Disusun Oleh :
Lina Nuraida ( 2213211028 )
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Pengeringan Bahan Pangan Abon’’. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Pangan.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Daftar Isi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan
pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani)Bahan pangan nabati
adalah bahan-bahan makanan yang berasal dari tanaman (bisa berupa akar, batang, dahan,
daun, bunga, buah atau beberapa bagian dari tanaman bahkan keseluruhannya) atau bahan
makanan yang diolah dari bahan dasar dari tanaman. Bahan pangan hewani merupakan bahan-
bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan dasarnya dari hasil hewan.
Kedua bahan pangan ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memerlukan
penanganan dan pengolahan yang berbeda pula, dalam hal ini yang diuraikan adalah bahan
pangan hewani. Bahan pangan hewani meliputi susu, telur, daging dan ikan serta produk-
produk olahannya yang bahan dasarnya berasal dari hasil hewani. Bahan pangan hewani
memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pangan nabati. Beberapa diantaranya
adalah:
a) Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada bahan pangan
nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya simpan ini terkait dengan
struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung
yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman.
b) Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor
tekanan dari luar.
c) Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa
digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur. Berbeda dengan pangan
nabati yang memiliki kesamaan dalam hal jaringan-jaringan atau komponen-komponen
penyusunnya. Pada bahan pangan hewani, lemak pada daging
terletak pada jaringan lemak, pada susu terletak pada globula-globula lemak dan pada telur
terdapat pada kuning telur.
d) Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak dan bahan
pangan nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, minerallemak dan protein.
Berdasarkan hal di atas maka pengolahan menjadi penting. Pengolahan penting karena dapat
memperpanjang masa simpan, meningkatkandaya tahan, meningkatkan kualitas, nilai tambah
dan sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu roduk menjadi memiliki
daya ekonomi yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Abon
Abon adalah makanan yang yang terbuat dari serat daging hewanPenampilannya
biasanya berwarna cokelat terang hingga kehitam-hitaman dikarenakan dibumbui kecap. Abon
tampak seperti serat-serat kapas, karena didominasi oleh serat-serat otot yang mengering yang
disuwir-suwir. Karena kering dan nyaris tak memiliki sisa kadar air, abon biasanya awet
disimpan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dalam kemasan yang kedap udara. Selain
terbuat dari bahan dasar daging (sapi, kambing, kuda, babi, dan domba), ada beberapa abon
yang pembuatannya memakai bahan dasar dari makanan laut, seperti ikan tuna, ikan lele, ikan
tongkol, belut, dan udang.
Abon biasanya dimakan sebagai lauk taburan di atas nasi, mie pangsit atau bubur ayam,
atau sebagai isi lemper dan biasa pula dimakan langsung seperti memakan atau mengkonsumsi
camilan (cemilan). Di Indonesia, daging yang biasa digunakan untuk membuat abon berasal
dari daging sapi, sehingga orang mengenal 'abon sapi'. Selain daging sapi, bahan lain yang
digunakan adalah ayam, babi, ikan, Kuda, dan kambing. Di China, abon yang paling lazim
adalah abon yang terbuat dari daging babi yang disebut Chousong. Sentra pembuatan abon sapi
di Indonesia saat ini ada di daerah BoyolaliSolo/Surakarta, Ngawi, Nganjuk, Salatiga,
Magelang dan beberapa daerah lain sekitarnya (sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Produksi abon sapi juga bisa di temui di kota Palembang dan Pontianak. Sedangkan sentra
pembuatan abon dari daging babi banyak terdapat di daerah Bali, Sulawesi Utara dan Sumatera
Utara.
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,
ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya.
Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-3707-
1995 disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging,
direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal masyarakat.
Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon merupakan produk nomor
empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan ringan atau lauk yang siap saji. Produk
tersebut sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang diolah
sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering, renyah dan gurih. Pada umumnya
daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani et al,
2007).
Abon adalah makanan terbuat dari daging yang disuwir atau telah dipisahkan seratnya,
kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging yang umumnya digunakan untuk pembuatan
abon adalah daging sapi atau kerbau. Dalam pembuatan abon nyi Upik, prosedur yang
dilakukan sebagai berikut: 1) Penyiapan bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku yang
digunakan adalah daging sapi. Pemilihan bahan baku yaitu terutama dipilih daging sapi bagian
has dalam. Bahan pendukung ynag digunakan meliputi santan kelapa, dan bumbu bumbu yang
terdiri dari: garam, bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, kemiri, gula kelapa dan
gula tebu
2) Preparasi yang meliputi preparasi daging yaitu penghilangan lemak, atau bagian bagian
yang otot yang liat, preparasi santan, yaitu menyiapkan krem santan dan preparasi bumbu
dengan menghaluskan seluruh bumbu kecuali daun salam, lengkuas dan sereh.
3) Pemrosesan Abon. Diawali dengan perebusan daging hingga empuk yang dilanjutkan
dengan penyuwiran dan penumbukan secara partial pada daging yang telah disuwir. Setelah itu
penyangraian bumbu yang telah dihaluskan hingga harum, penambahan santan, dan
penambahan gula. Kemudian dimsak hingga kering. Setelah kering dilakukan penggorengan
dalam minyak yang terendam hingga matang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abon adalah makanan yang yang terbuat dari serat daging hewanPenampilannya
biasanya berwarna cokelat terang hingga kehitam-hitaman dikarenakan dibumbui
kecap. Abon tampak seperti serat-serat kapas, karena didominasi oleh serat-serat otot yang
mengering yang disuwir-suwir. Karena kering dan nyaris tak memiliki sisa kadar air, abon
biasanya awet disimpan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dalam kemasan yang
kedap udara. Selain terbuat dari bahan dasar daging , ada beberapa abon yang
pembuatannya memakai bahan dasar dari makanan laut, seperti ikan tuna, ikan lele, ikan
tongkol, belut, dan udang.
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging yang disuwir-
suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya. Abon termasuk makanan
ringan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak
dulu. Abon dibuat dari daging yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik
kering, renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon
yaitu daging sapi atau kerbau Pemrosesan Abon.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 1995. Abon. SNI 01 -3707 -1995. Dewan Standardisasi
Nasional, Jakarta. Rahmat, M. 2002.
Daya terima dan kualitas abon daging ayam ras petelur afkir goreng dan oven selama
penyimpanan pada suhu kamar. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut petanian Bogor, Bogor.
Sumarsono, J, dan H.A Sirajudin. 2008.
Penentuan lama sentrifuge minyak abon daging sapi. Makalah Seminar Nasional. Fakultas
Pertanian Universitas Mataram, Mataram.