trimetilamin,
bebas dan basa-basa nitrogen yang menguap. Hal ini dan dimetilamin. Menurut Mueda (2015), TVBN
diperkuat oleh Purnamayati et al., (2018), digunakan untuk mengukur kualitas hasil laut dan
ketersediaan oksigen di dalam kemasan non vakum merupakan indikator pembusukan lanjut. Tingkat
lebih besar dibandingkan dengan kemasan vakum. tertinggi dalam TVBN terbentuk dari protein yang
Oksigen akan meningkatkan aktivitas terdegradasi melalui aktivitas mikroba yang
mikroorganisme aerob terutama bakteri yang dihasilkan dari pembentukan senyawa nitrogen
merombak protein menjadi senyawa yang seperti ammonia. Total basa nitrogen yang mudah
menghasilkan bau yang tidak diinginkan seperti H2S, menguap terbentuk dalam produk fermentasi akibat
ammonia dan indol. proses autolisis dan pembusukan mikroba ikan
selama pengolahan. TVBN merupakan gabungan
TVBN antara ammonia, dimetilamin, dan trimetilamin yang
Hasil pengujian kadar TVBN bekasam instan digunakan sebagai batas penolakan standar
selama penyimpanan suhu ruang dengan spesifikasi komersial. Peningkatan senyawa
pengemasan vakum dan non vakum dapat dilihat nitrogen disebabkan oleh enzim proteolitik mikroba
pada Tabel 4. dan pemanfaatan asam amino oleh proses
fermentasi.
Tabel 4. Kadar TVBN Bekasam Instan Ikan Mas (C.
Carpio) selama Penyimpanan Suhu Ruang Derajat Keasaman (pH)
Lama TVBN (mgN/100g) Hasil pengujian pH bekasam instan selama
Penyimpanan penyimpanan suhu ruang dengan pengemasan
(Minggu) Non Vakum Vakum vakum dan non vakum dapat dilihat pada Tabel 5.
0 48,75 ± 0,85d 48,29 ± 0,85d Selama proses penyimpanan, nilai pH mengalami
1 58,85 ± 1,79c 50,43 ± 1,45d kenaikan baik kemasan vakum maupun non vakum
bc
2 60,05 ± 2,51 55,60 ± 0,55c namun tidak terlalu tinggi. Pada minggu ke-0
a
3 66,63 ± 2,21 64,15 ± 1,37ab bekasam dengan kemasan vakum memiliki nilai pH
Keterangan sebesar 5,11, sedangkan pada minggu ke-3 memiliki
- Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali nilai pH sebesar 5,25. Berbeda dengan bekasam
ulangan ± standar deviasi. yang dikemas secara non vakum mengalami
- Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda kenaikan pH yang lebih cepat. Hal ini diperkuat oleh
nyata (p<0,05) Rahmadana (2013), penyimpanan baik yang
dikemas vakum maupun biasa mengalami
Selama proses penyimpanan, nilai TVBN peningkatan. Hal ini disebabkan pada penyimpanan
akan semakin naik diikuti dengan kadar protein yang rendang ikan tuna terjadi penguraian baik mikro
semakin menurun. Nilai TVBN pada produk olahan
29
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 1 (2021)
maupun makromolekul menjadi senyawa yang kemasan vakum mempunyai nilai hedonik terendah
bersifat basa sehingga pH menjadi tinggi. yakni 5,56 pada minggu ke-3.
Tabel 5. pH Bekasam Instan Ikan Mas (C. Carpio) Tabel 6. Hedonik Bekasam Instan Ikan Mas (C.
selama Penyimpanan Suhu Ruang Carpio) selama Penyimpanan Suhu Ruang
Lama pH Lama Perlakuan
Penyimpanan Penyimpanan Non Vakum
(Minggu) Non Vakum Vakum (Minggu) Vakum
0 5,07 ± 0,06d 5,11 ± 0,02cd 0 8,20 ± 0,62 a
8,22 ± 0,56a
1 5,25 ± 0,05bc 5,17 ± 0,06cd 1 6,80 ± 0,42 c
7,67 ± 0,56b
ab
2 5,32 ± 0,02 5,23 ± 0,05bc 2 5,68 ± 0.47 d
6,76 ± 0,54c
a
3 5,40 ± 0,05 5,25 ± 0,05abc 3 5,41 ± 0.50 e
5,56 ± 0,50de
Keterangan: Keterangan:
- Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali - Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali
ulangan ± standar deviasi. ulangan ± standar deviasi.
- Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda - Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata (p<0,05) nyata (p<0,05)
nyata pada bekasam kemasan non vakum. Perubahan yang ada dalam bekasam terdegradasi menjadi
secara fisika yang terjadi adalah timbulnya lendir senyawa yang lebih sederhana sehingga
pada bagian permukaan sehingga terlihat lebih mempengaruhi tekstur. Menurut Nur (2009),
mengkilap dan warna menjadi kecoklatan. penurunan tekstur juga disebabkan oleh aktivitas
Perubahan warna tersebut disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang mendegradasi protein menjadi
faktor cahaya yang dapat mengakibatkan warna senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan
menjadi pudar. Hal ini diperkuat oleh Lestario et al. menyebakan kemampuan protein untuk mengikat air
(2013), banyak hal yang mempengaruhi stabilitas menurun. Penurunan daya ikat air dari protein
warna selama penyimpanan, salah satunya adalah tersebut menyebabkan tekstur menjadi lunak.
cahaya. Melihat kenyataan bahwa banyak produk Bau
pangan yang terpapar cahaya selama penjualan, Hasil pengujian organoleptik dengan
terutama cahaya lampu. parameter bau pada bekasam instan Ikan Mas tersaji
Bekasam instan dengan kemasan non vakum pada Tabel 9.
mengalami perubahan kenampakan lebih cepat
akibat adanya peran oksigen dan aktivitas Tabel 9. Bau Bekasam Instan Ikan Mas (C. Carpio)
mikroorganisme. Hal ini diperkuat oleh Sarastuti dan selama Penyimpanan Suhu Ruang
Yuwono (2015), perubahan warna bahan pangan Lama Perlakuan
yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme Penyimpanan
Non Vakum Vakum
yang menghasilkan koloni yang berwarna atau (Minggu)
mempunyai pigmen (zat warna) yang akan memberi 0 8,46± 0,51a 8,23± 0,55a
warna, sehingga warna makanan akan tercemar. 1 6,80± 0,41 c
7,76± 0,57b
Tekstur 2 5,66± 0,48 d
6,63± 0,49c
Hasil pengujian hedonik dengan parameter 3 5,26 ± 0,45e 5,67 ± 0,48d
tekstur pada bekasam instan Ikan Mas tersaji pada Keterangan:
Tabel 8. - Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali
ulangan ± standar deviasi.
Tabel 8. Tekstur Bekasam Instan Ikan Mas (C. - Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda
Carpio) selama Penyimpanan Suhu Ruang nyata (p<0,05)
Lama Perlakuan
Penyimpanan Vakum Nilai bau pada penyimpanan minggu pertama
(Minggu) Non Vakum antara pengemas vakum dengan non vakum tidak
0 8,23± 0,63a 8,06± 0,53a berbeda nyata, namun pada penyimpanan
1 6,76± 0,43c 7,50± 0,57b selanjutnya mengalami penurunan. Bekasam dengan
2 5,66± 0,48d 6,83± 0,59c kemasan non vakum mengalami penurunan nilai
d
3 5,33 ± 0,49 5,60 ± 0.50d lebih cepat dibandingkan dengan kemasan vakum
Keterangan: dan sudah tidak dapat dikonsumsi pada minggu ke-2
- Data tersebut merupakan hasil dari tiga kali (5,66). Proses pembusukan pada bekasam
ulangan ± standar deviasi. melibatkan proses oksidasi yang menyebabkan
- Superscript yang berbeda menunjukkan berbeda pembusukan pada produk.
nyata (p<0,05) Bekasam instan dengan kemasan non vakum
mengalami perubahan aroma lebih cepat
Bekasam instan memiliki tekstur yang cukup dibandingkan dengan kemasan vakum selama
kompak dikarenakan kadar air yang tidak terlalu penyimpanan. Adanya oksigen dalam kemasan
tinggi. Perubahan yang terjadi selama masa menyebabkan terjadinya proses oksidasi lebih cepat
penyimpanan meliputi tekstur dari bekasam yang dibandingkan dengan kemasan vakum tanpa udara.
mudah hancur ketika ditekan. Tekstur pada bekasam Menurut Arini (2017), dikemasnya sampel dengan
instan kemasan non vakum mengalami perubahan cara kemas bebas oksigen atau menghilangkan udara
lebih cepat diiringi dengan peningkatan kadar air dengan gas inert (N2) dan CO2 ternyata dari segi
yang cepat pula. Hal ini mengakibatkan tekstur lebih organoleptik cukup membantu terutama untuk
cepat lunak dan produk lebih cepat mengalami mempertahankan aroma sampel. Kemasan
kemunduran mutu. Hal ini diperkuat oleh Ibrahim et mempunyai peranan yang penting dalam
al. (2014), nilai tekstur berbanding terbalik dengan menentukan kualitas produk yang diawetkan.
nilai kadar air, artinya bahwa jika jumlah kadar air Rasa
dari ikan cakalang asap menurun maka nilai Nilai hedonik rasa pada bekasam instan Ikan
teksturnya akan semakin meningkat. Demikian juga Mas tersaji pada Tabel 10. Hasil menunjukkan
sebaliknya jika jumlah kadar air meningkat maka bahwa pengemasan vakum dan non vakum
nilai teksturnya akan semakin menurun. berpengaruh terhadap parameter rasa bekasam.
Perubahan tekstur baik pada kemasan vakum Bekasam memiliki rasa yang khas yakni sedikit
maupun non vakum disebabkkan adanya aktivitas asam. Namun masih kurang disukai oleh konsumen.
mikroorganisme pembusuk yang menguraikan Pemberian bumbu pada bekasam instan dapat
senyawa kompleks menjadi lebih sederhana. Protein meningkatkan nilai hedonik rasa dari bekasam
31
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 1 (2021)
32
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan
Volume 3 No 1 (2021)
Kalista, A., Supriadi, A dan Rachmawati, S. H. bandeng presto selama penyimpanan. Jurnal
2012. Bekasam ikan lele dumbo (Clarias Teknologi Hasil Pertanian, 11(2):63-69.
Gariepinus) dengan penggunaan sumber Rahmadana, S. 2013. Analisa Masa Simpan
karbohidrat yang berbeda. Fishtech, 1(1): Rendang Ikan Tuna dalam Kemasan Vakum
102-111. Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang dan
Kusnandar, F. 2011. Kimia Pangan Komponen Dingin. [Skripsi]. Program Studi Ilmu dan
Makro. Jakarta (ID): Dian Rakyat. Teknologi Pangan Jurusan Teknologi
Kusumah, K. P., Ginting, S dan Nurminah, M. 2018. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Pengaruh penambahan sari kunyit (Curcuma Hasanuddin. Makassar.
Domestica Val.) sebagai antimikroba dan Rauf, R. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Graha
jenis kemasan terhadap mutu bekasam instan Ilmu: Yogyakarta.
ikan mujair (Oreochromis mossambicus). J. Ristanti, E. W., Kismiati, S dan Harjanti, D. W.
Rekayasa Pangan dan Pert, 6(3): 345–354. 2017. Pengaruh lama pemaparan pada suhu
Lestari, S., Rinto dan Huriyah, S. B. 2018. ruang terhadap total bakteri, ph dan
Peningkatan sifat fungsional bekasam kandungan protein daging ayam di pasar
menggunakan starter Lactobacillus tradisional Kabupaten Semarang.
acidophilus. JPHPI, 21(1): 179-187. Agromedia, 35(1): 50 -58.
Liviawaty, E dan Afrianto, E. 2010. Penanganan Salim, M dan Triana, L. 2017. Pengaruh variasi
Ikan Segar. Widya Padjadjaran, Bandung waktu simpan terhadap kadar protein pada
Mueda, R. T. 2015. Physico-chemical and color ikan tongkol. Jurnal Laboratorium
characteristics of saltfermented fish sauce Khatulistiwa, 1-7.
from anchovy Stolephorus commersonii. Sarastuti, M dan Yuwono, S. S. 2015. Pengaruh
Bioflux, 8(4): 565-572 pengovenan dan pemanasan terhadap sifat-
Mulyanto, S., Sumardianto dan Amalia, U. 2017. sifat bumbu rujak cingur instan selama
Pengaruh penambahan ekstrak daun jambu penyimpanan. Jurnal Pangan dan
biji merah (Psidium Guajava) terhadap daya Agroindustri, 3(2): 464-475.
simpan ikan nila merah (Oreochromis Syahfitri, F., Suhaidi, I dan Karo-Karo, T. 2018.
Niloticus) pada suhu dingin. Jurnal Pengaruh perbandingan sauerkraut dengan
Pengolahan & Bioteknologi Hasil air kelapa dan waktu pengukusan terhadap
Perikanan, 6(4): 1-7. mutu bekasam instan ikan mujair
Nur, M. 2009. Pengaruh cara pengemasan, jenis (Oreochromis mossambicus). J. Rekayasa
bahan pengemas, dan lama penyimpanan Pangan dan Pertanian, 6(2).
terhadap sifat kimia, mikrobiologi, dan Widayanti., Ibrahim, R dan Rianingsih, L. 2015.
organoleptik sate bandeng (Chanos chanos). Pengaruh penambahan berbagai konsentrasi
Jurnal Teknologi dan Industri Hasil bawang putih (Allium Sativum L.) terhadap
Pertanian, 14(1) : 1-11. mutu “bekasam” ikan nila merah
Purnamayati, L., Wijayanti, I., Anggo, A. D., (Oreochromis Niloticus). Journal of
Amalia, U dan Sumardianto. Pengaruh Fisheries Science and Technology, 10(2):
pengemasan vakum terhadap kualitas 119-124.
33