Anda di halaman 1dari 7

J. Sains & Teknologi, Desember 2018, Vol. 18 No.

3 : 267 – 273 ISSN 1411-4674

PENGARUH KOMBINASI LAMA WAKTU DAN SUHU STERILISASI PROSES PENGALENGAN


TERHADAP MUTU IKAN BANDENG (Chanos chanos) KALENG

The Effect of Combination of Time Duration and with the Sterilization of the Process on the Quality of
Canned Milkfish (Chanos Chanos)

1
Mohammad Roin Najih, 2Metusalach, 3Nursinah Amir
1
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasanuddin (email: roin_84@yahoo.co.id)
2
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Imu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin (email: mminanga@hotmail.com)
3
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Imu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin (email: ina_thp@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Ikan bandeng memiliki kandungan gizi yang sangat baik dan digo longkan sebagai ikan berprotein t inggi dan ber
lemak rendah, sehingga ikan bandeng memilki sifat yang sama dengan komoditas perikanan lainnya yaitu mudah busuk,
maka untuk memperpanjang daya awetnya perlu dilakukan suatu metode pengawetan yaitu pengalengan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi lama waktu dan temperatur suhu sterilisasi pada saat dilakukan proses
pengalengan sehingga diperoleh ikan bandeng kaleng yang baik. Perlakuan dalam penelitian ini adalah kombinasi variasi
lama waktu sterilisasi dan suhu sterilisasi untuk memperoleh ikan bandeng kaleng dengan mutu gizi (meliputi
protein,lemak,karbohidrat,air dan abu) yang terbaik. Analisis data dilakukan dengan Anova pada taraf signifikansi 5%,
yang diteruskan dengan Uji Tuckey pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi lama
waktu dan temperatur suhu sterilisasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan gizi ikan bandeng kaleng.
Perlakuan terbaik dengan lama waktu sterilisasi 75 menit dan temperatur suhu sterilisasi 1100 C dengan rata-rata nilai
kadar protein 24,23%; kadar lemak; 2,87%; kadar karbohidrat 10,20%; kadar air 61,56% dan kadar abu 2,46%.

Kata kunci: Ikan bandeng, lama waktu sterilisasi, suhu

ABSTRACT

Milkfish has excellent nutritional content and is classified as having high protein and low fat. The fish has the same
properties with other fishery commodities which are easily decayed, in order to prolong its durability, it is necessary to
perform a method of preservation which canning. This study aims to determine the influence of the combination of time
and temperature of the sterilization during the time of canning process in order to obtain good canned milk fish. The
treatment use in the study is a combination of the variation of sterilization time and temperature of sterilization to get
good canned milkfish with nutritional quality (which included protein, fat, carbohydrate, water and ash). The data analysis
used Anova with the significance of 5%, and continued with Tucky Test with the significance 5%. The research results
indicated that the combination of time duration and the temperature of sterilization had a significant effect on the nutrient
of canned milkfish. The best treatment with 75 minute sterilization time and the sterilization temperature time of 1100 C
with the mean value = protein content of 24.23%; fat content of 2.87%; Carbohydrate content of 10,20%; water content
of 61.56% and ash content of 2.46%.

Keywords: Milkfish, duration of sterilization, temperature

267
Mohammad Roin Najih ISSN 1411-4674

PENDAHULUAN faktor variasi dari kematangan tomat.


Produksi ikan bandeng Sulsel merupakan (Featherstone, 2016).
yang tertinggi di Indonesia. Adapun capaian Ikan memilki pH pada umumnya berkisar
produksi bandeng tahun 2016 lalu, yakni untuk 6-7 dan tergolong pada makanan rendah asam,
bandeng sebesar 127.434,1 ton, atau setara dengan dimana mikroorganisme termasuk Clostridium
18,9 persen dari produksi nasional (Anonim, botolinum yang menyebabkan botolisem dapat
2017). Ikan bandeng memiliki kandungan gizi berkembang. Makanan berkadar asam rendah
yang sangat baik dan digolongkan sebagai ikan memerlukan sterilisasi pada suhu tinggi (114 –
berprotein tinggi dan berlemak rendah. Adapun 1300C). pH asam dari tomat sangat memenuhi
nillai gizi ikan bandeng per 100 gram berat ikan kriteria sebagai bahan makanan asam. Penurunan
mengandung 129 kkal energi, 20 gram protein, 4,8 pH menjadi makanan berkadar asam tinggi
gram lemak,150 gram fosfor, 20 gram kalsium, 2 bertindak sinergis untuk menghambat
mg zat besi, 150 SI vitamin A, 0,05 gram vitamin pertumbuhan mikroba (Featherstone, 2015). Spora
B1 dan 74 gram air. Berdasarkan komposisi Clostridium botulinum tidak akan tumbuh jika pH
tersebut ikan bandeng digolongkan sebagai ikan makanan 4,6 atau kurang. Spora yang terdapat
berprotein tinggi dan berkadar lemak rendah didalam makanan yang berkadar asam rendah
(Anonim, 2016). harus dibunuh dengan pemanasan selama proses
Sehingga ikan bandeng juga memiliki sifat pengalengan. Makanan yang yng pH diatas 4,6
yang sama dengan komoditas perikanan lainnya, harus mendapat proses pemanasan bersuhu tinggi
yaitu mudah busuk. Karenanya, untuk dan dalam jangka waktu yang lebih lama. Contoh
memperpanjang daya simpan atau membuat ikan makanan rendah asam (pH > 4,6) termasuk ikan,
bandeng lebih awet selain kadar air yang harus daging, unggas, dan kebanyakan sayuran. Di sisi
diturunkan maka perlu adanya suatu metode lain, makanan asam diproses dengan sedikit
pengawetan. Salah satu Teknik pengawetan pemanasan karena spora Clostridium botulinum
pangan yang banyak diterapkan adalah pengawetan tidak dapat berkecambah dan tumbuh pada pH 4,6
dengan suhu tinggi, yaitu pengalengan. Dalam atau kurang. Spora bakteri bisa Bertahan dalam
pengalengan daya awet ikan yang diawetkan jauh proses ini; Namun, spora ini tidak akan tumbuh
lebih bagus dibandingkan pengawetan cara lain. pada PH rendah, dan makanan akan tetap stabil
Namun dalam hal ini dibutuhkan penanganan yang pada suhu kamar (steril komersil) (Caballero et al.,
lebih intensif serta ditunjang dengan peralatan yang 2016).
serba otomatis. Sebab dalam proses pengalengan, Menurut Ismail et al (2013), untuk
ikan atau hasil perikanan lain dimasukkan dalam mengoptimalkan proses sterilisasi makanan kaleng
suatu wadah yang ditutup rapat agar udara maupun perlu penerapan panas pada suhu tertentu dan
mikroorganisme perusak yang datang dari luar waktu tertentu. Operasi ini memiliki dua tujuan
tidak dapat masuk. Selanjutnya wadah dipanasi mendasar, yaitu menghasilkan produk yang steril
pada suhu tertentu dalam jangka waktu tertentu secara komersial dan memasak makanan ke titik
pula untuk mematikan mikroorganisme yang ikut dimana makanan kaleng tersebut siap untuk
terbawa pada produk yang dikalengkan (Murniyati konsumsi.
& Sunarman, 2004). Menurut Ababouch (2014), pengawetan
Pengalengan makanan berarti makanan makanan dengan pengalengan melibatkan (1)
steril komersil dalam wadah yang tertutup rapat. penggunaan wadah tertutup rapat; dan (2) aplikasi
Steril komersil berarti kondisi yang dicapai dengan panas mencukupi. Dengan kondisi tersebut,
penerapan panas saja atau dikombinasikan denga makanan dikatakan 'steril komersial’.Sehingga
perlakuan lainnya yang dibutuhkan, untuk dalam beberapa kasus, kehadiran mikroba yang
membuat makanan bebas dari mikroorganisme menghasilkan racun dapat menyebabkan
yang mampu tumbuh dalam makanan pada suhu keracunan makanan itidak disertai dengan tanda-
normal pada saat penyimpanan dan pendistribusian tanda yang dapat terlihat secara eksternal atau
(CODEX Alimentarius, 2011). Perlakuan yang internal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
dibutuhkan didalam pengalengan makanan seperti mengetahui kombinasi lama waktu sterilisasi dan
dengan penambahan medium saus tomat, pH tomat suhu proses pengalengan yang tepat agar diperoleh
yang bervariasi 4,0 sampai dengan 4,7, tergantung mutu ikan bandeng kaleng yang baik.

268
Ikan bandeng, lama waktu sterilisasi, suhu ISSN 1411-4674

METODE Analisis Data


Waktu dan Lokasi Penelitian Data yang diperoleh dianalisis dengan
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan
Oktober 2016 sampai dengan bulan Juni 2017, jika hasilnya berpengaruh nyata maka pengujian
penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat, untuk dilanjutkan dengan Uji W.Tuckey untuk
proses pengalengan dilaksanakan di Workshop menentukan perbedaan antara perlakuan dengan
Teaching Factory SUPM Negeri Bone, Kabupaten menggunakan taraf kepercayaan 5 % (α = 0,05).
Bone, analisis proksimat dilakukan di Data akan diolah menggunakan perangkat lunak
Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas komputer yang sesuai setelah itu data akan
Peternakan, Universitas Hasanuddin dan analisis dihasilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
asam amino di lakukan di Laboratorium Kimia
Institut Pertanian Bogor (IPB). HASIL
Metode Penelitian Pada penelitian ini perlakuan yang
Metode yang digunakan pada penelitian ini digunakan ialah menggunakan kombinasi lama
adalah metode eksperimental dengan mengikuti waktu dan suhu sterilisasi proses pengalengan ikan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial. bandeng (Chanos chanos) kaleng. Lama waktu
Perlakuan yang diberikan adalah lama waktu sterilisasi yang digunakan adalah 60,75 dan 90
sterilisasi (A) dengan tiga taraf yaitu perlakuan A1 menit; suhu sterilisasi yang digunakan adalah 1100
= 60 menit; A2= 75 menit; A3 = 90 menit; dan C,1150 C dan 1200C. Hasil penelitian pengaruh
perlakuan suhu sterilisasi (B) dengan tiga taraf kombinasi lama waktu dan suhu sterilisasi terhadap
yaitu perlakuan B1 = 1100 C, perlakuan B2 = 1150 kandungan gizi dan organoleptik ikan bandeng
C, perlakuan B3 = 1200 C. Masing-masing kaleng terdiri dari Uji Proksimat (kadar air, kadar
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. protein, kadar lemak,kadar karbohidrat dan kadar
Parameter Pengamatan air) dan Uji organoleptik (kenampakan,bau,rasa,
Parameter yang diamati pada penelitian ini tekstur dan konsistensi). Dari hasil uji proksimat
adalah kandungan gizi (kadar protein, kadar lemak, yang dilakukan untuk mengetahui mutu ikan
kadar karbohidrat, kadar air, kadar abu) ikan bandeng kaleng, diperoleh data seperti pada Tabel
bandeng kaleng dari perlakuan kombinasi lama 1.
waktu sterilisasi dan suhu sterilisasi.

Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Ikan Bandeng Kaleng

Uji Proksimat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap


Hasil uji kadar air pada ikan bandeng parameter kadar air. Hal ini dapat dilihat nilai
kaleng berkisar 59,41% sampai dengan 62,07%. signifikansi dari perlakuan kombinasi lama waktu
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan sterilisasi dan suhu sterilisasi 0,000 < 0,05 artinya
bahwa perlakuan kombinasi lama waktu dan suhu ada satu atau lebih dari perlakuan yang berbeda
sterilisasi pada proses pengalengan yang berbeda

269
Mohammad Roin Najih ISSN 1411-4674

dengan perlakuan lainnya, sehingga perlu bahwa perlakuan kombinasi lama waktu dan suhu
dilakukan uji lanjut. sterilisasi pada proses pengalengan yang berbeda
Uji W-Tuckey untuk Faktor A (lama memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
waktu) memperlihatkan bahwa perlakuan dengan parameter kadar lemak. Hal ini dapat dilihat nilai
lama waktu 60 menit dan 75 menit nilai signifikansi dari perlakuan kombinasi lama waktu
signifikansi > 0,05 artinya perlakuan lama waktu sterilisasi dan suhu sterilisasi 0,000 < 0,05 artinya
tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata ada satu atau lebih dari perlakuan yang berbeda
terhadap kadar air ikan bandeng kaleng. Terlihat dengan perlakuan lainnya, sehingga perlu
juga pada perlakuan lama waktu 60 menit dan 75 dilakukan uji lanjut.
menit memilki kemiripan. Uji W-Tuckey untuk Uji W-Tuckey untuk Faktor A (lama
faktor B (suhu sterilisasi) memperlihatkan bahwa waktu) memperlihatkan bahwa semua perlakuan
suhu sterilisasi 1100 C dan 1150 C nilai Sig. > dengan lama waktu 60 menit, 75 menit dan 90
0,005 artinya tidak memberikan perbedaan yang menit nilai signifikansi < 0,05 artinya perlakuan
nyata terhadap kadar air ikan bandeng kaleng. lama waktu tersebut memberikan perbedaan yang
Sedangkan perlakuan dengan suhu sterilisasi nyata terhadap kadar lemak ikan bandeng kaleng.
1200C nilai Sig < 0,05 artinya memberikan Terlihat juga pada semua perlakuan lama waktu
perbedaan yang nyata terhadap ikan bandeng tidak memilki kemiripan.
kaleng. Terlihat pada perlakuan suhu sterilisasi Uji W-Tuckey untuk faktor B (suhu
1100C dan 1150C memilki kemiripan. sterilisasi) memperlihatkan bahwa suhu sterilisasi
Hasil uji kadar protein pada ikan bandeng 1100 C dengan 1150 C nilai Sig. >0,05 artinya
kaleng berkisar antara 20,13% sampai dengan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap
24,23%. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) kadar protein ikan bandeng kaleng. Sedangkan
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi lama perlakuan dengan suhu sterilisasi 1150C dengan
waktu dan suhu sterilisasi pada proses pengalengan suhu 1200C nilai Sig < 0,05 artinya memberikan
yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat perbedaan yang nyata terhadap kadar lemak ikan
nyata terhadap parameter kadar protein. Hal ini bandeng kaleng. Terlihat pada perlakuan suhu
dapat dilihat nilai signifikansi dari perlakuan sterilisasi 1150C dan 1100C memilki kemiripan.
kombinasi lama waktu sterilisasi dan suhu Hasil uji kadar karbohidrat pada ikan
sterilisasi 0,000 < 0,05 artinya ada satu atau lebih bandeng kaleng berkisar antara 10,19% sampai
dari perlakuan yang berbeda dengan perlakuan dengan 14,01%. Hasil analisis sidik ragam
lainnya, sehingga perlu dilakukan uji lanjut. (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan
Uji W-Tuckey untuk Faktor A (lama kombinasi lama waktu dan suhu sterilisasi pada
waktu) memperlihatkan bahwa semua perlakuan proses pengalengan yang berbeda memberikan
dengan lama waktu 60 menit, 75 menit dan 90 pengaruh yang sangat nyata terhadap parameter
menit nilai signifikansi < 0,05 artinya perlakuan kadar karbohidrat. Hal ini dapat dilihat nilai
lama waktu tersebut memberikan perbedaan yang signifikansi dari perlakuan kombinasi lama waktu
nyata terhadap kadar protein ikan bandeng kaleng. sterilisasi dan suhu sterilisasi Sig. < 0,05 artinya
Terlihat juga pada semua perlakuan lama waktu ada satu atau lebih dari perlakuan yang berbeda
tidak memilki kemiripan. Uji W-Tuckey untuk dengan perlakuan lainnya, sehingga perlu
faktor B (suhu sterilisasi) memperlihatkan bahwa dilakukan uji lanjut.
suhu sterilisasi 1150 C dan 1200 C nilai Sig. >0,05 Dari hasil uji lanjut W.Tuckey dapat
artinya tidak memberikan perbedaan yang nyata disimpulkan bahwa perlakuan A3B3 (lama waktu
terhadap kadar protein ikan bandeng kaleng. 90 menit dan suhu 1200 C) adalah perlakuan yang
Sedangkan perlakuan dengan suhu sterilisasi paling baik digunakan untuk menghasilkan rata-
1100C nilai Sig < 0,05 artinya memberikan rata kadar karbohidrat tertinggi pada ikan bandeng
perbedaan yang nyata terhadap ikan bandeng kaleng yaitu 14,01 %. Hasil uji kadar abu pada ikan
kaleng. Terlihat pada perlakuan suhu sterilisasi bandeng kaleng berkisar antara 2,8 % hingga 3,28
1150C dan 1200C memilki kemiripan. %. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)
Hasil uji kadar lemak pada ikan bandeng menunjukkan bahwa perlakuan dengan Faktor A
kaleng berkisar antara 1,6% sampai dengan 2,10%. (lama waktu), Faktor B (suhu sterilisasi)
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan memberikan pengaruh yang nyata dilihat dari Sig.

270
Ikan bandeng, lama waktu sterilisasi, suhu ISSN 1411-4674

< 0,05 sedangkan interaksi antara kedua faktor air total dilakukan dengan metode termogravimetri
menunjukkan tidak memberikan pengaruh yang (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
nyata terhadap kadar abu ikan bandeng kaleng. Hal Ikan bandeng pada umumnya memilki
ini dapat dilihat dari nilai Sig. > 5%, selanjutnya kandungan air yang cukup tinggi. Kadar air ikan
untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing bandeng mengalami penurunan dikarenakan ketika
perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjut W.Tuckey. proses pre coocking. Setelah proses sterilisasi
Uji W-Tuckey untuk Faktor A (lama kandungan air ikan bandeng meningkat.
waktu) memperlihatkan bahwa perlakuan dengan Peningkatan yang cukup besar ini dikontribusi dari
lama waktu 60 menit dengan 75 menit nilai kandungan air pada media saus tomat yang cukup
signifikansi > 0,05 artinya perlakuan lama waktu tinggi.
tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata Protein merupakan suatu zat makanan
terhadap kadar abu ikan bandeng kaleng. yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini di
sedangkan faktor B (suhu sterilisasi) samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam
memperlihatkan bahwa suhu sterilisasi 1100 C tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan
dengan 1150 C nilai Sig. < 0,05 artinya pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak
abu ikan bandeng kaleng. Sedangkan perlakuan dimilki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul
dengan suhu sterilisasi 1200C nilai Sig > 0,05 protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada
artinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap jenis protein yang mengandung unsur logam
kadar abu ikan bandeng kaleng. seperti besi dan tembaga (Winarno, 2002). Kadar
protein yang dihitung merupakan kadar protein
PEMBAHASAN kasar (crude protein). Hal ini karnena nitrogen
Penelitian ini memperlihatkan bahwa yang erdapat dalam bahan pangan sesungguhnya
perlakuan lama waktu dan suhu sterilisasi bukan hanya berasal dari asam-asam amino
memberikan pengaruh yang nyata terhadap protein, tetapi juga dari senyawa- senyawa nitrogen
kandungan gizi (anilsa proksimat) ikan bandeng lain yang dapat/tidak dapat digunakan sebagai
kaleng. Menurut Afrianto & Liviawaty (2005), sumber nitrogen tubuh. Dalam ikan pada satu
analisis proksimat ditunjukkan untuk mengetahui bagian nitrogen terdapat sebagai asam amino bebas
persentase nutrien dalam pakan berdasarkan sifat dan peptida yaitu basa nitrogen volatil dan senyawa
kimianya, di antaranya kadar air, protein, lemak, metal amino (Muchtadi, 2010).
serat, ekstrak bebas nitrogen dan abu. Analisis Kandungan protein ikan bandeng
proksimat banyak digunakan untuk menentukan mengalami penurunan pada saat dilakukan
kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada sterilisasi dengan menggunakan kombinasi waktu
standar zat makanan yang seharusnya terkandung 90 menit dan suhu sterilisasi terendah yaitu 1100
didalamnya Air merupakan komponen penting C. proses pemanasan menyebabkan terjadinya
dalam bahan makanan karena air dapat denaturasi protein. Bila protein mengalami
mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa denaturasi, konfigurasi dari molekul- molekul
makanan. Bahkan dalam bahan makanan yang protein asli dan sifat-sifat imunologis spesifik yang
kering sekalipun, kandungan air dalam bahan membedakan kebanyakan protein menjadi berubah
makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran (Desrossier, 1988). Diperkuat dengan pernyataan
dan daya tahan bahan itu (Winarno, 2002). oleh Wahyuningsih & Nur (2008), hidrolisa protein
Menurut Sudarmadji dkk (2007), prinsip terjadi pada suhu 1100 C selama 90 menit dan pada
penentuan kadar air dengan metode suhu 1300 C selama 60 menit. Namun demikian
Thermogravimetri adalah menguapkan air yang penurunan protein yang cukup kecil padda saat
ada dalam bahan pangan dengan jalan pemanasan sterilisasi disebabkan kandungan protein total
kemudian menimbang bahan sampai berat konstan dalam produk sedikit bertambahh akibat kontribusi
yang berarti semua air sudah diuapkan. Hasil dari protein dari media saus tomat yang ditambahkan
uji kadar air total yang diperoleh merupakan pada proses pengalengan dan juga pengaruh
jumlah molekul air tidak terikat (free water) yang perlakuan lama waktu sterilisasi dan suhu
terkandung dalam suatu produk. Pengukuran kadar sterilisasi.

271
Mohammad Roin Najih ISSN 1411-4674

Kandungan protein mengalami pnurunan dan komposisinya tergantung pada macan bahan
selama proses pengalengan juga telah dilaporkan dan cara pengabuanya. Kadar abu ada hubunganya
oleh Auborg, 1998; Mermelstein, 2000 dalam dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat
Garcia et al (2004), penelitian dilakukan terhadap dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam
proses pengalengan ikan tuna dengan media garam yaitu garam organic dan garam anorganik.
minyak. Selama proses pengalengan terjadi Yang termasuk dalam garam organic misalnya
degradasi protein ikan tuna sehingga kandungan garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat.
protein ikan tuna mengalami penurunan. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam
Lemak merupakan zat makanan yang bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat,
penting untuk kesehatam tubuh manusia. Selain itu nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang
lemak juga terdapat pada hampir semua bahan mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek
pangan dengan kandungan yang berbeda-beda yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan
(Winarno, 2002). Analisis lemak menggunakan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah
metode soxhlet Penentuan kadar lemak dengan sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan
pelarut organik, selain lemak juga terikut menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral
fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, tersebut,yang dikenal dengan pengabuan
dan pigmen yang lain. Karena itu hasil ekstraksinya (Sudarmadji dkk., 2007).
disebut lemak kasar (Darmasih, 1997).
Ditambahkan oleh Sudarmadji dkk (2007), KESIMPULAN DAN SARAN
ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
secara terputus-putus atau berkesinambungan. bahwa ada pengaruh kombinasi lama waktu dan
Kandungan lemak ikan bandeng kaleng suhu sterilisasi terhadap mutu ikan bandeng
mengalami penurunan dari kandungan lemak ikan kaleng, perlakuan terbaik menggunakan kombinasi
bandeng pada umumnya, yaitu 6,73 % / 100 gram lama waktu sterilisasi 75 menit dan suhu sterilisasi
daging ikan. Pada umumnya setelah proses 1100C (A2B2), dengan kadar air 61, 56; kadar
pengolahan bahan pangan akan terjadi kerusakan ptotein 24,23%; kadar lemak 2,87%;
lemak. Tingkat kerusakan sngat bervariasi kadar karbohidrat 10,20%; dan kadar abu 2,46 %.
tergantung pada suhu yang digunakan dan lamanya Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini
waktu proses pengolahan. Makin tinggi suhu yang adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
digunakan, maka makin intens kerusakan lemak. tentang pengolahan ikan bandeng kaleng dengan
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam meneliti daya awet sehingga dihasilkan ikan
menentukan karakteristik bahan makanan, bandeng kaleng dengan kualitas gizi dan serta daya
misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain. Ada awet yang lama.
beberapa cara analisis yang dapat digunakan dalam
memperkirakan kandungan karbohidrat dalam DAFTAR PUSTAKA
makanan. Yang paling mudah adalah dengan cara Ababouch L. (2014). HEAT TREATMENT OF
perhitungan kasar (proximate analysis) atau juga FOODS | Spoilage Problems Associated
disebut Carbohdrydate by Difference. Perhitungan with Canning. Encyclopedia of Food
Carbohdrydate by Difference adalah penentuan Microbiology (Second Edition) (Second Edi,
karbohidrat dalam makanan secara kasar, dan Vol. 2). Elsevier.
hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/B97
komposisi makanan (Winarno, 2002). Kandungan 8-0-12-384730-0.00157-9
karbohidrat ikan bandeng kaleng mengalami Afriyanto E. & Liviawaty E. (2005). Pengawetan
kenaikan, yaitu 0,1- 1% menjadi 14,01 %. Hal ini dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta. Kanisius.
di duga kandungan karbohidrat yang terdapat pada Anonim. (2016). Profil Komoditas Ikan Bandeng.
ikan bandeng kaleng bertambah akibat adanya www.wpi.kkp.go.id. (Diakses pada tanggal
kontribusi dari penambahan medium saus tomat. 10 Oktober 2016)
Kadar abu adalah jumlah residu anorganik Anonim. (2017). DKP Genjot Produksi Komoditi
yang dihasilkan dari pengabuan / pemijaran suatu Ekspor Rumput Laut dan Ikan Bandeng di
produk. Abu adalah zat organic sisa hasil Sulawesi Selatan. ww.meacenter.kkp.go.id.
pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu (Diakses pada tanggal 07 Juli 2017)

272
Ikan bandeng, lama waktu sterilisasi, suhu ISSN 1411-4674

Badan Standardisasi Nasional. (2006). SNI 01-


2354.2-2006. Cara Uji Kimia – Bagian 2:
Penentuan Kadar Air pada Produk
Perikanan. Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
Caballero B., Finglas P., & Toldra F. (2016).
Canning: Process of Canning. Encyclopedia
of Food and Health.Elsevier
CODEX Alimentarius. (2011). Code of Hygienic
Practice for Low-Acid and Acidified Low-
Acid Canned Foods (CAC/RPC 23-1979 v.2
- 1993), 1, 85.
Darmasih. (1997). Prinsip Soxhlet.
Peternakan.Litbang.deptan. go.id
Desrossier. (1988). The Technology of Food
Preservation Vol. III (terjemahan), AVI
Publishing Company Inc., New Jersey.
Featherstone S. (2015). Canning operations. A
Complete Course in Canning and Related
Processes, 187–202.
Featherstone S. (2016). Canned tomato product. A
Complete Course in Canning and Related
Processes. Woodhead Publishing Series in
Food Science, Technology and Nutrition
(Fouteenth edition) (Vol 3).
Garcia-Arias M.T., Novarro M.P., & Garcia M.C.
(2004). Effect of different thermal treatment
and storage on the proximate composition
and protein quality in canned tuna. Arcivos
Latinoamericanos de Nutricion 54 (1): 112 –
117.
Ismail M. et al. (2013). Optimizing the sterilization
process of canned food using temperature
distribution studies. IOSR Journal of
Agriculture and Veterinary Science (IOSR-
JAVS), 6(4), 26–33.
Muchtadi D. (2010). Teknik Evaluasi Nilai
Gizi Protein. Penerbit Alfabeta.Bandung.
Murniyati A.S. & Sunarman. (2004). Pendinginan
Pembekuan Dan Pengawetan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta
Sudarmadji dkk. (2007). Analisa Bahan Makanan
Dan Pertanian. Liberti. Yogyakarta.
Wahyuningsih & Nur F.H. (2008). Keamanan
Pangan Pengembangan Pengolahan Ikan
Kaleng. Laporan Mata Kuliah
Pengembangan Produk Baru. Fakultas
Pertanian Iniversitas Soedirman Purwokerto.
Winarno F.G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

273

Anda mungkin juga menyukai