Anda di halaman 1dari 6

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by PHARMACON

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

KUALITAS BAKASANG IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)


YANG DIOLAH PADA BERBAGAI WAKTU PENGOLAHAN

Hendrika V. Yempormase1), Feti Fatimah1), Vanda S. Kamu1)


1)
Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Bakasang is a fermentation product made from fish viscera. The purpose of this research is
to determine the quality of the processed bakasang at various processing periode. The analysis
includes fat content and TPC value in each sample at 5, 10 dan 15 days of fermentation. Based on
the research, the fat content increased for 15 days fermentation, which increased from 17.35% to
19.89%. . During the fermentation time, the TPC value of bakasang decreased in the first 10 days
and increased in the next 5 days.The results showed that the quality of bakasang processed at
various processing times with controlled temperature produces a good bakasang.

Keywords : Quality Bakasang, Skipjack, Fermentation

ABSTRAK

Bakasang adalah produk fermentasi yang dibuat dari jeroan ikan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan kualitas dari bakasang yang diolah pada berbagai waktu pengolahan.
Analisis yang dilakukan meliputi pengujian kadar lemak dan nilai TPC pada setiap sampel pada 5,
10 dan 15 hari.Berdasarkan penelitian yang dilakukan nilai kadar lemak bakasang mengalami
kenaikan selama 15 hari fermentasi yaitu naik dari 17,35% menjadi 19,89%. Hasil pengujian nilai
TPC bakasang, mengalami kenaikan pada 10 hari pertama dan pengalami penurunan pada 5 hari
selanjutnya yaitu dari. Hasil penelitian menunjukkan kualitas bakasang yang diolah pada berbagai
waktu pengolahan dengan suhu terkontrol mengasilkan bakasang yang bagus.

Kata Kunci : Kualitas Bakasang, Ikan Cakalang, Fermentasi

228
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN diolah dengan suhu terkotrol. Penelitian


Indonesia memiliki sumber daya ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
hayati laut yang sangat besar dengan bakasang yang diolah pada suhu
kandungan berbagai macam jenis terkontrol pada beberapa waktu
makhluk hidup di dalamnya. Salah satu pengolahan.
jenis ikan yang banyak terdapat di
Sulawesi Utara adalah ikan cakalang. METODE PENELITIAN
Ikan jenis ini banyak diolah oleh Alat dan Bahan
masyarakat dengan memanfaatkan Alat-alat yang digunakan adalah
dagingnya sebagai buah tangan papan pengelas, pisau, wadah tempat
tradisional seperti abon dan cakalang sample uji, botol, erlenmeyer, alat-alat
fufu, sedangkan sebagian kecil gelas, timbangan analitik, aluminium foil,
masyarakat mengolah isi perut (jeroan) hotplate, cawan porselin, pipet mikro,
ikan cakalang menjadi bakasang. batang pengaduk, , autovlace, inkubator,
Bakasang adalah salah satu bahan pipet tetes, waterbath, blender. Bahan
makanan yang dibuat dengan teknik yang digunakan adalah jeroan (usus, hati,
fermentasi tradisional dengan bantuan jantung, paru, dan terlur) ikan cakalang
sinar matahari selama beberapa hari. segar diambil dari pedagang cakalang
Penelitian yang dilakukan oleh Sani et al. fufu di desa Paslaten dan Tumaluntung
(2016) mengenai perubahan kualitas Kecamatan Kauditan, dan jeruk nipis dan
bakasang ikan malalugis selama garam dapur. Bahan kimia yang NaCl,
penyimpanan, dan Purwaningsih et al. media Plate Count Agar (PCA), NaOH,
(2013) mengenai perubahan fisko metanol p.a dan aquades.
kimiawi, mikrobiologi dan histamin
bakasang ikan cakalang selama Metode Analisa
fermentasi dan penyimpanan, Pembuatan Bakasang (Wonggo, 1985)
menyimpulkan bahwa kualitas bakasang Prosedur pembuatan bakasang ini
berubah seiring dengan lamanya berdasarkan Wonggo (1985), yang
penyimpanan dan lamanya fermentasi. dimodifikasi yaitu dengan menggunakan
Umumnya pembuatan bakasang kadar garam sebesar 20% pada suhu
secara tradisional dilakukan dengan cara 50oC. Ikan cakalang segar dipisahkan
fermentasi memanfaatkan sinar matahari bagian isi perut dari daging ikan
selama beberapa hari-minggu dengan cakalang. Jeroan (usus, hati, jantung, paru
kadar garam 25%. Garwan (2009), dan dan telur) ikan dicuci di dalam wadah.
Purwaningsih et al., (2013) melaporkan Selanjutnya ditiris dalam ayakan.
pembuatan bakasang yang dilakukan Ditimbang berat jeroan kemudian diberi
secara tradisional oleh masyarakat yang jeruk nipis dan garam dapur 20% dari
ada di Ternate dengan menggunakan berat jeroan. Kemudian dimasukkan ke
penambahan garam sebanyak 25% dan di dalam wadah kaca dan dipanaskan dalam
fermentasi selama 8 hari pada suhu waterbath pada suhu 50oC selama 5, 10
kamar. Meskipun berbagai penelitian dan 15 hari (fermentasi). Setelah masa
tentang bakasang telah banyak dilakukan, fermentasi, bakasang yang sudah ada
namun berdasarkan uraian diatas belum dilakukan analisis kualitas bakasang
ada penelitian tentang bakasang yang

229
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

dengan menggunakan beberapa yang sudah didinginkan sampai suhu 44–


parameter uji. 460C ditambahkan ke dalam setiap cawan
petri yang sudah berisi larutan contoh.
Kadar Lemak (Ekstraksi Pelarut) Setelah media agar membeku, kemudian
Metode ini dimodifikasi dari cawan petri dimasukkan ke dalam
metode Soxhlet dalam Andarwulan inkubator suhu 35±10C dengan posisi
(2011), dimana dalam metode ekstraksi cawan terbalik Didiamkan selama ± 24
pelarut ini menggunakan pelarut metanol. jam. Setelah 24 jam cawan-cawan
Sampel ditimbang sebanyak 3 g tersebut dikeluarkan dari inkubator.
kemudian dilarutkan dengan metanol 9 Kemudian kolonikoloni yang tumbuh
mL, dikocok dan di saring. Ekstrak yang dalam setiap cawan dihitung dengan
diperoleh dimasukkan kedalam cawan Handy Tally Counter.
kaca yang telah diketaui beratnya dan di Total bakteri dinyatakan dalam CFU/g
panaskan diatas hotplate selama 2 jam
pada suhu 45-50oC, setelah itu Total Bakteri = Jumlah koloni Bakteri x
didinginkan di dalam desikator selama 15 1/Pengenceran
menit dan kemudian ditimbang berat
akhirnya. Persentase lemak dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel dapat dihitung dengan rumus Bakasang
(Andarwulan et al, 2011): Hasil penelitian bakasang
menunjukkan bakasang memiliki warna
coklat dengan bau yang khas serta
berbentuk pasta cair. Hal ini
menunjukkan telah terjadi proses
Wa = Berat cawan lemak Awal fermentasi yang ditandai dengan
Wb = Berat sampel perubahan-perubahan sifat bahan serta
Wc = Berat cawan akhir pengaruh dari enzim dari ikan.
Fermentasi dapat menyebabkan
Uji TPC (SNI 01-2332.3-2006) perubahan sifat bahan pangan sebagai
Pengujian TPC ini berdasarkan akibat dari pemecahan kandungan-
SNI 01-2332.3-2006 dalam Susanto et kandungan bahan pangan tersebut.
al., (2011). Sebanyak 25 g sampel Menurut Ferdiaz (1992), enzim yang
ditimbang lalu dimasukkan ke dalam terdapat pada bahan makanan yang dapat
wadah blender steril. Kemudian berasal dari bahan mentahnya atau
ditambahkan 225 ml larutan fi siologis mikroorganisme yang terdapat pada
(Ringer tablet yang telah dilarutkan makanan tersebut. Enzim tersebut dapat
dalam aquadest). Dengan menggunakan menyebabkan perubahan dalam pangan
pipet steril 1 ml suspensi di atas mencangkup perubahan rasa, warna,
dimasukkan dalam larutan fi siologis 9 bentuk, kalori dan sifat lainnya. Menurut
ml. Kemudian dibuat pengenceran 10-2, Purwaningsih et al., (2011) warna coklat
10-3, dan 10-4. Sebanyak 1 ml dari setiap yang dihasilkan diduga oleh proses
pengenceran di atas diambil dengan hidrolisis dan aktivitas mikroorganisme
menggunakan pipet lalu dimasukkan ke selama proses fermentasi; tekstur
dalam petri steril. 12-15 ml nutrien agar bakasang dipengaruhi oleh penguraian

230
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

makromolekul utama yaitu protein aktivitas lipolitik yang terjadi selama


menjadi produk turunannya seperti fermentasi, sedangkan garam menekan
peptida dan asam-asam amino dengan aktivitas lipolitik oleh enzim yang ada
menghasilkan air; dan bau yang dalam daging maupun yang berasal dari
dihasilkan diduga dipengaruhi oleh mikroba, sehingga jumlah lemak setelah
proses fermentasi dan pemasakan fermentasi akan meningkat (Pramono et
menghasilkan terbentuknya penguapan al., 2007). Garam yang ditambahkan
senyawa volatil dan non volatil dengan dalam proses fermentasi dapat berperan
berat molekul rendah. sebagai katalis pada proses oksidasi dari
lemak ikan (Hall, 1992).
Kadar Lemak
Pada penelitian ini metode yang TPC (Total Plate Count)
diguanakan adalah ekstraksi pelarut yang Hasil pengujian TPC dinyatakan
dimodifikasi dari metode Soxhlet, dimana dalam gambar berikut :
pelarut yang digunakan adalah metanol.
Metode ekstraksi pelarut mempunyai 3 2,3 x 103
1,8 x 103 1,7 x 103
kelebihan, dimana pengujiannya yang
CFU/g
2
cepat dibandingkan dengan metode 1
Soxhlet. 0
5 Hari 10 Hari 15 Hari
Waktu Fermentasi
21
19,89
20
% Kadar Lemak

19 Gambar 2. Nilai TPC Bakasang


18,16
18 17,35
17 Berdasrkan hasil analisis diatas
16 nilai TPC bakasang pada hari ke-5
5 Hari 10 Hari 15 Hari fermentasi sebesar 1,8x103 CFU/g
Waktu Fermentasi kemudian mengalami kenaikan pada hari
ke-10 fermentasi menjadi 2,3x103 CFU/g
Gambar 1. Kadar Lemak Bakasang dan kemudian mengalami penurunan
Nilai kadar lemak mengalami pada 5 hari berikutnya menjadi 1,7x103
kenaikan selama proses fermentasi, nilai CFU/g. Peningkatan nilai TPC pada 10
kadar lemak ini berbanding terbalik hari fermentasi disebabkan oleh proses
dengan keberadaan air dalam bahan pembelahan yang dilakukan mikroba
pangan. Menurut Bahalwan (2011), secara biner dengan jumlah kelipatan
meningkatnya kadar lemak disebabkan dalam periode tertentu serta disebabkan
karena menurunnya kadar air yang oleh adanya beberapa mikroba yang
terdapat pada bakasang. Menurunnya mampu tahan garam yang dapat
kadar air dalam bahan pangan akan berkembang selama fermentasi (Supardi
meningkatkan senyawa seperti protein, dan Soekamto, 1999). Penurunan nilai
karbohidrat, lemak dan mineral. TPC terjadi pada 10-15 hari fermentasi.
Meningkatnya kadar lemak diduga karena Menurut Poernomo (1996), penurunan
TPC kemungkinan disebabkan oleh

231
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

keadaaan lingkungan yang sudah tidak DAFTAR PUSTAKA


sesuai lagi untuk pertumbuhan bakteri
atau sudah mencapai fase tumbuh tetap Andarwulan, N., F. Kusnandar., & D.
dan selanjutnya mengarah pada kematian. Herawati. 2011. Analisis Pangan.
Suprihatin (2010), menambahkan Dian Rakyat, Jakarta.
semakin lama fermentasi, peningkatan
total mikroba tidak signifikan seperti Bahalwan, F. 2011. Pengaruh Kadar
pada awal fermentasi, mikroba yang telah Garam dan Lama Penyimpanan
lama tumbuh akan mengalami kematian. Terhadap Kualitas Mikrobiologi
Kematian mikroba ini dikarenakan Bakasang Sebagai Bahan Modul
nutiren dalam medium sudah habis dan Pembelajaran Bagi Masyarakat
energi cadangan didalam sel habis. Pengrajin Bakasang. BIMAFIKA. 3
Mengacu pada BSN (1996) dalam : 292 – 297.
Purwaningsih (2013), batas maksimum
TPC untuk produk petis udang adalah 105 Ferdiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1.
CFU/g, sedangkan mengacu pada batas Gramedia, Jakarta.
standar mutu Balai Pengujian dan
Sertifikasi Mutu Hasil Perikanan Provinsi Garwan, R. 2009. Perkembangan
Sulawesi Utara untuk produk perikanan Histamin Selama Proses Fermentasi
adalah sebesar 5x105. Nilai TPC yang dan Penyimpanan Produk Bakasang
diperoleh pada pengujian bakasang, tidak Ikan Cakalang (Katsuwonus
melebihi batas maksimum tersebut. pelamis, Lin). [Tesis]. IPB, Bogor.

Hall, G. M. 1992. Fish Processing


KESIMPULAN Technology. VCH Publisher, Inc;
Berdasarkan hasil penelitian New York.
bakasang ikan cakalang yang dibuat pada
suhu terkontrol dengan penambahan Poernomo, D. 1996. Pengaruh Tapioka
kadar garam 20% (b/b) yang diuji dengan dan Garam dalam Fermentasi
parameter kadar lemak dan TPC, Bakteri Asam Laktat Jeroan Ikan
menunjukkan kualitas yang bakasang Tuna (Thunus sp). Buletin
yang bagus, dimana hasil analisis tidak Teknologi Hasil Perikanan. 2(2) :
melebihi setiap standar mutu yang di 64-73.
tetapkan pada setiap metode analisa.
Lama fermentasi mempengaruhi nilai Pramono, Y. B., E. S, Rahayu.,
kadar lemak dan TPC bakasang karena Suparmo., & T. Utami. 2007.
adanya pemecahan komposisi bahan awal Perubahan Biologis, Fisik dan
selama fermentasi. Kimiawi Cairan Bakal Petis Daging
Selama Fermentasi Kering Spontan.
Journal of the Indonesian Tropical
Animal Agriculture. 32(4) : 213 –
221.

232
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Purwaningsih, S., R, Garwan., & J. Universitas Sam Ratulangi,


Santoso. 2011. Karakteristik Manado.
Organoleptik Baksasang Jeroan
Cakalang (Katsuwonus pelamis,
Lin) Sebagai Pangan Tradisional
Maluku Utara. Jurnal Gizi dan
Pangan. 6(1) : 13 – 17.

Purwaningsih, S., J. Santoso., & R.


Garwan. 2013. Perubahan Fisko-
Kimiawi, Mikrobiologi dan Histami
Bakasang Ikan Cakalang Selama
Fermentasi dan Penyimpanan.
Jurnal Teknoogi dan Industri
Pangan. 24(2) : 168 – 177.

Sani, I. V., F. Fatimah., & V.S. Kamu.


2016. Perubahan Kualitas Bakasang
Ikan Malalugis (Decapterus
kurroides) Selama Penyimpanan.
Jurnal MIPA UNSRAT Online.
5(1): 25 – 28.

Supardi, I & M, Sukamto. 1999.


Mikrobiologi dalam Pengolahan
dan Keamanan Pangan. Alumni,
Jakarta.

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi.


UNESA University Press,
Surabaya.

Susanto, E., T.W. Agustin., F.


Swastawati., T. Surti., & A.S.
Fahmi. 2011. Pemanfaatan Bahan
Alami Memperpanjang Umur
Simpan Ikan Kembung
(Rastrelliger neglectus). Journal of
Fisheries Sciences. 13(2) : 60-69.

Wonggo, D. 1985. Studi Proses


Perubahan Protein Pada Fermentasi
Jeroan Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) Pada Suhu 45 oC. [Tesis].

233

Anda mungkin juga menyukai