Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rahmania

Nim : G0218339

Kelas : Akuakultur A

Makul : Biologi Perikanan

RANGKUMAN MATERI PEMBAHASAN SURVIVAL DAN MORTALITAS

Pengantar : Salah satu cara untuk menentukan survival dan mortalitas individu-individu dalam
populasi yaitu dengan menguji cohort individu dari lahir hingga mati.

- Cohort  adalah kelompok organisme yg memiliki usia sama yg tumbuh dan bertahan hidup
dgn laju yang sama.
- Populasi biasanya dibentuk oleh organisme-organisme dari berbagai  cohort yang berbeda.
A. pendugaan populasi dengan menggunakan tanda
Sampai saat ini banyak sekali macam penandaan yang dipakai dalam penelitian biologi
perikanan. Tetapi pada dasarnya hanya ada dua kelompok cara pemberian tanda pada ikan:
 Marking, yaitu pemberian tanda pada ikan dengan cara memotong dan melubangi
anggota tubuh (mutilasi), menggambari tubuh (tattoo), dan mewarnai tubuh. Diantara
cara penandaan tersebut, yang paling banyak digunakan ialah pemotongan sirip dan
melubangi tutup insang.
 Tagging, ialah pemberian tanda pada tubuh ikan dengan menempelkan benda asing.
Beberapa material telah dipakai untuk tag pada ikan, dan menurut ROUNSFELL dan
EVERHART (1953) paling sedikit ada 12 jenis metal dan senyawaan metalik ditambah
dengan beberapa material seperti ebonit, tulang, kulit dan celluloid, sutera dan karet.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, berbagai jenis plastik banyak digunakan sebagai tag.
Selain metode diatas ada beberapa metode lain yang digunakan dalam penandaan ikan yaitu
antara lain
 Sensus berdasarkan sampling
 Peterson method
 Lincoln method
Adapun tujuan dari beberapa metode pendugaan populasi yaitu: Memonitor
perubahan populasi pada waktu tertentu, menetahui prodeksi, serta dasar pengelolaaan
perikanan yang rasional.
1. Metode Petersen
Metode petersen atau metode sensus tunggal adalah metode pendugaan dengan
bertanda atau metode beri tanda dan tangkap lagi. Dalam metode ini semua ikan yang
tertangkap diberi tanda dan dilepaskan lagi ke dalam perairan. Alat penangkapan
yang digunakan untuk menangkap ikan  harus sedemikian rupa sehingga ikan hasil
tangkapan tidak rusak dan masih hidup. Beberapa kondisi yang harus dipenuhi dalam
percobaan yang menggunakan metode ini ialah :
 Setelah diberi tanda ikan tidak mudah di mangsa
 Ikan tidak mudah mati karena pemberian tanda
 Tanda pada ikan tidak hilang
 Ikan yang bertanda tersebar merata dalam populasi
 Semua tanda dikenal pada waktu ikan di tangkap

Waktu antara melepaskan ikan bertanda kedalam perairan sampai diadakan


penangkapan lagi, sebaiknya dalam waktu yang relatif singkat agar tidak terjadi
rekruitmen, mortalitas dan migrasi. Dari sejumlah hasil ikan tangkapan kembali akan
didapatkan pula ikan yang bertanda. Dengan demikian parameter yang didapatkan
dalam sensus ini adalah :

M = jumlah ikan yang diberi tanda


C = jumlah ikan tangkapan untuk disensus
R = jumlah ikan yang bertanda tertangkap lagi
N = populasi ikan pada waktu pemberian tanda
Berasarkan parameter tersebut diatas, maka rumus petersen untuk menduga besarnya
ialah :    N =
2. Metode Lincoln-Peterson
Indeks Lincoln-Peterson juga disebut metode Mark and Recapture atau
Capture-Recapture) yaitu metode penandaan dan penangkapan kembali. Metode
ini umumnya digunakan untuk penaksiran ukuran populasi, digunakan untuk
menandai dalam satu kesempatan dan mencatat populasi individu yang tertandai
dalam penangkapan atau pangambilan sampel pada ksempatan kedua
(Anonim,2009). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode
Lincoln-Peterson :
 Aspek reproduksinya,
 Pola mortalitasnya,
 Pola pergerakan musiman
 Teknik penangkapan
3. Metode Schnable (Sensus berganda)
Menggunakan metode Schnable sama dengan melakukan satu seri metode
Petersen, tetapi menggunakan semua data yang terakumulasi untuk satu
pendugaan. Semua seri penangkapan dan penangkapan kembali dilakukan dengan
waktu yang relatif pendek, dimana dalam jangka waktu tersebut tidak terdapat
kematian ikan yang diberi tanda.
Bila sejumlah contoh ikan yang diambil dari populasi, setelah diberi tanda
semua dikembalikan lagi dan dicatat. Contoh kedua diambil, catat ikan yang
bertanda dan berilah yanda ikan yang belum bertanda dan catat. Semua ikan
tersebut dilepaskan kembali.
B. Penggunaan data catch per unit of effort
Menurut Noija et. al. (2014), rumus yang digunakan CPUE (Catch per Unit Effort)
Catcht
adalah sebagai berikut: CPUEt =
Effort t
Keterangan:
CPUEt = hasil tangkapan per upaya penangkapan pada tahun ke- t(kg/trip)
Catcht = hasil tangkapan pada tahun ke- t (kg)
Effortt = upaya penangkapan pada tahun ke- t (trip).
Sebelum dilakukan perhitungan CPUE terlebih dahulu dilakukan perhitungan
standarisasi alat tangkap. Sumberdaya lemuru ditangkap dengan menggunakan empat alat
tangkap, yaitu purse seine, gill net, bagan, payang. Masing-masing alat tangkap memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menangkap suatu jenis ikan, oleh karena itu, perlu adanya
standarisasi upaya penangkapan terlebih dahulu.
Menurut Gulland (1982) dalam Sibagariang et. al. (2011), bahwa Catch per Unit Effort
(CPUE) adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi
perikanan laut yang dirata-ratakan dalam tahunan. Produksi perikanan di suatu daerah
megalami kenaikan atau penurunan produksi dapat diketahui dari hasil CPUE. Proses
standarisasi alat tangkap dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Menentukan CPUE
Laju penangkapan (CPUE) yang ditentukan adalah CPUE rata-rata dari masing-
masing alat tangkap. Alat tangkap dengan nilai CPUE tertinggi diasumsikan sebagai alat
tangkap standar.
2. Menghitung Fishing Power Index (FPI)
Standarisasi dilakukan dengan mencari nilai Fishing Power Index (FPI). Alat
tangkap standar memiliki nilai FPI 1,0 dan untuk jenis alat tangkap lainnya nilai FPI
dihitung dengan cara membagi CPUE alat tangkap tersebut dengan CPUE alat tangkap
standar. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Wahyudi, 2010) :
Cs CPUE i
CPUE = FPI = Effort = FPI x E g
Es CPUEe

Dimana:
Cs = hasil tangkapan (catch) per tahun alat tangkap (kg)
Es = upaya penangkapan (effort) per tahun alat tangkap (trip)
FPI = indeks kuasa penangkapan alat tangkap
CPUEi = hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap lain (kg/trip)
CPUEs = hasil tangkapan per upaya tahunan alat tangkap standar (kg/trip)
Effort = upaya penangkapan alat tangkap setelah di standarisasi
C. Perhitungan survival rate
1. pengertian Survival Rate
Survival Rate (SR) Merupakan Tigkat kelangsungan hidup suatu jenis ikan dalam
suatu proses budidaya dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. SR meliputi
Baik faktor biotik maupun abiotik yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan.
Faktor biotik meliputi parasit, predasi, kompetitor, umur, kepadatan populasi,
penanganan manusia maupun kemampuan untuk beradptasi. Faktor abiotik meliputi :
sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan air.  Sama seperti satuan Mortalitas, nilai
satuan dari SR adalah persen (%).
2. Cara pendugaan survival
Ada 2 cara pendugaan survival yaitu : Tabel Kohort (Cohort Life Table) dan Static Life
Table
a. Cohort Life Table
 Mengidentifikasi individu-individu yang lahir pada waktu (tahun) yang sama&
mencatat kematian yang terjadi.
 Digunakan untuk organisme yang mudah ditelusuri & dicatat; plant, sessile
animals  & mobile animal on small island
 Kelebihan tabel kohort: mudah dilakukan
 Kekurangannya: Sulit menduga untuk organisme yang siklus hidup panjang
& mobile, serta Rumit bila terjadi perubahan lingkungan
b. Static life table
 Static life table  dapat dibuat dgn mengetahui atau mengestimasi usia saat
kematian individu-individu dari suatu populasi.
 Digunakan untuk organisme yang mudah ditentukan
umurnya : fish(otolith), trees(tree rings), turtles(carapace) & some mammals.
 Kelebihan : a) tidak membutuhkan kelompok umur yang sama, b) data bisa
diambil secara random
 Kekurangan: Harus tahu umur tiap individu saat mati.
 Contoh static Life Table
3. Metode Survival
Metodesurvival (S) adalah dengan membandingkan ikan yang hidup pada akhir
periode(Nt) dengan jumlah ikan pada awal periode pengamatan(No).
- Formula: S=Nt/No
Dimana N mewakili jumlah yg didapat pada tiap umur dari contoh yg mewakili;
sehingga kecepatan mortalitas seketika (Z) :
Z = -(log e Nt–log e No)
Z = -log e S = -ln S
D. Perhitungan mortalitas
1. pengertian mortalitas
Mortalitas didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang atau mati selama satu
interval waktu tertentu. Dalam dunia Perikanan mortalitas dibedakan menjadi dua
mortalitas penangkapan (F) dan kelompok yaitu mortalitas alami (M). Mortalitas alami
adalah mortalitas yang disebabkan oleh faktor selain dari penangkapan seperti
kanibalisme, suhu yang tidak stabil.
Mortalitas alami yang tinggi didapatkan pada suatu organisme yang memiliki nilai
koefisien Iaju pertumbuhan yang besar atau sebaliknya. Mortalitas alami yang rendah
akan didapatkan pada suatu organisme yang memiliki nilai koefesien Iaju pertumbuhan
yang keci. Sedangkan mortalitas akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan yang mati
karena penangkapan selama periode waktu tertentu. Dimana semua faktor penyebab
kematian ini berpengaruh terhadap populasi. Mortalitas dinyatakan dengan satuan persen
(%).
Kematian alami merupakan parameter yang sama sekali tidak dapat dikontrol dan
diamati secara langsung, maka yang perlu dikontrol adalah dua besaran yang
berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Ikan yang memiliki mortalitas
tinggi adalah ikan yang memiliki siklus hidup yang pendek, pada populasi tersebut hanya
terdapat sedikit sekali variasi umur dan pergantian stok yang berjalan relatif cepat dan
serta mempunyai daya produksi yang lebih tinggi.
2. Cara pendugaan mortalitas
Ada 2 cara untuk menduga mortalitas :
- Mempertimbangkan populasi yang dipanen sebagai pengukuran jumlah eksploitasi,
- Mempertimbangkan beberapa usaha alat penangkapan tertentu yang proporsional
dengan kekuatan fishing mortality
3. Cara menghitung mortalitas
a) Mortalitas Alami : Mortalitas alami diduga dengan menggunakan rumus Empris
Pauly (1980) sebagai berikut :
Ln M = -0,0066 – 0,279 Ln L ∞ + 0,6543 Ln K + 0,4634 Ln T
keterangan :
M = Laju mortalitas alami (tahun)
L ∞ = Panjang asimtot ikann (cm)
K = Koefisien pertumbuhan
T = Suhu perairan ( ˚C )
b) Mortalitas Total Mortalitas total akan diduga dengan persamaan yang dikemukakan
Beverton dan Holt dalam Sparre et al. (1999) yaitu :
Z = K ( ∞ − 𝐿̅ 𝐿̅ − 𝐿′ )
keterangan:
Z = Laju mortalitas total (tahun)
K = Koefisien laju pertumbuhan
L ∞ = Panjang asimtot ikan (mm)
L = Panjang rata-rata ikan yang tertangkap (mm)
L’ = Batas terkecil ukuran kelas panjang ikan yang tertangkap (mm)
c) Mortalitas Penangkapan Mortalitas penangkapan (F) diduga dengan persamaan:
Z = F + M sehingga dapat diperoleh : F = Z – M

Anda mungkin juga menyukai