OLEH;
cukup enak dan gurih sehingga banyak digemari masyarakat. Selain itu, harganya
sebagai ikan berprotein tinggi dan berkadar lemak rendah. Pada umumnya ikan
komposisi daging, rasa serta tekstur ikan, tetapi tidak dapat melunakkan tulang
Salah satu produk olahan ikan bandeng adalah ikan pindang. Ikan pindang
merupakan salah satu hasil olahan yang cukup populer di Indonesia, dalam urutan
hasil olahan tradisional menduduki tempat kedua setelah ikan asin. Dilihat dari
mempunyai prospek yang lebih baik dari pada ikan asin. Hal ini mengingat bahwa
ikan pindang mempunyai cita-rasa yang lebih lezat dan tidak begitu asin jika
dibandingkan dengan ikan asin sehingga dapat dimakan dalam jumlah yang lebih
banyak. Kelebihan ikan pindang dan ikan asin ialah ikan pindang merupakan
produk yang siap untuk dimakan (ready to eat). Disamping itu juga praktis semua
jenis ikan dari berbagai ukuran dapat diolah menjadi ikan pindang (Badan Riset
yang dikemas dari berbagai kerusakan dari mulai selesai produksi, selama
distribusi dan penjualan. Kemasan juga berfungsi sebagai media promosi bagi
produk yang dikemas. Hal ini dikarenakan pada kemasan pangan terdapat label
yang memuat informasi mengenai produk yang dikemas (Rosalina et al, 2012).
Polipropilen (PP) adalah sebuah polimer termo-plastik yang dibuat oleh industri
(contohnya tali, pakaian dalam termal, dan karpet), alat tulis, berbagai tipe wadah
komponen otomotif, dan uang kertas polimer. Polimer edisi yang terbuat dari
propilena monomer, permukaannya tidak rata serta memiliki sifat resistan yang
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah membahas tentang
proses pengemasan ikan bandeng (Chanos chanos) pada produksi pindang dengan
Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah agar pembaca dapat
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Gonorynchiformes
Familia : Chanidae
Genus : Chanos
pipih, tanpa skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik
besar pada sirip dada dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil
dengan tipe cycloid, tidak bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung
potensial dikembangkan. Jenis ikan ini mampu mentolerir salinitas perairan yang
luas (0-158 ppt) sehingga digolongkan sebagai ikan euryhaline. Ikan bandeng
kekeruhan air, serta tahan terhadap serangan penyakit (Ghufron dan Kardi, 1997).
berasal dari dalam dan dari luar bahan pangan. Faktor yang berasal dari dalam
adalah enzim dan air. Sedangkan dari luar adalah anya mikroba, oksigen,
kelembapan, suhu, kondisi penyimpanan. Faktor ini saling berkaitan satu sama
2.2 Pemindangan
atau memanaskan ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu di dalam
bakteri pada ikan, terutama bakteri pembusuk dan patogen. Selain itu, Pemanasan
dengan garam tinggi tersebut menyebabkan tekstur ikan berubah menjadi lebih
kompak. Ikan pindang pun menjadi lezat dan lebih awet daripada ketika masih
segar.
Afrianto dan Liviawaty (1989), menyatakan bahwa pengolahan ikan
sebagai bahan baku untuk diolah lebih lanjut, juga dapat langsung dimakan
3. Ikan pindang sangat disukai karena mengandung rasa yang sesuai dengan
4. Karena nilai gizi ikan pindang relatif masih tinggi, ikan hasil proses
5. Sebagai bahan baku pembuatan ikan pindang dapat digunakan ikan dengan
tetap harus dipenuhi agar produk akhir yang dihasilkan lebih bermutu
air garam pada dasarnya dilakukan dengan merebus ikan yang ditempatkan dalam
suatu wadah di dalam larutan garam selama waktu tertentu. Cara ini di Jakarta
Pada cara ini, ikan disusun pada keranjang bambu (naya atau besek).
Beberapa naya berisi ikan disusun vertikal pada suatu kerangka, lalu direbus
dalam larutan garam mendidih. Lama perebusan relatif jauh lebih singkat daripada
pemindangan biasa yang membutuhkan waktu 4 – 6 jam, yaitu hanya 30 – 60
menit tergantung ukuran ikan. Setelah perebusan, wadah dimana ikan tersusun
kemudian diangkat lalu disiram dengan air tawar mendidih untuk membersihkan
permukaan ikan, selanjutnya ditiriskan dan didinginkan. Setelah itu produk siap
diawet (semi preserved) mengingat daya awetnya yang relatif singkat karena
produk ini mudah mengalami pembusukan. Produk ini juga memiliki kadar air
penyebab pembusukan ini adalah organisme yang masih tersisa setelah proses
Daya awet ikan pindang bila disimpan di udara terbuka tanpa dilakukan
penanganan yang baik kurang lebih 3-4 hari. Selain dikarenakan pindang
(terutama pindang air garam) kandungan airnya cukup banyak serta kadar garam
yang cukup rendah jika dibandingkan ikan asin. Ikan yang mempunyai ukuran
yang lebih besar (seperti tongkol) mempunyai daya awet yang lebih singkat bila
dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil (ikan layang atau lemuru). Daya
awet pindang ini dapat ditingkatkan dengan cara perbaikan teknik pemindangan
(kebersihan, suhu, kadar garam, penambahan bumbu, dan lain - lain), penggunaan
Ikan pindang yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Cara paling
mudah untuk menilai mutu ikan pindang adalah dengan menilai mutu sensorisnya.
Memang ada cara pengujian lain yang lebih obyektif, yaitu pengujian kimiawi dan
tidak mudah dan tidak murah dilakukan. Lagipula, kedua cara pengujian ini
sensoris yang perlu dinilai, yaitu rupa dan warna, bau, rasa, dan tekstur (Wibowo
1996).
Rupa dan warna: Utuh, bersih, tidak terdapat benda asing, tidak
terlihat endapan lemak atau lainnya. Warna produk spesifik jenis, cemerlang,
Bau : Spesifik jenis produk, bau produk ikan rebus, bau gurih dan segar.
Rasa : Gurih spesifik produk, tidak terdapat rasa asin yang berlebihan
Tekstur : Kompak, padat, spesifik jenis produk, empuk, cukup kering dan
tidak basah.
standar mutu ikan pindang tercantum pada Tabel 2. Standar ini sesuai dengan
2.4 Pengemasan
disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu
promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik
pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan
proses produksi dan pengawetan bahan pangan dapat pula mempengaruhi mutu
1. Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan pengemas
Menururt Louw dan Kimber (2007) ada 6 fungsi utama kemasan yang
1. Menjaga produk bahan pangan atau hasil pertanian agar tetap bersih dan
ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada,
identifikasi, informasi, daya tarik dan penampilan yang jelas sehingga dapat
dengan lingkungan, baik dilihat dari bahan pengemas yang digunakan, cara
ISO 14000 yang menyangkut lingkungan hidup berkaitan sangat erat dengan
mutu agar bahan pangan memenuhi standar mutu yang ada, mempunyai
nilai nutrisi yang baik, aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan
disebabkan oleh dua hal yaitu kerusakan oleh sifat alamiah dari produk yang
lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengemas untuk membatasi bahan pangan
Sifat terpenting dari pengemas meliputi permeabilitas gas dan uap air serta
luas permukaan kemasan. Kemasan dengan daya hambat gas yang baik dan luas
permukaan yang lebih kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama (Bukle
dikemas. Polietilen (PE) dan Polipropilen (PP) merupakan kemasan plastic yang
fleksibel yang umum digunakan untuk mengemas produk daging dan ikan. Sifat-
sifat polietilen antara lain : (1) mudah dibentuk dan lemas, (2) tahan terhadap
basa, asam, alcohol, diterjen, dan bahan kimia lainnya, (3) kedap air dan uap, (4)
daya rentang tinggi tanpa sobek, dan (5) mudah dikelim panas (Syarief et al.,
1989).
oleh uap air, (2) tahan terhadap minyak dan lemak, (3) permeabilitas terhadap uap
air rendah, (4) stabil pada suhu tinggi, dan mempunyai permukaan yang
proses pengemasan vacuum dan gas (Ramsbottom, 1971 dalam Suparna 1994).
polipropilen untuk mengemas ikan pindang. Menurut Syarief dan Hlid (1993),
pengemasan vacuum pada prinsipnya adalah pengeluaran gas dan uap air dari
mengeluarkan gas dan uap air yang terdapat dalam produk. Oleh karena itu
serta penampakan selama penyimpanan, karena pada kondisi vakum, bakteri aerob
yang tumbuh jumlahnya relative lebih kecil disbanding dalam kondisi tidak
vakum.
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
Penulisan karya ilmiah ini disusun mulai tanggal 02 Oktober 2018 s/d 02
Januari 2019, yang dilaksanakan di PT. Jaya Pelangi Sibolga, Sumatera Utara.
3.2.1 Alat
3.2.2Bahan
Bahan yang digunakan di PT. Jaya pelangi sibolga sumatera utara adalah ikan
dan sekumder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh lewat
lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian. Kegiatan
3.3.2 Wawancara
4.1 Hasil
Polipropilen di PT. Jaya Pelangi Sibolga Sumatera Utara adalah sebagai berikut ;
Ikan Pindang
Plastik Pengemasan
Polipropilen
Vakuum
Penyimpanan
Adapun pembahasan dari hasil karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut
:
4.2.1. Pemindangan
Utara dengan cara pemilihan bahan baku yang mutunya masih segar dengan
dalam pemilihan bahan baku adalah mutu bahan baku dan kesegarannya. Proses
4.2.1.2. Sortasi
dengan cara memisahkan ikan yang bagus dan rusak. Pada proses ini ikan
memisahkan ikan berdasarkan mutu jenis dan ukuran. Sortasi dilakukan secara
hati – hati cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu pusat produk
maksimal.
4.2.1.3. Pencucian
proses pencucian dengan tujuan untuk membersihkan ikan dari kotoran yang
menempel pada tubuh dan bagian perut ikan dengan cara memasukkan ikan
pembersihan bagian ikan yang tidak diinginkan atau yang tidak diperlukan selama
proses pengolahan.
tergantung jenis dan ukuran ikannya, kemudian direbus kedalam kualai yang telah
disiapkan dengan api yang sedang agar tidak rusak dengan memakai kayu bakar.
Menurut Wibowo (1996), Lama perebusan ini sangat beragam antara lain
di tentukan oleh jenis, ukuran ikan, kesegaran, dan permintaan pasar. Ikan yang
lebih besar membutuhkan waktu perebusan lebih lama dari pada ikan yang kecil.
Ikan yang mutunya kurang bagus juga memerlukan waktu perebusan lebih lama.
4.2.1.5. Pengeringan
panas matahari dengan tujuan untuk mengeluarkan air yang ada di dalam tubuh
ikan agar lebih awet dan tahan lama. Lama proses pengeringan tergantung
panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga
adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga
4.2.2. Pengemasan
bewarna cokelat, dengan gambar tiga ikan dalam lingkaran bewarna biru dibagian
atas karton.
mencegah kenaikan suhu secara cepat dan kerusakan pada produk. Pengemasaan
adalah untuk melindungi produk dari kerusakan oleh unsur – unsur perusak dari
luar. (Triyono,2000)
4.2.3 Pemvacuuman
Dzq 400 dengan prinsip mengeluarkan udara dari kemasan dan kemasan ditutup
dalam menekan reaksi oksidasi yang terjadi dalam produk dengan biaya yang
relative rendah.
pertumbuhan bakteri pembusuk aerob yang ada akan dihambat oleh kondisi
oksigen yang tersisa digunakan oleh bakteri aerob yang ada untuk menghasilkan
proses pembusukan.
4.2.4. penyimpanan
(packing) di susun di atas pallet serapi mungkin, proses penyusunan ini disebut
-250 C.
disimpan dalam cold storage yaitu sebuah ruangan penyimpanan dingin atau
beku. Penyimpanan ini merupakan tahap yang pokok dari pengawetan dan
pembekuan. Suhu cold room harus dijaga -250 C atau dibawahnya. Tidak boleh
terjadi kontaminasi diruang cold room dan sirkulasi udara didalamnya harus
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
fleksibel yang umum digunakan untuk mengemas produk daging dan ikan.
Sifat-sifat polietilen antara lain : (1) mudah dibentuk dan lemas, (2) tahan
terhadap basa, asam, alcohol, diterjen, dan bahan kimia lainnya, (3) kedap
air dan uap, (4) daya rentang tinggi tanpa sobek, dan (5) mudah dikelim
panas.