PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya adalah sesuatu yang berguna dan bernilai pada kondisi kita
menemukannya. Secara umum sumberdaya alam dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu (1) sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dengan
contohnya adalah barang-barang tambang (minyak bumi dan batu bara), (2)
sumberdaya alam mengalir dengan contohnya adalah energi matahari dan
gelombang laut, dan (3) sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dengan
contohnya adalah hutan dan ikan (Randal 1987 in Ruslan 2005).
Ikan termasuk kelompok ketiga sebagai sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui. Sifat kelompok ini apabila telah dipanen masih akan tumbuh
kembali dalam waktu dan dengan kecepatan tertentu. Sifatnya dapat diperbaharui.
Tetapi juga punya batas, apabila eksploitasi melebihi batas maksimum, maka
perkembangan dan pertumbuhan akan terganggu dan akan mengakibatkan
kepunahan. Jadi dalam usaha eksploitasi diperlukan manajemen yang bijaksana
(Muzakir 2008). Potensi sumberdaya perikanan terdiri dari sumberdaya perikanan
tangkap, budidaya pantai (tambak), budidaya laut, dan bioteknologi kelautan
(Dahuri 2001 in Tangke 2010). Potensi perikanan laut sesungguhnya merupakan
asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia namun masih belum
banyak yang digarap secara optimal karena informasinya belum ditempatkan
dalam suatu sistem basis data yang terpadu sehingga menyulitkan dalam
pencariannya (Tangke 2010).
Salah satu sifat sumberdaya ikan adalah sangat dinamis yang dapat
berubah dengan cepat sesuai dengan ruang dan waktu dan dengan kondisi lautan
yang sangat luas, maka untuk pengelolaan sumberdaya ikan diperlukan informasi
yang lebih spesifik baik secara temporal maupun secara spasial. Masih banyak
informasi mengenai sumberdaya perikanan yang belum tersedia misalnya dimana
ikan berada, kapan, jenis apa saja, berapa banyak, daerah mana yang belum
dimanfaatkan, bagaimana pengaruh kondisi oseanografi terhadap sumberdaya dan
sebagainya (Tangke 2010).
Dinamika populasi merupakan konsep batasan indentifikasi populasi dan
stok serta parameter peubahnya yaitu pendugaan parameter pertumbuhan,
rekruitmen, mortalitas alami dan penangkapan. Para ahli perikanan harus
menelaah dinimika populasi ikan dengan tepat, agar sumberdaya perikanan pada
suatu perairan jangan sampai menurun. Untuk memahami dinamika populasi ikan,
pengetahuan tentang konsep perikanan sangat diperlukan, yaitu meliputi tiga unit
factor yang berinteraksi yaitu : biota, habitat dan manusia.
Dalam dinamika populasi yang dimaksud dengan biota adalah semua
jenis ikan, phytoplankton, zoo-plankton, bentos serta tumbuhan air tertentu.
Faktor habitat terdiri dari komponen fisik seperti kualitas air, substrat,
morpometri, dan geografi perairan yang saling berinteraksi. Komponen manusia
meliputi semua manipulasi sumberdaya biota yang dapat diperbaharuia, pengaruh
manusia terhadap habitat dan biota bias berupa usaha perikanan rekreasi dan
komersial, industri, pertanian, dan berbagai limbah domestik yang dibuang
keperairan. Masalah utama dalam perikanan sebagian besar berasal dari kegiatan
manusia seperti penangkapan, masyarakat perikanan, nelayan, dan pengusaha
termasuk rantai pemasarannya.
Dalam penulisan paper terkait pendugaan populasi di dalamnya terdapat
beberapa pola perhitungan untuk mengukur populasi .Selain itu terkait metode
yang digunakan untuk mengetahui hubungan panjang berat ikan.
PEMBAHASAN
^ ^ t 2 n ( n−s )
V ( N )=
s3
Namun penduga tersebut merupakan penduga berbias bagi N.
Sebagai alternatif, Chapman(1952) dalam Scheaffer(2012) merumuskan suatu
cara pendugaan N yang lebih mendekati ketidakbiasan untuk digunakan pada
banyak kasus.
^ (t +1)(n+1)
N c= −1
(s +1)
dengan penduga ragam bagi total populasi adalah:
^ (^ (t+1)(n+1)(t−s)(n−s)
V N c )=
( s+1 )2 ( s+ 2)
Asumsi
• Ikan yang telah ditandai dan belum ditandai harus memiliki peluang yang
sama untuk terambil pada penangkapan selanjutnya.
• Ikan yang telah ditandai harus dilepaskan kembali ke habitatnya dan hidup
bercampur kembali dengan hewan lain.
• Tanda yang diberikan kepada hewan harus berada pada posisi yang sama
ketika ditangkap lagi pada pengambilan contoh kedua (atau selanjutnya)
dan tanda tersebut tidak boleh mempengaruhi kelangsungan hewan yang
sedang diamati.
Removal Sampling
Metode pendugaan ukuran populasi dengan cara menangkap individu yang
menjadi obyek penelitian, lalu individu tersebut dibuang secara permanen
(dibunuh) maupun sementara (live-trapped) selama durasi penelitian.
Digunakan untuk menduga ukuran populasi (biasanya hewan berupa ikan
maupun mamalia kecil) yang jumlahnya hanya beberapa ribu.
Tahapan
Penarikan contoh pertama (inisiasi) dilakukan dengan menangkap
sejumlah tertentu hewan dari populasinya dengan menggunakan alat bantu.
Hewan yang telah ditangkap tersebut kemudian dibuang / disimpan
terlebih dahulu.
Melakukan kembali penangkapan dengan populasi hewan yang tersisa
hingga beberapa kali penangkapan.
Setelah semua tahapan penangkapan selesai dilakukan, hewan yang sudah
tertangkap akan dikembalikan lagi ke habitatnya.
Kegagalan dalam Removal Sampling
• Dasar pendugaan ukuran populasi pada metode removal adalah
berkurangnya ukuran populasi secara signifikan pada setiap tahap
penangkapan.
• Jumlah hewan yang tertangkap harus berkurang: u1 > u2 > u3, dan
seterusnya.
• N dan p dapat diestimasi dari data jika kriteria berikut terpenuhi
Terdapat kesamaan dari ke dua metode Quadrat & Adaptive Sampling
• Baik digunakan dalam menduga banyaknya elemen populasi yang
mempunyai karakteristik relatif tetap.
• Karakteristik populasi relatif tetap Konsep kepadatan elemen populasi
Ukuran populasi.
• Daerah populasi dibagi menjadi beberapa bagian yang nantinya berperan
sebagai unit pengambilan contoh.
Quadrat Sampling
• Asumsi dasar : Kepadatan populasi relatif sama untuk setiap bagian pada
daerah populasi.
• Tujuan : Menduga kepadatan populasi λ, kemudian menduga total elemen
dalam populasi M =λA
• Contoh Penerapan : Survei Ubinan - BPS
Hubungan
Hubungan Panjang Berat, Hubungan panjang berat digambarkan dalam 2
bentuk yaitu isometrik dan allometrik, dimana pada pertumbuhan allometrik,
bagian-bagian tubuh berkembang dengan laju sebanding sehingga ikan akan
cenderung kelihatan besar dan gemuk, sedang pertumbuhan isometrik semua
bagian tubuh berkembang dengan laju yang tidak sama dan sebanding dengan kata
lain ikan tersebut cenderung kurus.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, F., & Mallawa, A. (2016). Pengkajian Stok Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) di Perairan Selat Makassar. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, 2(3).
Nugraha, E., & Koswara, B. (2012). Potensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan
Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten. Jurnal
Perikanan Kelautan, 3(1).
Rochmady, R., & Susiana, S. (2014). Pendugaan stok ikan kerapu (grouper) di
perairan Selat Makassar Sulawesi Selatan periode tahun 1999-
2007. Agrikan: Jurnal Agribisnis dan Perikanan, 7(2), 60-67.