Anda di halaman 1dari 9

BIOLOGI PERIKANAN

MENENTUKAN UMUR IKAN MELALUI MIKROSTRUKTUR OTOLIT

NAMA KELOMPOK

 AGUNG TRI MAULANA


 DAFRIN MUHAMMAD
 LA ODE ADRYAN VIRDION
 DARWAN
 MUH ISAL

PRODI : ILMU PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA BUTENG

TAHUN AJARAN 2021-2022


PENDAHULUAN

Pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkesinambungan membutuhkan informasi


ilmu pengetahuan yang substansial. Salah satu bagian terpenting dari dasar informasi ini
adalah pengetahuan mengenai umur dan pertumbuhan. Umur ikan memberikan informasi
mengenai lama hidup, umur saat matang gonad, umur saat migrasi ke laut dan kembali ke air
tawar (estuari) dan umur ketika mereka direkrut dalam perikanan. Data komposisi umur dan
hasil tangkapan perikanan komersial, dapat digunakan untuk mengetahui kurva tangkapan
dimana rata-rata kematian tahunan dihitung. Penentuan secara cermat data umur ikan adalah
sangat penting untuk menghitung pertumbuhan. Tiga komponen utama datam menentukan
populasi ikan yakni rata-rata pertumbuhan, kematian, dan pengukuran rekrutmen. Komposisi
tersebut merupakan fungsi terpenting yang sangat vital untuk menilai dan mengelola sektor
perikanan secara benar.
Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran umum mengenai pentingnya otolit
dalam implementasinya di dunia biologi perikanan.
LATAR BELAKANG PENGGUNAAN OTOLIT

Lingkaran pertumbuhan yang terdapat pada struktur keras pada ikan seperti tulang,
sisik dan otolit dapat digunakan untuk menentukan umur ikan dan telah digunakan sejak dulu
kala. Lingkaran tahunan pada tulang belakang telah digunakan untuk menentukan umur belut
sejak tahun 1759 (HEDERSTROM dalam JONES (1992). Sisik ikan pertama digunakan
untuk menentukan umur ikan tahun 1888 (CARLANDER 1991). Sedangkan menurut
RICKER (1975), otolit telah digunakan untuk menentukan umur ikan sejak tahun 1899.
Lingkaran-lingkaran pertumbuhan yang selanjutnya disebut inkremen, pada awal
penemuannya diasumsikan pertambahannya secara tahunan. Sehingga untuk menentukan
umur ikan yang berumur kurang dari satu tahun tidaklah berguna. (karena belum terbentuk
lingkaran tahunannya). Hal yang sama juga sulit diterapkan bagi ikan di daerah tropis atau
ikan yang hidup di laut dalam yang pertumbuhannya konstan dan pembentukan lingkaran
tahunannya kurang jelas. Inkremen harian, pertama kali ditemukan oleh PANELLA pada
tahun 1971 dan dibuktikan mampu memecahkan problem di atas dengan cara membaca
lingkaran lingkaran yang terbentuk harian (SECOR et al 1991; JONES 1992). Sejak saat itu
tehnik untuk menentukan umur ikan melalui inkremen harian mulai berkembang dan dipakai
para peneliti di seluruh dunia, Penentuan umur dengan menggunakan otolith merupakan
tehnik terbaik dan akurat sampai saat ini dibandingkan dengan tehnik lain seperti
menggunakan sisik, atau struktur keras lainnya dari ikan. Otolith adalah satu satunya struktur
yang secara konsisiten mencatat kejadian harian pada tahap awal kehidupan. dan kejadian
tahunan sepanjang hidup ikan (GJOSAETER et al. 1984; STEVENSON & CAMPANA
1992).

APA ITU OTOLIT?


Otolit adalah unit mikrostruktur yang digunakan untuk menghitung umur ikan terdiri
dari lapisan-lapisan kristal kalsium karbonat yang mengendap secara periodik pada matriks
organik. Lapisan-lapisan kristal yang mengendap tersebut merupakan struktur yang tendiri
dari 2 bagian (bipartite) dan disebut sebagai zona inkremental. Zona tersebut terdiri dari zona
inkremen dan zona diskontinus yang umumnya terbentuk dalam 24 jam (CAMPANA &
NEILSON 1985; MUGIYA et al. 1981). Dua zona ini secara bersama-sama terlihat sebagai
dua garis yang berdekatan, yakni materi yang terang (inkremen) dan materi yang gelap
(diskontinus). Jika dilihat dibawah mikroskop dengan pencahayaan khusus, zona inkremental
akan terlihat lebar dan transparan, sementara zona diskontinus relatif sempit dan berwarna
gelap (CAMPANA & NEILSON 1985). Periode pembentukan inkrement dapat terjadi secara
harian, artinya kedua zona terbentuk dalam periode 24 jam, namun ada juga yang terbentuk
bukan secara harian.
Otolith dari ikan teleost merupakan suatu poliknistalin yang kompleks dan berbentuk statolit,
letaknya dibagian tepi bagian dalam dari telinga (CARLSTORM 1963). Otolith terutama
terdiri dari kristal kalsium karbonat dalam bentuk anagonit, kolagen dan serat protein
(DEGENS et al. 1969). Sehingga dapat dikatakan bahwa otolith terbentuk dari adanya
pertambahan kalsium karbonat dalam kanal semi-sirkular dari ikan bertulang belakang
(POPPER & COOMBS 1980).
Otolit tumbuh melalui penambahan materi-materi baru pada daerah permukaan. Penambahan
ini bersifat siklik dan merupakan ritme metabolisme kalsium dan siklus sintesis asam amino
setiap harinya, yang akhirnya merupakan apa yang disebut formasi unit pertumbuhan harian
atau disebut juga inkremen. Setiap unit pertumbuhan terdiri dari
LETAK DAN BENTUK OTOLIT PADA IKAN

Otolit terletak di dalam aparatus vesti-bula. Aparatus ini terbagi menjadi kantung
bagian dorsal yang disebut pars superior, dan kantung bagian ventral yang disebut pars
inferior. Lapili terletak di bagian anterior dari pars superior, sedangkan sagita dan asteriskus
letaknya saling berdekatan yakni berada didalam pars inferior yang posisinya di bagian
tengah dan bawah dan lapili (Gambar 1 A). Kantung-kantung (vestibula) berisi 3 pasang
otolith masing-masing mempunyai nama sendiri yaitu utriculus berisi lapilus, sacculus berisi
sagita dan lagenus berisi asteriscus (Gambar IB). Menurut SECOR et al. (1991), otolith ikan
analog dengan 'otoconia' pada vertebrata lainnya, akan tetapi otolit mempunyai ukuran yang
lebih besar dari oto-conia dan mempunyai bentuk yang kompleks serta khas untuk setiap
jenis ikan.
Otolit bersifat spesies spesifik dan terdiri dari 3 pasang yang masing masing mempunyai
perbedaan karakteristik tersendiri yang mempengaruhi kegunaan dalam menentukan umur.
Pasangan terbesar disebut sagita, diikuti oleh lapilus sedangkan pasangan terkecil disebut
asteriskus (Gambar 2). Untuk menentukan umur ikan, otolit yang sering digunakan adalah
sagita dan lapilus. Sagita umumnya mempunyai inkremen yang lebar, sehingga lebih sering
dipilih untuk menentukan umur ikan yang pertumbuhannya lambat (ikan yang berumur
panjang). Sedangkan inkremen pada lapilus umumnya lebih sempit, sehingga membutuhkan
keakuratan yang tinggi dalam membacanya.
Pada ikan yang pertumbuhannya cepat, seringkali dijumpai adanya susunan inkremen sub-
harian pada sagita. Hal ini membuat interpretasi dalam pembacaan menjadi lebih sulit
(Gambar 3A, 3B). Selain itu, jika menggunakan sagita seringkali dibutuhkan pengasahan dan
pemolesan yang dimaksudkan untuk mempermudah pembacaan/interpretasi dan tehnik ini
membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Otolit sebaiknya diambil dan ikan yang baru mati namun jika tidak memungkinkan, ikan bisa
diawetkan dalam etanol atau dibekukan. Tidak disarankan untuk menggunakan formalin,
karena akan merubah struktur otolit. Untuk ikan juvenil atau larva, sangat dibutuhkan
penanganan yang teliti karena pada stadium ini, otolit sangat sensitif terhadap perubahan atau
degradasi. Metoda yang paling aman dalam menangani stadium ini adalah dengan
mengawetkan dalam etanol 95% atau dibekukan (BROTHERS 1990).
Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat bagian kepala (dekat otak) dengan
memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat dilakukan untuk semua ukuran ikan baik
dewasa maupun embrio yang masih dalam telur. Setelah otolit dikeluarkan dari tempatnya,
dibersihkan dari jaringan yang menempel dan dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk
dibaca. Untuk ikan-ikan yang berukuran kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit
dapat langsung dibaca/ dihitung. Akan tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar,
biasanya dibutuhkan pengasahan dan pemolesan sebelum dibaca.
PENYIMPANAN OTOLIT

Otolit ikan dewasa dapat disimpan dalam bentuk kering di dalam vial atau botol. Untuk otolit
dan ikan-ikan muda, penyimpanan dalam alkohol akan lebih cocok, sedangkan otolit dari
larva ikan, penanganan lebih sulit karena sifatnya yang rapuh dan mudah pecah. Cara
penyimpanan terbaik yaitu dengan meletakkan diobjek-glas dan direkatkan (mounted) dengan
media yang tembus pandang (contoh: permount) dan kemudian ditutup dengan coverslip
(BROTHERS 1990).

APLIKASI OTOLIT DALAM PERIKANAN

Informasi dasar yang tepat diambil dari otolit adalah menghitung jumlah inkremen dari
ukuran ikan tertentu. Dari data ini dapat dibuat kurva umun vs pertumbuhan (BROTHER &
Me FARLANE 1981; VICTOR 1983; 1991; FOWLER 1989) atau rata-rata perbedaan
pertumbuhan diantara populasi ikan (VICTOR 1987).

Perubahan yang terjadi pada inkremen otolit dapat menjadi tanda yang sangat berguna untuk
mengetahui suatu kejadian pada saat itu, sehingga melalui inkremen otolit, dapat diketahui
kejadian awal (sejarah) kehidupan dari individu ikan (PANELLA 1971; 1908; BROTHERS
& McFARLAND 1981; VIC-TOR 1982). Pada ikan juvenil, terlihat adanya
transisi/perubahan pada pola inkremen yang jelas, hal ini berhubungan dengan masa
setelmen. Adanya tanda yang jelas pada setelmen, memudahkan penghitungan dalam
menetapkan waktu setelmen, yakni dengan cara mengurangi jumlah inkremen harian yang

terbentuk setelah ikan ditangkap/inkremen ditandai, dengan jumlah inkremen yang sudah
terbentuk pada tepi otolit saat ikan ditangkap. Tehnik ini telah digunakan untuk
merekonstruksi pola harian pada masa setelmen (VICTOR 1982; 1984) bahkan sampai ikan
berumur setahun setelah setelmen (VICTOR 1983). Perubahan yang terjadi pada lebar dan
pola inkremen harian merupakan hal yang biasa pada ikan-ikan muda. Inkremen pada otolit
bervariasi dalam bentuk dan polanya dan satu jenis ke jenis lainnya, bahkan bervariasi
diantara populasi dari jenis yang sama (BROTHERS 1984, VICTOR 1987).

VALIDASI

Pengetahuan dasar mengenai terbentuknya inkremen pada otolit masih terus dibutuhkan,
sebab dijumpai banyak otolit yang tumbuhnya tidak mengikuti pola yang ada. Untuk itu
penting sekali dilakukan validasi, agar supaya tidak terjadi salah interpretasi dalam
pembacaan inkrement pada otolit. Validasi sangat dibutuhkan untuk membuktikan keakuratan
dari setiap metodologi penentuan umur.

Problem yang paling mendasar yang sering dijumpai adalah interpretasi inkremen pada otolit,
apakah inkremen itu terbentuk dengan pola harian, musiman atau tahunan. Sejak GEFFEN
(1988) menemukan bahwa inkremen tidak selalu terbentuk dengan pola harian, banyak
penelitian mengenai pembentukan inkremen yang kurang dari sehani (CAMPANA et al
1987). Sejauh ini fenomena demikian hanya dilaporkan untuk larva ikan dari daerah
temperate. Hal ini kemungkinan terjadi karena rata-rata pertumbuhan yang lambat, sehingga
sering terlihat adanya inkremen yang sangat sempit. Terkait dengan hal tersebut perlu adanya
validasi yang akurat, apakah pembentukan inkremen itu benar-benar harian atau bukan.
DAFTAR PUSTAKA

BEAMISH R.J. and G.A. McFARLANE. 1990. Current trends in age determi-nation methodology. In: Age and
Growth of Fish. R.C. Summerfelt & G.A. Hall (Eds): P. 15-42
BROTHERS, E. B. 1990. Methodological ap-proaches to the examination of otoliths in aging studies. In: Age
and Growth of Fish. Eds: R.C. Summerfelt & G.E. Hall. Iowa State Univ. Press/AMES: p.319-330.
BROTHERS, E. B. 1984. Otolith studies. In: Ontogny and Systematics of Fishes (H.G. Moser, ed). Allen,
Lawrence, Kansas: p. 50-57.
BROTHERS, E. B., and W.N. McFARLAND. 1981. Correlations between otolith microstructure, growth and
life history transitions in newly recruited French grunts [Haemulon flavolineatum (Desmarest),
Haemulidae]./topp. P. V Reun., Cons. Int. Explor. Mer. 178: 369-374
BROTHERS, E. B., D..M. WILLIWMS, and P.F. SALE. 1983. Length of larval life in twelve families of fishes
at "One Tree Lagoon", Great Barrier Reef, Australia. Mar. Biol. 76: 319-324
CAMPANA, S.E.,. J.A. GAGNE., and J. MUNRO. 1987. Otolith microstructure of larval herring (Clupea
harengus): Image or reality? Can. J. Fish. Aquat. Sci. 44: 1922-1929
CAMPANA, S.E., and J.D. NEILSON. 1985. Microstructure offish otoliths. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 42: 1014-
1032
CARLSTROM, D. 1963. A crystallographic study of vertebrate otoliths. Biol. Bull. 124: 441-463
DEGENS, E.T., W.G. DEUSER., and RL. HAEDRICH. 1969. Molecular struc-ture and composition of fish
otoliths. Mar. Biol 2: 105-113
FOWLER, A.J. 1.989. Description, interpre-tation and use of the microstructure of otoliths from juvenile
butterflyfishes (family Chaetodontidae). Mar. Biol. 102: 167-181
GJOSAETER, J., P. DARAYATNE, O.A BERGSTAD, H. GJOSAETER M.I. SOUS A and I.M. Beck. 1984.
Agieng Tropical Fish by Growth Rings in the Otolith. FAO Fish. Circ, 776: 54 hal
JONES, CM. 1992. Development and Appli-cation of the otolith Increment Tech-nique. In: Otolith
Microstructure Ex-amination and Analysis. Canadian Spe-cial Publication of Fisheries and Aquatic Science 117:
1-ll.Stevensson, D.K. and Campana S.E.(eds). Dept. Fisheries and Oceans, Ottawa.
LOWENSTEIN, O. 1971. The Iabitynth. In: Fish Physiology. Vol. 5. Hoar, W. S. and D.J. Randall (Eds).
Academic Press, NY. : P. 207-240
MUGIYA, Y, J. WATANABE, J. YAMADA, J.M. DEAN, D.G. DUNKELBERGER, and M. SHIMIZU. 1981.
Diurnal rhythm in otolith formation in the gold-fish, Carassius auratus. Comp. Biochem. Physiol. 68A: 659-662.
PANELLA, G. 1971. Fish otoliths: Daily growth layers and periodical patterns. Science 173: 1124-1127
PANELLA, G. 1974. Otolith growth patterns: an aid in age determination in temper-ate and tropical fishes. In:
Ageing of fish. T.B. Bagenal (Ed). Unwin Broth-ers, Surrey, England.: P. 28-29
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Anda mungkin juga menyukai