OLEH :
KELOMPOK 10
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Kata Pengantar
Segala puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
paper ini. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Agus
Slamet Duniaji,M.Si. yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengolahan urutan dengan perbedaan formulasi.
2. Untuk mengetahui formulasi yang terbaik dari pengolahan urutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua
produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya (Soeparno, 2005). Lawrie (2003) mendefinisikan daging
sebagai sesuatu yang berasal dari hewan termasuk limpa, ginjal, otak serta
jaringan lain yang dapat dimakan. Soeparno (2005), menjelaskan lebih
lanjut keadaan fisik daging dapat dikelompokkan menjadi daging segar
yang dilayukan atau tanpa pelayuan, daging yang dilayukan kemudian
didinginkan (daging dingin), daging yang dilayukan, didinginkan,
kemudian dibekukan (daging beku), daging masak, daging asap dan
daging olahan. Daging yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah
daging sapi, daging domba, daging babi, daging kambing, dan daging
unggas.
Babi merupakan salah satu hewan ternak yang dikembangbiakkan
untuk menghasilkan daging. Babi jenis ini biasa dipasarkan pada umur 5-
12 bulan dengan diambil bagian dagingnya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penimbunan lemak yang berlebihan. Daging babi memiliki
karakteristik yang berbeda dari daging lainnya. Adapun ciri-ciri dari
daging babi adalah: baunya khas, daging lebih kenyal dan mudah
direnggangkan, cenderung berair, warna lebih pucat, harga pasaran lebih
murah dibandingkan daging sapi, seratnya lebih halus daripada daging
sapi, lemaknya tebal dan cenderung berwarna putih, serta elastis.
Kemudian lemak babi juga sangat basah dan sulit dipisah dari dagingnya
(Kumari, 2009).
2.2. Urutan
Urutan merupakan sosis tradisional khas Bali yang merupakan
pangan berbahan dasar daging dan lemak babi dan menggunakan usus babi
sebagai selongsongnya. Urutan berbeda dengan sosis pada umumnya,
urutan memiliki permukaan yang tidak halus serta panjangnya yang dapat
mencapai dua meter tergantung panjang usus yang digunakan. Makanan
asli Bali ini memiliki karakteristik yang khas karena formulasi dan jenis
bumbu yang berbeda dari sosis terfermentasi lainnya (Antara, 2002).
Urutan dibuat dari campuran potongan kecil daging dan lemak yang
dicampur dengan bumbu (bawang putih, kunyit, kencur, cabai, lengkuas,
dan merica), garam, dan gula, kemudian dimasukkan ke dalam usus yang
sudah dibersihkan, dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2-5
hari. Formulasi bumbu yang digunakan dalam pembuatan urutan sangat
beragam tergantung daerah dan masyarakat yang membuatnya. Empat
jenis bumbu yang umum digunakan dan beragam adalah bawang putih,
kencur, kunyit, dan lengkuas, dengan takaran yang sangat bervariasi.
Ekstrak dari bumbu tersebut ada yang bersifat bakterisidal dan
bakteriostatik, salah satunya kunyit.
Urutan terfermentasi memiliki daya simpan lebih panjang
dibandingkan dengan urutan tanpa fermentasi. Hal ini disebabkan karena
bakteri asam laktat yang ada secara alamiah dalam bahanbahan urutan
memegang peranan penting dalam produksi urutan terfermentasi. Aktivitas
bakteri asam laktat akan menghasilkan asam laktat melalui metabolisme
karbohidrat. Dihasilkannya asam laktat menyebabkan pH daging turun dan
mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen dan
pembusuk. Disamping menghasilkan asam laktat, beberapa jenis bakteri
asam laktat mampu menghasilkan bakteriosin, sehingga produk daging
menjadi lebih awet dan aman untuk dikonsumsi (Dewi, 2005). Fermentasi
terjadi secara alami pada saat pengeringan. Urutan diproduksi melalui
fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat (BAL), khamir dan kapang.
Keunggulan urutan dan sosis terfermentasi pada umumnya yaitu memiliki
pH, aW dan kadar air yang rendah sehingga daya simpannya lebih lama,
walaupun dilakukan penyimpanan pada suhu ruang. Bakteri Asam Laktat
yang tumbuh secara dominan selain dapat menghambat pertumbuhan
mikroba pembusuk dan patogen, juga menghasilkan flavour dan citarasa
khas (Lactospore,2003).
2.3. Yoghurt
Yoghurt adalah suatu produk olahan yang merupakan fermentasi
dari susu yang telah lama dikenal dan memiliki rasa asam yang spesifik.
Yoghurt dapat dibuat dari susu yang telah dihomogenisasi, susu berkadar
lemak rendah atau susu skim dengan penambahan susu skim (Abubakar et
al, 1998). Susilorini dan Sawitri (2007) menyatakan bahwa Yoghurt
merupakan produk olahan susu dari hasil fermentasi kedua dari Bakteri
Asam Laktat (BAL) sebagai starter, yakni Streptococcus thermophilus dan
Lactobacillus bulgaricus yang hidup bersimbiosis. Yoghurt plain
mengandung bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus (BAL) yang dapat digunakan sebagai starter dalam proses
fermentasi.
2.4. Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan salah satu tanaman
yang digunakan untuk pengobatan tradisional oleh nenek moyang kita
sejak lama (Hemani, 2002). Tanaman kunyit ini salah satu tanaman yang
mudah didapat, murah. Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah-
rempah yang berfungsi sebagai anti bakteri, baik bakteri Gram positif
maupun Gram negatif seperti : Staphylococcus aureus, Bacillus cereus,
Bacillus subtilis, Escherichia coli, Shigella dysentriae, Salmonella typhi
dan sebagainya.
III. METODE
Daging merupakan jaringan otot hewan dari hewan yang telah disembelih
dan telah mengalami perubahan post-mortem. Hewan yang umumnya diambil
dagingnya untuk dikonsumsi adalah hewan ternak, seperti sapi, babi, kambing,
domba dan kerbau. Namun di beberapa negara sumber daging juga berasal dari
hewan seperti unta, kangguru, rusa, kuda dan juga reptile.
Dari jurnal yang kami dapatkan ada dua perlakuan pada fermentasi urutan
yang dilakukan yaitu pada jurnal yang pertama dilakukan penambahan kunyit dan
di jurnal kedua dilakukan fermentasi urutan menggunakan yoghurt. Setelah
dilakukan fermentasi diamati perubahan mikrobiologis dari urutan yang telah
dihasilkan.
Urutan merupakan produk pangan lokal Bali sejenis sosis yang diolah
dengan atau tanpa fermentasi
Pada paper ini terdapat dua perlakuan pada fermentasi urutan yang
dilakukan yaitu pertama dilakukan penambahan kunyit dan kedua
dilakukan fermentasi urutan menggunakan yoghurt.
Parameter yang diamati adalah perubahan mikrobiologis dari urutan yang
telah dihasilkan.
Penambahan kunyit mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan BAL
yang dapat memacu pertumbuhannya sehingga terjadi penurunan pH pada
24 fermentasi
Fermentasi urutan dengan memanfaatkan yoghurt sebagai starter
mengalami peningkatan total mikroba, penurunan E-coli, peningkatan total
asam dan penurunan pH.
DAFTAR PUSTAKA