Anda di halaman 1dari 8

MANFISH JOURNAL ISSN 2721-2939

Marine, Environment, and Fisheries p-ISSN:


http://ejurnal.polnep.ac.id/index.php/manfish

Volume 1 Nomor 2 - September 2020

DOI:

PENGARUH METODE PENGERINGAN KERUPUK UDANG


WINDU (Paneaus monodon) TERHADAP DAYA KEMBANG
DAN NILAI ORGANOLEPTIK

Teguh Setyo Nugroho1 dan Uji Sukmawati2

1Program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Politeknik Negeri Pontianak, Indonesia
2
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi Kalimantan Barat, Pontianak, Indonesia
Email: tyo.teguh@gmail.com

ABSTRAK
Pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pengeringan matahari
(penjemuran) dan pengeringan oven. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dua jenis cara
pengeringan (matahari vs oven) terhadap mutu kerupuk udang windu (Paneaus monodon). Agar di
dapatkan kadar air kerupuk yang relatif sama (kadar air ≤ 12%), maka sebelum dilakukan percobaan
dilakukan penelitian pendahuluan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan terdiri dari 2 yaitu perbedaan
metode pengeringan matahari dan pengeringan oven. Parameter uji yang diukur adalah daya kembang
kerupuk, dan uji organoleptik terhadap penampakan, warna, bau, tekstur dan rasa kerupuk. Analisis
data menggunakan Analisa Varian (ANAVA) pada selang kepercayaan 95% dan penentuan perlakuan
terbaik menggunakan metode Multi Criteria Analyisis (MCA). Pada percobaan pendahuluan, metode
pengeringan matahari didapatkan persamaan regresi y = 26,50e-0,45x,yang artinya untuk mencapai
kadar air ≤ 12% (simulasi model) dibutuhkan waktu penjemuran selama ± 1 (satu) hari atau 8
(delapan) jam. Pengeringan menggunakan penjemuran oven didapatkan persamaan regresi y =
51,11e-0,33x, yang artinya untuk mencapai kadar air ≤ 12% dibutuhkan waktu pengovenan selama ±
5 (lima) jam. Hasil rerata daya kembang kerupuk dengan metode penjemuran matahari adalah sebesar
358,94 % dengan standar deviasi 5,93%. Daya kembang rerata daya kembang dengan metode
pengeringan oven adalah sebesar 285,56 % dengan standar deviasi 6,76%. Hasil uji F (α 0,05) antara
perlakuan pengeringan matahari dengan oven memberikan pengaruh beda nyata terhadap parameter
daya kembang dan rasa; memberikan pengaruh tidak beda nyata terhadap parameter penampakan,
tekstur, bau, dan warna.
Kata Kunci: Pengeringan, Kerupuk, Udang Windu

PENDAHULUAN di Indonesia, tetapi juga di negara–negara Asia


Kerupuk merupakan makanan ringan lainnya seperti Malaysia, Singapura, Cina dan
kering yang sangat populer bagi masyarakat lain-lain. Kerupuk mudah diperoleh disegala
Indonesia dan biasa dikonsumsi sebagai tempat, baik di warung, kedai pinggir jalan,
cemilan maupun sebagai variasi lauk pauk. super market, maupun restoran dan hotel
Kerupuk tidak hanya dikenal dan dikonsumsi berbintang (Marzuki, 2006). Menurut Koswara

Open Access Journal 107


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

(2009), asal muasal kerupuk kemungkinan Mutu kerupuk sangat ditentukan dari
besar berasal dari Cina, yang kemudian kerenyahannya. Kerupuk yang renyah akan
disebar-luaskan berkat adanya hubungan menimbulkan bunyi sewaktu digigit dan
dagang dan perpindahan penduduk dari negeri dikunyah. Kerenyahan kerupuk tentunya
Cina ke negara-negara Asia lainnya. Sebagai sangat tergantung dari daya kembang kerupuk
komoditi industri, kerupuk mempunyai potensi saat digoreng (Saraswati, 1986; Suryani et al.
cukup baik. Saat ini pemasarannya 2005). Adapun faktor lain yang juga
berkembang tidak hanya di dalam negeri, menentukan mutu kerupuk adalah nilai gizi
tetapi juga di luar negeri seperti Belanda, dan nilai organoleptik kerupuk, yang meliputi:
Singapura, Hongkong, Jepang, Suriname dan rasa, tekstur, aroma, penampakan dan warna.
Amerikan Serikat. Dalam membeli produk kerupuk baik mentah
Kerupuk biasanya dibuat dari gelatinisasi maupun yang sudah digoreng, faktor
adonan berkandungan pati tinggi yang di organoleptik tetap menjadi penentu utama bagi
campur ikan/udang dan bumbu-bumbuan konsumen (Suprapti dan Lies, 2005).
melalui proses perebusan/pengukusan yang Tahap pengeringan setelah adonan
selanjutnya dikeringkan dalam bentuk irisan digelatinisasi dan diiris tipis-tipis merupakan
tipis, sehingga ketika digoreng volume produk langkah yang sangat penting dalam proses
akan mengembang, porus dan densitasnya pembuatan kerupuk. Pengeringan kerupuk
rendah. Pada saat penggorengan akan terjadi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
penguapan air yang terikat dalam gel pati, metode pengeringan matahari (penjemuran)
akibat peningkatan suhu akan dihasilkan dan pengeringan oven. Pengeringan oven
tekanan uap yang mendesak gel pati sehingga adalah metode pengeringan dengan
terjadi pengembangan sekaligus terbentuk memanfaatkan energi panas dari alat yang
rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah bersumber dari listrik maupun gas, sedangkan
digoreng (Koswara, 2009). Pada dasarnya penjemuran merupakan pengeringkan dengan
kerupuk mentah diproduksi dengan memanfaatkan energi matahari dan
gelatinisasi pati adonan pada tahap kelembababan lingkungan. Menurut Winarno
pengukusan/perebusan, selanjutnya adonan (1980), pengeringan adalah proses
diiris/cetak tipis dan dikeringkan. pengeluaran kadar air untuk memperoleh kadar
Pengembangan kerupuk merupakan proses air tertentu. Proses pengeringan ini diduga
ekspansi tiba-tiba dari uap air dalam struktur memberikan pengaruh terhadap mutu kerupuk,
adonan saat digoreng, sehingga diperoleh yaitu daya kembang dan nilai organoleptik.
produk yang volumenya mengembang dan Berdasarkan kondisi tersebut, maka diambil
porus. topik penelitian “Pengaruh Metode
Salah satu jenis kerupuk yang cukup Pengeringan Kerupuk Udang Windu (Paneaus
populer di masyarakat dan bernilai tinggi monodon) Terhadap Daya Kembang dan
adalah kerupuk udang. Kerupuk udang berasal Organoleptik”. Tujuan dari penelitian ini
dari adonan kerupuk biasa (hasil gelatinisasi adalah untuk mengetahui pengaruh metode
pati) yang ditambahkan daging udang untuk pengeringan matahari (penjemuran) dengan
memberikan cita rasa yang khas udang dan pengeringan oven terhadap daya kembang dan
meningkatkan nilai gizi. Jenis udang yang nilai organoleptik kerupuk.
dapat dipakai dalam pembuatan kerupuk
udang adalah udang windu. Menurut Amir METODE PENELITIAN
(2000) dalamNurfirani(2011); Darmono
(1991) dan Suyanto et al. (2003), udang windu Waktu dan Tempat
memiliki keunggulan karena daging yang Penelitian ini dilaksanakan di Workshop
tebal, rasa yang enak dan gurih, serta dan laboratorium Program Studi Teknologi
kandungan gizinya yang sangat tinggi.

Open Access Journal 108


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik pengeringan matahari dan pengeringan oven.


Negeri Pontianak, Kota Pontianak, Provinsi Desain dari percobaan ini dapat dilihat pada
Kalimantan Barat. Tabel 1.
Bahan dan Alat
Tabel 1. Desain Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan adalah
udang 1,25 kg, tepung terigu 1,25 kg, tepung Perlakuan Pengeringan
tapioka 5 kg, kuning telur 1 butir, bawang
putih 87,5 g, bawang merah 25 g, garam 62,5 Perlakuan A Perlakuan B
No Uraian
g, vetcin 20 g, lada 25 g, dan gula 31,25 g. (penjemuran (oven)
Peralatan yang dipergunakan antara lain: matahari)
Baskom, Alat penghancur bumbu, Pisau,
Tampah (Nyiru), Kompor, Loyang, Sendok, 1 Ulangan 1 Sampel A1 Sampel B1
Alat penghancur ikan, Bak pencampur bahan, 2 Ulangan 2 Sampel A2 Sampel B2
Alat pengukus (dandang), dan Oven.
3 Ulangan 3 Sampel A3 Sampel B3
Penelitian Pendahuluan
Komposisi Penelitian ini dilakukan untuk
melihat pengaruh dua jenis cara pengeringan Prosedur Pembuatan Kerupuk
(matahari vs oven) terhadap mutu kerupuk Alur proses yang digunakan dalam
udang windu. Agar di dapatkan kadar air pembuatan kerupuk udang windu terdiri atas
kerupuk yang relatif sama (kadar air ≤ 12%), langkah – langkah sebagai berikut:
maka sebelum dilakukan percobaan dilakukan a. Bersihkan udang yang masih baru
penelitian pendahuluan yang ditujukan untuk beberapa saat dan rebus kemudian di giling
mengetahui waktu dan suhu yang diperlukan hingga halus. Air hasil rebusan digunakan
untuk mengeringkan kerupuk sampai pada nanti ketika perebusan adonan.
kadar air ≤ 12%. Adapun prosedurnya adalah b. Bawang merah, bawang putih, dan lada di
sebagai berikut : haluskan dan ditumis hingga harum.
a. Proses pengeringan matahari c. Kemudian membuat adonan tepung
Pertama-tama kerupuk basah diukur kadar tapioka dan tepung terigu dengan
airnya. Selanjutnya dijemur sampai kering perbandingan 10:1, dan campuran antara 2
(kadar air ≤ 12%). Pada saat proses tepung tersebut dibagi 2 yaitu, tepung 1
penjemuran dan diukur kadar air, suhu serta dan tepung 2.
keadaan cuacanya setiap harinya. d. Tepung 1 dicampurkan dengan bumbu
b. Proses pengeringan oven yang ditumis, udang, garam, vetcin, gula,
Pertama-tama kerupuk basah diukur kadar dan telur.
airnya. Selanjutnya kerupuk di oven pada suhu e. Air rebusan tadi di tambahkan ke
72OC sampai kering (kadar air ≤ 12%).Pada campuran bahan tersebut dengan
saat proses oven diukur kadar airnya setiap perbandingan 1:4, dan diratakan yang
jam. kemudian direbus hingga menjadi lengket
Rancangan Percobaan dengan mengaduknya perlahan-lahan.
Setelah diketahui waktu dan suhu yang f. Adonan tepung 2 dimasukan kedalam
diperlukan untuk mengeringkan kerupuk adonan yang direbus sedikit demi sedikit
dengan kadar air ≤ 12% baik dengan sambil terus diaduk.
penjemuran matahari maupun oven, maka g. Kemudian pembentukan adonan menjadi
langkah selanjutnya pelaksanaan percobaan. silinder (panjang 20-25 dengan diameter 5-
Rancangan percobaan yang digunakan adalah 6 cm)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua h. Adonan yang sudah dibentuk kemudian di
perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan rebus dengan sisa air rebusan yang masih
terdiri dari 2 yaitu perbedaan metode tersisa tersebut.

Open Access Journal 109


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

i. Setelah masak, adonan didinginkan di suhu MCA terdiri beberapa langkah utama yaitu
ruang dalam waktu 20-24 jam agar mudah penerapaan sasaran, penetapan kreteria,
dipotong. pembobotan (weeighting) kitreria, dan
j. Setelah itu adonan dipotong tipis-tipis penilaan (scoring) (Thomas, 2001)
dengan menggunakan pisau.
k. Adonan diangin-angnkan. HASIL DAN PEMBAHASAN
l. Kemudian adonan di keringkan dengan
menggunakan matahari dan sebagian lagi Penentuan Lama Pengeringan
dikeringkan dengan menggunakan oven. Penelitian pendahuluan ini ditujukan untuk
m. Setelah kering, produk dapat di goreng dan mengetahui berapa lama waktu yang
di uji organoleptiknya. diperlukan untuk pengeringan kerupuk baik
dengan menggunakan oven maupun
Pengumpulan Data penjemuran sinar matahari sehingga mencapai
Selama penelitian berlangsung, dilakukan kadar air ≤ 12%yang akan dilakukan pada
pengamatan dan pengukuran berbagai penelitian utama. Adapun hasil dari percobaan
parameter uji data sebagai berikut: pendahuluan ini dapat dilihat pada Tabel 2
a. Uji daya kembang kerupuk setelah Pada perlakuan A (penjemuran matahari)
digoreng, yaitu dengan membandingkan dan perlakuan B (pengeringan oven) model
presentase volume kerupuk mentah kering persamaan regresinya adalah eksponensial.
dengan setelah digoreng. Model peramaan pada perlakuan A
b. Uji Organoleptik yang meliputi tingkat (penjemuran matahari) adalah y = 26,50e-0,45x
kesukaan panelis (30 panelis tidak terlatih) dengan determinansi R2 = 0,683. Dari nilai
terhadap penampakan, warna, bau, tekstur determinan R2 = 0,683 ini dapat diartikan
dan rasa kerupuk sesuai dengan SNI 01- bahwa model persamaan regresi pada
2346-2006 perlakuan A, 68% dipengaruhi oleh data kadar
c. Uji kadar air (SNI 01-2354.2-2006) dan Uji air. Sedangkan pada perlakuan B (pengeringan
kadar abu(SNI 01-2354.1-2006) pada matahari) didapat model persamaan y =
perlakuan terbaik. 51,11e-0,33x dengan determinansi R2 = 0,912.
Analisis Data Dari nilai determinan R2 = 0,912 ini dapat
Setelah semua data dari berbagai parameter diartikan bahwa model persamaan regresi pada
uji terkumpul, langkah selanjutnya adalah Perlakuan B, 91% dipengaruhi oleh data kadar
dilakukan analisis data. Analisis data pada air.
penelitian ini menggunakan Analisa Varian Dari model persamaan dapat diestimasi
(ANAVA) pada selang kepercayaan 95%. waktu pengeringan kerupuk (matahari dan
Dengan asumsi pengaruh lingkungan dapat oven) yang diperlukan untuk mencapai kadar
dikendalikan, maka rancangan percobaan yang air ≤ 12%. Pada metode pengeringan
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap menggunakan penjemuran matahari, dari
(RAL) dengan 2 (dua) perlakuan dan 3 (tiga) persamaan regresi y = 26,50e-0,45x maka untuk
kali ulangan. Hipotesis pada percobaan ini mencapai kadar air ≤ 12% (simulasi model)
adalah diduga ada pengaruh metode dibutuhkan waktu penjemuran selama ± 1
pengeringan dengan penjemuran matahari dan (satu) hari atau 8 (delapan) jam dibawah sinar
pengeringan oven terhadap mutu kerupuk matahari. Pada metode pengeringan
(daya kembang dan organoleptik). menggunakan penjemuran oven, dari
Penentuan perlakuan terbaik di lakukan persamaan regresi y = 51,11e-0,33x maka untuk
dengan metode Multi Criteria Analyisis mencapai kadar air ≤ 12% (simulasi model)
(MCA). Metode Multi Criteria Analyisis dibutuhkan waktu pengovenan selama ± 5
(MCA) merupakan salah satu teknik untuk (lima) jam. Setelah diketahui lama
melakukan pengambilan keputusan pada kasus pengeringan ini, maka dapat digunakan pada
yang kompleks. Secara garis besar kegiatan penelitian utama.

Open Access Journal 110


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

kualitas dari kerupuk. Pengukuran daya


Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Air pada kembang kerupuk ditujukan untuk mengetahui
Setiap Tahap Pengeringan pertambahan volume kerupuk setelah digoreng
dengan sebelum digoreng. Semakin tinggi
No Waktu Kadar air Suhu pengeringan daya kembang suatu kerupuk, maka semakin
pengeringan (%) (ºC)
A Perlakuan A
baik mutu dari kerupuk tersebut.
(matahari) Hasil rerata daya kembang kerupuk dengan
1 Hari ke 0 49,11 metode penjemuran matahari adalah sebesar
(sebelum 358,94 % dengan standar deviasi 5,93%. Daya
dijemur) kembang rerata daya kembang dengan metode
2 Hari ke 1 9,16 Jam 08.00 = 28 ºC
di oven adalah sebesar 285,56 % dengan
Jam 10.00 = 29 ºC standar deviasi 6,76% (Gambar 1).
Jam 12.00 = 31 ºC
Jam 14.00 = 31 ºC
Jam 16.00 = 29 ºC
3 Hari ke 2 7,38 Jam 08.00 = 29 ºC
Jam 10.00 = 29 ºC
Jam 12.00 = 32 ºC
Jam14.00 = 31 ºC
Jam 16.00 = 30 ºC
4 Hari ke 3 7,35 Jam 08.00 = 28 ºC
Jam 10.00 = 28 ºC
Jam 12.00 = 29 ºC
Gambar 1. Daya Kembang Kerupuk Udang
Jam 14.00 = 30 ºC Windu
Jam 16.00 = 30 ºC
Hasil uji F didapat hasil sangat beda nyata
5 Hari ke 4 5,60 Jam 08.00 = 29 ºC
antara perlakuan pengeringan terhadap daya
Jam 10.00 = 30 ºC kembang, ini dikarenakan F hitung lebih kecil
Jam 12.00 = 32 ºC dari F tabel dengan nilai F hitung sebesar
133,147 dan F tabel sebesar 7,71. Ini berarti
Jam 14.00 = 32 ºC efektivitas antara kedua metode sama saja.
Jam 16.00 = 31 ºC Nilai Organoleptik

B Perlakuan B A. Kenampakan
(oven) Dari hasil rerata organoleptik penampakan
1 Jam ke 0 49,11 diatas didapatkan nilai penampakan pada
(sebelum dioven) penjemuran matahari pada pengulangan 1
2 Jam ke 1 44,67 72 ºC sebesar 6,83, pengulangan 2 sebesar 6,93
3 Jam ke 2 20,96 72 ºC sedangkan pada pengulangan 3 sebesar 7,10
(rerata 6,96) dengan standar deviasi
4 Jam ke 4 14,20 72 ºC
penjemuran matahari sebesar 0,85 dan
Daya Kembang pengeringan oven pada pengulangan 1 sebesar
Daya kembang merupakan salah satu 6,80, pengulangan 2 sebesar 7,20 sedangkan
parameter yang mendasar untuk menentukan

Open Access Journal 111


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

pengulangan 3 sebesar 6,90 (rerata 6,97) penjemuran matahari dan pengeringan oven
dengan standar deviasi sebesar 0,89. pada bau kerupuk tidak berbeda nyata atau
dapat dikatakan sama saja, ini dikarenakan
perlakuan A dan B sama sehingga
mempengaruhi hasil produk pada parameter
bau.
C. Tekstur
Berdasarkan hasil pengamatan didapat
nilai rerata organoleptik pada parameter
tekstur dengan pengeringan matahai adalah
6,76 sedangkan pada pengeringan oven adalah
6,81.

Gambar 2. Nilai Penampakan Kerupuk


Udang Windu

Hasil uji F didapat hasil tidak beda nyata


antara perlakuan pengeringan terhadap
kenampakan, ini dikarenakan F hitung lebih
kecil dari F tabel dengan nilai F hitung sebesar
0,0060241 dan F tabel sebesar 7,71. Hal ini
berarti efektivitas antara kedua metode sama
saja.
B. Bau
Berdasarkan hasil pengamatan didapat
nilai rerata organoleptik pada parameter bau Gambar 4. Nilai Tekstur Kerupuk Udang
dengan pengeringan matahai adalah 6,77 Windu
sedangkan pada pengeringan oven adalah 6,92.
Pada uji varian tekstur antara penjemuran
matahari dan pengeringan oven juga didapat
hasil tidak beda nyata, ini dikarenakan F hitung
(0,19) lebih kecil dari F tabel (7,71). Hal ini
berarti antara penjemuran matahari dan
pengeringan oven pada tekstur kerupuk tidak
berbeda nyata atau dapat dikatakan sama saja
ini dikarenakan perlakuan A dan B sama saja
hanya berbeda pada pengerigannya saja
sehingga hasil masih mengandung unsur dari
kesamaan perlakuan tersebut sehingga
mampengaruhi pada tekstur.
Gambar 3. Nilai Bau Kerupuk Udang Windu
Pada uji varian parameter bau diketahui D. Warna
bahwa antara penjemuran matahari dan Berdasarkan hasil pengamatan didapat
pengeringan oven didapat hasil tidak beda nilai rerata organoleptik pada parameter warna
nyata, ini dikarenakan F hitung (3,56) lebih dengan pengeringan matahai adalah 6,62
kecil dari F tabel (7,71). Hal ini berarti antara sedangkan pada pengeringan oven adalah 6,84.

Open Access Journal 112


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

oven terjadi dengan suhu yang tinggi dan


waktu yang relatif singkat.

Gambar 5. Nilai Warna Kerupuk Udang


Windu
Gambar 6. Nilai Rasa Kerupuk Udang
Pada uji varian warna antara penjemuran
Windu
matahari dan pengeringan oven didapat hasil
juga tidak beda nyata, ini dikarenakan F hitung Secara fisik rasa pada kerupuk udang pada
(4,35) lebih kecil dari F tabel (7,71). Hal ini metode pengeringan oven mendapatkan hasil
berarti antara penjemuran matahari dan baik, karena rasa udangnya lebih terasa ini
pengeringan oven pada warna kerupuk tidak dikarenakan waktu penjemuran lama dan
berbeda nyata atau dapat dikatakan sama saja, terjadi pada suhu berkisar ± 30ºC sehingga rasa
ini dikarenakan bahan, proses, dan cara yang
tetap mengikat di kerupuk, hasil ini sama
dilakukan antara perlakuan A dan B sama saja semua ulangan. Sedangkan pada pengeringan
yang membedakan hanya pada proses oven, rasa kerupuk udang kurang terasa atau
pengeringannya karena pada perlakuan A mengikat ini dikarenakan didalam oven
menggunakan metode penjemuran matahari pengeringannya terjadi pada suhu 72ºC
sedangkan pada perlakuan B menggunakan sehingga dapat mempengaruhi rasa.
metode pengeringan oven sehingga unsur
kesamaan masih melekat kuat hingga Penentuan Perlakuan Terbaik dengan
mempengaruhi hasil warna. Indeks Efektifitas
E. Rasa Berdasarkan uji penentuan perlakuan
Berdasarkan hasil pengamatan didapat terbaik dengan melihat indeks efektifitas
nilai rerata organoleptik pada parameter warna dengan menggunakan metode Multi Criteria
dengan pengeringan matahai adalah 7,32 Analysis (MCA) didapatkan bobot pada
sedangkan pada pengeringan oven adalah 6,80. parameter rasa 0,50 dan daya kembang 0,50.
Pada uji varian rasa antara penjemuran Hasil perlakuan terbaik dapat dilihat pada
matahari dan pengeringan oven didapat hasil Tabel 3. Perlakuan terbaik yaitu pada
berbeda nyata, ini dikarenakan F hitung lebih perlakuan penjemuran matahari (P1). Nilai
besar (42,48) dari F tabel (7,71). Hal ini berarti parameter perlakuan terbaik ini yaitu nilai
antara penjemuran matahari dan pengeringan organoleptik rasa 7,16 dan daya kembang 6,40.
oven pada rasa kerupuk berbeda nyata atau
dapat dikatakan ada perbedaan ini dikarenakan
pada penjemuran matahari terjadi dengan
waktu yang lama dengan suhu yang tidak
terlalu panas, sedangkan pada pengeringan

Open Access Journal 113


Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020

Tabel 3. Penentuan Perlakuan Terbaik a. Perlu dilakukanya pengujian protein dan


lain-lain, agar unsur kandungan gizi
Perlakuan
lengkap.
Parameter Uji Bobot A (P1) B (P2) b. Pada pembuatan kerupuk udang windu
harus diperhatikan sanitasi dan higienenya.
skor BxS skor BxS

Rasa 0,50 7,32 3,66 6,80 3,40


DAFTAR PUSTAKA
Daya Kembang 0,50 7,00 3,50 6,00 3,00 [BSN] Badan Standar Nasional. 2006. Cara uji
Total 1,00 7,16 6,40
kimia- Bagian 1: Penentu kadar abu pada
produk perikanan. SNI 01-2354.1-2006
[BSN] Badan Standar Nasional. 2006. Cara uji
KESIMPULAN DAN SARAN kimia- Bagian 2: Penentu kadar air pada
produk perikanan. SNI 01-2354.2-2006
Kesimpulan [BSN] Badan Standar Nasional. 2006.
Penelitian ini memiliki beberapa Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau
kesimpulan, antara lain sebagai berikut: Sensori. . SNI 01-2346.2006
a. Pada pengeringan matahari, penjemuran Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus.
kerupuk dapat berlangsung selama 4 hari Penerbit Kanisus: Yogyakarta.
untuk mendapatkan kadar air ≤ 12%. Koswara S. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk.
Sedangkan pada oven dibutuhkan waktu 5 Universitas Muhammadiyah Semarang:
jam dengan suhu 72ºC. Semarang.
b. Pembuatan kerupuk udang windu harus Marzuki. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk.
dilakukan dengan berurutan sesuai urutan PT. Penebar Swadaya: Jakarta.
pembuatan, pada proses pemasakan Saraswati. 1986. Membuat kerupuk udang.
baiknya dilakukan perebusan dari pada Bharatara Karya Aksara: Jakarta.
pengukusan ini bertujuan agar kerupuk Sumeru SU, Anna S. 2005. Pakan Udang
cepat masak dan masak hingga dalam Windu. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
kerupuk. Suprapti L. 2005. Kerupuk Udang Sidoarjo.
c. Pada pengeringan kerupuk udang windu, Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
metode yang baik antar metode Suryani A, Hambali E, dan Hidayat E. 2005.
pengeringan matahari dan oven adalah pada Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan
penjemuran matahari, karenangkan Udang. PT. Penebar Swadaya: Jakarta.
mempunyai rasa dan daya kembang yang Suyanto R, dan Mujiman A. 2003. Budidaya
lebih unggul dari pada metode pengeringan Udang Windu. PT. Penebar Swadaya:
oven. Sedangkan penampakan, warna, bau, Jakarta.
tekstur antara kedua metode ini Thomas. 2001. Decision Making for Leaders:
mendapatkan hasil yang sama. the Analitic Hierarchy Procecc for
Saran Decision in a complex World 3rd Edition.
Adapun beberapa saran yang dapat di University of Pittsburgh: Pittsburgh.
diberikan adalah sebagai berikut: Winarno FG, Fardiaz S. dan Fardiaz D. 1980.
Pengantar Teknologi Pangan. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Open Access Journal 114

Anda mungkin juga menyukai