Anda di halaman 1dari 25

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)

DAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)

Oleh :
Nama : Rosyid Ridlo Al Hakim
NIM : B1A017102
Rombongan : II
Kelompok :3
Asisten : Sharon Hillary

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan super kelas pisces dari sub filum vertebrata yang hidup di
air. Berdasarkan strukturnya, super kelas pisces dikelompokkan ke dalam empat
kelas, yaitu kelas Agnatha (belum memiliki rahang, sehingga bentuk mulutnya
sangat sederhana hampir mirip mulut cacing), kelas Placodermata (tubuhnya
dilengkapi sisik, sisik-sisiknya cenderung memiliki tipe placoid), kelas
Chondrichthyes (ikan bertulang rawan), dan kelas Osteichthyes (semua jenis ikan
bertulang sejati). Kelas Agnatha contohnya ialah sub kelas Cyclostomata yang
memiliki ciri-ciri tubuh bulat silindris, ekor pipih, mulut terletak di ventro-anterior
yang merupakan mulut penghisap, pada bagian dorso-posterior dari ekor terdapat
sirip, serta memiliki mata sepasang. Kelas Placodermata berciri-ciri memiliki sirip
berpasangan, memiliki pelopor gelembung udara, notokordanya tetap, dan
mengandung rangka dalam. Kelas Chondrichthyes memiliki tulang rawan, dengan
ciri-cirinya kulit kuat dan diliputi oleh sisik, terdapat banyak kelenjar mucosa, dan
pada masing-masing bagian sisi dilengkapi sirip. Kelas Osteichthyes tubuhnya
berskeleton tulang sejati, terbungkus oleh kulit yang dilengkapi sisik, bentuk mirip
torpedo, berenang atau bergerak menggunakan sirip dan bernapas dengan insang
(Chaeri, 2005).
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar.
Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang hampir sama dengan dengan ikan mas, bedanya
ikan Nilem mempunyai bentuk kepala yang lebih kecil. Bagian-bagian sudut
mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba. Sisik pada tubuh ikan Nilem berwarna
hijau dan keabu-abuan. Sirip pada punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18
jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 1
jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Sisik pada bagian gurat sisi berjumlah 33-36
keping. Ikan Nilem banyak tersebar di perairan wilayah Indonesia khususnya banyak
ditemukan di wilayah pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan (Sutanmuda, 2007).
Ikan Nilem atau Osteochilus vittatus adalah ikan air tawar yang telah dikenal
sebagai salah satu komoditas budidaya ikan terkemuka di Pulau Jawa, khususnya di
daerah Priangan, Jawa Barat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan yang
terkait dengan industri secara bertahap diubah oleh industri berkembang lainnya
yang serupa, sedangkan ikan Nilem memiliki karakteristik yang sesuai untuk bisnis,
karena kinerja telur menunjukkan aspek fekunditas yang baik. Nilem juga berpotensi
untuk reproduksi dan fekunditas superior. Sepasang ikan dengan bobot 100-150 gram
dapat menghasilkan 15.000-30.000 telur (Rostika et al., 2013).
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan yang badannya
tidak diselubungi oleh sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya dan sedikit
berlendir. Kepala ikan lele bersifat keras dan menjulang di bagian atas, mata yang
kecil dan mulut lebar terletak di ujung moncong, serta dilengkapi dengan empat
pasang sungut peraba atau barbels yang sangat berguna untuk bergerak di dalam air
yang gelap. Ikan lele juga mempunyai alat pernafasan tambahan berupa modifikasi
dari busur insangnya yang disebut arborescent. Terdapat sepasang patil, yakni tulang
yang tajam pada sirip-sirip dadanya (Suyanto, 1991).
Ikan lele, Clarias gariepinus dianggap sebagai salah satu alternatif terbaik
yang cocok untuk subsisten untuk budidaya ikan. Lele Afrika merupakan sumber
protein hewani yang baik dan memiliki kelezatan sangat lezat. Ia dibudidayakan
untuk tingkat pertumbuhannya yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan
toleransi terhadap berbagai suhu, serta oksigen dan tingkat salinitas yang tinggi. Ini
telah menarik banyak pemangku kepentingan yang masalah utamanya adalah untuk
memenuhi permintaan ikan yang meningkat, salah satu tantangan dari budidaya lele
Afrika adalah membuat bibit tersedia sepanjang tahun (Ubah et al., 2017).
Kontaminasi air tawar dengan berbagai polutan telah menjadi masalah yang
sangat mengkhawatirkan selama beberapa dekade terakhir. Ada peningkatan
kesadaran akan potensi bahaya yang ada karena kontaminasi air tawar, terutama
bahan kimia beracun yang terkait dengan pertambangan, praktek industri dan
pertanian. Run-off herbisida dari lahan pertanian menjadi badan air alami telah
menjadi fenomena di seluruh dunia. Karena polutan yang berbeda memasuki
ekosistem akuatik, organisme di sana mengalami tekanan lingkungan yang mungkin
merugikan mereka, populasi atau komunitas dan akhirnya menyebabkan perubahan
dalam struktur ekosistem alami, seperti yang dialami oleh Clarias gariepinus (Isaac
et al., 2017).
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)  dan Ikan lele (Clarias
gariepinus) digunakan dalam praktikum ini untuk mewakili spesies dari kelas pisces.
Ikan Nilem dan ikan lele memiliki susunan morfologi dan anatomi yang sederhana.
Selain itu keduanya memiliki organ yang jelas dan sederhana sehingga
mempermudah praktikan melakukan pengamatan, baik organ dalam maupun organ
luarnya.

B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan anatomi
ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan Nilem
(Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting, pinset, baki
preparat.

B. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan dimatikan dengan cara dibius.
2. Ikan dibedah dengan cara digunting dimulai dari depan anus, sepanjang garis
medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada.
3. Ikan digunting atau dibedah ke arah tubuh bagian dorsal.
4. Ikan digunting atau dibedah ke arah bagian anterior sampai ke tutup insang,
bagian dorsal dan ventral sampai tutup insang, pada bagian ini harus
diperhatikan sebelah ventral dari insang terdapat jantung (cor) sehingga
pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati.
5. Bagian intestine secara perlahan ditarik, sedikit demi sedikit sampai semua
intestine keluar dari tubuh dan jangan sampai putus, kemudian saluran
pencernaan diamati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
aaaaaa

Gambar 3.1. Morfologi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Lekuk hidung 16. Porus urogenitalis


2. Moncong 17. Pinnae dorsalis
3. Maksilla 18. Pinnae caudalis
4. Mandibulla 19. Pinnae analis
5. Misae 20. Pinna abdominalis
6. Nostril 21. Pinna pectoralis
7. Organon visus 22. Caput
8. Operculum 23. Truncus
9. Pre-operculum 24. Cauda
10. Inter-operculum
11. Sub-operculum
12. Radii branchiostegi
13. Membrana branchiostegi
14. Linea lateralis
15. Anus
Gambar 3.2. Anatomi Viscera In-situ Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Moncong
2. Organon visus
3. Tapis insang
4. Cor
5. Pronephros
6. Mesonephros
7. Gonad
8. Vesica metatoria
9. Intestine
10. Hepatopancreas
11. Anus
12. Porus urogenitalis
Gambar 3.3. Anatomi Viscera In-situ Diurai Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Vena hepatica 18. Intestine


2. Ductus cuveri 19. Vesica felea
3. Sinus venosus 20. Ductus pneumaticus
4. Atrium 21. Hepatopancreas
5. Ventricle
6. Bulbus arteriosis
7. Insang
8. Arteri branchialis
9. Pronephros
10. Mesonephros
11. Ureter
12. Esofagus
13. Gonad
14. Ductus spermaticus
15. Porus urogenitalis
16. Vesica metatoria
17. Anus
Gambar 3.4. Anatomi Sisik Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Annuli
2. Garis Radier
Gambar 3.5. Anatomi Penampang Melintang Otot Ikan Nilem (Osteochilus
vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Taju neuralis
2. Septum transversal
3. Archus neuralis
4. Septum transversal
5. Otot hypaxial
6. Taju haemalis
7. Archus haemalis
8. Vertebrae
9. Otot epaxial
10. Myomere
11. Mycomata
Gambar 3.6. Anatomi Insang Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Filamen insang
2. Septum branchialis
3. Epibranchialis
4. Branchialis
5. Archus
6. Tapis insang
Gambar 3.7. Anatomi Tulang Ekor Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)

Keterangan Gambar :

1. Taju neuralis
2. Vertebrae
3. Taju haemalis
4. Urostyle
5. Hyporalia
Gambar 3.8. Anatomi Insang Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Keterangan Gambar :

1. Arborescent
2. Insang
Gambar 3.9. Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Keterangan Gambar :

1. Caput
2. Truncus
3. Cauda
4. Barbels superior
5. Barbels inferior
6. Mulut
7. Nostril
8. Organon visus
9. Operculum
10. Linea lateralis
11. Pinna pectoralis
12. Pinnae dorsalis
13. Patil
14. Pinna abdominalis
15. Pinnae analis
16. Pinnae caudalis
17. Porus urogenitalis
Gambar 3.10. Anatomi Viscera In-situ Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Keterangan Gambar :

1. Esofagus
2. Hepar
3. Cor
4. Gastrum
5. Pylorus
6. Intestine
7. Gonad
8. Ren
9. Anus
10. Porus urogenitalis
11. Clasper
B. Pembahasan
a. Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)
Klasifikasi ikan Nilem (Osteochilus vittatus) menurut Radiopoetro (1977),
ialah sebagai berikut.
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoideae
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus vittatus
Hasil pengamatan terhadap ikan Nilem (Osteochilus vittatus) didapatkan
bahwa tubuh ikan Nilem terdapat bagian kepala (caput) mulai dari moncong hingga
batas tutup insang, badan (truncus) mulai dari belakang tutup insang hingga anus,
dan ekor (cauda) mulai dari anus hingga ujung sirip ekor. Karena ikan Nilem
termasuk ke dalam kelompok ikan dengan tulang sejati. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Brotowidjoyo, 1990), bahwa tubuh ikan Nilem terdiri dari 3 (tiga)
bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor).
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) memiliki ciri-ciri morfologi diantaranya
bentuk tubuhnya hampir serupa dengan ikan mas (Cyprinus carpio). Perbedaannya
ialah kepala ikan Nilem relatif lebih kecil dari ikan mas. Sudut-sudut mulut ikan
Nilem memiliki dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau keabu-abuan. Sirip
punggungnya terdiri dari tiga jari-jari keras dan 12 hingga 18 jari-jari lunak. Sirip
ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh tiga jari-jari keras dan
lima jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh satu jari-jari keras dan delapan jari-jari
lunak. Sirip dada terdiri dari satu jari-jari keras dan 13 hingga 15 jari-jari lunak.
Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Bentuk tubuh ikan Nilem (Osteochilus
vittatus) sedikit memanjang dan pipih, ujung mulut runcing dengan moncong terlipat,
serta bintik hitam besar pada ekor yang merupakan ciri utama ikan Nilem. Ikan
Nilem (Osteochilus vittatus) termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa
ganggang penempel yang disebut epifiton dan perifiton (Djuhanda, 1984).
Habitus ikan Nilem (Osteochilus vittatus) terdiri dari bagian kepala (caput)
yang dibatasi dari moncong sampai dengan batas tutup insang. Lubang mulut atau
moncong ikan Nilem dapat ditarik ke depan dan pada moncong ini terdapat tulang-
tulang diantaranya ialah premaxilla, admaxilla, maxilla, dan dentale. Premaxilla
terletak paling ujung dari moncong bagian dorsal, admaxilla terletak sebelah
posterior dari premaxilla, maxilla terletak pada postero-lateral dari admaxilla,
kemudian dentale merupakan tulang yang menyokong rahang bawah dan terletak
pada ujung moncong sebelah bawah (ventral). Terdapat juga lekuk hidung yang
terletak pada tulang admaxilla di depan mata. Bagian kepala ikan Nilem
(Osteochilus vittatus) terdapat cavum oris yang berfungsi untuk memasukkan air
pada saat melakukan pernapasan, serta organon visus yang berfungsi sebagai mata
ikan yang dilapisi selaput sangat tipis yang berguna untuk mencegah masuknya air
ketika berenang. Kemudian bagian badan (truncus) mulai dari belakang tutup insang
sampai dengan porus urogenitalis. Seluruh badannya bersisik dan pada kiri kanan
badannya terdapat gurat sisi yang memanjang dari tutup insang sampai ekor. Gurat
sisi atau linea lateralis berfungsi sebagai indera keenam untuk mengetahui besarnya
arus di dalam air. Tutup insang dari ikan Nilem terdiri dari 4 potong tulang-tulang
kecil yaitu operculum, pre-operculum, inter-operculum, sub-operculum, membrana
branchiostegi, dan radii branchiostegi. Sedangkan pada bagian ekor (cauda) dibatasi
dari porus urogenitalis sampai dengan ujung sirip ekor (Radiopoetro, 1977).
Pada permukaan luar operculum (tutup insang) ikan Nilem jantan apabila
diraba terasa kasar sedangkan pada ikan Nilem betina terasa halus. Ikan Nilem
(Osteochilus vittatus) jantan dan betina dapat dibedakan setelah ikan masak kelamin.
Dan juga dapat dibedakan dengan cara memijat bagian perut ikan Nilem ke arah
porus urogenitalis, jika mengeluarkan cairan berwarna putih susu maka ikan Nilem
tersebut adalah jantan. Sedangkan ikan Nilem betina yang sudah matang telurnya
memiliki ciri-ciri berupa perut yang relatif besar dan terasa lunak apabila diraba
(Moment, 1967).
Ikan potensial reproduksi merupakan informasi dasar dari fenomena
peninjauan pendewasaan gonad. Proses reproduksi ikan dapat melihat pematangan
gonad hingga ikan bertelur dan produk ikan bayi. Parameter pengukuran adalah berat
ikan, berat gonad, berat gonad parsial, telur parsial, diameter oosit dan larva hidup.
Diameter oocyte dianalisis secara deskriptif dan fekunditas, GSI (Gonad Somato
Index), tingkat kelangsungan hidup larva dianalisis dengan ANOVA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fekunditas dan GSI berakselerasi pada 5 spesies ikan (P <0,05),
Osteochilus vittatus memiliki GSI tertinggi pada 35,13%. Larva tingkat
kelangsungan hidup terbaik 97%, Osteochilus vittatus 93%, dan Least Significant
Difference larva Osteochilus vittatus memiliki kesamaan kelangsungan hidup yang
baik. Ikan potensi reproduksi Osteochilus vittatus sangat baik untuk dikembangkan
menjadi ikan bayi, berdasarkan fekunditas, diameter oocyte, Gonado Somato Index
(GSI) dan tingkat kelangsungan hidup larva (Setyaningrum & Wibowo, 2016).
Proses pembedahan (disectio) ikan Nilem (Osteochilus vittatus) diawali
dengan dimatikan dengan cara ditusuk kepalanya menggunakan jarum penusuk.
Setelah ditusuk, ikan digunting atau dibedah mulai dari depan anus, sepanjang garis
medio-ventral tubuh ke arah depan sampai mendekati sirip dada. Bagian belahan
daging sebelah atas dibuka dengan bantuan pinset, dan pengguntingan dilanjutkan
dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan ke arah anterior sampai tutup
insang. Pengguntingan bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan
ventral sampai ke ujung moncong.
Sistem pencernaan ikan Nilem (Osteochilus vittatus) terdiri dari mulut,
lambung, usus (intestine), dan porus urogenitalis. Rahang mulut pada ikan Nilem
bergerigi kerucut untuk mengunyah makanan. Pharynx atau faring dengan insang
pada kedua sisinya. Lambung (gastrum) dipisahkan dari usus oleh sebuah katup.
Intestine atau usus ikan Nilem panjang dan berkelok-kelok karena termasuk dalam
ikan herbivora (Brotowidjoyo, 1993).
Sistem pernapasan ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dilakukan oleh insang
yang terdapat dalam empat pasang kantong insang yang terletak di sebelah pharynx
di bawah operculum. Waktu ikan Nilem bernapas, operculum menutup melekat pada
dinding tubuh, archus branchialis mengembang ke arah lateral. Air kemudian masuk
melalui mulut kemudian kelep menutup, sedangkan archus branchialis berkontraksi,
dengan demikian operculum terangkat dan terbuka. Air mengalir keluar filamen
sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida (Wells, 2007).
Sistem ekskresi ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dimulai dari sepasang
ginjal (ren) yang terletak pada sekat bagian tengah dari gelembung renang (vesica
metatoria) sebelah dorsal yang berfungsi sebagai penghasil urin kemudian diteruskan
ke ureter dan dibawa menuju vesica urinaria yang berfungsi sebagai tempat
penampungan urin, yang kemudian diteruskan menuju uretra dan bermuara di porus
urogenitalis dan siap dikeluarkan. Ikan Nilem merupakan ikan air tawar, sehingga
menghasilkan urin lebih banyak dibandingkan dengan ikan air asin dalam proses
osmoregulasinya (Brotowidjoyo, 1993).
Sistem genitalia ikan Nilem (Osteochilus vittatus), ovarium sebagai organ
kelamin betina tersusun atas jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis yang di
sebelah dalamnya terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet
primordial (oogonia atau oosit). Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur
dan masing-masing terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel. Testis
sebagai organ kelamin jantan berupa organ berjumlang sepasang dan dilengkapi
dengan saluran spermatozoa dan organ asesoria. Sel-sel yang berkembang menjadi
gamet berada pada bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi akan
mengumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke saluran-saluran dari
tubulus atau testis yang kemudian bergabung menjadi epididimis (Moment, 1967).

b. Ikan Lele (Clarias gariepinus)


Klasifikasi Ikan lele (Clarias gariepinus) menurut Radiopoetro (1977), ialah
sebagai berikut.
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Hasil pengamatan ikan lele (Clarias gariepinus) didapatkan hasil berupa
tubuh ikan lele dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), ekor
(cauda). Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan hasil persilangan antara lele asli
yang berasal dari Taiwan dan lele yang berasal dari Afrika. Dalam teknik budidaya
ikan tidak dapat lepas dari masalah umum dari kegiatan budidaya ikan, salah satunya
ialah masalah penyakit yang menyerang ikan pada proses budidaya. Penyakit
tersebut diartikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, atau fungsi yang
mengalami perubahan. Ikan lele memiliki ciri khas sebagai proteksi dirinya terhadap
musuh berupa patil sepasang terletak di sirip dada atau pectoral fin. Ikan lele
memiliki 8 sungut yang terletak di sekitar caput yaitu sepasang sungut hidung dan
sepasang sungut maxilla (berfungsi sebagai tentakel), dan 2 pasang sungut
mandibulla yang berfungsi sebagai alat perbaikan ketika bergerak atau mencari
makan. Ikan lele juga memiliki alat pernapasan tambahan beruba arborescent atau
labirin-labirin yang berfungsi sebagai alat bantu pernapasan ketika berada di
lingkungan lumpur atau sedikit oksigen (Dewi, 2016).
Bagian morfologi ikan lele (Clarias gariepinus) terdiri dari kepala (caput)
yang terdiri dari organon visus (mata), cavum oris (mulut), lekuk hidung dan 8 buah
kumis atau barbels yang merupakan indera peraba pada saat ada rangsangan dan
pada saat mencari makanan. Sedangkan pada bagian badan (truncus) terlihat berbeda
dengan Osteochilus vittatus bahwa tubuh ikan lele (Clarias gariepinus) tidak
memiliki sisik dan bersifat licin. Tampak pula alat keseimbangan yaitu berupa gurat
sisi (linea lateralis) di bagian tengah sisi badannya. Ikan lele memiliki alat bantu
renang yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip ekor (pinnae caudalis), sirip
dubur (pinnae analis),dan sepasang sirip perut (pinna abdominalis), dan sirip dada
(pinna dorsalis). Bagian bawa tubuhnya terlihat porus urogenitalis dan alat
kelaminnya. Bagian ekor (cauda) terdapat satu sirip ekor yang bentuknya membulat
(Suyanto, 1991).
Berdasarkan lingkaran-lingkaran sisik, sebetulnya umur ikan dapat ditentukan
dengan menghitung lingkaran tumbuh pada sisik. Tetapi ada juga beberapa jenis ikan
yang tak memiliki sisik seperti misalnya ikan lele, ikan belut, ikan keting. Umumnya
pada ikan-ikan tersebut memiliki lapisan mucus atau lendir yang lebih tebal daripada
ikan bersisik (Chaeri, 2005).
Perbedaan ikan lele jantan dan betina adalah pada gonadnya. Gonad ikan lele
jantan dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya,
warnanya lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil daripada gonad betina.
Selain itu pada lele jantan terdapat clasper, dimana organ ini berfungsi sebagai organ
ovulasi yang terletak di bawah tubuh dekat anus. Gonad ikan lele betina lebih
berwarna kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya dan kedua
sisinya mulus atau tidak bergerigi (Chaeri, 2005).
Proses pembedahan (disectio) ikan lele (Clarias gariepinus) dilakukan
dengan memulai dari lubang anus sepanjang garis medio-ventral tubuh ke arah depan
hingga mendekati sirip dada (pectoral fin). Kemudian pengguntingan dilanjutkan ke
arah lateral baik dekstra maupun sinistra. Selanjutnya secara hati-hati dengan
menggunakan pinset, dibuka permukaan tubuhnya yang licin sehingga viscerium
internal atau organ dalamnya terlihat dan secara hati-hati dikeluarkan atau diurai lalu
diamati. Pengguntingan kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral
sampai ke ujung moncong. Bagian labirin (arborescent) dipotong pada sisi lateral
sehingga ikan lele benar-benar mati. Kemudian digambar bagian-bagian organ
dalamnya pada lembar kerja yang tersedia.
Sistem pencernaan ikan lele terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus,
gastrum, pylorus, intestine, rectum, dan porus urogenitalis. Usus (intestine) ikan lele
lebih pendek dari panjang tubuhnya. Hal ini merupakan ciri khas dari ikan jenis
karnivora, serta lambung (gastrum) relatif besar dan panjang. Struktur anatomi mulut
erat kaitannya dengan cara bagaimana mendapatkan makanannya. Sungut terdapat di
sekitar mulut ikan lele yang berfungsi sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan
bagi ikan yang aktif mencari makanan di malam hari (nocturnal). Rongga mulut ikan
lele diselaputi sel-sel penghasil lendir untuk memudahkan jalan masuknya makanan
menuju segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi
makanan. Faring pada ikan lele berfungsi untuk menyaring makanan, karena insang
mengarah pada faring sehingga material bukan makanan akan dibuang melalui celah
insang (Prawirohartono, 2000).
Sistem respirasi ikan lele menggunakan insang dan sebuah alat tambahan
yaitu arborescent. Rongga insang ikan lele terdapat empat pasang sisir insang
dengan bagian-bagiannya. Bagian-bagian rongga insang yaitu filamen insang,
lengkung insang, dan tapis insang. Ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan
berupa arborescent, organ yang merupakan membran berlipat-lipat (labirin), penuh
dengan kapiler darah, seperti karang. Alat ini terletak di dalam ruangan sebelah atas
insang yang berperan dalam pernapasan agar ikan lele dapat lebih lama bertahan
hidup meskipun dalam keadaan kekurangan oksigen (Djuhanda, 1981).
Sistem ekskresi organ utamanya adalah ginjal. Urin yang dihasilkan ginjal,
disalurkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran rongga-rongga abdomen sebelah
dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan yang kanan bertemu di bagian
belakang menjadi kantong urin dan dari urin dikeluarkan melalui uretra yang
bermuara di porus urogenitalis (Kirwanto, 1986).
Sistem genitalia ikan lele (Clarias gariepinus) terdiri dari testis pada ikan lele
jantan, sedangkan pada ikan lele betina terdapat ovarium. Ikan lele jantan memiliki
sepasang testis dan pada bagian luar tampak clasper yang bentuknya meruncing
berwarna merah yang merupakan alat kelamin yang berfungsi untuk menyalurkan
sperma. Ikan lele betina pada bagian tubuhnya terdapat ovarium yang berisi butiran-
butiran telur yang akan dikeluarkan ketika sudah pada waktunya bereproduksi. Ikan
lele melakukan fertilisasi eksternal, sehingga ikan lele jantan membuahi telur ikan
lele betina di luar tubuh induk. Perbedaan ikan lele jantan dan betina ialah pada ikan
lele jantan terdapat alat kelamin berupa clasper yang berbentuk meruncing dan
berwarna merah, terletak di dekat porus urogenitalis. Sedangkan alat kelamin ikan
lele betina tampak membulat (Suyanto, 1991).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


Morfologi ikan Nilem (Osteochilus vittatus) antara lain lekuk hidung,
moncong, maxilla, mandibulla, misae, nostril, organon visus, operculum, pre-
operculum, inter-operculum, sub-operculum, radii branchiostegi, membrana
branchiostegi, linea lateralis, anus, porus urogenitalis, pinnae dorsalis, pinnae
analis, pinna abdominalis, pinna pectoralis, capus, truncus, dan cauda. Morfologi
ikan lele (Clarias gariepinus) antara lain caput, truncus, cauda, barbels superior,
barbels inferior, mulut, nostril, organon visus, operculum, linea lateralis, pinnae
dorsalis, pinna pectoralis, patil, pinna abdominalis, pinnae analis, pinnae caudalis,
dan porus urogenitalis. Anatomi ikan Nilem (Osteochilus vittatus) yaitu vena
hepatica, dustus cuveri, sinus venosus, atrium, ventricle, bulbus arteriosis, insang,
branchialis arteri, pronephros, mesonephros, ureter, esofagus, gonad, ductus
spermaticus, porus urogenitalis, vesica metatoria, anus, intestine, vesica felea,
ductus pneumaticus, hepatopancreas. Anatomi ikan lele (Clarias gariepinus) yaitu
esofagus, hepar, cor, gastrum, pylorus, intestine, gonad, ren, anus, porus
urogenitalis, dan clasper.
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M., 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Brotowidjoyo, M., 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Chaeri, A., Kusbiyanti, Sugiharto & Susatyo, P., 2005. Struktur Hewan. Edisi 2.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Dewi, A. K., 2016. Analisis Parasit Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam
Budidaya Ikan Desa Gondosuli Kabupaten Tulungagung Sebagai Sumber
Belajar Biologi, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Djuhanda, T., 1981. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bandung:
Armico.
Djuhanda, T., 1984. Pengantar Perbandingan Anatomi Vertebrata. Bandung:
Armico.
Isaac, A. O., Oniye, S. J. & Auta, J., 2017. Behavioural and Some Physiological
Assessment of Glyphosate and Paraquat Toxicity to Juveniles of African
Catfish, Clarias gariepinus. Pakistan J. Zool., 49(1), pp.175-181.
Kirwanto, M., 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Moment, G. B., 1967. General Zoology. Boston: Bentley Glass.
Prawirohartono., 2000. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Radiopoetro., 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rostika, R., Yuli, A. & Junianto., 2017. Fecundity Performance of Nilem
(Osteochilus vittatus) from Cianjur, Tasikmalaya and Kuningan Districts,
West Java, Indonesia. Asian Journal Of Agriculture, 1(1), pp.17-21.
Setyaningrum, N. & Wibowo, E. S., 2016. Potensi Reproduksi Ikan Air Tawar
Sebagai Baby Fish. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera: A Scientific Journal,
33(2), pp.85-91.
Sutanmuda., 2007. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Bappenas.
Suyanto, S. R., 1991. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ubah, S. A., Okere, N. C., Nwankwo, P. A. & Orokpo, I. A., 2017. Effect of Sperm
Sac (Testis) in Cryopreservation Protocol of Milt (Spermatozoa) of Clarias
gariepinus. International Journal of Aquaculture, 7(14), pp.94-100.
Wells, H. G., 2007. Text Book of Biology, Part 1: Vertebrata. 4th Ed. London:
University College London.

Anda mungkin juga menyukai