Oleh :
ABSTRAK
Menurut ketaran (1980), arang adalah bahan padat yang berpori-pori dan merupakan hasil
pembakaran dari bahan yang mengandung unsur C. Sebagian besar dari pori-porinya masih
tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari “fixed
carbon”, abu, air, nitrogen dan sulfur. Arang menarik perhatian karena karakteristik uniknya
yang dapat digunakan dalam banyak cara. Seperti mempunyai rongga-rongga kecil yang yang
sangat banyak arah sehingga 1 gram arang mempunyai luas permukaan sekitar 250 meter
persegi. Rongga-rongga ini dapat melekatkan zat-zat yang berlainan pada dndingnya, yang
kemudian nantinya dilepaskan (Siregar, 2002). Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi,
dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Sifat arang aktif yang paling
penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya
serap adsorpsi, yaitu:
Sifat serapan
Temperatur
pH
Waktu singgung
Petis udang adalah ekstrak udang yang dikentalkan dengan tambahan bebrapa macam bumbu
untuk memberi rasa, warna dan konsistensi yang menarik. Bahan baku utama petis udang
adalah daging atau limbah udang dan gula merah, sedangkan bahan tambahannya dapat
berupa bawang putih, merica, gula pasir, tepung, garam dapur dan air.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah udang yang bernilai ekonomis
tinggi, diversifikasi pengolahan hasil perikanan, memberikan informasi mengenai produk
petis, dengan penambahan jenis tepung arang yang berbeda dan meningkatkan konsumsi
protein ikani pada masyarakat
*Kata kunci: arang, petis, udang
ABSTRACT
According to ketaran (1980), charcoal is a solid material and the resultof combustion of a
material containing elements of CARBON. Most of the pores are still covered with
hydrocarbons and other organic compounds whose components are composed of “fixed
carbon” ash, water, nitrogen and sulfur. Charcoal attracts attention cause of its unique
characteristics that can be used in many ways. Such as having very small cavities so much
direction so 1 gram of surface area 250m2 of charcoal. These cavities can attach different
substance to the walls, which are then released (Siregar, 2002). To increase adsorption
speed, it is recomended to use activated charcoal that has been mashed. The most important
character of charcoal is absorption. In this case there are sevral factors that affect tof the
absorption that are:
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Pisau dapur
4. Piring dan sendok
5. Wajan atau kuali
6. Baskom plastik
7. Kain saring
8. Alat penumbuk
9. Kompor
Bahan yang digunakan dalam pembuatan petis kepala udang Windu (Panaeus
monodon) adalah :
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : efektifitas jenis tepung arang yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kualitas petis sari kepala udang
H1 : efektifitas jenis tepung arang yang berbeda berpengaruh terhadap kualitas petis sari kepala udang.
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Menurut
Srigandono (1981), Rancangan Acak Lengkap adlah rancangan yang paling sederhana baik dalam teknik
maupun analisisnya. Rancangan ini digunakan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh dari
berbagai perlakuan. Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan ada 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan
sebagai berikut:
Perlakuan A: Pembuatan petis tidak ditambah drengan jenis arang (kontrol).
Perlakuan B: Pembuatan petis ditambah dengan tepung arang kayu (5 gram).
Perlakuan C: Pembuatan petis ditambah dengan tepung arang sekam padi (5 gram).
Perlakuan D: Pembuatan petis ditambah dengan tepung arang tempurung kelapa (5 gram).
Prosedur penelitian
Proses pembuatan tepung arang adalah sebagai berikut:
1. Pembakaran bahan arang (tempurung, sekam padi dan kayu galam), kayu galam dan tempurung kelapa
biasanya dibakar di dalam drum sampai berubah menjadi arang yang berwarna hitam, sedangkan untuk
sekam padi biasanya di sangrai untuk mengubah sekam menjadi arang.
2. Setelah bahan jadi arang, maka proses selanjutnya dalah pengecilan ukuran dengan cara penumbukan
atau penggilingan arang menjadi tepung.
3. Penyaringan, tepung yang sudah digiling atau dihaluskan selanjutnya disaring untuk memperoleh ukuran
tepung arang yang sama
Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah uji kimia dan uji orgnoleptik, uji kimia adalah uji
kadar protein, kadar air dan kadar abu. Sedangkan uji organoleptik meliputi spesifikasi warna, bau atau
aroma, tekstur dan rasa.
Analisis Data
Data yang diamati adala hassil uji kadar protein dan uji organoleptik, untuk memudahkan dalam
pencatatan dan perhitungan hasil analisis uji kadar protein tersebut dapat dibuat daftar pengamatan seperti
berikut:
Perlakuan
Ulangan A B C D Jumlah
I A1 B1 C1 D1
A2
II B2 C2
D2
A3
III B3 C3
D3
HASIL Ta Tb Tc Td ∑ xij
RATA-RATA Ra Rb Rc Rd
Keterangan:
A, B, C, dan D : perlakuan pada penelitian
I, II, III, : ulangan perlakuan
T : Jumlah dan total
R : rerata
PEMBAHASAN
Kehomogenan data dapat dilakukan deangan uji homogenitas menurut uji Barlett (Srigandono, 1981).
Setelah diketahui bahwa data homogen, kemudian dilakukan analisis keragaman. Tabulasi analisis
keragaman kadar protein, kadar air dan kadar abu dapat dilihat pada tabel berikut
SK DB JK KT F hit F Tabel
5% 1%
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sumber, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Udang Windu (Penaus monodom) merupakan salah satu potensi perikanan Indonesia yang
memegang peranan penting dalam peningkatan devisa negara.
2. Diversifikasi pengolahan limbah perikanan (udang) sangat penting dilakukan untuk mereduksi
jumlah limbah yang banyak serta meningkatkan nilai ekonomis dari limbah perikanan (udang)
tersebut.
3. Petis merupakanproduk olahan hasil sampingan dari limbah perikanan yang mampu
meningkatkan nilai ekonomis dari limbah tersebut.
4. Petis merupakan produk semi basah yang memiliki nilai kadar air cukup tinggi serta masih
memiliki bau amis dari bahan baku (kepala) udang sehingga hal tersebut mempengaruhi
penerimaan konsumen (organoleptik).
5. Tepung arang merupakan produk yang dihasilkan dari pembakaran bahan sampai menjadi arang
yang kemudian dihaluskan
6. Tepung arang mulai menjadi primadona produk karena manfaat dibidang pangan, kesehatan,
industri, dan lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih saya haturkan pada Allah SWT yang telah memberi saya kemampuan
dan kesempatan untuk menyusun naskah publikasi ini
Ucapan terima kasih dan shalawat saya haturkan pada junjungan besar saya Nabi
Muhammad SAW. dan keluarga serta sahabat beliau
Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada dosen pengajar mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah membimbing kami dalam menulis naskah publikasi ini
Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada saudari Farihatus Sholihah Alumni
Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perikanan dan Kelautan sebagai penulis skripsi
yang materinya saya bahas disini.
DAFTAR PUSTAKA
Skripsi karya saudari Farihatus Sholihah Alumni Universitas Lambung Mangkurat Fakultas
Perikanan dan Kelautan mengambil beberapa daftar pustaka. Sebagaimana berikut
Adan, I.U., 1998. Teknologi Tepat Guna Membuat Briket Bio Arang, Yogyakarta; Kanasius
Anonim. 1980. Melaleuca leucadendron. Badan Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Anonim. 1995. Kecamatan Gambut Dalam Angka. Badan Pusat Statistika, Kabupaten Banjar
2007. Kulit Ikan Limbah Berniali Tambah. http://www.kompas.com Kulit Ikan Limbah
Bernilai Tambah ≫Pusat Informasi Agroindustri Indonesia.htm. 2 halaman (diakses tanggal 5 Mei
2008)
2008a. Ikan Air Tawar Kaya Protein dan Vitamin. http://www.Artikel-dkp.go.id Kliping Dunia
Ikan dan Mancing.htm 2 halaman (diakses tanggal 5 Mei 2008)
2008b. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id IPTEKnet. Sentra Informasi IPTEK,
24 Juni 2008
Alfrianto, Eddy dan Evi Liviawty, 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta. 125 halaman
Akiyama, 2003, Sidang Global Shrimp Outlook. Los Cabo. Mexico:3 sampai 6 November 2003
Astawan, Made 2005. Analisis Kemunduran Mutu Petis Udang. Penerbit Universitas Indonesia (UI
Press). Jakarta. 327 halaman
Aryafatta, 2008. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. Makalah M.K
Falsafah sains. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. 168 halaman
Arroyo. G, Velasco, E, Irusta R. Segovia,J.J.2000. “ Combustion of Coffe Lignocellulose Waste”,
Procendings of First International Conference, Vilamoura, Portugal. 273-312 halaman
Atria, M.N. Yuli dan M. Sutrisna , 2002 . Optimasi Bertahap Faktor Fisik Terhadap Laju Degredasi
Sellulosa Kayu Albasia dan Karbonsimetil Sellulosa Secara Enzimatis Oleh Jamur. 184 halaman
Balai Besar Penelitian Pasca Panen Pertanian, 2006. Giliran Sekam Buat Bahan Bakar Alternatif, Bogor
Backle, K.A. R.S, Edward, G,H., Fleet.., dan M, wooton. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah: Purnomo, H
dan Adiono. Penerbitan Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 365 halaman
Deman, Eko S, 2008. “Pengolahan Limbah Pertanian menjadi Biobriket sebagai salah satu Bahan Bakar
Alternatif”. Laporan Penelitian Program Pasca Sarjana UNS. Semarang. 159 halaman.
Deman,J.M.,1997. KIMIA Makanan.. Edisi Kedua. ITB. Bandung. 150 Halaman
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah : Muchji Muljohardjo.
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. 327 halaman.
Djamali, M. K. Moosa. D Hindarto dan K. Romimohtarto, 1989. Sumberdaya Biota Tambak di
Indonesia. Proyek Studi Potensial Sumber Daya Alam Indonesia. Pusat Penelitian Lembaga Oseanologi.
LIPI. Jakarta. 234 halaman
Hindarso, 2008, Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergajian. Buletin Penelitian Hasil Hutan Forest
Product Research Bulleti n 14 (8): 308-320 halaman
Iskandar H, K. D. Santoso, M.Kannien and P. Gunarso, 2005 The Utilization Of Wood Waste For
Community, Research Identification and Utilization Challenger In Malinau District, East Kalimantan.
CIFOR. Bogor, 27.pp