Anda di halaman 1dari 11

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)

DAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

Oleh :
Nama : Riifi Dhani Kusuma Putri
NIM : B1A016072
Rombongan : III
Kelompok :4
Asisten : Siti Munawaroh

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik atau berdarah dingin yang hidup
di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi hewan ini tergolong kelompok parafiletik yang hubungan kekerabatanya
masih di perdebatkan. Tubuhnya terdiri dari kepala, badan, dan ekor. Ikan nilem
(Osteochilus vittatus) hidup di air tawar. Makanannya terdiri dari Iumut-lumutan
pelekat. Ikan nilem menyukai air yang jernih dan mudah berkembang biak pada air
yang mengalir. Ikan nilem dapat hidup di daerah tinggi dengan ketinggian 150-1000
meter dari permukaan air laut terutama pada daerah ketinggian 800 meter. Bentuk
tubuhnya steram line (langsing seperti torpedo) sehingga mudah bergerak bebas pada
air deras (Hildebrand, 1974).
Tubuh ikan terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda).
Kepala dimulai dari mulut sampai batas tutup insang. Badannya bersisik dan dimulai
dari belakang tutup insang hingga anus. Ekornya dimulai dari belakang anus hingga
ujung sirip ekor (Djuhanda, 1984).
Pada praktikum kali ini, ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele
(Clarias gariepinus) digunakan sebagai preparat karena kedua jenis tersebut mudah
didapatkan. Selain itu, ikan nilem dan ikan lele anatomi tubuhnya terlihat jelas.
Mudah diamati serta dibedakan satu sama lain organ di dalamnya (Saanin, 1984).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Struktur hewan kali ini adalah untuk mengetahui
Morfologi dan Anatomi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan adalah baki preparat, pinset, dan gunting bedah.
Bahan yang digunakan adalah ikan nilem (Osteochilus vittatus), ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus), air kran, dan tissue.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ikan nilem (Osteochilus vittatus) dimatikan sedangkan ikan lele (Clarias
gariepinus) dibius.
2. Kemudian diperhatikan morfologi ikan dan bagian-bagiannya.
3. Pembedahan ikan nilem (Osteochilus vittatus) digunting mulai dari depan anus,
sepanjang garis medio-ventral tubuh kearah depan sampai sirip dada (jangan
sampai mengenai organ-organ yang terdapat di sebelah dalam).
4. Belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset.
5. Bagian ekor dipotong secara melintang kemudian diamati bagian-bagiannya.
6. Pembedahan pada Clarias gariepinus dimulai dari anus ke arah tubuh bagian
dorsal, yang dilanjutkan kearah anterior sampai ke tutup insang.
7. Pengguntingan bagian kepala ikan lele dumbo dilakukan pada tutup insang
bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong. Pengguntingan pada bagian
ini harus hati-hati, karena pada bagian ventral insang terdapat jantung.
8. Saluran pencernaan pada ikan lele dan nilem dapat diamati dengan cara menarik
bagian usus, sedikit demi sedikit sampai keluar tubuh dan jangan sampai putus.
B. Pembahasan

Klasifikasi ikan nilem (Osteochillus hasselti) menurut Saanin (1984), yaitu :


Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis : Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Osteriphsy
Sub Ordo : Cyprinoidea
Familia : Cyprinidea
Genus : Osteochilus
Species : Osteochillus hasselti
Hasil pengamatan anatomi praktikum ini didapatkan morfologi luar ikan
nilem dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput, truncus, dan cauda. Caput
terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum. Truncus
membentang dari akhir operculum sampai dengan anus. Cauda terbentang dari
belakang anus sampai dengan ujung sirip ikan. Caput ikan nilem meliputi cavum
oris (mulut) terdapat pada ujung moncong terdapat gigi pada rahangnya, organon
visus (mata) terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata dan operculum. Bagian
truncus dari ikan nilem terdiri dari berbagai jenis sirip. Sirip-sirip tersebut berfungsi
membantu pergerakan ikan nilem di dalam air. Sirip-sirip tersebut terdiri dari sirip
punggung (pinna dorsalis), sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut
(pinna abdominalis). Selain sirip pada bagian truncus juga terdapat porus
urogenitalis, yaitu lubang tempat alat reproduksi dan tempat pengeluaran hasil
ekskresi. Cauda ikan nilem terdapat sirip ekor tunggal (pinna analis). Diseluruh
bagian tubuh ikan nilem juga terdapat sisik dengan bentuk pipih dan bulat sehingga
disebut cycloid (Jasin, 1989).
Sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai dari mulut, pharynx, oesophagus,
ventriculus dan intestinum yang bermuara di kloaka. Cavum oris (rongga mulut)
relatife kecil, pada rahangnya tidak bergigi. Di dalam dinding kanan kiri pharynx
terdapat sel-sel insang. Oesophagus berbentuk seperti pita pendek, sedangkan bentuk
ventriculus melengkung seperti huruf U. Sistem pencernaan ikan nilem juga terdiri
dari intestine (usus) yang berupa saluran yang berliku-liku dan bermuara pada anus
(Radiopoetro, 1977).
Bagian kepala ikan nilem (Osteochilus vittatus) terdapat mulut (cavum oris)
sebagai tempat masuknya air dan makanan, lubang hidung (nostril), mata (organon
visus) sebagai indra penglihatan, insang untuk bernafas memperoleh oksigen yang
terlarut dalam air, tutup insang (operculum), dan jantung (cor). Bagian badan ikan
nilem (Osteochilus vittatus) terdapat linea lateralis atau gurat sisi pada sisi kanan
dan kiri truncus yang memanjang dari belakang tutup insang sampai pangkal ekor,
berfungsi sebagai indra keenam dalam mengetahui besarnya arus dan tekanan air.
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) memiliki beberapa sirip, diantaranya pinnae
pectoralis, pinnae abdominalis, pinna analis, pinna caudalis, dan pinna dorsalis.
Sedangkan bagian visceral insitu terdapat organ-organ seperti hati (hepar), kantung
empedu (vesica felea), lambung (gastrum), usus (intestine), gonad, gelembung
renang (vesica metatoria), ginjal (ren), limpa (lien), dan sebagainya (Jasin,1989).
Menurut Sugeng (1983), susunan bagian dalam ikan yang dimiliki oleh ikan
nilem antara lain gelembung renang, berupa kantung yang menggelembung berwarna
agak keputih-putihan, berperan sebagai alat keseimbangan agar ikan dapat naik turun
di dalam air. Ikan menjadi mudah mengapung karena memiliki gelembung renang.
Gelembung ini berisi oksigen, hidrogen, dan karbondioksida.
Sistem pernafasan ikan nilem adalah nostril dan insang, tetapi nostril hanya
digunakan ketika ikan nilem berada di permukaan air. Insang ikan nilem terdiri dari
tutup insang. Insang ini berfungsi mengambil oksigen dari air yang mengalir
melewati insang dan digunakan dalam tubuh yang memiliki komponen penting
dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang
mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Proses pernafasan pada ikan
nilem dimulai dari pertukaran udara melalui permukaan alat pernafasan, lalu difusi
oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah, transpor oksigen dan
karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, lalu di lanjutkan
dengan pengaturan pernapasan. Bagianbagian insang ikan nilem yang terlihat antara
lain, tapis insang yang berupa deretan gerigi di sebelah dalam lengkung insang,
filamen insang yang berbentuk seperti ujung tombak berwarna merah coklat dan
septum branchialis yang memisahkan kedua filamen insang (Yushinta, 2004).
Sistem peredaran darah pada Osteochilus vittatus terdiri atas jantung dan
sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak
di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang
menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung. Terdapat klep di
antara atrium dan ventrikel jantung berfungsi untuk menjaga agar aliran darah tetap
searah. Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari
insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Sehingga
darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke
seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung (Radiopoetro, 1991).
Sistem urinaria atau ekskresi pada ikan nilem adalah ren yang terjadi dari
mesonephros, urether yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan
sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal
abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari
ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membantu vesica urinaria. Ureter bermuara ke
dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus
urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna analis
(Norris & Richard, 1987).
Sistem reproduksi ikan nilem (Osteochilus vittatus) adalah gonad yang berupa
ovarium pada ikan betina dan testis pada ikan jantan. Sel-sel yang dihasilkan oleh
gonad akan bermuara di sinus urogenitalis untuk di keluarkan. Ikan nilem jantan
terdapat sepasang testis yang panjang terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai
dari vas defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan nilem betina
terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke
caudal melanjutkan diri ke dalam tuba falopii yang bermuara ke dalam sinus
urogenitalis (Radiopoetro, 1977).
Ikan seurukan (Osteochilus vittatus) merupakan salah satu jenis ikan tawar
yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan perikanan
budidaya. Ikan ini habitat aslinya banyak ditemukan hidup luar di perairan umum
terutama di sungai-sungai yang berarus sedang dan berair jernih. Selain itu juga bisa
ditemui hidup di rawa-rawa. Ikan seurukan (O. vittatus) merupakan spesies ikan air
tawar yang paling banyak diminati dan permintaan ikan seurukan untuk kebutuhan
konsumsi masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam yang ditangkap oleh
nelayan, bahkan dengan cara tidak ramah lingkungan dan merusak. Hal itu
menyebabkan populasi ikan seurukan di alam semakin kurang baik dari segi jumlah
maupun ukurannya (Azhari et al, 2017).
Hasil pengamatan secara morfologi dan anatomi bahwa ikan lele (Clarias
gariepinus) memiliki klasifikasi menurut Brotowidjoyo (1993) sebagai berikut:
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
Hasil pengamatan praktikum ini didapatkan bahwa tubuh ikan lele (Clarias
gariepinus) terdiri atas tiga bagian, yaitu caput, truncus, dan cauda. Pada bagian
mulut ikan lele terdapat barbels inferior dan barbels superior yang fungsinya untuk
mendeteksi pakan yang ada disekitarnya. Ikan lele juga mempunyai abdominal fin,
memiliki patil untuk pertahanan dirinya serta memiliki arborescent yakni berupa
kulit tipis berbentuk menyerupai spons atau bunga karang, sehingga ikan lele dapat
hidup pada air dengan kadar oksigen rendah. Ikan lele memiliki kulit berlendir dan
tidak bersisik, satu dorsal fin dan anal fin memanjang sampai ke pangkal ekor namun
tidak menyatu dengan caudal fin (Suyanto, 1991).
Tubuh Ikan Lele tidak memiliki sisik, tetapi memiliki kulit berlendir dan
pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari,
tampak pula alat keseimbangan yang berupa linea lateralis dibagian tengah sisi
truncusnya. Ikan Lele mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang memanjang
sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata
berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya dari serangan atau ancaman dari luar
yang membahayakan, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele mempunyai
sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae
caudalis) yang disebut ekor tidak berpasangan. Sirip dada (pinna pectoralis) dan
sirip perut (pinna abdominalis) disebut sirip berpasangan. Ikan Lele tidak
mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat
keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada
didasar perairan (lumpur) (Jasin, 1989).
Sistem pencernaan dari ikan lele terdiri atas mulut, lambung, usus, dan
dikeluarkan melalui porus urogenitalis. Usus ikan lele panjang karena termasuk ikan
omnivora. Sistem pencernaan ikan terdiri dari rahang ikan mempunyai banyak gigi
kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar
rongga mulut membantu gerakan respirasi. Pharynk terdapat insang di sisi dan
samping lalu ke oesophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum
(Storer & Usinger, 1961).
Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi
pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih
kecil dari pada betinanya. Gonad ikan lele betina berwarna lebih kuning, terlihat
bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak
bergerigi. Organ-organ lainnya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu,
labirin, gonad, hati, lambung, dan anus (Jasin, 1989).
Sistem reproduksi pada ikan lele jantan dan ikan lele betina jelas berbeda.
Pada ikan lele jantan terdapat sepasang testis dan bagian luar tampak clasper yang
bentuknya meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang berfungsi
untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian tubuhnya
terdapat ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan dikeluarkan pada saat
waktunya untuk bereproduksi. Ikan lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan
jantan membuahi telur diluar tubuh induk. Perbedaan ikan lele jantan dan ikan lele
betina yaitu pada ikan lele jantan terdapat alat kelamin yang terletak di dekat
anusnya, clasper, sedangkan alat kelamin ikan lele betina tampak membulat
(Kriswantoro, 1986).
Menurut Angka (1990), ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang
disebut arborescent, organ yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh
dengan kapiler darah. Alat ini terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Dalam
sejarah hidupnya lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia
akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam terdapat banyak
eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Clarias gariepinus adalah spesies ikan air tawar asli Afrika. Karakteristik
unik mereka sebagai pengumpan omnivora, mampu bertahan dalam kondisi yang
keras termasuk oksigen terlarut rendah, perubahan suhu dan tingkat polusi air yang
tinggi, ketahanan penyakit yang tinggi, dan rasa lezat membuat mereka menjadi
spesies akuakultur yang populer. Ikan ini telah diperkenalkan ke Asia Tenggara pada
awal tahun delapan puluhan dan budayanya menyebar dengan cepat karena tingkat
pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan spesies ikan lele lokal. Mereka
umumnya dikenal sebagai lele Afrika Utara dalam bahasa Inggris, keli Afrika di
Malaysia dan Indonesia. Meskipun popularitas ikan ini, produksi benih masih tidak
konsisten karena kelangsungan larva yang rendah terutama pada tahap larva awal.
Kendala ini masih ada walaupun protokol untuk pemijahan yang dikendalikan dan
pembesaran larva Clarias gariepinus telah ditetapkan. (Nguang, 2015).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Tubuh ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan ikan lele (Clarias gariepinus)
terdiri dari kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda).
2. Situs viscerum ikan nilem yaitu gelembung renang (vesica metatoria), ginjal
(ren), ginjal kepala (pronephros), gonad, usus (intestine), hati (hepar). Situs
viscerum ikan lele yaitu hati (hepar), jantung (cor), lambung (gastrum), usus
(intestine), labirin dan gonad. Sistem respirasi ikan lele dan ikan nilem adalah
insang, namun ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yaitu arborescent.
Sistem ekskresi pada ikan nilem dan ikan lele terdiri dari ren, urether, vesica
urinaria dan porus urogenitalis. Sistem reproduksi ikan nilem (Osteochilus
vittatus) adalah gonad yang berupa ovarium pada ikan betina dan testis pada
ikan jantan. Sistem reproduksi pada ikan lele adalah sepasang testis dan bagian
luar tampak clasper yang bentuknya meruncing berwarna merah pada ikan
jantan dan ovarium pada ikan betina.

B. Saran

Praktikan disarankan menggunakan masker dan sarung tangan selama


praktikum berlangsung. Praktikan juga dianjurkan untuk membaca materi praktikum
terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai.
DAFTAR REFERENSI

Angka S.L., Mokoginta, I., & Hamid, H., 1990. Anatomi dan Histologi Beberapa
Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Bogor: IPB.
Azhari, A., Dewiyanti, I., & Uliza, C. 2017. Pengaruh Padat Penebaran terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Seurukan (Osteochilus
vittatus). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah,2(1),
pp. 12-19.
Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djuanda, T. 1984. Analisa Struktur Vertebratae Jilid I. Bandung: Amrico.
Hildebrand, M. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Bandung: Armico.
Jassin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invetebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Kriswantoro, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Manter, M. W 1989.Introduction to Zoology. New York: Harper.
Nguang, S, I., Hou H.,& Chew H. 2015. Nutritional Transition Period in Early
Larvae Clarias Gariapenus. Malaysian Journal of Analytical Sciences,19(5),
pp. 1120-1130.
Norris, D.O. & Rhicard E. J. 1987. Hormones and Reproduction in Fishes,
Amphibians, and Reptiles. New York and London: Plenum Press.
Radiopoetra. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Vol. I dan II. Bandung:
Bina Cipta Barang.
Storer, T. &Usinger, R. 1961. Elements of Zoology. London: Mc Graw Hill Book
Company.
Sugeng. 1983. Berternak Ikan di Kolam. Semarang: Aneka Ilmu.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yushinta, F. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: PT Renika Cipta.

Anda mungkin juga menyukai