Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th.

2017

PENGARUH PENGEMASAN VAKUM TERHADAP PERUBAHAN


MIKROBIOLOGI, AKTIFITAS AIR DAN pH PADA IKAN PARI ASAP
Effect Of Vacuum Packaging on Microbiology Change, Water Activity and pH
in Smoke Stingray

Andri Nofreeana1), Aloysius Masi 1), Ika Meidy Deviarni1)


1)
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Negeri Pontianak
Email : andrinofreeana@gmail.com

ABSTRACT
The traditional process of fumigation is usually done using a smoke house (open system).
This condition causes the uncontrolled curing temperature due to the heat produced out so that
the fuming temperature is not maximal (under pasteurization temperature). The long-term goal
of this research is for traditional smokers to apply the technology of vacuum packaging.
Vacuum packaging is applied in the hope that long-lasting stingray smoked fish products are
stored and food security is maintained. The direct benefits of applying this vacuum packing will
help the processors of stingrays in marketing and storage. The results showed that storage of
smoked stingray with vacuum packaging for both treatments showed no significant difference to
microbiological treatment, Aw and pH.

Keywords: vacuum packing, smoke stingray, microbiology, water activities, pH

ABSTRAK
Proses pengasapan ikan yang dilakukan secara tradisional biasa dilakukan menggunakan
rumah asap (sistem terbuka). Keadaan ini menyebabkan suhu pengasapan yang tidak terkontrol
karena panas yang dihasilkan keluar sehingga suhu pengasapan tidak maksimal (dibawah suhu
pasteurisasi). Tujuan jangka panjang dalam penelitian ini adalah agar para pengolah tradisional
ikan pari asap dapat menerapkan teknologi pengemasan vakum. Pengemasan vakum diterapkan
dengan harapan agar produk ikan asap pari lebih tahan lama disimpan dan keamanan pangannya
lebih terjaga. Manfaat secara langsung penerapan pengemasan vakum ini ini akan membantu
para pengolah produk ikan pari asap dalam pemasaran dan penyimpanan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyimpanan ikan pari asap dengan kemasan vakum untuk kedua
perlakuan tidak menunjukkan beda nyata (significant) terhadap perlakuan mikrobiologi, Aw dan
pH.

Kata Kunci: pengemasan vakum, pari asap, mikrobiologi, aktifitas air, pH

PENDAHULUAN

Potensi Sumberdaya Perikanan di Barat mengembangkan potensi sumber daya


Kalimantan Barat cukup besar, berdasarkan ikan sebagai ikan asap.
data statistik di Kementrian Kelautan dan Proses pengasapan ikan secara
Perikanan (2012) produksi perikanan tradisional, biasa dilakukan menggunakan
tangkap di Kalimantan Barat pada tahun rumah asap (sistem terbuka). Keadaan ini
2010 sebesar 92. 280 ton. Ikan merupakan menyebabkan suhu pengasapan yang tidak
salah satu komoditas yang cepat membusuk, terkontrol karena panas yang dihasilkan
sehingga jika akan akan disimpan keluar sehingga suhu pengasapan tidak
diperlukan penanganan tertentu. Beberapa maksimal (dibawah suhu pasteurisasi). Pada
masyarakat pesisir pantai di Kalimantan suhu ini, dikhawatirkan beberapa bakteri

66
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

phatogen masih hidup, keadaan ini akan Bahan dan alat


diperparah pada penyimpanan suhu kamar Alat yang digunakan antara lain
(± 30 oC). autoclave, cawan petri, tabung reaksi, pH
Faktor pengemasan dapat mem- meter. Sedangkan bahan yang digunakan
pengaruhi pertumbuhan mikro-organisme antara lain : Ikan Pari Asap, media agar
seperti kapang/jamur dan bakteri. PCA (Plates Count Agar), Aquadest, NaCl,
Pengemasan dengan menggunakan vakum Alkohol.
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
aerob. Suhu dan lamanya pengasapan juga Analisa mikrobiologi (angka lempeng
akan mempengaruhi aktifitas air (aw) yang total/ ALT)
ada pada daging Ikan Pari Asap. Kandungan
aw pada Ikan Pari Asap sangat Satu bagian daging ikan pari asap
mempengaruhi ketahan Ikan Pari Asap ditimbang secara aseptis dan dihomogenkan
terhadap proses pembusukan, karena bakteri dengan 9 bagian larutan NaCl 0,85 %
menggunakan Aw untuk pertumbuhannya. selama 1 menit. Sampel homogen
Menurut Kusnandar (2010), Aktivitas air diencerkan berturut turut menggunakan
(aw) merupakan parameter yang ber- larutan NaCl 0,85 % (steril) untuk analisa
pengaruh pada stabilitas dan keawetan bakteri dan nilai ALT ditentukan dengan
pangan, laju reaksi kimia, aktivitas enzim metode pour plate. Analisa mikrobiologi
dan pertumbuhan mikrobia. Meningkatnya dengan uji ALT dilakukan untuk seluruh
pertumbuhan mikrobia dan Aw, biasanya perlakuan pada penyimpanan hari ke 0, 2, 4,
akan diikuti oleh kenaikan pH (basa). 6, 8 pada suhu kamar (± 30 o C) dan suhu
Menurut Fardiaz (1992), nilai pH dingin (± 5 o C). Hasil pengujian dicatat dan
merupakan salah satu indikator tingkat pengujian dilakukan secara duplo.
kesegaran ikan. Pada proses pembusukan
ikan, pH daging ikan berubah karena proses Analisa aktifitas air bebas (Aw)
autolisis dan penyerangan bakteri. Aktivitas air bebas (aw) diuji
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengikuti metode PrimoMartin dkk. (2009),
ingin mengetahui perubahan mikrobiologi, dengan instrumen aktivitas air yang telah
aktivitas air, dan pH pada pari asap yang dikalibrasi (Rotronic-Hygrolab, USA).
dikemas vakum pada suhu kamar dam suhu Sampel digerus dengan alat penggerus
5 oC. Berdasarkan batas ambang beberapa porselin, sampel bubuk dituang dalam
parameter tersebut, kita dapat mengetahui wadah sampel yang selanjutnya diletakkan
pada hari keberapa Ikan Pari Asap yang dalam chamber alat dan dimasukkan
dikemas vakum dan disimpan pada suhu kedalam alat, ditunggu pembacaan secara
yang berbeda tersebut masih aman untuk otomatis yang hasilnya akan keluar pada
dikonsumsi. display alat. Pengukuran aW dilakukan
untuk seluruh perlakuan pada penyimpanan
METODE hari ke 0, 2, 4, 6, 8 pada suhu kamar (± 30 o
C) dan suhu dingin (± 5 o C). Hasil
Pengemasan dan penyimpanan ikan pari pembacaan dicatat dan pengukuran
asap dilakukan secara duplo.
Sampel diambil dari unit usaha kecil Analisa pH
menegah di desa Sungai Jaga Kabupaten
Bengkayang. Sesampainya di Pontianak Analisa pH dilakukan dengan
sampel langsung dikemas menggunakan mengambil satu bagian sampel Ikan Pari
plastik polyethylene kemudian di vakum. Asap yang di homogenkan dengan 9 bagian
Setelah dikemas disimpan pada suhu kamar aquadest menggunakan magnet stirer
(± 30 o C) dan suhu dingin (± 5 o C). selama 30 menit. Setelah homogen
dilakukan pengukuran pH dengan Ph meter.

67
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

Pengukuran pH dilakukan untuk seluruh bagian isi perut banyak mengandung bakteri
perlakuan pada penyimpanan hari ke 0, 2, 4, pembusuk, selain itu pembuangan kulit ikan
6, 8 pada suhu kamar (± 30 o C) dan suhu pari dibagian atas juga dilakukan karena
dingin (± 5 o C). Hasil pembacaan dicatat kulit ikan ini bisa dijual sebagai bahan
dan pengukuran dilakukan secara triplo. kerajinan tangan, harga pasarannya sangat
tinggi dengan harga Rp.120.000/kg. Setelah
Analisa statistik itu, ikan dibersihkan dengan air bersih,
Analisa yang digunakan dalam penyiangan ikan bertujuan untuk membuang
penelitian ini menggunakan analisa statistik kotoran pada perut ikan dengan
uji t, yaitu analisa yang bertujuan untuk menggunakan pisau yang tajam.
mengetahui ada tidaknya beda nyata Setelah dilakukan proses penyiangan
diantara dua perlakuan yang diuji. selanjutnya dilakukan proses pemotongan.
Pemotongan ikan pari ini menggunakan
pisau yang tajam dan dialaskan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN talenan, kemudian ikan pari dipotong
dengan ukuran 20 cm x 5 cm. Pemotongan
Ikan pari asap
ini bertujuan untuk menghasilkan ukuran
Ikan Pari asap merupakan salah satu ikan yang seragam. Selain itu juga dengan
olahan hasil perikanan yang masih banyak pemotongan ikan yang seragam akan
diminati masyarakat Kalimantan Barat. memudahkan pada saat penyusunan di para-
Proses pengolahan yang dilakukan pada para. Adapun proses penyiangan dan
umumnya masih sangat tradisional. pemotongan ikan pari dapat dilihat pada
Sebagian masyarakat Kalimantan Barat Gambar 2.
menggunakan rumah asap sebagai tempat
untuk memproduksi ikan pari asap. Lokasi
rumah pengasapan ini terdapat dibelakang
perkarangan rumah yang banyak tanaman
kebun dan sangat dekat dengan permukiman
penduduk setempat dengan lokasi
pengasapan terbuka.

Gambar 2. Pembuangan isi perut dan


pemotongan

Pencucian
Setelah dilakukan proses penyiangan
Gambar 1. Rumah asap ikan pari dan pemotongan ikan selanjutnya dilakukan
proses pencucian. Pencucian ikan pari ini
Proses pengolahan ikan pari asap dilakukan sebanyak 2 kali, yang mana
pencucian pertama dicelupkan kedalam fiber
Proses pengolahan ikan pari asap yang box yang berisi air sumur kemudian dicuci
ada di daerah Desa sungai Jaga Kabupaten dengan cara digosok-gosok agar lendir dan
Bengkayang sebagai berikut : darah yang menempel pada daging ikan
hilang, sedangkan untuk pencucian kedua
Penyiangan dan pemotongan
hanya dilakukan pembilasan saja. Tujuan
Penyiangan ikan pari dimulai dari pencucian adalah untuk menghilangkan
pembuangan isi perut dan pembuangan kulit kotoran yang ada pada ikan pari seperti
bagian atas. Hal ini dilakukan karena pada

68
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

darah dan lendir. Pencucian ikan dapat


dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 5. Penyusunan

Pengasapan
Proses pengasapan yang dilakukan di
Gambar 3. Pencucian bahan baku Home Industry Nangahan Timor
menggunakan pengasapan panas dengan
Penirisan suhu berkisar antara 120o C sampai 180o C
Ikan yang telah dicuci dilakukan selama 6 jam. Untuk mendapatkan hasil
penirisan untuk membuang air yang masih yang matang dan merata maka selama
tersisa dalam potongan Ikan Pari dan proses pengasapan ikan pari asap perlu
mengurangi air setelah perlakuan pencucian dibolak-balik setelah 3 jam waktu
agar proses pengasapan dilakukan pengasapan berlangsung. Saat proses
mendapatkan kualitas yang bagus. Penirisan pengasapan berlangsung asap selalu
ini dilakukann selama ± 15 menit atau dikontrol agar api tidak menyala sehingga
sampai air sisa pencucian tidak menetes tidak menyebabkan hangus. Proses
lagi. Adapun proses penirisan dilihat pada pengasapan terdapat pada Gambar 6.
Gambar 4.

Gambar 6. Pengasapan Ikan Pari


Gambar 4. Penirisan
Pengemasan
Penyusunan
Sebelum dilakukan proses
Penyusunan dilakukan secara teratur pengemasan terlebih dahulu ikan yang
dengan posisi kulit dibagian atas dengan sudah dilakukan proses pengasapan
tujuan untuk menghasilkan penyerapan asap kemudian didinginkan dalam suhu ruang.
yang bagus agar ikan pari asap matang Setelah itu, ikan pari asap yang sudah dingin
dengan bagus hingga menghasilkan warna dimasukkan dalam keranjang plastik.
yang khas pada pengasapan ikan. Proses Pengemasan ikan pari asap yang dilakukan
penataan dapat dilihat pada Gambar 5 di home industry/UKM ini sangat sedarhana
yaitu hanya disimpan dalam wadah
keranjang ketika proses peng-asapannya

69
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

selesai, kemudian ikan pari asap ini siap dengan nilai ALT sebesar 1,5 x 105
untuk dipasarkan atau dijual. koloni/g. Sedangkan pada hari ke- 6 ikan
pari asap dalam kemasan vakum yang
Perubahan Total bakteri (angka lempeng disimpan pada suhu kamar (± 30oC), sudah
total/ALT) pada ikan pari asap dengan tidak layak dikonsumsi denga nilai ALT
kemasan vakum sebesar 6,1 x 105 koloni/g . Ikan pari asap
Ikan Pari Asap setelah mengalami dalam kemasan vakum pada kulkas (± 5 o C)
proses pengolahan, walaupun sudah melalui pada hari ke-6 sudah mulai tidak layak
proses pemanasan tetap bisa mengalami dikonsumsi dengan nilai ALT sebesar 5,4 x
proses kemunduran mutu. Proses 105 koloni/g. Batas ambang ikan pari asap
kemunduran mutu ikan pari asap dapat yang layak dikonsumsi berdasarkan batas
disebabkan oleh berbagai reaksi mikro- ambang cemaran mikroba pada produk
biologis, kimiawi maupun fisik. Secara pangan (SNI 7388-2009).
detail perubahan mikrobiologi berdasarkan Ikan pari asap pada kemasan vakum
uji Angka Lempeng Total (ALT) atau total pada suhu kamar (± 30 o C) pada hari
bakteri pada penyimpanan ikan Pari asap pertama (ke-0) terjadi kenaikan ALT
dapat dilihat pada Tabel 1. sebesar 0,07 log cycle. Pada hari ke -2,
terjadi kenaikan ALT sebesar 0,16 log cycle.
Hari ke -4, terjadi kenaikan ALT sebesar
0,10 log cycle. Hari ke -6, terjadi kenaikan
ALT sebesar 0,12 log cycle.

Perubahan aktifitas air bebas (aw) pada


ikan pari asap dengan kemasan vakum
Pertumbuhan bakteri pada ikan Pari
asap, salah satunya dipengaruhi oleh
aktivitas air (aW), karena bakteri
menggunakan air bebas (aW) untuk
Tabel 1. Perubahan mikrobiologis (Total pertumbuhannya. Perubahan aW pada ikan
bakteri atau Angka Lempeng pari asap yang disimpan dalam kemasan
Total/ALT) vakum baik pada suhu suhu kamar (± 30C)
Perubahan jumlah bakteri ikan pari maupunsuhu kulkas (± 5C) dapat dilihat
asap (Tabel 1), menujukkan kenaikkan pada Tabel 2.
jumlah total bakteri pada kedua perlakuan
seiring bertambahnya waktu. Akan tetapi
berdasarkan analisa statistik tidak berbeda
nyata pada kedua perlakuan, baik hari ke-
0,2,4,6, maupun 8. Jumlah total bakteri atau
Angka Lempeng Total (ALT) pada kemasan
vakum pada suhu kamar (± 30oC) terjadi
kenaikan sedikit (tidak sampai 1 log cycle)
dibandingkan dengan kemasan vakum pada
suhu kulkas (± 5oC). Berdasarkan hasil
pengujian ALT yang dilakukan, ikan pari
asap dalam kemasan vakum yang disimpan Tabel 2. Perubahan aktivitas air (aW) pada
pada suhu kamar (± 30oC) masih layak ikan pari asap
dikonsumsi dengan nilai ALT sebesar 1,9 x
105 koloni/g. Ikan pari asap dalam kemasan Ikan pari asap pada kemasan vakum
vakum pada kulkas (± 5oC) masih layak pada suhu kamar (± 30 o C) pada hari
juga untuk dikonsumsi sampai hari ke- 4 pertama (ke-0) aW lebih rendah

70
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

dibandingkan dengan penyimpanan pada Perubahan derajat keasaman (pH) pada


suhu kulkas (± 5C), demikian pula pada hari ikan pari asap dengan kemasan vakum
ke- 4, 6 dan 8. Hal ini disebabkan karena Perubahan derajat keasaman ikan pari
plastik bersifat kedap udara, sehingga dapat asap yang disimpan dalam kemasan vakum
mempertahankan kandungan air. Selain hal baik pada suhu suhu kamar (± 30C)
tersebut menurut Sulistijowati dkk (2011), maupun suhu kulkas (± 5C) dapat dilihat
kecepatan penguapan air pada pengasapan pada Tabel 3.
tergantung pada kapasitas pengering udara
dan asap, juga kecepatan pengaliran asap.
Pada tahap kedua, di mana permukaan ikan
sudah agak kering, suhu ikan akan
mendekati suhu udara dan asap. Kecepatan
pengeringan akan menjadi lambat karena air
harus merembes dahulu dari lapisan dalam
daging ikan, bila pengeringan mula-mula
dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dan
terlalu cepat, maka permukaan ikan akan
menjadi keras dan akan menghambat
penguapan air selanjutnya dari lapisan
dalam,sehingga kemungkinan daging ikan Tabel 3. Perubahan derajat keasaman (pH)
bagian dalam tidak mengalami efek pada ikan pari asap
pengeringan. Sehingga kandungan aW nya
masih tinggi, hal ini memungkinkan untuk Tabel 3 menunjukkan derajat
pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri keasaman (pH) pada kemasan vakum suhu
maupun jamur. kulkas (± 5C) lebih rendah dibandingkan
Secara umum diketahui bahwa dengan kemasan vakum suhu kamar (±
peningkatan nilai aw cenderung mengurangi 30C). Kenaikan pH pada kemasan vakum
umur simpan produk tersebut. Hal ini suhu kamar (± 30C) disebabkan karena
berkaitan dengan jumlah air bebas (aW) proses biokimia yang terjadi pada daging
dalam produk makanan yang dapat ikan pari asap. Menurut Fardiaz (1992), nilai
digunakan oleh organisme mikro seperti derajat keasaman (pH) merupakan salah satu
kapang, khamir dan bakteri untuk tumbuh, indikator pengukuran tingkat kesegaran
serta meningkatkan kemungkinan terjadinya ikan. Pada proses pembusukan ikan,
reaksi kimia maupun enzimatik selama masa perubahan pH daging ikan disebabkan oleh
penyimpanan (Eskin dan Robinson, 2010). proses autolisis dan penyerangan bakteri.
Akan tetapi pada hari ke-2 aW ikan Proses biokimia tersebut diiantaranya adalah
pari asap penyimpanan suhu kulkas (± 5C), terjadi penguraian oleh bakteri, sehingga
mengalami penurunan aW yaitu dari hari ke- semakin banyak bakteri yang ada pada ikan
0 sebesar 0,6380 hari ke -2 menjadi 0,6318. maka akan semakin banyak hasil
Ikan yang diolah dengan cara pengasapan metabolisme yang dihasilkan sehingga akan
dapat menjadi awet disebabkan oleh bebrapa mempercepat proses pembusukkan.
faktor, di antaranya berkurangnya kadar air Nilai pH terendah terjadi pada hari ke-
ikan sampel di bawah 40 persen 2 baik pada ikan pari asap kemasan vakum
(Sulistijowati dkk,2011). yang disimpan pada suhu kamar (± 30C),
Berdasarkan uji statistik, aW pada yaitu dengan pH 8,08 maupun pada suhu
ikan pari asap yang disimpan dalam kulkas ((± 5C) dengan pH 8,07. Berdasarkan
kemasan vakum baik pada suhu kamar (± perhitungan statistik dari kedua perlakuan
30C) maupun suhu kulkas (± 5C) tidak tersebut tidak menunjukkan beda nyata.
berbeda nyata. Demikian pula pada hari ke- 4, 6 dan 8 terus
mengalami kenaikan walaupun tidak

71
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

signifikan. Hal ini terjadi karena pH pada disimpan dalam kemasan vakum baik
ikan pari asap akan terus naik seiring pada suhu kamar (± 30oC) maupun suhu
dengan proses pembusukkan yang terjadi. kulkas (± 5oC) tidak berbeda nyata.
Selama penyimpanan akibat degradasi 4. Perubahan Derajat Keasaman (pH) pada
protein menghasilkan sejumlah basa yang ikan pari asap dengan kemasan vakum
mudah menguap seperti amoniak, histamin, menunjukkan derajat keasaman (pH)
dan trimetilamin. Aksi enzimatik tidak pada kemasan vakum suhu kulkas (± 5C)
tergantung oksigen, tetapi aksi enzim lebih rendah dibandingkan dengan
proteolitik tergantung pada temperatur. Aksi kemasan vakum suhu kamar (± 30C).
enzimatik menurun pada temperatur rendah. Berdasarkan analisa statistik pH pada
Kontrol aksi enzimatik dapat dilakukan ikan pari asap yang disimpan dalam
dengan menurunkan temperatur, sedang kemasan vakum baik pada suhu kamar (±
efek sampingan dapat diatasi dengan 30C) maupun suhu kulkas (± 5C) tidak
pengepakan tahan air dan film impermeabel berbeda nyata. Demikian pula pada hari
oksigen. Enzim menjadi tidak aktif pada ke- 4, 6 dan 8 terus mengalami kenaikan
pemanasan produk (Sulistijowati dkk, 2011) walaupun tidak signifikan.

Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun saran dari penelitian
Kesimpulan terapan ini antara lain:
1. Pengemasan akhir ikan pari asap dengan
Kesimpulan dari penelitian terapan ini kemasan vakum merupakan salah satu
antara lain: cara pemecahan masalah untuk mengatasi
1. Proses pengolahan ikan pari asap dimulai rendahnya kualitas ikan pari asap.
dari Penyiangan dan pemotongan, 2. Penyimpanan produk ikan pari asap dapat
Pencucian, Penirisan, Penyusunan, dilakukan dengan cara menyimpan
Pengasapan dan Pengemasan. produk dengan menggunakan suhu
2. Perubahan total bakteri (Angka Lempeng dingin maupun suhu ruangan namun
Total/ALT) pada ikan pari asap dengan untuk mendapatkan hasil pengawetan
kemasan vakum menunjukkan jumlah yang terbaik dapat dilakukan dengan
bakteri ikan pari asap mengalami penyimpanan dingin sehingga produk
peningkatan pada kedua perlakuan (baik dapat menjadi lebih tahan lama.
yang disimpan pada suhu ruang (± 30oC)
maupun pada suhu kulkas (± 5oC))
seiring dengan bertambahnya waktu. DAFTAR PUSTAKA
Kemasan vakum yang disimpan pada
suhu ruang sedikit lebih tinggi daripada Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar
yang disimpan pada suhu kulkas. Namun Nasional Indonesia (SNI 01-2346-
berdasarkan analisa statistik tidak 2006) Petunjuk Pengujian
berbeda nyata pada kedua perlakuan, baik Organoleptik dan atau Sensori. Dewan
hari ke-0,2,4,6, maupun 8. Standarisasi Nasional – DSN, Jakarta
3. Perubahan aktifitas air bebas pada ikan Eskin M dan Robinson D S. 2010. Food
pari asap dengan kemasan vakum Shelf Life Stability, Chemical,
menujukkan Ikan pari asap pada kemasan Biochemical and Microbiological
vakum pada suhu kamar (± 30 o C) pada Changes. Taylor and Francis, USA
hari pertama (ke-0) aW lebih rendah Fardiaz S. 1989. Petunjuk Praktikum
dibandingkan dengan penyimpanan pada Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jend.
suhu kulkas (± 5C), demikian pula pada Pend Tinggi. Dekdikbud. PAU-IPB.
hari ke- 4, 6 dan 8. Berdasarkan analisa Bogor
statistik aW pada ikan pari asap yang

72
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Sulistijowati R, Djunaedi O S, Nurhajati J,


Pusat Data Statistik dan Informasi Afrianto E, Udin. Z .2011. Mekanisme
Sekretariat Jenderal Kementrian Pengasapan Ikan. UNPAD PRESS
Kelautan dan Perikanan. Jakarta Bandung
Kusnandar F. 2010. Memahami Aktivitas
Air dan Hubungannya dengan
Keawetan Pangan. IPB

73

Anda mungkin juga menyukai