Anda di halaman 1dari 15

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus) DAN IKAN LELE

(Clarias gariepinus)

Oleh :
Nama : Fiqita Mayliani
NIM : B1A017119
Rombongan : C1
Kelompok : VII
Asisten : Siti Munawaroh

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ kompleks,
bernafas dengan insang (beberapa jenis ikan bernafas dengan alat tambahan
berupa modifikasi gelembung renang atau gelembung udara) dan terdiri atas
beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan
juga merupakan hewan berdarah dingin dengan ciri khasnya adalah mempunyai
tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air
sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di
dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air
yang disebabkan oleh arah angin. Walaupun Ikan umumnya bernafas dengan
insang, tetapi ada juga yang dilengkapi dengan labirin yang kerjanya seperti paru-
paru. Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup
di air dan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia (Radiopoetro, 1991).
Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda. Diantaranya tidak ada
pembatas yang nyata sebagai batas antar caput, truncus, dan cauda. Sebagai batas
antar caput dan truncus yaitu dari tepi caudal operculum dan sebagai batas antara
truncus dan cauda yaitu dari anus (Marshall, 1980).
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus)
dipilih sebagai preparat untuk mewakili spesies dari kelas Pisces karena cara
hidupnya sederhana, harganya murah dan mudah diperoleh. Selain itu ukurannya
cukup besar, menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan
vertebrata tingkat tinggi, serta letak organ-organnya mudah untuk dipelajari
(Kodri, 2004).

B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan
anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A.Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan nilem
(Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gunting bedah,
pinset, dan baki preparat.

B. Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan dimatikan dengan cara dibius.
2. Ikan dibedah dengan cara digunting dimulai dari depan anus, sepanjang garis
medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada.
3. Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan bantuan pinset.
4. Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang
dilanjutkan ke arah anterior sampai tutup insang.
5. Organ dalam ikan diamati dengan bantuan pinset secara hati-hati.
6. Otot-otot bagian ekor dapat diamati dengan cara dipotong bagian ekornya
secara melintang.
B. Pembahasan
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan endemik
Indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa. Namun, sejalan dengan
perkembangan, ikan tersebut kemudian dibudidayakan di kolam-kolam untuk
tujuan komersial. Hampir 80 persen produksi ikan nilem berasal dari Jawa Barat
(Djuhanda, 1984).
Ikan nilem (Osteochilus vittatus), menurut Nelson (1994) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Super Class : Taleostomi
Class : Actinopterygii
Subclass : Nepterygii
Divison : Teleostei
Subdivision : Euteleostei
Superorder : Ostariophysi
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus vittatus
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) tergolong dalam keluarga crypnidae
seperti ikan tawes dan ikan mas. Ikan nilem ini tersebar di beberapa wilayah yaitu
Jawa, Sumatera, Malaysia dan Thailand. Umumnya, ikan nilem dipelihara pada
daerah dengan ketinggian berkisar antara 150 m dpl sampai pada ketinggian 800
m dpl. Spesifikasi ikan nilem diantaranya, yaitu mempunyai tubuh yang ditutupi
dengan sisik yang berwarna hijau keabu-abuan, coklat atau hijau kehitam-hitaman
ataupun merah. Kiri dan kanan badan ikan nilem terdapat linea lateralis atau gurat
sisi yang memanjang ke belakang tutup insang sampai ke ekor. Gurat sisi ini
berfungsi untuk mengetahui besar atau kecilnya arus dalam air. Kedua sudut
mulut ikan nilem terpasang dua pasang kumis atau barbel. Mulut ikan nilem
relatif lebar dan gigi yang berkerut-kerut sebagai tanda pemakan tumbuh-
tumbuhan seperti ganggang penempel. Sisik ikan nilem berbentuk garis-garis
melingkar dan garis-garis radier yang disebut cycloid. Tipe ikan nilem adalah
homocerk yaitu terlihat simetri dorsoventral dari luar. Dilihat dari dalam tulang-
tulang penyusunnya asimetris. Tipe homocerk terjadi bila columna vertebralis
tidak berakhir persis diujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tepi ujung
membagi dua bagian yang sama (Binur, 2016).
Morfologi luar ikan nilem dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput,
truncus, dan cauda. Caput terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan
akhir operculum. Truncus membentang dari akhir operculum sampai dengan anus.
Cauda terbentang dari belakang anus sampai dengan ujung sirip ikan. Caput ikan
nilem meliputi cavum oris (mulut) terdapat pada ujung moncong terdapat gigi
pada rahangnya, organon visus (mata) terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata
dan operculum. Bagian truncus dari ikan nilem terdiri dari berbagai jenis sirip.
Sirip-sirip tersebut berfungsi membantu pergerakan ikan nilem di dalam air (Jasin,
1989).
Sirip-sirip ikan nilem terdiri dari sirip punggung (pinnae dorsalis),
sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sepasang sirip perut (pinna
abdominalis). Selain sirip, pada bagian truncus juga terdapat porus urogenitalis ,
yaitu lubang tempat alat reproduksi dan tempat pengeluaran hasil ekskresi. Cauda
ikan nilem terdapat sirip ekor tunggal (pinnae caudalis) dan sirip dubur (pinnae
analis). Diseluruh bagian tubuh ikan nilem juga terdapat sisik dengan bentuk
pipih dan bulat sehingga disebut cycloid. Ikan nilem mempunyai gelembung
renang (vesica metatoria) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan naik turun
dalam air (Jasin, 1989).
Ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan.
Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak
dibelakang sirip dada (abdominal). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang
dari diameter mata, sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang
kepala. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8
sampai ke-10. Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan
dengan sisik garis rusuk ke-22 atau ke-23 dibelakang jari-jari sirip punggung
terakhir. Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Permulaan sirip perut
dipisahkan oleh 4-4 ½ sisik dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut
tidak mencapai dubur, sirip ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama
dengan panjang batang ekor dan dikelilingi oleh 16 sisik (Nuryanto, 2001).
Secara morfologi ikan nilem jantan berwarna lebih terang, ukuran
tubuhnya lebih kecil, dan perut mengembang ke arah samping dan ke arah lubang
pelepasan. Berkebalikan dengan jantan, ikan nilem betina berwarna lebih gelap,
ukuran tubuhnya lebih besar, dan perut mengembang. Perbedaan secara anatomi
dapat dilihat pada gonadnya. Gonad ikan nilem jantan berisi sperma berwarna
putih yang disebut testis, sedangkan nilem betina gonadnya berisi sel telur
berwarna kuning kecokelatan yang disebut ovarium. Ikan nilem jantan dan betina
juga dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ke arah anus. Ikan jantan
akan mengeluarkan cairan putih susu dari lubang genitalnya. Induk betina yang
sudah matang telurnya dicirikan dengan perut yang relatif besar dan lunak bila
diraba (Sumantadinata, 1981).
Pembedahan atau disectio ikan nilem dimulai dengan pengguntingan dari
depan anus sepanjang garis medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip
dada. Agar mempermudah dalam pengguntingan, bagian belahan daging sebelah
atas dibuka dengan bantuan pinset. Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah
tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan ke arah anterior sampai tutup insang. Organ
dalam ikan dipilah-pilah untuk diamati dengan bantuan pinset secara hati-hati.
Otot-otot bagian ekor dapat diamati dengan cara dipotong bagian ekornya secara
melintang. Maksimalkan pencahayaan agar anatomi ikan dapat diamati dengan
baik.
Ikan nilem memiliki sistem pencernaan yang dimulai dari cavum oris,
esofagus, kantung empedu, ductus pneumaticus dan limfa. Dalam tubuhnya dapat
terlihat organ pencernaan yaitu usus yang panjang, ini dikarenakan ikan ini
termasuk tipe herbivora. Kantung empedu (vesica felea) yang terletak pada usus
bagian depan, berupa kantung bulat hijau kebiru-biruan. Kantung empedu ini
berhubungan dengan usus melalui ductus choledochus, lalu saluran akhir
pencernaan yaitu anus atau porus urogenitalus (Radiopoetro, 1991).
Ikan nilem mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga
disebut hepatopankreas. Ginjal yang gilik yang terletak antara vesica pneumatica
dengan tulang vertebrae. Cairan yang mengandung sisa-sisa persenyawaan
nitrogen dan hidrogen diambil dari darah dalam ginjal akan ditampung ke dalam
vesica urinaria melalui ureter (Jasin,1989).
Sistem pernapasannya terdiri nostril dan insang. Nostril hanya digunakan
ketika ikan nilem berada di permukaan air. Insang ikan nilem terdiri dari tutup
insang. Dalam tutup insang dibagi lagi menjadi empata potong tulang, yaitu
operculum, pre-operculum, inter-operculum, sub-operculum, membrana
branchiostegi yang berfungsi sebagai klep untuk mehanan air supaya tidak masuk
ke rongga insang. Radii branchiostegi fungsi utamanya adalah untuk keperluan
lain seperti makan dengan cara menyaring, ekskresi, pertukaran ion dan
pengaturan osmosis. Sebagian besar ikan, semua darah masuk ke dalam jantung
melalui vena mempunyai kadar oksigen yang rendah dan karbondioksida yang
tinggi, yaitu yang disebut darah vena. Jantung terdiri atas sebuah sinus venosus,
sebuah atrium, sebuah ventrikel dan sebuah bulbus arteriosus yang tersusun
dalam urutan linear. Kontraksi otot jantung meningkatkan tekanan darat yang di
dalam vena sangat rendah dan mengeluarkan darah melalui arteri, aorta ventral.
Kelima atau enam pasang lung aorta yang menjuluru secara dorsal melalui kapiler
didalam insang aorta dorsal. Waktu darah melalui insang karbondioksida
dilepaskan oksigen diambil, sehingga darah yang memasuki pembuluh arteri kaya
akan oksigen. Arteris dorsal membagi darah ini melalui cabang-cabangnya
keseluruh bagian tubuh (Ville, 1988).
Sistem urinaria atau ekskresi pada ikan nilem adalah ren yang terjadi dari
mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria,
dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal
abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari
ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter
bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar
melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal
pinna analis (Noris & Rhicard, 1987).
Sistem genitalia pada ikan nilem terdiri dari gonad dengan saluran
kelenjar aksesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel
kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel
kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ikan jantan memiliki
sepasang testis yang berukuran panjang, dan terletak di bagian ventral dari ren.
Ujung cauda mulai vas deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan
betina memiliki sepasang ovarium yang panjang dan secara simetris berada pada
sisi kanan dan kiri tubuh. Di sebelah dalam ovarium terdapat banyak sarang-
sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia atau oosit). Ovarium ini
mempunyai rongga yang ke cauda melanjutkan ke oviduct, yang bermuara ke
dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur dilekatkan
pada tumbuhan yang ada di air. Ikan nilem jantan dan ikan nilem betina dapat
dibedakan setelah ikan masak kelamin. Permukaan luar operculum (tutup insang)
ikan jantan apabila diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan
jantan apabila diurut perutnya dari operculum ke papilla genital maka akan keluar
cairan seperti santan sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing
sedangkan ikan betina membuncit dan lunak. (Radiopoetro, 1991).
Ikan lele (Clarias gariepinus) adalah vertebrata yang termasuk kelas
pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar, dan merupakan famili dari
Clariidae. Tubuh ikan lele dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput), badan
(truncus), dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong
sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang
sampai dengan anus, dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor
(Sarwono, 2007).
Ikan lele (Clarias gariepinus) bersifat noktural yaitu bergerak aktif
mencari makanan pada malam hari. Siang hari ikan lele akan
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele
memijah pada musim penghujan. Habitat ikan lele di sungai dengan arus air yang
perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele
bisa hidup pada air yang tercemar (Sumantadinata, 1981).
Kepala ikan lele mempunyai bagian-bagian yaitu organon visus (mata),
cavum oris, lekuk hidung dan empat pasang sungut atau barbels yang berfungsi
sebagai indera peraba pada saat terdapat rangsangan dan pada saat mencari
makanan. Kepala ikan lele berbentuk pipih, simetris dan dari kepala sampai
punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan
bulat dan memipih ke arah ekor dan memiliki patil. Kepala ikan lele terdapat
insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda dengan ikan nilem, ikan lele
memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ arborescent yang berupa kulit tipis
menyerupai spons. Adanya alat pernafasan tambahan ini, ikan lele dapat hidup
pada air dengan kondisi kadar oksigen rendah (Jasin, 1989).
Tubuh ikan lele tidak memiliki sisik, memiliki kulit berlendir, mempunyai
pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari,
tampak pula alat keseimbangan yang berupa gurat sisi dibagian tengah sisi
trunchusnya. Ikan lele mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang
memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor,
mempunyai senjata berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya dari serangan
atau ancaman dari luar yang membahayakan, panjang maksimum mencapai 400
mm. Ikan lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin) dan
sirip ekor (caudal fin) yang disebut ekor tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral
fin) dan sirip perut (abdominal fin) disebut sirip berpasangan. Ikan lele tidak
mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat
keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering
berada di dasar perairan (lumpur) (Jasin, 1989).
Ikan lele (Clarias gariepinus), menurut Djuhanda (1984) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Ikan lele (Clarias gariepinnus) memiliki morfologi yang mirip dengan
ikan lele lokal (Clarias batrachus). Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala
gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar,
warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia
(panu). Ciri-ciri morfologis lele lainnya adalah sungutnya. Sungut berada di
sekitar mulut berjumlah delapan buah atau empat pasang terdiri dari sungut nasal
dua buah, sungut mandibular luar dua buah, sungut mandibular dalam dua buah
dan sungut maxilar dua buah. Ikan lele mempunyai lima buah sirip yang terdiri
dari sirip pasangan dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada
dan sirip perut, sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung, ekor serta sirip
dubur. Sirip dada ikan lele dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun
(Puspowardoyo & Djarijah, 2002).
Ikan lele jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara memperhatikan
kriteria-kriteria diantara keduanya. Ikan lele jantan memiliki bentuk tubuh
ramping, lurus memanjang dan padat, sedangkan ikan lele betina memiliki bentuk
tubuh besar, melebar dan juga bulat memajang. Ikan lele jantan memiliki bentuk
kelamin meruncing (klasper) dan tampak, sedangkan ikan lele betina memiliki
bentuk kelamin oval, kedalam dan tampak. Secara umum ikan lele jantan
memiliki kepala yang jauh lebih kecil dibandingkan bentuk tubuh, sedangkan ikan
lele betina memiliki kepala besar dan seimbang dengan bentuk tubuh. Gerakan
ikan lele jantan lincah, gesit dan bersifat agresif, sedangkan ikan lele betina
memiliki gerakan cenderung lambat. Ikan lele jantan memiliki warna yang terang
dan mengkilap, sedangkan ikan lele betina memiliki warna yang tidak seterang
ikan lele jantan (Kriswantoro, 1986).
Pembedahan atau disectio ikan lele tidak jauh berbeda dengan
pembedahan ikan nilem. Dimulai dengan pengguntingan dari depan anus
sepanjang garis medio-ventral tubuh ke arah depan sampai dekat sirip dada.
Pengguntingan dilakukan dengan arah seperti huruf V. Agar mempermudah dalam
pengguntingan, bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan bantuan pinset.
Pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan
ke arah anterior sampai tutup insang. Organ dalam ikan dipilah-pilah untuk
diamati dengan bantuan pinset secara hati-hati. Kepala ikan digunting untuk
melihat alat pernapasan tambahan ikan lele. Maksimalkan pencahayaan agar
anatomi ikan dapat diamati dengan baik.
Sistem pencernaan pada ikan lele (Clarias gariepinus) dimulai dari
mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilrus, usus, rectum dan anus.
Struktur anatomi mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan
makanan. Sungut terdapat disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba
atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan
pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel
penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya.
Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk
menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang
masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan
dibuang melalui celah insang (Oso & Ayodele, 2016).
Sistem respirasi pada ikan lele berupa insang dan alat pernapasan
tambahan yaitu arborescent. Insang pada ikan lele memiliki bagian-bagian dan
mekanisme pernafasannya mirip dengan ikan nilem. Ikan lele dapat hidup di
dalam lumpur atau di dalam air yang memiliki kadar oksigen minim karena
memiliki alat pernafasan tambahan ini ikan lele dapat bertahan hidup di luar air
dalam beberapa jam jika keadaan udara disekitarnya lembab. Arborescent
merupakan membran yang berlipat-lipat dan penuh dengan kapiler-kapiler darah.
Kapiler darah ini terletak dibagian atas lengkung insang kedua dan ketiga.
Arborescent memiliki bentuk yang mirip dengan bunga karang (Kriswantoro,
1986).
Organ utama pada sistem ekskresi ikan lele (Clarias gariepinus) adalah
ginjal. Urin yang dihasilkan ginjal disalurkan melalui ureter yang berjalan di
pinggiran rongga-rongga abdomen sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter
yang kiri dan yang kanan bertemu di bagian belakang menjadi kantong urin
(vesica urinaria) dan dari urin dikeluarkan melalui uretra yang bermuara di anus
(Radiopoetro, 1991).
Sistem genitalia pada ikan lele jantan dan ikan lele betina jelas berbeda.
Ikan lele jantan terdapat sepasang testis dan bagian luar tampak klasper yang
bentuknya meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang
berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian
tubuhnya terdapat ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan
dikeluarkan pada saat waktunya untuk bereproduksi. Ikan lele melakukan
fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan membuahi telur diluar tubuh induk.
Perbedaan ikan lele jantan dan ikan lele betina yaitu pada ikan lele jantan terdapat
alat kelamin yang terletak di dekat anusnya, berwarna cerah dan meruncing
(klasper), sedangkan alat kelamin ikan lele betina tampak membulat
(Kriswantoro, 1986).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1. Morfologi tubuh ikan nilem (Osteochilus vittatus) dibagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Ikan nilem mempunyai
lima jenis sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan
sirip ekor. Ikan nilem memiliki gurat sisi dan diselimuti oleh sisik yang disebut
cycloid.
2. Anatomi tubuh ikan nilem (Osteochilus vittatus) terbagi menjadi sistem
pernapasan, sistem ekskresi, sistem pencernaan, dan sistem genitalia. Sistem
pernafasan pada ikan nilem terdiri dari insang dan vesica metatoria (gelembung
renang). Sistem ekskresi pada ikan nilem terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria
dan porus urogenitalis. Sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai dari
esofagus langsung menuju lambung yang dibedakan menjadi dua bagian yaitu
pars cardiaca yang lebar dan pyloric yang sempit dan bermuaran ke porus
urogenitalis. Organ gonad ikan nilem jantan terlihat berwarna putih yaitu testis,
sedangkan pada ikan nilem betina berwarna kuning seperti kumpulan butiran-
butiran kecil yaitu ovarium.
3. Morfologi tubuh ikan lele (Clarias gariepinus) dibagi menjadi tiga bagian yaitu
kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Ikan lele mempunyai lima
jenis sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip
ekor. Ikan lele memiliki gurat sisi.
4. Anatomi tubuh ikan lele (Clarias gariepinus) terbagi menjadi sistem pernapasan,
sistem ekskresi, sistem pencernaan, dan sistem genitalia. Ikan lele memiliki alat
pernafasan tambahan yang disebut arborescent. Sistem ekskresi pada ikan lele
terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria dan porus urogenitalis. Sistem
pencernaan pada ikan lele dimulai dari mulut, esofagus, gastrum, intestinum dan
bermuara ke porus urogenitalis. Sistem genitalia ikan lele jantan terdiri dari
testis, vas deferens dan klasper, sedangkan pada ikan lele betina terdiri dari
ovarium, oviduct dan uterus.
DAFTAR PUSTAKA

Binur, R., 2016. Komposisi Jenis Ikan Air Tawar di Daerah Lahan Basah Kaliki
Merauke Papua. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(2), pp.165-178.
Djuhanda, T., 1984. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Jasin, M., 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata Untuk Universitas
Cetakan Ketiga. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kodri, G., 2004. Budidaya Lele Keli. Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT Bina
Adiaksara.
Kriswantoro, M., 1986. MengenalIkan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Marshall, A., 1980. Textbook of Zoology Vertebrates. London: English Language
Book Society and Macmillan.
Nelson, Js., 1994. Fishes of the World Third Edition. New York: John Wiley & Sons
inc.
Norris, D., & Richard E., 1987. Hormones and Reproduction in Fishes, Amphibians,
and Reptiles. New York and London: Plenum Press.
Nuryanto, A., 2001. Morfologi, Kariotip, dan Pola Protein Ikan Nilem dari Sungai
Cikawung dan Kolam Budidaya Kabupaten Cilacap. Tesis Program
Pascasarjana. Bogor: IPB.
Oso, J.A., & Ayodele., 2016. Food and Feeding Habits of Clarias gariepinus in a
Tropical Reservoir. International Journal of Fisheries and Aquatic Sciences,
2(4), pp.65-71.
Puspowardoyo, H., & Djarijah., 2002. Pembenihan dan Perbesaran Ikan Lele
Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Radiopoetro., 1991. Zoology. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, B., 2007. Beternak Lele Dumbo. Jakarta: Agromedia.
Sumantadinata, K., 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia.
Jakarta: Sastra Budaya.
Villee., 1988. Zoologi Umum I. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai