Anda di halaman 1dari 9

Nurlaila , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

2 (2016) : 105-113 105

PENGEMBANGAN PRODUK SOSIS FUNGSIONAL BERBAHAN DASAR IKAN


TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera L)

Nurlaila1), Andi Sukainah2), Amiruddin3)


1Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2 dan 3 Dosen PTP FT UNM

nurlailatahir@rocketmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the nutrition of the fish sausage and the
acceptation of the panellist of the functional fish sausage. This research was done by two
steps which the first step is hedonic test and the second step is chemistry analysis. The
data analysis used Completely Randomized Design and analysis of variances (ANOVA)
which was tested with least significant different test (BNT) in 5% extent. The Result of
research shows that the best of water levels treatment of A3B1 (600gr of fish meat + 5gr of
moringa flour) is 62.77%, protein levels of A3B1 (600gr fish meat + 5gr moringa flour) is
27%, fat levels A1B0 (200gr of fish meat + without moringa flour) is 2.22%.
Keywords: product development, functional sausage, Spanish mackerel fish,
moringa leaves flour

PENDAHULUAN pembungkus/selongsong berbentuk bulat


panjang berupa usus hewan atau
Makanan begitu melimpah dan pembungkus buatan, dimasak atau
bervariasi jenisnya di Indonesia. tanpa dimasak, diasap atau tanpa diasap
Beberapa produk makanan yang (Hadiwiyoto, 1983 dalam Koapaha T,
sekarang ini terus-menerus selalu saja 2009). Pada umumnya sosis dibuat dari
muncul dengan cassing/tampilan baru daging sapi dan ayam akan tetapi, sosis
seperti; sosis, snack ringan, minuman juga dapat dibuat dari daging ikan,
dan lain sebagainya. Sehingga karena kualitas protein daging ikan
masyarakat begitu antusias ketika terus cenderung lebih baik dibandingkan
menerus dijejali produk-produk baru dengan protein daging sapi, selain itu
dalam mengkonsumsinya dan lebih kandungan lemak pada ikan lebih rendah
memilih mengkomsumsi makanan instan dibandingkan dengan lemak daging sapi
siap saji. Pengolahan makanan yang (Trowbrige, 2002 dalam Abrori, 2003).
menggunakan waktu lama dan relatif Pengembangan sosis ikan
rumit mulai ditinggalkan oleh masyarakat fungsional menjadi salah satu alternatif
dikarenakan kesibukannya. Konsumen produk pangan yang kemungkinan
saat ini lebih cendrung mengkomsumsi menjadi pilihan konsumen. Sosis ikan
makanan praktis maupun siap saji fungsional adalah sosis ikan yang
sehingga sosis menjadi salah satu ditambahkan dengan bahan tambahan
produk makanan siap saji yang banyak yang mengandung unsur nutrisi dan
digemari oleh masyarakat. kandungan fungsional yang bermanfaat
Sosis adalah daging lumat yang untuk tubuh.Salah satu bahan tambahan
dicampur bumbu atau rempah-rempah yang dapat ditambahkan dalam
kemudian dimasukkan dalam pengolahan sosis adalah daun kelor.
Nurlaila, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 106

Tanaman kelor yang dikenal METODE PENELITIAN


dengan nama latin moringa oleifera,
yang masuk kedalam famili Alat-alat yang digunakan dalam
moringaceae, di berbagai daerah di penelitian adalah pisau, panci besar,
Indonesia menjadi bahan pangan yang food processor, sendok makan, casing,
kaya akan nutrisi dan banyak dijumpai di sendok teh, timbangan, blender, kompor
pasar-pasar tradisional. Daun yang gas, talenan, benang wol, saringan
banyak digunakan sebagai bahan sayur ayakan, gunting, sarung tangan,
di Sulawesi ini sesungguhnya memiliki timbangan analitik, timbangan 3 Kg,
kandungan gizi yang cukup tinggi karena gelas ukur.
kandungan gizi yang terkandung di Bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam tanaman kelor cukup tinggi dalam penelitian adalah daging ikan
sehingga daun kelor juga dimanfaatkan tenggiri, merica halus, tepung tapioka,
sebagai obat (Anonim 4, 2011). gula pasir, tepung daun kelor, jahe,
Kelor sudah dikenal luas di bawang merah, susu skim, bawang
Indonesia, khususnya di daerah putih, minyak goreng, garam halus, air
pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan es secukupnya.
secara maksimal dalam kehidupan. Di Prosedur penelitian ini dimulai dari
Indonesia pohon kelor banyak ditanam tahap persiapan pada pembuatan sosis
sebagai pagar hidup, ditanam di fungsional berbahan dasar ikan tenggiri
sepanjang ladang atau tepi sawah, dan tepung daun kelor. Persiapan bahan
berfungsi sebagai tanaman penghijau yaitu pemilihan bahan yang berkualitas
selain itu tanaman kelor juga dikenal dan pemimbangan bahan serta
sebagai tanaman obat berkhasiat menyiapkan uji organoleptik berupa
dengan memanfaatkan seluruh bagian angket (hedonic scale scoring) dan
dari tanaman kelor mulai dari daun, kulit panelis semi terlatih untuk pengujian
batang, biji, hingga akarnya (Simbolan et karakteristik sosis fungsional berbahan
al, 2007). dasar ikan tenggiri dan tepung daun
Tepung daun kelor dipilih sebagai kelor. Selanjutnya tahap pelaksanaan
salah satu bahan dalam pembuatan Pengolahan daun kelor menjadi tepung.
sosis karena selain mudah ditemukan, Daun kelor segar dipisahkan dari ranting
harga dari daun kelor tersebut juga dan tangkainya, serta daun yang kuning
cukup terjangkau dan masih perlunya atau rusak dipisahkan dan dibuang, daun
pengolahan lebih lanjut terhadap daun kelor yang telah disortasi dimasukkan
kelor. Penambahan tepung daun kelor kedalam bak pencucian untuk
dalam pembuatan sosis fungisional menghilangkan kotoran, debu, dan
diharapkan dapat meningkatkan nilai lainnya hingga bersih, dilakukan
gizi, dapat diterima oleh panelis dan penirisan agar air yang masih menempel
berpengaruh terhadap sifat kimia sosis pada daun dapat benar-benar hilang,
yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini dilakukan pengeringan di ruang
untukMengetahui sifat organoleptik sosis pengeringan tertutup, daun kelor yang
ikan fungsional berbahan dasar ikan telah kering kemudian dilakukan
tenggiri dan tepung daun kelor dan sifat penepungan dan pengayakan,
kimia sosis ikan fungsional yang selanjutnya pembuatan sosis fungsional.
dihasilkan dari kombinasi ikan tenggiri ikan tengiri yang berkualitas baik
dan tepung daun kelor. dibersihkan dan dicuci dengan air bersih,
Nurlaila , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 107

dilakukan pemisahan antara daging dan Hasil analisa uji hedonik


tulang dengan meggunakan alat Food menunjukkan bahwa secara umum
processor, campurkan daging ikan panelis menerima warna sosis baik
(200g, 400g, 600g), tepung daun kelor perlakuan yang penambahan tepung
(0g, 5g, 10g, 15g), tepung tapioka 75g, kelor maupun tanpa penambahan tepung
bawang merah dan bawang putih yang kelor atau kontrol. Hasil seluruh
telah dihaluskan masing- masing kombinasi perlakuan tersebut diketahui
sebanyak 2%, garam halus 1,5%, perlakuan yang memiliki warna yang
merica halus 0,5%, gula pasir 1,5%, jahe lebih disukai panelis diantara semua
yang telah dihaluskan 0,5%, susu skim perlakuan yaitu warna sosis dengan
2%, minyak goreng 15ml, air es kode sampel A1B0 yaitu formulasi 200 g
secukupnya. (Persentase rempah- daging ikan dan tanpa penambahan
rempah yang digunakan dihitung tepung kelor dalam artian sosis kontrol.
berdasarkan berat daging ikan tenggiri), Data yang diperoleh mempunyai
bahan yang dicampur menjadi adonan kecenderungan menurun dengan
tersebut diaduk-aduk menggunakan meningkatnya persentase penambahan
tangan sambil diremes terus menerus tepung kelor. Kurangnya panelis yang
hingga adonan tercampur dengan menyatakan suka pada perlakuan A1B3
merata, masukkan adonan ke dalam yaitu formulasi 200 g daging ikan dan
casing dan masing-masing ujung casing tepung kelor 15 g disebabkan oleh
diikat yang kuat, perebusan sosis ikan penampakan warna sosis yang
selama 20-30 menit. dihasilkan kurang menarik karena
dengan meningkatnya formulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN penggunaan tepung kelor sehingga
mengakibatkan terjadi perubahan warna
Uji Hedonik yang signifikan dan tidak seperti warna
sosis lainnya yaitu berwarna kehijauan.
Warna Hasil ini menunjukkan semakin banyak
daun kelor yang dicampurkan ke dalam
Warna makanan memiliki peranan adonan, maka warna sosis akan
utama dalam penampilan makanan, semakin hijau. Hal ini karena daun kelor
meskipun makanan tersebut lezat, tetapi mengandung klorofil yang merupakan
bila penampilan tidak menarik waktu zat hijau (Hasanah Hafidhah, 2015).
disajikan akan mengakibatkan selera
orang yang akan memakannya menjadi Aroma
hilang (Putri, 2009). Pengamatan
terhadap warna sosis melibatkan 25 Kelezatan suatu makanan sangat
orang panelis dari kalangan mahasiswa ditentukan oleh faktor aroma, industri
dan dosen. Pengamatan tingkat pangan menganggap sangat penting
kesukaan terhadap warna sosis dalam melakukan uji aroma karena
dilakukan diruang pengujian organoleptik dapat dengan cepat memberikan
dengan menganalisa tekstur warna penilaian produknya disukai atau tidak
sampel yang telah disediakan dan hasil disukai.Aroma adalah faktor paling
analisa dicantumkan pada lembar penting pada suatu produk
kuesioner yang selanjutnya siap untuk pangan.Aroma sukar untuk didefinisikan
dianalisa.
Nurlaila, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 108

secara objektif (Soekarno 1995 dalam dilakukan dengan cara penentuan tingkat
Purwanto, 2001). kusukaan rasa secara sensorik
Pengamatan terhadap aroma berdasarkan sensasi rasa dalam mulut
sosis dilakukan dengan cara penentuan ketika dicicipi menggunaan indera
tingkat kesukaan aroma secara sensorik pengecap.
dengan indera pembau. Dari hasil Hasil pengujian hedonik oleh 25
pengujian hedonik oleh 25 panelis panelis diperoleh rataan terhadap rasa
diperoleh rataan terhadap aroma sosis sosis berkisar antara 3.12 sampai 4.04,
berkisar antara 3.12 sampai 4.20, skor skor tersebut menunjukkan bahwa
tersebut menunjukkan bahwa kesukaan kesukaan panelis terhadap aroma sosis
panelis terhadap aroma sosis diantara di antara suka sampai sangat suka. Skor
suka sampai sangat suka. Skor organoleptik terhadap aroma tertinggi
organoleptik terhadap aroma tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan
diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B1 yaitu formulasi 200 g daging ikan
A1B1 yaitu formulasi 200 g daging ikan dan penambahan 5 g tepung kelor,
dan penambahan 5 g tepung kelor, sedangkan skor organoleptik rasa
sedangkan skor organoleptik aroma terendah diperoleh pada kombinasi
terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan A1B3 yaitu formulasi 200 g
perlakuan A3B0 yaitu formulasi 600 g daging ikan dan 15 g tepung kelor.
daging ikan dan 0 g tepung kelor. Hasil Skor uji organoleptik rasa sosis
tersebut berarti aroma sosis disukai dan cendrung menurun dengan semakin
tidak dijumpai panelis yang menyatakan bertambahnya penggunaan tepung kelor,
penolakan terhadap aroma produk artinya panelis lebih menyukai rasa sosis
(rekapitulasi tingkat kesukaan panelis yang penambahan tepung kelor yang
terlampir). lebih sedikit.Semakin tinggi penambahan
Tingginya tingkat kesukaan aroma tepung kelor pada sosis maka semakin
terhadap sosis dengan kombinasi rendah pula tingkat kesukaan rasa
perlakuan A1B1 disebabkan oleh terhadap sosis. Dita aulia (2015)
rendahnya konsentrasi tepung kelor mengemukakan bahwa Semakin tinggi
yang digunakan. Penggunaan tepung penambahan tepung daun kelor pada
kelor yang terlalu banyak akan suatu bahan makanan maka akan
menurunkan tingkat kesukaan panelis menghasilkan rasa pahit dan warna hijau
terhadap aroma karena memiliki aroma yang dihasilkan membuat perbedaan
khas daun kelor yang berlebihan yang terlihat jelas.
dibandingkan dengan bahan utama.
Tekstur
Rasa
Aspek yang dinilai pada kriteria
Cita rasa merupakan salah satu tekstur adalah kasar serta halusnya
sifat sensori yang penting dalam produk yang dihasilkan. Kemampuan
penerimaan suatu produk pangan. Selain protein untuk menyerap dan menahan air
aroma, pengujian tingkat kesukaan juga mempunyai peranan penting dalam
dilakukan terhadap sosis daging ikan pembentukan tekstur suatu produk
dengan penambahan tepung kelor yaitu pangan Menurut Lawrie (1995), kesan
karakteristik yang meliputi rasa. terhadap tekstur melibatkan tiga aspek,
Pengamatan terhadap rasa sosis yaitu mudah tidaknya gigi berpenetrasi
Nurlaila , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 109

awal ke dalam daging, mudah tidaknya terkandung didalam bahan panga,


daging tersebut dapat dipecah menjadi Sebagian besar perubahan pada bahan
bagian-bagian yang kecil dan jumlah makanan terjadi dalam media air, baik
residu yang tinggal setelah dikunyah. yang ditambahkan maupun yang berasal
Pengamatan terhadap tekstur sosis dari bahan itu sendiri (Winarno, 1988
dilakukan dengan cara penentuan tingkat dalam Purwanto 2001).
kesukaan tekstur secara sensorik Hasil Analisis uji kadar air
berdasarkan sensasi tekanan didalam terhadap formula sosis terbaik
mulut ketika digigit, dikunyah, ditelan dan berdasarkan uji hedonik panelis memiliki
dengan perabaan menggunakan jari. persentase nilai yang berbeda.
Hasil pengujian hedonik oleh 25 Kombinasi perlakuan A1B1 merupakan
panelis diperoleh rataan terhadap tekstur kombinasi perlakuan yang memiliki
sosis berkisar antara 3.06 sampai 4.20, persentase nilai terendah akan tetapi
skor tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis Kadar air terhadap semua
kesukaan panelis terhadap tekstur sosis perlakuan telah memenuhi syarat mutu
diantara suka sampai sangat suka. Skor sosis (SNI 01-3820-1995) yang
organoleptik terhadap tekstur tertinggi menyatakan bahwa nilai kadar air sosis
diperoleh pada kombinasi perlakuan maksimal 67%, sehingga kadar air yang
A1B1 yaitu formulasi 200 g daging ikan dihasilkan sosis fungsional berbahan
dan penambahan 5 g tepung kelor, dasar ikan tenggiri dan tepung daun
sedangkan skor organoleptik tekstur kelor memenuhi persyaratan mutu dan
terendah diperoleh pada kombinasi keamanan bahan pangan.
perlakuan A2B3 yaitu formulasi 400 g
daging ikan dan 15 g tepung kelor. Hasil
tersebut berarti rasa sosis disukai dan
Kadar Air (%)

70
60
tidak dijumpai panelis yang menyatakan 50
40
penolakan terhadap tekstur produk. 30
Tingginya tingkat kesukaan pada 20
10
tekstur sosis dengan kombinasi 0
A1B0 A1B1 A2B1 A3B1
perlakuan A1B1 disebabkan oleh tekstur (200g (200g (400g (600g
sosis yang dihasilkan lebih halus dan DI + 0g DI + 5g DI + 5g DI + 5g
lebih disukai oleh panelis. Semakin TK) TK) TK) TK)
banyak tepung daun kelor yang Perlakuan
ditambahkan dalam adonan emulsi maka
adonan akan semakin padat.(Wilson et
al., 1981). Gambar 1
Kadar air pada sosis formula sosis
Uji Proksimat terbaik

Kadar Air Persentasi kadar air yang


dihasilkan memperlihatkan Semakin
Kadar air pada sosis fungsional meningkat penambahan daging ikan
berbahan dasar ikan tenggiri dan tepung maka semakin tinggi pula jumlah kadar
daun kelor memberikan pengaruh air pada sosis tersebut. Hal ini sejalan
terhadap kadar air sosis. Kadar air dengan pernyataan Soepono (1994)
menunjukkan banyaknya air yang kandungan air sosis tergantung pada
Nurlaila, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 110

jumlah bahan utama yang digunakan,


yang artinya semangkin meningkat

Kadar Protein (%)


30
penambahan bahan utama maka 25
20
kemampuan mengikat air semakin 15
10
meningkat pula, fungsi air untuk 5
0
meningkatkan keempukan daging, A1B0 A1B1 A2B1 A3B1
melarutkan protein yang mudah larut (200g (200g (400g (600g
dalam air, berperan sebagai fase kontinu DI + 0g DI + 5g DI + 5g DI + 5g
dari emulsi daging, menjaga temperature TK) TK) TK) TK)
produk. Perlakuan
Kadar air sosis menentukan daya
awet bahan pangan tersebut, kadar air Gambar 2
yang terlalu tinggi mengakibatkan Kadar protein pada sosis formula sosis
mudahnya mikroorganisme untuk terbaik
berkembang biak sehingga akan terjadi
perubahan baik dari segi warna, aroma, Persentasi kadar protein yang
rasa dan tekstur. Hal ini sesuai dengan dihasilkan memperlihatkan Semakin
makin rendah kadar air, makin lambat meningkat penambahan daging ikan
pertumbuhan mikroorganisme maka semakin tinggi pula jumlah kadar
berkembang biak, sehingga proses protein pada sosis tersebut. Hal ini
pembusukan akan berlangsung lebih sependapat dengan Novia (2011) bahwa
lambat (Winarno, 2002). kadar protein sosis dengan
penambahan daging ikan akan
Kadar Protein mengalami kenaikan, sehingga semakin
besar penambahan daging ikan akan
Hasil Analisis uji kadar protein mempengaruhi kadar protein.
terhadap formula sosis terbaik
berdasarkan uji hedonik panelis memiliki Kadar Lemak
persentase nilai yang berbeda.
Kombinasi perlakuan A3B1 merupakan Hasil Analisis uji kadar lemak
kombinasi perlakuan yang memiliki terhadap formula sosis terbaik
persentase nilai tertinggi akan tetapi berdasarkan uji hedonik panelis memiliki
hasil analisis Kadar protein terhadap persentase nilai yang berbeda.
semua perlakuan telah memenuhi syarat Kombinasi perlakuan A1B1 merupakan
mutu sosis (SNI 01-3820-1995) yang kombinasi perlakuan yang memiliki
menyatakan bahwa nilai kadar protein persentase nilai terendah akan tetapi
sosis minimal 10%, sehingga kadar hasil analisis Kadar lemak terhadap
protein yang dihasilkan sosis fungsional semua perlakuan telah memenuhi syarat
berbahan dasar ikan tenggiri dan tepung mutu sosis (SNI 01-3820-1995) yang
daun kelor memenuhi persyaratan mutu menyatakan bahwa nilai kadar lemak
dan keamanan bahan pangan. sosis maksimal 25%, sehingga kadar
lemak yang dihasilkan sosis fungsional
berbahan dasar ikan tenggiri dan tepung
daun kelor memenuhi persyaratan mutu
dan keamanan bahan pangan.
Nurlaila , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 111

Persentasi kadar lemak yang A3B1 yaitu 62.77%. hasil analisis kadar
dihasilkan memperlihatkan bahwa protein kombinasi perlakuan A3B1yaitu
dengan penambahan tepung kelor 27%. Hasil analisis kadar lemak
Kandungan lemak yang dihasilkan pada kombinasi perlakuan A1B0 yaitu 2.22%.
sosis fungsional akan semakin rendah,
hal ini disebabkan tepung kelor tidak DAFTAR PUSTAKA
menyumbangkan lemak secara
signifikan. Dengan demikian, sosis Abrori, Fadel. 2003. Pengaruh
fungsional ini akan menjadi sosis yang Proporsi Daging Ikandan
cocok untuk dikomsumsi oleh konsumen Tepung Tapioka Terhadap
yang diet atau rendah akan lemak. Kualitas Sosis Ikan Gabus
(Ophiocephalusstriatus). Laporan
Skripsi. Fakultas Perikanan
Kadar Lemak (%)

2.5
2 Universitas
1.5
1 Anggraenidkk. 2014. Proporsi Tepung
0.5 Porang (Amorphophallus Muelleri
0 Blume): Tepung Maizena terhadap
A1B0 A1B1 A2B1 A3B1 Karakteristik Sosis Ayam.
(200g (200g (400g (600g Laporan Skripsi. Jurusan
DI + 0g DI + 5g DI + 5g DI + 5g
TK) TK) TK) TK) Teknologi Hasil Pertanian, FTP
Perlakuan
Universitas Brawijaya. Malang
Astuti, D.A., D.R Ekastuti dan Firdus.
Gambar 3 2005. Manfaat Daun Kelor
Kadar lemak pada sosis formula sosis (Moringa oleifera) sebagai Pakan
terbaik Ayam Pedaging. Prosiding
Seminar Nasional Pengembangan
KESIMPULAN Usaha Peternakan Berdaya Saing
di Lahan Kering. Fakultas
Hasil analisis tingkat kesukaan Peternakan, Universitas Gajah
terhadap sosis fungsional berbahan Mada, Yogyakarta.
dasar ikan tenggiri dan tepung daun Brawijaya, Malang.
kelor diperoleh kombinasi perlakuan tiga
terbaik yaitu kombinasi perlakuan A1B1 Christiana dkk. 2013. Pengaruh
yaitu formulasi daging ikan tenggiri 200 g Penambahan Tepung Wortel
dan penambahan tepung daun kelor 5 g, (DaucusCarota L.) pada
A2B1 yaitu formulasi daging ikan tenggiri Pembuatan Sosis Ikan Gabus
400 g dan penambahan tepung daun (Ophiocephalus Striatus). Laporan
kelor 5 g, dan A3B1 yaitu formulasi daging Skripsi Jurusan Teknologi
ikan tenggiri 600 g dan penambahan Pertanian. Universitas Negeri
tepung daun kelor 5 g, akan tetapi Papua.
semua kombinasi perlakuan dapat Colleta, B.B., and L. Russo. 1984.
diterima oleh panelis. Hasil analisis Morphology, Systematic, and
proksimat berdasarkan uji hedonik Biology of The Spanish
kombinasi perlakuan terbaik yaitu hasil Mackerels (Scomberomorus,
analisis kadar air kombinasi perlakuan Scombridae). Fish. Bull., U.S. 82
Nurlaila, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 112

Damima, Stevhani. 2011. Pemanfaatan Novia, Cahyuni. 2011. Kajian


Pati Kentang Kelayakan Teknis dan Finansial
(Solanumtuberosum) sebagai Produksi Sosis Jamur Tiram Putih
Bahan Pengisi (Filler) pada (Pleurotusostreatus) Rasa Ikan
Pembuatan Sosis Ikan Tuna Tongkol (Euthynus aletrates)
(Thunnussp). Laporan Skripsi. Skala Industri Kecil. Jurnal
Fakultas Pertanian UNSRAT. Teknologi Pangan.
Manado Putri, E, F, A. 2009. Sifat Fisik dan
Forrest, J. C., E. D. Aberle, H. B. Organoleptik Bakso Daging Sapi
Hendrick, M. D Judge and R.A. pada Lama Postmortem yang
Merkel. 1975. Priciples of Meat Berbeda dengan Penambahan
Science. W.H. Freeman and Co., Keragenan. Skripsi. Bogor:
San Fransisco Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan Fakultas
Hasanah Hafidhah, 2015.Pemanfaatan
Peternakan Institut Pertanian
Daun Kelor (Moringa
Bogor. Http://repository.ipb.ac.id
Oleiferalamk.) sebagai Bahan
Campuran Nugget Ikan Raharjo, A.H.D dan Wasito, samsu.
Tongkol (Euthynnus AffinisC.) 2002. Buku Ajar Teknologi Hasil
Fakultas Keguruan dan Ilmu Ternak. Universitas Jenderal
Pendidikan Universitas Soedirman: Purwokerto
Muhammadiyah Surakarta Rahayu, 2001.Penuntun Praktikum
Koapaha, Teltje, T. Langi, dan L. E. Penilaian Organoleptik. Jurusan
Lalujan. 2011. Penggunaan Pati Teknologi Pangan dan Gizi.
Sagu Modifikasi Fosfat terhadap Fakultas Teknologi Pertanian.
Sifat Organoleptik Sosis Ikan Patin Bogor
(Pangasius Hypophtalmus). Rahayu. 2008. Provitamin A dalam Sosis
Kramlich, J. E. 1971. Sausage Product Fermentasi. Jurnal Pangan dan
Technology.In The Science of Gizi Vol. 35 No. 15. Surabaya.
Meat and Meat Product. J. E Price Rukmana, R. 2001. Membuat Sosis
and B. S. Schweigert Edit. W. :Daging Kelinci, Daging Ikan,
H Freeman and Tempe Kedelai.
Colletotrichum.,prilakudisrupti f: Karnisius.Yogyakarta.
485
Setyaningsih, Dwi, Anton Apriyantono, &
Muchtadi D. 1989.Evalusi Nilai Gizi Maya Puspita Sari. 2010. Analisis
Pangan. Departeman Pendidikan Sensori untuk Industri Pangan dan
dan Kebudayaan Direktorat Agro. Bogor: IPB Press.
Jendral Perguruan Tinggi, Pusat
Antar Universitas, Institut Simbolan JM, M Simbolan, N Katharina.
Pertanian Bogor, Bogor 2007. Cegah Malnutrisi dengan
Kelor.Yogyakarta: Kanisius
Muhammad, F. 2011. Badan Dinas
Penyuluhan Perikanan Indonesia. Soeparno, 1992.Ilmu dan
http://dinaskelautan danperikanan. TeknologiDaging. Gadjah Mada
Universitas Press. Yogyakarta.
Surya, F. S. 2005. Cara
Nurlaila , Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 105-113 113

Praktis Pembuatan Sosis.


Kanisius. Jakarta.
Suharyanto. 2009. Pengolahan Bahan
Pangan Hasil Ternak. Universitas
Bengkulu. Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai