2017
ABSTRACT
The traditional process of fumigation is usually done using a smoke house (open system).
This condition causes the uncontrolled curing temperature due to the heat produced out so that
the fuming temperature is not maximal (under pasteurization temperature). The long-term goal
of this research is for traditional smokers to apply the technology of vacuum packaging.
Vacuum packaging is applied in the hope that long-lasting stingray smoked fish products are
stored and food security is maintained. The direct benefits of applying this vacuum packing will
help the processors of stingrays in marketing and storage. The results showed that storage of
smoked stingray with vacuum packaging for both treatments showed no significant difference to
microbiological treatment, Aw and pH.
ABSTRAK
Proses pengasapan ikan yang dilakukan secara tradisional biasa dilakukan menggunakan
rumah asap (sistem terbuka). Keadaan ini menyebabkan suhu pengasapan yang tidak terkontrol
karena panas yang dihasilkan keluar sehingga suhu pengasapan tidak maksimal (dibawah suhu
pasteurisasi). Tujuan jangka panjang dalam penelitian ini adalah agar para pengolah tradisional
ikan pari asap dapat menerapkan teknologi pengemasan vakum. Pengemasan vakum diterapkan
dengan harapan agar produk ikan asap pari lebih tahan lama disimpan dan keamanan pangannya
lebih terjaga. Manfaat secara langsung penerapan pengemasan vakum ini ini akan membantu
para pengolah produk ikan pari asap dalam pemasaran dan penyimpanan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyimpanan ikan pari asap dengan kemasan vakum untuk kedua
perlakuan tidak menunjukkan beda nyata (significant) terhadap perlakuan mikrobiologi, Aw dan
pH.
PENDAHULUAN
66
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
67
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
Pengukuran pH dilakukan untuk seluruh bagian isi perut banyak mengandung bakteri
perlakuan pada penyimpanan hari ke 0, 2, 4, pembusuk, selain itu pembuangan kulit ikan
6, 8 pada suhu kamar (± 30 o C) dan suhu pari dibagian atas juga dilakukan karena
dingin (± 5 o C). Hasil pembacaan dicatat kulit ikan ini bisa dijual sebagai bahan
dan pengukuran dilakukan secara triplo. kerajinan tangan, harga pasarannya sangat
tinggi dengan harga Rp.120.000/kg. Setelah
Analisa statistik itu, ikan dibersihkan dengan air bersih,
Analisa yang digunakan dalam penyiangan ikan bertujuan untuk membuang
penelitian ini menggunakan analisa statistik kotoran pada perut ikan dengan
uji t, yaitu analisa yang bertujuan untuk menggunakan pisau yang tajam.
mengetahui ada tidaknya beda nyata Setelah dilakukan proses penyiangan
diantara dua perlakuan yang diuji. selanjutnya dilakukan proses pemotongan.
Pemotongan ikan pari ini menggunakan
pisau yang tajam dan dialaskan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN talenan, kemudian ikan pari dipotong
dengan ukuran 20 cm x 5 cm. Pemotongan
Ikan pari asap
ini bertujuan untuk menghasilkan ukuran
Ikan Pari asap merupakan salah satu ikan yang seragam. Selain itu juga dengan
olahan hasil perikanan yang masih banyak pemotongan ikan yang seragam akan
diminati masyarakat Kalimantan Barat. memudahkan pada saat penyusunan di para-
Proses pengolahan yang dilakukan pada para. Adapun proses penyiangan dan
umumnya masih sangat tradisional. pemotongan ikan pari dapat dilihat pada
Sebagian masyarakat Kalimantan Barat Gambar 2.
menggunakan rumah asap sebagai tempat
untuk memproduksi ikan pari asap. Lokasi
rumah pengasapan ini terdapat dibelakang
perkarangan rumah yang banyak tanaman
kebun dan sangat dekat dengan permukiman
penduduk setempat dengan lokasi
pengasapan terbuka.
Pencucian
Setelah dilakukan proses penyiangan
Gambar 1. Rumah asap ikan pari dan pemotongan ikan selanjutnya dilakukan
proses pencucian. Pencucian ikan pari ini
Proses pengolahan ikan pari asap dilakukan sebanyak 2 kali, yang mana
pencucian pertama dicelupkan kedalam fiber
Proses pengolahan ikan pari asap yang box yang berisi air sumur kemudian dicuci
ada di daerah Desa sungai Jaga Kabupaten dengan cara digosok-gosok agar lendir dan
Bengkayang sebagai berikut : darah yang menempel pada daging ikan
hilang, sedangkan untuk pencucian kedua
Penyiangan dan pemotongan
hanya dilakukan pembilasan saja. Tujuan
Penyiangan ikan pari dimulai dari pencucian adalah untuk menghilangkan
pembuangan isi perut dan pembuangan kulit kotoran yang ada pada ikan pari seperti
bagian atas. Hal ini dilakukan karena pada
68
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
Gambar 5. Penyusunan
Pengasapan
Proses pengasapan yang dilakukan di
Gambar 3. Pencucian bahan baku Home Industry Nangahan Timor
menggunakan pengasapan panas dengan
Penirisan suhu berkisar antara 120o C sampai 180o C
Ikan yang telah dicuci dilakukan selama 6 jam. Untuk mendapatkan hasil
penirisan untuk membuang air yang masih yang matang dan merata maka selama
tersisa dalam potongan Ikan Pari dan proses pengasapan ikan pari asap perlu
mengurangi air setelah perlakuan pencucian dibolak-balik setelah 3 jam waktu
agar proses pengasapan dilakukan pengasapan berlangsung. Saat proses
mendapatkan kualitas yang bagus. Penirisan pengasapan berlangsung asap selalu
ini dilakukann selama ± 15 menit atau dikontrol agar api tidak menyala sehingga
sampai air sisa pencucian tidak menetes tidak menyebabkan hangus. Proses
lagi. Adapun proses penirisan dilihat pada pengasapan terdapat pada Gambar 6.
Gambar 4.
69
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
selesai, kemudian ikan pari asap ini siap dengan nilai ALT sebesar 1,5 x 105
untuk dipasarkan atau dijual. koloni/g. Sedangkan pada hari ke- 6 ikan
pari asap dalam kemasan vakum yang
Perubahan Total bakteri (angka lempeng disimpan pada suhu kamar (± 30oC), sudah
total/ALT) pada ikan pari asap dengan tidak layak dikonsumsi denga nilai ALT
kemasan vakum sebesar 6,1 x 105 koloni/g . Ikan pari asap
Ikan Pari Asap setelah mengalami dalam kemasan vakum pada kulkas (± 5 o C)
proses pengolahan, walaupun sudah melalui pada hari ke-6 sudah mulai tidak layak
proses pemanasan tetap bisa mengalami dikonsumsi dengan nilai ALT sebesar 5,4 x
proses kemunduran mutu. Proses 105 koloni/g. Batas ambang ikan pari asap
kemunduran mutu ikan pari asap dapat yang layak dikonsumsi berdasarkan batas
disebabkan oleh berbagai reaksi mikro- ambang cemaran mikroba pada produk
biologis, kimiawi maupun fisik. Secara pangan (SNI 7388-2009).
detail perubahan mikrobiologi berdasarkan Ikan pari asap pada kemasan vakum
uji Angka Lempeng Total (ALT) atau total pada suhu kamar (± 30 o C) pada hari
bakteri pada penyimpanan ikan Pari asap pertama (ke-0) terjadi kenaikan ALT
dapat dilihat pada Tabel 1. sebesar 0,07 log cycle. Pada hari ke -2,
terjadi kenaikan ALT sebesar 0,16 log cycle.
Hari ke -4, terjadi kenaikan ALT sebesar
0,10 log cycle. Hari ke -6, terjadi kenaikan
ALT sebesar 0,12 log cycle.
70
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
71
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
signifikan. Hal ini terjadi karena pH pada disimpan dalam kemasan vakum baik
ikan pari asap akan terus naik seiring pada suhu kamar (± 30oC) maupun suhu
dengan proses pembusukkan yang terjadi. kulkas (± 5oC) tidak berbeda nyata.
Selama penyimpanan akibat degradasi 4. Perubahan Derajat Keasaman (pH) pada
protein menghasilkan sejumlah basa yang ikan pari asap dengan kemasan vakum
mudah menguap seperti amoniak, histamin, menunjukkan derajat keasaman (pH)
dan trimetilamin. Aksi enzimatik tidak pada kemasan vakum suhu kulkas (± 5C)
tergantung oksigen, tetapi aksi enzim lebih rendah dibandingkan dengan
proteolitik tergantung pada temperatur. Aksi kemasan vakum suhu kamar (± 30C).
enzimatik menurun pada temperatur rendah. Berdasarkan analisa statistik pH pada
Kontrol aksi enzimatik dapat dilakukan ikan pari asap yang disimpan dalam
dengan menurunkan temperatur, sedang kemasan vakum baik pada suhu kamar (±
efek sampingan dapat diatasi dengan 30C) maupun suhu kulkas (± 5C) tidak
pengepakan tahan air dan film impermeabel berbeda nyata. Demikian pula pada hari
oksigen. Enzim menjadi tidak aktif pada ke- 4, 6 dan 8 terus mengalami kenaikan
pemanasan produk (Sulistijowati dkk, 2011) walaupun tidak signifikan.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun saran dari penelitian
Kesimpulan terapan ini antara lain:
1. Pengemasan akhir ikan pari asap dengan
Kesimpulan dari penelitian terapan ini kemasan vakum merupakan salah satu
antara lain: cara pemecahan masalah untuk mengatasi
1. Proses pengolahan ikan pari asap dimulai rendahnya kualitas ikan pari asap.
dari Penyiangan dan pemotongan, 2. Penyimpanan produk ikan pari asap dapat
Pencucian, Penirisan, Penyusunan, dilakukan dengan cara menyimpan
Pengasapan dan Pengemasan. produk dengan menggunakan suhu
2. Perubahan total bakteri (Angka Lempeng dingin maupun suhu ruangan namun
Total/ALT) pada ikan pari asap dengan untuk mendapatkan hasil pengawetan
kemasan vakum menunjukkan jumlah yang terbaik dapat dilakukan dengan
bakteri ikan pari asap mengalami penyimpanan dingin sehingga produk
peningkatan pada kedua perlakuan (baik dapat menjadi lebih tahan lama.
yang disimpan pada suhu ruang (± 30oC)
maupun pada suhu kulkas (± 5oC))
seiring dengan bertambahnya waktu. DAFTAR PUSTAKA
Kemasan vakum yang disimpan pada
suhu ruang sedikit lebih tinggi daripada Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar
yang disimpan pada suhu kulkas. Namun Nasional Indonesia (SNI 01-2346-
berdasarkan analisa statistik tidak 2006) Petunjuk Pengujian
berbeda nyata pada kedua perlakuan, baik Organoleptik dan atau Sensori. Dewan
hari ke-0,2,4,6, maupun 8. Standarisasi Nasional – DSN, Jakarta
3. Perubahan aktifitas air bebas pada ikan Eskin M dan Robinson D S. 2010. Food
pari asap dengan kemasan vakum Shelf Life Stability, Chemical,
menujukkan Ikan pari asap pada kemasan Biochemical and Microbiological
vakum pada suhu kamar (± 30 o C) pada Changes. Taylor and Francis, USA
hari pertama (ke-0) aW lebih rendah Fardiaz S. 1989. Petunjuk Praktikum
dibandingkan dengan penyimpanan pada Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jend.
suhu kulkas (± 5C), demikian pula pada Pend Tinggi. Dekdikbud. PAU-IPB.
hari ke- 4, 6 dan 8. Berdasarkan analisa Bogor
statistik aW pada ikan pari asap yang
72
ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 66-73 Th. 2017
73