Kelompok 4
Ida Ayu Putu Jasmine C. D 1610511047
Clara Sania Krisanta 1610511048
Dara Widya Yudhistira H. S 1610511049
Vina Prilatmi Anggraeni 1610511050
P. I Made Cahyana 1610511052
Lenovia Idha Pola Sitohang 1610511055
Michelle Olivia Isabela 1610511059
Clara Vita Marlina 1610511062
Novita Aristha Anggreni 1610511063
I Gusti Agung Anggi Putri 1610511064
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini,sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengolahan buah menjadi manisan basah
2. Mahasiswa mendapatkan suatu formula manisan basah mangga yang dapat diterima
panelis
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangga
Tanaman mangga (Mangifera indica ) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan.
Mangga yang berasal dari pulau Kalimantan negara Indonesia adalah kebemben/kweni
(Mangifera foetida). Tanaman ini merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik di
daerah beriklim kering (Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2008). Mangga merupakan salah satu buah tropis yang populer.
Pembudidayaaan buah mangga telah meluas ke berbagai belahan dunia. Jenis yang
banyak ditanam di Indonesia adalah Mangifera indica L. dan Mangifera foetida.
Mangifera indica L yaitu meliputi mangga arumanis, mangga golek, mangga gedong,
mangga manalagi dan mangga cengkir (mangga indramayu). Mangifera foetida yaitu
meliputi mangga kemang dan mangga kweni (Pracaya, 2005).
Morfologi pohon mangga terdiri dari akar, batang, daun dan bunga (Pracaya,
2005). Buah mangga relatif besar, bentuknya bulat panjang, bijinya besar dan pipih
diliputi oleh daging yang tebal dan lunak serta enak dimakan. Buah yang matang
bewarna merah, kuning atau hijau kebiruan, dan beraroma harum. Rasanya masam
hingga manis tergantung varietasnya. Daging buah lembek, berair, dan berserat halus
hingga berserat kasar. Buah mangga merupakan buah musiman sehingga 20% dari
buah kini diolah menjadi beberapa produk seperti puree, minuman, asinan, manisan,
dikalengkan, chutney, mangga beku dan produk dehidrasi (rendah air) (Ramteke dan
Elipeson, 1997). Produk-produk tersebut sangat populer terlebih di pasar Amerika
Serikat dan negara Eropa (Abdalla et al., 2007).
3.2 Bahan
a. Mangga
b. Gula pasir
c. Garam
= 77,57%
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
=3
Tabel 2. Hasil Pengamatan Hedonik Warna
Skor
Kriteria Mutu
048 049 050 055 063
Suka √ √
Agak Suka √
Biasa
Agak Tidak Suka √ √
Tidak Suka
Rerata 3,6
Keterangan :
Warna Suka =5
Warna Agak Suka =4
Warna Biasa =3
Warna Agak Tidak Suka =2
Warna Tidak Suka =1
Perhitungan :
Skor pada panelis (048+049+050+055+063)
Rerata = 5
2+5+2+5+4
= 5
= 3,6
= 4,4
= 4,6
= 4,6
= 4,4
Tabel 7. Hasil Rerata Dari Pengamatan Manisan Buah
Pengujian Kel. I Kel. II Kel. III Kel. IV Kel. V
Rendemen 149,63% 55,3% 147% 77,57% 81%
Hedonik Warna 4,2 4,8 4,2 3,6 4,2
Hedonik Aroma 4,8 4,8 4,4 4,4 4
Hedonik Tekstur 5 5 4,6 4,6 4,2
Skoring Tekstur 3 3 3 3 4,4
Hedonik Rasa 5 5 5 4,6 4,2
Hedonik Penerimaan
5 5 4,6 4,4 4,2
Keseluruhan
4.2 Pembahasan
Pada saat pengolahan manisan dipergunakan garam. Penambahan garam ini
berfungsi untuk memperbaiki tekstur dari mangga yang dipergunakan. Namun, pada
penambahan garam setiap kelompok berbeda. Hal ini berfungsi untuk mengetahui
tekstur manisan mangga yang akan dihasilkan tegar atau tidak.
Pada pengolahan manisan buah basah ini dilakukan pembagian kelompok
menjadi 5 kelompok dengan antar kelompok menggunakan konsentrasi garam yang
berbeda–beda. Di mana, kelompok 1 mengguanakan garak 0%, kelompok 2
menggunakan garam 2%, kelompok 3 menggunakan garam 4%, kelompok 4
menggunakan garam 6%, kelompok 5 menggunakan garam 8%. Untuk hasil rerata
sensoris secara hedonik pada warna, rasa, aroma, tekstur, dan penerimaan keseluruhan;
serta rerata sensoris secara skoring pada tekstur yang diperoleh dari setiap kelompok
dapat dilihat pada Tabel 7.
Garam yang dipergunakan untuk merendam mangga saat pengolahan manisan
buah basah yaitu CaCl2. Hal ini dikarenakan Ion kalsium juga dapat memperkuat
tekstur dan mencegah browning enzimatis karena ion kalsium bereaksi dengan asam
amino sehingga menghambat reaksi pencoklatan (Nur, 2007). CaCl2 dapat
memperkuat tesktur dikarenakan ion kalsium tersebut akan berikatan dengan pektin
membentuk Ca-Pektat/Ca Pektat yang tidak larut dalam air dan akan menghasilkan
tekstur yang keras (Nur, 2009).
Pengamatan sensoris secara skoring pada tekstur dapat dilihat bahwa kelompok
V dengan menggunakan garam sebanyak 8% memiliki skoring tekstur tertinggi yaitu
4,4. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan garam berpengaruh terhadap tekstur dari
manisan mangga tersebut. Skoring tesktur 4,4 termasuk ke dalam kategori tegar. Hal
ini juga menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi garam yang dipergunakan
dalam perendaman maka akan tekstur mangga pada manisan basah akan semakin tegar.
Pengamatan sensoris secara hedonik pada warna, aroma, rasa, tekstur, dan
penerimaan keseluruhan setiap kelompok berbeda. Pada hedonik warna, kelompok II
memiliki tingkat kesukaan yang tertinggi yaitu 4,8 termasuk dalam kategori suka. Pada
hedonik aroma, kelompok I dan II memiliki tingkat kesukaan yang tertinggi yaitu 4,8
termasuk dalam kategori suka. Pada hedonik terkstur, kelompok III dan IV memiliki
tingkat kesukaan yang tertinggi yaitu 4,6 termasuk dalam kategori suka. Pada hedonik
rasa, kelompok IV memiliki tingkat kesukaan yang tertinggi yaitu 4,6 termasuk dalam
kategori suka. Pada hedonik penerimaan keseluruhan, kelompok III memiliki tingkat
kesukaan yang tertinggi yaitu 4,6 termasuk dalam kategori suka. Hal ini disebabkan
karena tingkat penerimaan setiap panelis pada setiap kelompok yang berbeda – beda.
V. KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Pada praktikum pembuatan manisan buah didapatkan nilai skoring tekstur tertinggi
yaitu 4,4 (tegar) dengan penambahan garam 8%. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan garam berpengaruh terhadap tekstur dari manisan mangga tersebut
dimana semakin besar konsentrasi garam yang dipergunakan dalam perendaman maka
akan tekstur mangga pada manisan basah akan semakin tegar. Sedangkan untuk nilai
hedonik warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan didapatkan nilai yang
beragam berdasarkan tingkat penerimaan setiap panelis pada setiap kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, M. M. and El-Khoshiban N. H. 2007. The Influence of Water Stress on
Growth, Relative Water Content, Photosynthetic Pigments, Some Metabolic and
Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars. Journal of Applied
Sciences Research 3(12): 2062-2074.
Firnia, Nanda. 2012. Proses Produksi Manisan Basah Pare “SANRE”. [Laporan Tugas
Akhir]. Diakses pada 2 November 2019 https://digilib.uns.ac.id/dokumen/
download/26747/NTY2ODA=/Proses-produksi-manisan-basah-pare-sanre-abstrak.
pdf.
Margono, Tri, dkk. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan http://www.ristek.go.id.
Diakses: 16 Juni 2010.
Nur, Hidayat. 2007. Manisan Buah. Diakses pada tanggal 2 November 2019.
https://ptp2007.wordpress.com/2007/12/09/manisan-buah/.
Nur, Hidayat. 2009. Pengembangan Produk Dan Teknologi Proses. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan 20 (1).
Pracaya. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 471 hlm.
Royaningsih, S, 1999. Pembuatan Manisan Buah-Buahan, http://ejurnal.bppt.go.id/
digilib/sampul/001804.pdf. diakses tanggal 25 Juni 2016
Sediaoetama, A.D., 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat, 17-20.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Praktikum Sementara
Lampiran 2. Tabel Uji Organoleptik Manisan Buah
Lampiran 3. Berat Awal Bahan Buah
Lampiran 4. Berat Akhir Manisan Buah