Anda di halaman 1dari 13

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan

ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir kealam) kemudian makan,

tumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara alami

atau oleh faktor lain. Pembacaaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup

menarik dalam bidang perikanan terutama pembacaan umur pada spesies-spesies

ikan yang hidup secara pasti kapan suatu individu ikan itu menetas dari telur, yang

dapat kita ketahui adalah beberapa ukuran panjang tubuh individu ikan itu ketika

tertangkap oleh nelayan. Penentuan umur ikan dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu secara langsung yaitu hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan

budidaya dan secara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang hidup di

perairan alami.

Penentuan umur secara tidak langsung dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu

dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian ( sirkulus) pada

bagian-bagian tubuh yang keras, dan metoda frekuensi panjang (Metoda petersen)

(Putraa, 2019). Bagian-bagian tubuh yang keras untuk dapat dipedomani dalam

pembacaan umur individu ikan menurut (Lagler (1970), ricker (1971) dan Lagler

et al. (1977) adalah sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri

sirip dada, tulang otolith. Pembacaan umur harian melalui tulang otolith pada

larva atau anak-anak ikan untuk daerah tropis mulai berkembang dilakukan pada

tahun 1980 an.


2

Metode penentuan umur dengan memperhatikan tanda-tanda tahunan pada

bagian tubuh ikan yang keras ini selalu dilakukan pada daerah subtropis (4

musim). Karena ikan-ikan yang hidup di daerah subtropis sangat terpengaruh oleh

suhu lingkungannya, sehingga mempengaruhi peetumbuhan pada sisik, vertebrae,

tulang operculum, duri sirip dan tulang otolith yang menyebabkan terbentuknya

susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya membentuk annulus. Pada ikan

di daerah tropis, suhu lingkungan sekitar tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan

sirkulasi pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil susunan

sirkulasi yang rapat tidak begitu nyata bentuknya. Akan tetapi dibeberapa daerah

tertentu ikan-ikan yang hidup di daerah tropis dapat memiliki tanda tahunan yang

nyata (Putra, 2019).

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda yang keras untuk

penentuan umur ikan. Untuk mengetahui cara penentuan umur ikan dengan

menggunakan otolith. Untuk memberikan informasi kepada pembaca khususnya

mahasiswa/mahasiswi Universitas Riau tentang penentuan umur ikan pada materi

kuliah Biologi Perikanan.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengamati langsung tanda umur ikan

dengan menggunakan metode otolith. Dapat mengetahui prosedur metode

pemotongan/ pengasahan otolith dengan ukuran yang relative besar. Dapat

mengetahui kapan individu ikan mengalami pencemaran.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu

dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara

alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lain nya

(Pulungan, 2014). Penentuan umur ikan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1)

cara langsung, apabila kita mengetahui secara pasti jam dan tanggal telur yang

telah dibuahi menetas sampai pada batas waktu tertentu lalu dalam perkembangan

dan perjalanan hidupnya diberi tagging ataupun marking. 2) cara tidak langsung

yaitu cara yang banyak dilakukan, karena individu spesies ikan yang hidup di

perairan tidak diketahui secara pasti jam dan tanggal penetasannya (Putra, 2019).

Cara lain untuk penentuan umur ikan dapat dilakukan dengan menggunakan

metode Petersen yaitu dengan menggunakan data frekuensi panjang ikan dengan

anggapan bahwa satu umur pada ikan mempunyai tendensi membentuk suatu

distribusi normal di sekitar panjang rata-ratanya.

Dalam penentuan umur ikan menggunakan metode otolith dapat juga

menentukan apakah ikan termasuk kedalam pertumbuhan isometrik atau

pertumbuhan allometrik. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang

maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan

(zat hara) (Fujaya, 1999). Hubungan panjang dan berat ikan ada yang bersifat

allometrik dan isometrik. Pertumbuhan isometrik adalah dimana pertambahan

panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya, sedangkan pertumbuhan

allometrik adalah pertambahan panjang lebih cepat atau lebih lambat

dibandingkan pertambahan beratnya (Effendi, 1997).


4

Bagian-bagian tubuh yang keras untuk dapat dipedomani dalam pembacaan

umur ikan adalah sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri

sirip dada dan tulang otolith baik yang kiri dan kanan (Pulungan, 2009). Sisik

kunci pada ikan bersisik cycloid terletak di atas garis linea literalis 3 baris sisik

depan pangkal dasar sirip punggung bagian depan dan pada ikan bersisik ctenoid

terletak di bawah garis linea lateralis di belakang ujung dasar sirip dada, arah ke

posterior tubuh. Pembacaan umur melalui tanda tahunan pada pangkal duri sirip

dada ini selalu diterapkan pada spesies ikan yang tidak bersisik seperti pada ikan

clarias. Tanda tahunan ini terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan yang

disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor lain.

Lingkaran pertumbuhan gelap terbentuk bila ikan mengalami laju

pertumbuhan yang lambat sehingga pertumbuhan otolith juga lambat dan kristal

kalsium karbonat yang terakumulasi mempunyai struktur yang padat. Sedangkan

lingkaran pertumbuhan terang terbentuk bila ikan mengalami laju pertumbuhan

yang relatif cepat, pertumbuhan otolith yang terbentuk juga cepat, akibatnya

kalsium karbonat yang terakumulasi mempunyai struktur yang kurang padat

(Effendie, 2002). Lingkaran pertumbuhan gelap yang tergambar di otolith

menandakan bahwa ikan pernah mengalami gangguan pertumbuhan dalam

kehidupannya. Semakin banyak jumlah lingkaran gelap yang dijumpai

menandakan bahwa ikan semasa hidupnya mengalami stres berat sehingga

berdampak negatif terhadap laju pertumbuhannya. Akan tetapi jumlah lingkaran

gelap yang sedikit di otolith menunjukkan bahwa ikan masih mampu hidup

dengan baik dikarenakan lingkungan perairan masih mendukung kehidupan ikan

tersebut (Asmidar, 2011).


5

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 November 2019

pukul 10.30-12.30 WIB. Adapun praktikum dilaksanakan di Laboratorium

Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, nampan,

batu asahan, penggaris, objek glass, hot plate, crystal bon, buku penuntun

praktikum, laporan sementara dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam

praktikum ini yaitu otolilh pada ikan tambakan (Helostoma temminckii).

3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah menggunakan metode

pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan dengan

berpedoman pada buku penuntun praktikum Biologi Perikanan dan selama

praktikum berlangsung di bawah pengawasan asisten.

3.4. Prosedur Praktikum

Prosedur praktikum ini menggunakan metoda pemotongan dan pengasahan

otolith yang berukuran relatif besar (panjang otolith lebih dari 2 mm). Sepotong

kecil crystal bond diletakkan di ujung objek glass dan dipanaskan sampai meleleh.

Otolith diletakkan pada crystal bond yang sudah meleleh tersebut dengan posisi

inti otolith tepat pada garis tepi objek glass (atau setengah dari otolith tidak

menempel pada objek glass). Kemudian objek glass diambil dari atas hot plate dan

crystal bond dibiarkan mengeras sehingga otolith melekat kuat. Sesudah itu
6

bagian otolith yang tidak menempel pada objek glass diasah/ dipotong dengan

menggunakan batu pengasah kasar. Setelah setengah dari otolith terasah/

terpotong, pinggiran otolith diasah dengan menggunakan batu pengasah halus

sampai pinggiran otolith rata dengan pinggiran objek glass. Otolith yang masih

melekat pada objek glass dipanaskan lagi sampai crystal bond meleleh. Letakkan

crystal bond pada bagian tengah objek glass dan dipanaskan. Otolith yang tinggal

setengah dipindahkan pada crystal bond yang meleleh dengan posisi tegak,

dimana bidang asahan pada posisi menempel pada objek glass. Otolith diasah lagi

sampai didapatkan potongan melintang otolith yang tipis dan lingkaran

pertumbuhan dapat dilihat dengan jelas. Selanjutnya otolith diamati di bawah

mikroskop.

1 2

3 4

5 6

Gambar 1. Metoda pemotongan/pengasahan otolith dengan ukuran yang


relatif besar.
7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Otolith yang digunakan pada praktikum ini yaitu otolith yang terdapat pada

ikan tambakan. Menurut Saanin (1984) susunan taksonomi ikan tambakan adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Labyrinthici

Sub Ordo : Anabantoidei

Familia : Anabantidae

Genus : Helostoma

Spesies : Helostoma temminckii

Gambar 2. Asahan Otolith yang dilihat melalui Mikroskop


8

4.2. Pembahasan

Setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop didapati gambar hasil

asahan otolith yang berukuran relative besar tersebut. Pada gambar menunjukkan

garis lebih dari satu dan dapat dipastikan ikan tersebut memiliki tigas lingkar

gelap yang menyatakan bahwa pada otolith terdapat lingkaran gelap. Lingkar

gelap disebabkan oleh dua hal yaitu karena ikan stress dank arena perairan

tercemar. Garis-garis otolith yang terdapat pada gambar terletak cukup jauh dari

inti sehingga menunjukkan bahwa ikan mengalami pencemaran pada masa

dewasa. Pada saat ikan tersebut kecil tidak mengalami penghambatan pada

pertumbuhannya sampai ikan itu besar atau dewasa barulah terjadi penghambatan

pada pertumbuhan ikan tersebut.


9

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tentang umur dan

siklus hidup ikan dapat dilihat melalui pengamatan pada otolith ikan. Pada otolith

ikan tambakan kali ini didapatkan bahwa pada saat dewasa ikan mengalami

pencemaran. Terdapat lingkar-lingkar gelap pada otolith dan dapat dipastikan ikan

tersebut memiliki tiga lingkar gelap. Pada saat ikan tersebut kecil tidak mengalami

penghambatan pada pertumbuhannya sampai ikan itu besar/ dewasa barulah

terjadi penghambatan pada pertumbuhan ikan tersebut.

5.2. Saran

Untuk para praktikan yang akan melakukan praktikum, dengarlah dengan

seksama apa yang asisten sampaikan tentang prosedur praktikum agar praktikum

berjalan lancar. Asisten juga lebih memperhatikan praktikannya saat melakukan

praktikum menggunakan mikroskop.


10

DAFTAR PUSTAKA

Effendie, I M. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.


Effendie, I M. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pulungan. 2009. Diktat Perkuliahan Biologi Perikanan. Pekanbaru: Universitas
Riau.
Pulungan. 2014. Biologi Perikanan. Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau.
Putra, Ridwan Manda., dkk. 2019. Buku Ajar Biologi Perikanan. Pekanbaru :
Universitas Riau.
Putra, Ridwan Manda., dkk. 2019. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa
Aksara. Jakarta.
11

LAMPIRAN
12

Lampiran 1. Alat Praktikum

Mikroskop Batu Asahan

Hot Plate Crystal Bond

Objek Glass
13

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Otolith Pada ikan Tambakan

Hasil asahan otolith pada mikroskop

Anda mungkin juga menyukai