Anda di halaman 1dari 8

Nama: Anna Najilil Ani

Nim: 0218325

Kelas: Akuakultur A

Matkul: biologi perikanan

RANGKUMAN MATERI PEMBAHASAN SURVIVAL DAN


MORTALITAS

Salah satu cara untuk menentukan survival & mortalitas individu-


individu dalam populasi yaitu dgn menguji cohort individu dari lahir hingga
mati. Cohort adalah kelompok organisme yg memiliki usia sama yg tumbuh
dan bertahan hidup dgn laju yg sama. Populasi biasanya dibentuk oleh
organisme-organisme dari berbagai cohort yg berbeda.
1. Pendugaan populasi menggunakan tanda
Sampai saat ini banyak sekali macam penandaan yang dipakai dalam
penelitian biologi perikanan. Tetapi pada dasarnya hanya ada dua kelompok
cara pemberian tanda pada ikan yaitu Marking dan Tagging. Berikut ini
adalah macam penandaan yang digunakan pada bidang perikanan:
 Marking
Marking yaitu pemberian tanda pada ikan dengan cara memotong dan
melubangi anggota tubuh (mutilasi), menggambari tubuh (tattoo), dan
mewarnai tubuh. Diantara cara penandaan tersebut, yang paling banyak
digunakan ialah pemotongan sirip dan melubangi tutup insang.
 Tagging
Tagging ialah pemberian tanda pada tubuh ikan dengan menempelkan
benda asing. Beberapa material telah dipakai untuk tag pada ikan, dan
menurut Rounsfell dan Everhart (1953) paling sedikit ada 12 jenis metal
dan senyawaan metalik ditambah dengan beberapa material seperti ebonit,
tulang, kulit dan celluloid, sutera dan karet.
Selain metode diatas ada beberapa metode lain yang digunakan dalam
penandaan ikan yaitu:
 Metode Petersen
Metode Petersen ini dinamakan pula metode sensus tunggal atau
metode pendugaan dengan bertanda atau metode diberi tanda dan tangkap
lagi. Beberapa kondisi yang harus dipenuhi dalam percobaan yang
menggunakan metode ini adalah :
 Setelah di beri tanda ikan tidak mudah dimangsa
 Ikan tidak mudah mati karena pemberian tanda
 Tanda pada ikan tidak hilang
 Ikan yang bertanda tersebar merata dalam populasi
 Semua tanda dikenal pada waktu ikan ditangkap
parameter yang akan didapatkan dalam sensus ini adalah :

M = jumlah ikan yang diberi tanda


C = jumlah ikan tangkapan untuk disensus
R = jumlah ikan yang bertanda tertangkap lagi
N = populasi ikan pada waktu pemberian tanda
Berdasarkan parameter tersebut di atas, maka rumus Petersen untuk
menduga besarnya populasi adalah : N = M C / R
 Metode Schnabel ( Sensus Berganda )
Dengan menggunakan metode ini, sama dengan melakukan satu seri
metode Petersen , tetapi menggunakan semua data yang terakumulasi untuk
satu pendugaan. Semua seri penangkapan dan penangkapan kembali
dilakukan dengan waktu yang relative pendek, dimana dalam jangka waktu
tersebut tidak terdapat kematian ikan yang yang diberi tanda.
 Pendugaan Nisbah
Metode ini menggunakan nisbah kedua jenis ikan sebelum dan
sesudah pengangkapan (panen), dan jumlah ikan yang ditangkap dalam
masing-masing kedua kelompok. Metoda ini bergantung kepada asumsi;
tidak ada kematian alami, rekruitmen atau migrasi selama pengambilan
contoh dan pengambilan panen.

2. Penggunaan Data “Catch per Unit of Effort”

Metode ini digunakan untuk menduga besarnya populasi yang


situasinya tidak praktis untuk mendapat jumlah yang pasti dari individu
ikan tersebut dalam satu unit area.

Menurut Noija et. al. (2014), rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Keterangan:
CPUEt = hasil tangkapan per upaya penangkapan pada tahun ke- t(kg/trip)
Catcht = hasil tangkapan pada tahun ke- t (kg)
Effortt = upaya penangkapan pada tahun ke- t (trip).
Sebelum dilakukan perhitungan CPUE terlebih dahulu dilakukan
perhitungan standarisasi alat tangkap. Sumberdaya lemuru ditangkap
dengan menggunakan empat alat tangkap, yaitu purse seine, gill net, bagan,
payang. Masing-masing alat tangkap memiliki kemampuan yang berbeda
dalam menangkap suatu jenis ikan, oleh karena itu, perlu adanya
standarisasi upaya penangkapan terlebih dahulu. Proses standarisasi alat
tangkap dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Menentukan CPUE
Laju penangkapan (CPUE) yang ditentukan adalah CPUE rata-rata dari
masing-masing alat tangkap. Alat tangkap dengan nilai CPUE tertinggi
diasumsikan sebagai alat tangkap standar.

2. Menghitung Fishing Power Index (FPI)


Standarisasi dilakukan dengan mencari nilai Fishing Power Index (FPI).
Alat tangkap standar memiliki nilai FPI 1,0 dan untuk jenis alat tangkap
lainnya nilai FPI dihitung dengan cara membagi CPUE alat tangkap
tersebut dengan CPUE alat tangkap standar. Rumus yang digunakan
sebagai berikut (Wahyudi, 2010) :

CPUE = FPI = Effort = FPI x

Dimana:

Cs = hasil tangkapan (catch) per tahun alat tangkap (kg)

Es = upaya penangkapan (effort) per tahun alat tangkap (trip)

FPI = indeks kuasa penangkapan alat tangkap

CPUEi = hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap lain
(kg/trip)

CPUEs = hasil tangkapan per upaya tahunan alat tangkap standar (kg/trip)

Effort = upaya penangkapan alat tangkap setelah di standarisasi

3. Perhitungan Survival rate

Survival rate (kelangsungan hidup) termasuk Proporsi organisme untuk


hidup dari waktu ke waktu yang Dipengaruhi umur. Survival rate atau biasa
dikenal dengan SR dalam perikanan budidaya merupakan indeks
kelulushidupan suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya dari mulai
awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. nilai SR ini dihitung dalam bentuk
angka persentase, mulai dari 0 – 100 %. Metode Survival (S) adalah dengan
membandingkan ikan yang hidup pada akhir periode(Nt) dengan jumlah
ikan pada awal periode pengamatan(No). Dengan formula

S=Nt/No

Dimana N mewakili jumlah yg didapat pada tiap umur dari contoh yg


mewakili; sehingga kecepatan mortalitas seketika (Z) :

Z = -(log e Nt–log e No)

Z = -log e S = -ln S
Ada 2 cara pendugaan survival :

1)Tabel Kohort (Cohort Life Table)

 Mengidentifikasi individu-individu yang lahir pada waktu (tahun)


yang sama& mencatat kematian yang terjadi.
 Digunakan untuk organisme yang mudah ditelusuri & dicatat; plant,
sessile animals & mobile animal on small island
 Kelebihan tabel kohort: mudah dilakukan
 Kekurangannya: Sulit menduga untuk organisme yang siklus hidup
panjang & mobile, serta Rumit bila terjadi perubahan lingkungan

2)Static Life Table

 Static life table dapat dibuat dgn mengetahui atau mengestimasi usia
saat kematian individu-individu dari suatu populasi.
 Digunakan untuk organisme yang mudah ditentukan umurnya :
fish(otolith), trees(tree rings), turtles(carapace) & some mammals.
 Kelebihan : a) tidak membutuhkan kelompok umur yang sama, b)
data bisa diambil secara random
 Kekurangan: Harus tahu umur tiap individu saat mati.

4. Perhitungan mortalitas

Mortalitas didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang atau


mati selama satu interval waktu tertentu. Dalam dunia Perikanan mortalitas
dibedakan menjadi dua mortalitas penangkapan (F) dan kelompok yaitu
mortalitas alami (M). Mortalitas alami adalah mortalitas yang disebabkan
oleh faktor selain dari penangkapan seperti kanibalisme, suhu yang tidak
stabil, predasi, stress pada waktu pemijahan, kada amonia yang tinggi,
kelaparan dan umur yang tua. Survival adalah cara ikan bertahan hidup di
lingkungannya.

Ada 2 cara untuk menduga mortalitas :

1. Mempertimbangkan populasi yang dipanen sebagai pengukuran


jumlah eksploitasi,

2. Mempertimbangkan beberapa usaha alat penangkapan tertentu yang


proporsional dengan kekuatan fishing mortality
Penghitungan nilai Z (mortalitas total) didapatkan dengan menggunakan
metode kurva tangkapan yang dikonversi ke panjang, dalam paket program
FISAT II. Rumus penghitungan hilai Z adalah sebagai berikut:

Dimana:

Ni = jumlah ikan pada panjang kelas i

∆ti = Waktu yang dibutuhkan ikan untuk tumbuh pada panjang kelas i

ti = umur pada nilai tengah panjang kelas i

M (mortalitas alami) dihitung berdasarkan rumus empiris Pauly (1984)


dengan memasukkan parameter K per tahun, L∞ (mm), dan T (rata-rata
suhu permukaan air tahunan dalam derajat Celcius). Rumus empiris Pauly
adalah sebagai berikut:

Dimana:

M = Koefisien mortalitas alami

L∞ = Panjang infiniti (cm)

K = Koefisien pertumbuhan Von Bertalanffy

T = Suhu rata – rata perairan Indonesia kurang lebih 28oC

Mortalitas penangkapan (F) dapat dihitung dengan mengurangkan


mortalitas total (Z) terhadap mortalitas alami (M), dengan rumus di bawah
ini:

Dimana:
Z = Koefisien mortalitas total

F = Koefisien mortalitas penangkapan

M = Koefisien mortalitas alami

Berdasarkan nilai dugaan laju mortalitas akibat penangkapan (F) dibagi


dengan laju mortalitas total (Z), maka laju eksploitasi (E) dapat diduga
dengan rumus berikut:

Dimana:

E = Laju eksploitasi atau bagian dari mortalitas yang disebabkan oleh


penangkapan.

F = Mortalitas penangkapan

Z = Mortalitas total

Jika nilai E = 0,5 menunjukkan bahwa nilai tersebut optimum (Eopt), hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa hasil berimbang adalah optimum bila F=M
(Gulland 1971 dalam Pauly 1983).

Sumber Artikel
1. 191343-ID-PERTUMBUHAN-DAN-LAJU-MORTALITAS-LOBSTER.PDF

2. HTTPS://WWW.MELEKPERIKANAN.COM/2019/10/PPT-BIOLOGI-PERIKANAN-
SURVIVAL-DAN.HTML?M=1
3. HTTPS://ZONAIKAN-WORDPRESS-
COM.CDN.AMPPROJECT.ORG/V/S/ZONAIKAN.WORDPRESS.COM/2010/01/11/SURV
IVAL-RATE-SR-DALAM PERIKANAN/AMP/?
AMP_JS_V=A6&AMP_GSA=1&USQP=MQ331AQHKAFQARABIA%3D
%3D#AOH=16085246293437&REFERRER=HTTPS%3A%2F
%2FWWW.GOOGLE.COM&AMP_TF=DARI%20%251%24S&AMPSHARE=HTTPS
%3A%2F%2FZONAIKAN.WORDPRESS.COM
%2F2010%2F01%2F11%2FSURVIVAL-RATE-SR-DALAM-PERIKANAN%2F

4. HTTPS://DUNIAKUMU.COM/POPULASI-DALAM-EKOSISTEM-PARAMETER-
POPULASIPERTUMBUHAN-POPULASI/

5.
HTTPS://EJOURNAL2.UNDIP.AC.ID/INDEX.PHP/JUPERTA/ARTICLE/DOWNLOAD/18
44/1195#:~:TEXT=(2011)%2C%20BAHWA%20CATCH%20PER,DAPAT
%20DIKETAHUI%20DARI%20HASIL%20CPUE.

Anda mungkin juga menyukai