Susi Heryani*, Ning Ima Arie Wardayanie, Tita Aviana dan Reno Fitri Hasrini
Riwayat Naskah: ABSTRAK: Jamur tiram putih mempunyai kandungan gizi yang tinggi serta memiliki protein
dan serat menyerupai daging. Namun jamur tiram putih mempunyai kadar air tinggi
Diterima: Oktober 2020 sehingga mudah rusak. Pengolahan jamur tiram putih menjadi sosis kering dan
Direvisi: Desember 2020
Disetujui: Desember 2020
pengamatan kondisi penyimpanan terhadap kualitas sosis kering belum ada yang
melakukan. Tujuan penelitian ini mempelajari pengaruh beberapa kondisi penyimpanan
terhadap kualitas sosis kering jamur tiram putih. Sosis kering jamur tiram putih disimpan
pada inkubator suhu 25, 35, 45 dan 55 oC. Sampel sosis kering jamur tiram putih dianalisis
kadar air, asam lemak bebas (ALB) dan a w setiap 14 hari sekali selama 56 hari. Suhu
penyimpanan selama 56 hari mempengaruhi kadar air dan a w sosis kering jamur tiram
putih. Semakin tinggi suhu penyimpanan dan semakin lama penyimpanan maka kadar air
makin rendah dan aw makin rendah. Sedangkan waktu penyimpanan mempengaruhi ALB
dan aw. Semakin lama waktu penyimpanan maka ALB semakin tinggi dan a w semakin turun.
ALB tidak dipengaruhi suhu penyimpanan dan kadar air tidak dipengaruhi waktu simpan.
Semua kondisi penyimpanan masih memenuhi syarat mutu SNI produk pangan kering.
Kata kunci: asam lemak bebas, aw, jamur tiram putih, kadar air, sosis kering
ABSTRACT: White oyster mushrooms have high nutritional content and similar with meat.
However, white oyster mushrooms have high water content so they are easily decay.
Processing of white oyster mushrooms into dry sausages and observation of storage
conditions on the quality of dry sausages has not been done. The aim of this study was
studying the effect of several storage conditions on the quality of dry white oyster
mushroom sausage for 56 days. Dried sausages were stored in incubators at 25, 35, 45 and
55 oC for 56 days. Samples of dried sausage were analyzed for water content, free fatty
acids (FFA) and aw every 14 days for 56 days. Storage temperature for 56 days affects the
moisture content and aw white oyster mushroom dry sausage. The higher the storage
temperature and the longer the storage, the lower the water content and the lower the aw.
Meanwhile, the storage time affects ALB and a w. The longer the storage time, the higher the
ALB and the lower the aw. ALB is not affected by storage temperature and moisture content
is not affected by storage time. All storage conditions still qualify the Indonesian National
Standard quality requirements for dry food products.
Keywords: free fatty acid, aw white oyster mushroom, water content, dried sausage
*
Kontributor utama
Email korespondensi: ssheryani@yahoo.com
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Warta IHP/Journal of Agro-based Industry Vol.37 (No.2) 12 2020: 180-186
Halaman | 181
1. Pendahuluan dan 7,64 g serat pangan per 100 g sehingga dapat diklaim
sebagai kaya protein dan serat pangan (Ambari, Anwar, &
Salah satu jamur konsumsi yang populer dengan Damayanthi, 2014). Kemudian rasio jamur tiram dan otak
kelezatan rasanya adalah jamur tiram putih (Pleurotus sapi sebesar 50:50 menghasilkan sosis dengan tekstur,
ostreatus). Jamur ini dibudidayakan dalam bangunan proksimat dan uji organoleptik terbaik (Prisilia,
tertutup yang disebut kumbung dalam wadah yang Praptiningsih, & Fauziah, 2017). Lalu sosis daging ayam
disebut baglog (Fatmawati, 2017). Nama lain jamur tiram broiler yang disubstitusi jamur tiram putih masih dapat
adalah shimeji dan oyster mushroom. Jamur tiram putih diterima secara organoleptik (Irawati, Warnoto, &
mempunyai ciri fisik tudungnya menyerupai bentuk tiram Kususiyah, 2015). Penelitian pengaruh suhu
dan batangnya berada sedikit di pinggir. Jamur tiram penyimpanan terhadap sosis banyak dilakukan terhadap
putih membentuk rumpun yang terdiri dari beberapa sosis sapi. Menurut Wardhani (2016) sosis siap santap
cabang (Laksono, 2019). Jamur tiram putih berwarna sebaiknya dikonsumsi sebelum hari ke-4 penyimpanan
o
putih pucat dan lebih menyukai suhu dingin (Nasution, baik penyimpanan pada suhu 6-10 C ataupun pada suhu
o
2016). 27– 35 C.
Kandungan gizi jamur tiram putih cukup lengkap yaitu Pembuatan sosis kering dari jamur tiram putih
protein 17-41 %, karbohidrat 37-38 %, lemak 0,5-5%, dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah jamur tiram
serat 24-31%, mineral 4-10% dan kadar air 85-87% putih yang kaya gizi namun mudah rusak. Selain itu jamur
(Khan, 2010). Protein dari jamur tiram putih tiram putih mempunyai rasa yang gurih dan serat mirip
mengandung asam amino esensial dan non-esensial yang daging sehingga cocok diolah menjadi sosis kering.
lengkap sehingga memiliki kualitas yang baik (Kim et al. Produk sosis kering dipilih karena belum ada yang
2014). Karbohidrat dan serat pada jamur tiram putih melakukan, lebih praktis dalam mengonsumsi, lebih
terdiri dari berbagai senyawa monosakarida, mudah penyimpanannya dan lebih panjang umur
oligosakarida, polisakarida cadangan dan glukan, yang simpannya. Tujuan penelitian ini mempelajari pengaruh
mempunyai peranan penting pada saluran pencernaan kondisi penyimpanan (suhu dan waktu) terhadap kadar
(Kalač, 2012). Tubuh dari jamur tiram putih juga kaya air, ALB dan aw sosis kering jamur tiram putih.
vitamin terutama riboflavin (vitamin B2), niasin, folat,
serta sejumlah kecil vitamin C, B1, B12, D dan E (Kalač, 2. Bahan dan Metode
2012). Beberapa komponen aktif jamur tiram putih yang
mempunyai aktivitas biologis adalah protein larut air dan 2.1. Bahan
polisakarida yang bersifat antikanker (De Silva et al.
2013), pleuran (β-D-Glukan) sebagai immunomodulator Bahan utama dalam penelitian ini adalah jamur tiram
(Jesenak et al. 2013), antioksidan (Zhang et al. 2012), putih (Pleurotus ostreatus) yang diperoleh dari produsen
antitumor (Silva et al. (2012) dan antibakteri (Vamanu jamur tiram di Bogor. Bahan penolong yaitu garam, gula
(2012), dan lektin sebagai antioksidan (Mitra, Khatua, & pasir, ketumbar, bawang putih, lada, putih telur, gula,
Acharya, 2013). tepung tapioka dan minyak nabati. Bahan kimia untuk
Jamur tiram putih mempunyai manfaat yang besar, analisis.
namun dengan kadar air yang tinggi, jamur tiram mudah
berubah warna, keriput dan rusak. Untuk meningkatkan 2.2. Alat
nilai tambahnya, jamur tiram putih dapat diolah menjadi
produk olahan yang disukai masyarakat. Sosis adalah Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
produk pangan olahan daging halus dan tepung atau pati food processor (Phillips), selongsong sosis tipe Miniralen,
dengan penambahan bumbu, bahan tambahan makanan jenis plastic Polyamide, kompor (Rinnai), panci perebus,
yang dibungkus dengan selongsong sosis (Herlina, wadah, mesin pencetak sosis merk Fomac dengan
Darmawan, & Rusdianto, 2015). Sedangkan sosis kering kapasitas 2 kg, biuret, erlenmeyer, aw meter, dan oven
adalah sosis dari daging curing dan melalui proses (Memmert) dengan kisaran suhu 30 – 200 C.
o
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Sitasi: Heryani, S., Wardayanie, N.I.A., Aviana, T., & Hasrini, R.F. (2020). Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kualitas Sosis Kering Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus). Warta IHP, 37 (2), 180-186
Halaman | 182
diproses kembali hingga membentuk adonan yang penyimpanan, maka kadar air sosis kering pada hari ke-
homogen. Selanjutnya adonan dimasukkan ke selongsong 14, 28, 42 dan 56 tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini
sosis berdiameter 17,18 mm dengan panjang 10 cm menunjukkan bahwa kadar air lebih dipengaruhi oleh
menggunakan mesin pencetak sosis, lalu sosis direbus suhu daripada waktu.
pada suhu 80 ºC hingga mengapung selama 15 menit. Selama penyimpanan sosis kering terjadi perubahan
Produk sosis yang sudah jadi didinginkan selama 30 kadar air baik yang disimpan pada suhu 25, 35, 45
menit lalu dipotong tipis 0,5 cm dan dioven selama 12 jam maupun 55 oC. Kadar air awal produk sosis kering
dengan suhu 60 oC, dinginkan dan dikemas dengan plastik sebesar 3,69%, dimana kadar air ini sesuai dengan kadar
PP (polipropilena). air produk-produk kering seperti keripik kentang, keripik
singkong, keripik tempe, makanan ringan ekstrudat yang
2.3.2. Penyimpanan pada kondisi perlakuan sebesar 4% (SNI 4031:2018; SNI 4035:2018; SNI
2602:2018; SNI 2886:2015), atau keripik buah dan
Sosis kering jamur tiram putih disimpan pada 4 biskuit sebesar 5%) (SNI 8370:2018; SNI 2973:2018).
kondisi penyimpanan selama 56 hari. Kondisi Pada penyimpanan sosis kering selama 56 hari, kadar air
penyimpanan paling lama 56 hari berdasarkan studi mengalami perubahan untuk sosis kering yang disimpan
literatur (Asiah, Cempaka, & David, 2018). Empat kondisi pada keempat suhu tersebut. Kurva laju penurunan kadar
penyimpanan itu adalah inkubator suhu 25, 35, 45 dan 55 air paling stabil berada pada suhu 45 ºC dan hari ke-45
ºC. Sampel sosis kering jamur tiram putih dianalisis pada yaitu kadar air cenderung mengalami penurunan dari
setiap kondisi penyimpanan setiap 14 hari sekali. 3,69±0,30% berturut-turut menjadi 3,69±0,06; 4,28±0,02;
3,74±0,35 dan 3,83±0,35%. Pada penyimpanan suhu 55
oC, kadar air sosis kering cenderung mengalami
2.3.3. Analisis
penurunan dari 3,69±0,30% menjadi 3,21±0,21% pada
Analisis yang dilakukan adalah kadar air (AOAC, 2015), akhir penyimpanan (Gambar 1).
kadar asam lemak bebas (AOCS, 2016), dan aw (AOAC,
2015).
6
3. Hasil dan Pembahasan 5
Tabel 1
Kondisi sosis kering dilihat berdasarkan perbedaan suhu
Suhu
25 oC1) 35 oC 45 oC 55 oC
Kadar air (%) 4,61c ± 0,44 5,04d ± 0,25 3,98b ± 0,29 3,35a ± 0,13
ALB (%) 0,29a ± 0,09 0,29a ± 0,10 0,29a ± 0,12 0,31a ± 0,11
Aktivitas air (aw) 0,56c ± 0,032) 0,57c ± 0,03 0,52b ± 0,04 0,49a ± 0,05
Keterangan: 1) Data di dalam tabel adalah rerata 3 ulangan ± standar deviasi; 2) Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf superscript berbeda (a.b)
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Warta IHP/Journal of Agro-based Industry Vol.37 (No.2) 12 2020: 180-186
Halaman | 183
Tabel 2
Kondisi sosis kering dilihat berdasarkan perbedaan waktu
Waktu
Hari ke-141) Hari ke-28 Hari ke-42 Hari ke-56
Kadar air (%) 4,12a ± 0,51 4,35a ± 0,81 4,15a ± 0,60 4,35a ± 0,90
ALB (%) 0,34b ± 0,02 0,21a ± 0,01 0,21a ± 0,23 0,42c ± 0,04
Aktivitas air (aw) 0,52a ± 0,01 0,56b ± 0,04 0,55b ± 0,03 0,50a ± 0,08
Keterangan: 1) Data di dalam tabel adalah rerata 3 ulangan ± standar deviasi; 2) Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf superscript
berbeda (a.b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05)
Peningkatan kadar air pada produk pangan dalam serta 8% untuk kerupuk beras yang sudah digoreng
kemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (SNI 01-4307-1996). Jika SNI Keripik Kentang dan
permeabilitas bahan kemasan terhadap uap air, sifat Singkong yang dijadikan acuan maka pada produk
higroskopis bahan pangan yang dikemas dan tingkat sosis jamur kering yang disimpan pada suhu 35 oC
kelembaban udara lingkungan terhadap produk dan 45 oC telah mencapai batas umur simpannya
pangan maupun kondisi suhu lingkungan pada penyimpanan hari ke-14, sedangkan pada suhu
penyimpanan (Kusnandar, Adawiyah & Fitria, 2010; 25 oC, batas penyimpanan sosis kering sampai hari
Wulandari, Waluyo, & Novita, 2013). Selama ke-28.
penyimpanan pada suhu 25 oC, 35 oC dan 45 oC,
kadar air sosis kering cenderung mengalami 3.2. Perubahan nilai asam lemak bebas selama
peningkatan. Menurut Kusnandar et al. (2010), penyimpanan
produk kering seperti biskuit yang memiliki kadar
air dan aw yang rendah, kerusakannya dihubungkan Hasil uji statistik kadar ALB pada semua suhu
dengan penyerapan uap air dari udara yang penyimpanan tidak berbeda nyata (Tabel 1),
melewati kemasan. Produk sosis kering juga sedangkan kadar ALB pada hari penyimpanan pada
termasuk produk kering yang memiliki kadar air hari ke-14 secara signifikan berbeda jika
yang rendah, dan juga mengalami kenaikan kadar air dibandingkan dengan hari ke-28, 42 dan 56 (Tabel
selama penyimpanan. Kenaikan kadar air ini dapat 2). Gambar 2 menunjukkan bahwa semua
dilihat baik pada penyimpanan suhu 25, 35 maupun penyimpanan pada inkubator suhu 25, 35, 45, dan
45 oC. Puspitasari, Sutan, & Lastriyanto, (2020), 55 ºC menunjukkan kecenderungan kenaikan kadar
melakukan penyimpanan produk keripik kelapa asam lemak bebas (ALB) yang hampir sama. Jadi
pada suhu 25, 35 maupun 45 oC dan kadar air ALB lebih dipengaruhi oleh waktu daripada suhu.
keripik kelapa tersebut cenderung meningkat Kadar ALB pada hari ke-14 cenderung naik, terjadi
selama penyimpanan pada ketiga suhu tersebut. penurunan sampai hari ke 28 dan 42, lalu naik
Penyimpanan pada inkubator suhu 55 oC, drastis sampai hari ke-56. Namun jika dilihat dari
menyebabkan penurunan kadar air sosis kering. Hal dengan lebih seksama, penyimpanan pada inkubator
ini yang disebabkan oleh penggunaan suhu yang suhu 25 ºC cenderung paling stabil dengan kadar
terlalu tinggi untuk penyimpanan produk. ALB paling rendah pada akhir pengukuran yaitu
Penyimpanan suhu tinggi ini menyebabkan 0,38±0,17%, dibandingkan dengan suhu 35, 45, dan
pengaruh proses pengeringan terhadap sosis kering. 55 ºC dengan ALB 0,40±0,17; 0,44 ±0,15; dan
Beberapa produk pangan dikeringkan dengan 0,46±0,14%, berturut-turut.
proses pengeringan pada suhu 50 – 55 oC (Widodo, Parameter ALB diuji untuk mengetahui daya
Panjaitan, & Yuwono, (2015); Priyanto, & Djajati, tahan sosis kering jamur tiram putih terhadap suhu
2020). Berdasarkan penelitian Astuti (2019), penyimpanan. Sosis jamur tiram menggunakan
tepung jamur tiram putih yang dikemas dengan minyak nabati sebesar 8,5%. Minyak ini berpotensi
plastik polietilen cenderung mengalami penurunan untuk menyebabkan ketengikan pada produk sosis
pada penyimpanan suhu 50 oC, yang diduga dengan kering. Selama penyimpanan kualitas sosis
penyimpanan suhu tinggi juga menyebabkan menurun karena hidrolisis dan oksidasi minyak
kandungan air pada tepung menguap. menghasilkan asam lemak bebas. Asam lemak bebas
Selain itu belum ada acuan standar kadar air dapat menurunkan nilai gizi karena kerusakan
maksimum dari produk sosis kering, namun pada vitamin larut lemak dan asam lemak essensial dalam
beberapa jenis produk yang sejenis seperti keripik lemak serta menghasilkan rasa dan bau yang tidak
(BSN, 1996a; BSN, 1996b; BSN, 1996c), kadar air enak (Waraho, McClements & Decker, 2011).
maksimum adalah 4 % untuk keripik kentang (SNI
4031:2018) dan keripik singkong (SNI 4035:2018)
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Sitasi: Heryani, S., Wardayanie, N.I.A., Aviana, T., & Hasrini, R.F. (2020). Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kualitas Sosis Kering Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus). Warta IHP, 37 (2), 180-186
Halaman | 184
0,5 T35
T45 3.3. Perubahan nilai aw selama penyimpanan
0,4
T55
0,3 Faktor yang sangat berpengaruh terhadap
penurunan mutu produk pangan adalah perubahan
0,2 kadar air dalam produk. Aktivitas air (aw) berkaitan
erat dengan kadar air, yang umumnya digambarkan
0,1
sebagai kurva isotermis, serta pertumbuhan bakteri,
0 jamur dan mikroba lainnya. Makin tinggi aw pada
0 14 28 42 56 umumnya makin banyak bakteri yang dapat
Waktu penyimpanan (hari) tumbuh, sementara jamur tidak menyukai aw yang
Gambar 2. Perubahan nilai asam lemak bebas (ALB) pada
tinggi (Mataragas et al. 2015). Tabel 1 menunjukkan
beberapa suhu penyimpanan. Keterangan: Data yang ditunjukkan bahwa rata-rata aw pada suhu 25 dan 35 oC tidak
adalah rerata ± standar deviasi (n=3 ulangan); T25: kondisi berbeda signifikan, sedangkan rata-rata aw suhu 25
penyimpanan inkubator suhu 25 oC; T35: kondisi penyimpanan dan 35 oC dengan suhu 45 dan 55 oC saling berbeda
inkubator suhu 35 oC; T45; kondisi penyimpanan inkubator suhu
45 oC; T55: kondisi penyimpanan inkubator suhu 55 oC.
nyata. Sedangkan hasil uji statistik aw pada hari 14
dan 56 serta hari ke-28 dan 42 tidak berbeda nyata
Proses perebusan selama proses pembuatan sosis (Tabel 2). Dari hasil pengujian tersebut
kering jamur tiram putih akan mengakibatkan menunjukkan aw dipengaruhi oleh suhu dan waktu
terjadinya hidrolisis dan oksidasi terhadap penyimpanan.
trigliserida menghasilkan asam lemak bebas,
digliserida, monogliserida, dan gliserol yang 0,8
diindikasikan dari angka asam lemak bebas. 0,7
Inkubator suhu 55 oC menghasilkan ALB paling
0,6
tinggi daripada suhu penyimpanan lainnya karena
Aktivitas air (aw)
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Warta IHP/Journal of Agro-based Industry Vol.37 (No.2) 12 2020: 180-186
Halaman | 185
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved
Sitasi: Heryani, S., Wardayanie, N.I.A., Aviana, T., & Hasrini, R.F. (2020). Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kualitas Sosis Kering Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus). Warta IHP, 37 (2), 180-186
Halaman | 186
Jesenak, M., Majtan, J., Rennerova, Z., Kyselovic, J., Puspitasari, E., Sutan, S. M., & Lastriyanto, A. (2020).
Banovcin, P., & Hrubisko, M. (2013). Pendugaan Umur Simpan Keripik Kelapa
Immunomodulatory effect of pleuran (β-glucan (Cocos nucifera L.) Menggunakan Metode
from Pleurotus ostreatus) in children with Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) Model
recurrent respiratory tract infections. Pendekatan Persamaan Arrhenius. Jurnal
International Immunopharmacology, 15(2), Keteknikan Pertanian Tropis dan
395–399. Biosistem, 8(1), 36-45.
Kalač, P. (2012). A review of chemical composition Putri, A.I., Hervelly, D.S., & I. S. Nurminabari. (2016).
and nutritional value of wild-growing and Pendugaan Umur Simpan Keripik Tempe yang
cultivated mushrooms. Journal of the Science Dikemas dengan Berbagai Jenis Kemasan dan
of Food and Agriculture, 93(2), 209–218. Disimpan pada Suhu Penyimpanan Berbeda.
Khan, M.A. (2010) Nutritional composition and Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan.
Hypocholesterolemic effect of mushroom: Silva, S., Martin, S., Karmali, A., & Rosa, E. (2012)
Pleurotus sajor-caju and Pleurotus florida. LAP Production, purification and characterization
Lambert Academic publishing Gmbh &co. KG: of polysaccharides from Pleurotus ostreatus
Saarbrucken, Germany 1-11. with antitumor activity. The Journal of the
Kim, J.T., Kim, M.J., Jhune, C.S., Shin, P.G., Oh, Y.L., Yoo, Science of Food and Agriculture, 92: 1826-
Y.B., et al. (2014). Comparison of amino acid 1832.
and free amino acid contents between cap and Tan, C.H., Ariffin, A. A., Ghazali, H. M., Tan, C.P.,
stipe in Flammulina velutipes and Pleurotus Kuntom, A., & Choo, A. C.Y. (2017). Changes in
ostreatus. Journal of Mushroom, 12 (4), 341- oxidation indices and minor components of
349. low free fatty acid and freshly extracted crude
Kusnandar, F., Adawiyah D.R., & M. Fitria. (2010). palm oils under two different storage
Pendugaan umur simpan produk biskuit conditions. Journal of Food Science and
dengan metode akselerasi berdasarkan Technology, 54(7), 1757–1764.
pendekatan kadar air kritis. Jurnal Teknologi Vamanu, E. (2012). In Vitro antimicrobial and
dan Industri Pangan, 21(2), 97-104. antioxidant activities of ethanolic extract of
Laksono, R.A. (2019). Uji daya hasil jamur tiram lyophilized mycelium of Pleurotus ostreatus
putih (Pleurotus ostreatus) akibat aplikasi jenis PQMZ91109. Molecules, 17: 3653-3671.
nutrisi alternatif dengan pendekatan Waraho, T., McClements, D. J., & Decker, E. A. (2011).
bioklimatik di kabupaten Karawang. Jurnal Impact of free fatty acid concentration and
Kultivasi, 18(3), 942-951. structure on lipid oxidation in oil-in-water
Mataragas, M., Rantsiou, K., Alessandria, V., & emulsions. Food Chemistry, 129(3), 854–859.
Cocolin, L. (2015). Estimating the non-thermal Wardhani, SMD. 2016. Pengaruh Suhu Dan Waktu
inactivation of Listeria monocytogenes in Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Bakteri
fermented sausages relative to temperature, Staphylococcus aureus Pada Makanan Sosis
pH and water activity. Meat Science, 100, 171– Siap Santap di Medan. Program Studi S2 Ilmu
178. Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Mitra, P., Khatua, S., & Acharya, K. (2013). Free Masyarakat Universitas Sumatera
radical scavenging and NOS activation Utara.Widodo, R., Panjaitan, T. W. S., &
properties of water soluble crude Yuwono, I. (2015). Karakterisasi bakso kering
polysaccharides from Pleurotus ostreatus. kaya protein dari marine beef dengan
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical substitusi tepung suweg. HEURISTIC: Jurnal
Research, 6(3): 67-70. Teknik Industri, 12(02).
Nasution, J. (2016). Kandungan karbohidrat dan Winarno, F. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi.
protein jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
pada media tanam serbuk kayu kemiri Wulandari, A., S. Waluyo, & D.D. Novita. (2013).
(Aleurites moluccana) dan serbuk kayu Prediksi umur simpan kerupuk kemplang
campuran. Jurnal Eksakta, 1, 38-41. dalam kemasan plastik polipropilen beberapa
Prisilia, F.H., Yhulia Praptiningsih, Y., & Riska Rian ketebalan. Jurnal Teknik Pertanian Lampung,
Fauziah, R.R. (2017). Karakteristik sosis 2(2), 105- 114.
berbahan baku campuran jamur tiram putih Zhang, Y.X., Dai, L., Kong, X.W., & Chen, L. (2012).
(Pleurotus ostreatus) dan otak sapi. Jurnal Characeterization and in vitro antioxidant
Agroteknologi, 11 (2), 117-127. activities of polysaccharides from Pleurotus
Priyanto, A. D., & Djajati, S. (2020). Formulasi sosis ostreatus. International Journal of Biological
dari kerang hijau dan tepung tempe dengan Macromolecules, 51(3): 259-265.
variasi konsentrasi air dan agar-alginat. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 7(4), 1-11.
© Warta IHP; P-ISSN 0215-1243; E-ISSN 2654-4075; No. Akreditasi: 10/E/KPT/2019; 2020; All rights reserved