Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan organism akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan
terdiri dari beberapa system organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup.
Tubuhnya terdiri dari kepala, badan dan ekor. Ekosistem ikan ada dua, yaitu perairan
tawar dan perairan laut. Ikan yang hidup di perairan laut lebih banyak mengeluarkan
urine dibandingkan dengan ikan yang hidup di perairan tawar. (Affandi, 2002).
Ikan adalah suatu makhluk hidup yang hidup di air dan bernafas dengan
mempergunakan insang-insangnya yang berada di bagian kanan dan kiri dari kepalanya.
Ikan merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, antara ikan Nilem (Osteochilus
vittatus) dan ikan Lele (Clarias gariepinus). Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) tergolong
ke dalam keluarga Cyprindiae. Kulit ikan nilem memiliki lender yang berfungsi untuk
melincinkan agar mudah bergerak di air. Ikan Lele (Clarias gariepinus) badannya tidak
diselubungi dengan sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya dan sedikikit
berlendir (Jasin, 1989).
Praktikum ini menggunakan ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan Ikan Lele
(Clarias gariepinus) sebagai preparat karena Ikan nilem memiliki susunan morfologi
dan anatomi yang sederhana. Selain itu ikan nilem memiliki organ yang jelas dan
sederhana sehingga mempermudah praktikan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui
Morfologi dan Anatomi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan Ikan Lele (Clarias
gariepinus).

II.

MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat- alat yang digunakan adalah bak preparatat, pinset, pisau, dan gunting
bedah.
Bahan yang digunakan adalah ikan nilem dan Ikan Lele (Clarias gariepinus), air
kran, dan tissue.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ikan dimatikan dengan gunting.
2. digunting mulai dari lubang dubur kearah anterior sepanjang medioventral tubuh
mengikuti arah depan sirip dada (dilakukan dengan hati hati sehingga tidak
mengenai organ organ yang berada di dalamnya).
3. Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset.
4. Pengguntingan dilanjutkan kearah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan kearah
anterior sampai ke tutup insang, bagian dorsal dan ventral sampai moncong, pada
bagian ini harus diperhatikan sebelah ventral dari insang terdapat jantung sehingga
pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati.
5. Setelah pembedahan selesai, organ-organ dalamnya diamati serta diberi keterangan.
6. Saluran pencernaan dapat diamati dengan cara menarik bagian usus dengan hati-hati,
sedikit demi sedikit sampai keluar dari tubuh dan jangan sampai putus.
7. Bagian ekor khusus pada ikan nilem dipotong secara melintang kemudian diamati
8.

bagian-bagiannya yaitu ekor dan tulangnya.


Setelah pengamatan selesai preparat dibuang, alat-alat dibersihkan dengan air kran.

B. Pembahasan

Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus vittatus) menurut Saanin (1987) adalah


sebagai berikut :
Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Classis

: Pisces

Subclassis

: Teleostei

Ordo

: Ostariophysi

Sub Ordo

: Cyprinoidae

Familia

: Cyprinidae

Sub familia

: Cyprininae

Genus

: Ostechilus

Spesies

: Osteochilus hasselti

Hasil pengamatan dari anatomi ikan nilem atau yang juga dikenal dengan Silver
Shark Minnow mempunyai cirri morfologi diantaranya yaitu bentuk tubuh yang hampir
sama dengan ikan mas. Bedanya kepala ikan nilem relatif lebih kecil dibandingkan ikan
mas. Tubuh ikan nilem dapat dibagi menjadi caput (kepala), truncus (badan) dan cauda
(ekor). Ketiganya tidak ada batas yang nyata. Pada sudut-sudut keras mulut ikan nilem
terdapat dua pasang sungut peraba. Ikan nilem mempunyai organ-organ penyusun
diantaranya yaitu vesica urinaria, nephros, pronephros, gonad, porus urogenitalis, cor,
dan usus. (Djuanda, 1984).
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) tergolong dalam keluarga crypnidae seperti
ikan tawes dan ikan mas. Ikan nilem ini tersebar di beberapa wilayah yaitu Jawa,
Sumatera, Malaysia dan Thailand. Pada umumnya, ikan nilem dipelihara pada daerah
dengan ketinggian berkisar antara 150 m dpl sampai pada ketinggian 800 m dpl. Ikan
nilem mempunyai tubuh yang ditutupi dengan sisik yang berwarna hijau keabu-abuan,
coklat atau hijau kehitam-hitaman ataupun merah. Kiri dan kanan badan terdapat linea
lateralis atau gurat sisi yang memanjang ke belakang tutup insang sampai ke ekor. Gurat
sisi ini berfungsi untuk mengetahui besar atau kecilnya arus dalam air. Kedua sudut
mulut ikan nilem terpasang dua pasang kumis atau barbel. Mulut ikan nilem relatif lebar
dan gigi yang berkerut-kerut sebagai tanda pemakan tumbuh-tumbuhan seperti ganggang
penempel. Sisik ikan nilem berbentuk garis-garis melingkar dan garis-garis radier yang

disebut cycloid. Tipe ikan nilem adalah homocerk yaitu terlihat simetri dorsoventral dari
luar. Dilihat dari dalam tulang-tulang penyusunnya asimetris. Tipe homocerk terjadi bila
columna vertebralis tidak berakhir persis diujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tepi
ujung membagi dua bagian yang sama (Fujaya. 2002).
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui cara fisik dan kimia,
sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian
diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Organ-organ saluran
pencernaan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturutturut: hati, empedu, pancreas, lambung, oesophagus, mulut/rongga mulut, usus (pilorus
dan pilorik saeka). Organ-organ tambahan nya adalah kelenjar hati, kelenjar empedu,
dan kelenjar pancreas. Serta organ-organ pelengkap: sungut, gigi, tapis insang
(Djuhanda, 1984).
Ikan nilem bernafas dengan insang. Insang ikan nilem terdiri atas lengkung
insang, filamen insang, dan tapis insang. Pasangan rigi-rigi (tapis insang) berfungsi
menyarin air untuk pernafasan tubuh pada lengkung insang. Lembaran insang (filamen
insang) berwarna merah karena memiliki banyak pembuluh kapiler darah dari arteri
insang. Melalui lembaran inilah pertukaran CO2 dan O2 berlangsung. (Prawirohartono,
2000).
Sistem reproduksi pada ikan nilem jantan dengan testis dan ikan nilem betina
bereproduksi dengan ovarium. Ikan nilem jantan dan betina dapat dibedakan dengan
cara memijit bagian perut ikan ke arah anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan tang
berwarna putih susu dari lubang genitalianya. Sedangkan ikan nilem betina yang sudah
matang telurnya mempunyai ciri-ciri perut yang relatif besar dan terasa lunak apabila
diraba (Moment, 1967).
Ikan nilem mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang berfungsi
sebagai alat keseimbangan naik turun dalam air. Ginjal berfungsi sebagai tempat untuk
penyaringan urin. Ureter untuk menyalurkan urin dari ginjal ke vesica urinaria. Sistem
ekskresi pada ikan nilem terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria dan berakhir pada porus
urogentilais. (Kimball, 1991).

2. Ikan lele (Clarias batrachus)


Hasil pengamatan dalam praktikum anatomi ikan lele didapat bahwa pada
bagian kepala ikan lele mempunyai baiang-bagian yaitu organon visus (mata), cavum
oris, lekuk hidung dan empat pasang sungut atau barbels yang berfungsi sebagai indera
peraba pada saat terdapat rangsangan dan pada saat mencari makanan. Kepala ikan lele
berbentuk pipih, simetris dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman,
mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor dan memilik
patil. Kepala ikan lele terdapat insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda dengan ikn
nilem, ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ arborescent yang berupa
kulit tipis menyerupai spons. Dengan adanya alat pernafasan tambahan ini ikan lele
dapat hidup pada air dengan kondisi kadar oksigen rendah. (Suyanto, 1999).
Klasifikasi Ikan Lele (Clarias batrachus) menurut Brotowidjoyo (1990) adalah sebagai
berikut:
Regnum

: Animalia

Sub- Regnum : Metazoa


Phyllum

: Chordata

Sub-Phyllum : Vertebrata
Class

: Pisces

Sub-Class

: Teleostei

Ordo

: Ostariophysi

Sub-Ordo

: Siluroiden

Familia

: Claridae

Genus

: Clarias

Spesies

: Clarias gariepinus
Tubuh ikan lele tidak memiliki sisik, memiliki kulit berlendir, mempunyai

pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari,
tampak pula alat keseimbangan yang berupa gurat sisi dibagian tengah sisi trunchusnya.
Ikan lele mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang memanjang sampai ke
pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil
atau taji untuk melindungi dirinya dari serangan atau ancaman dari luar yang
membahayakan, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele mempunyai sirip

punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin) yang disebut ekor
tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (abdominal fin) disebut sirip
berpasangan. Ikan lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang
merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih
sering berada didasar perairan (lumpur) (Jauhari.2005).
Sistem pencernan pada ikan lele (Clarias batrachus) dimulai dari mulut, rongga
mulut, faring, oesophagus, lambung, pilrus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi
mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat
disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini
terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga
mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang mempermudah
jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ
pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk
menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada farin maka material
bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 1984).
Sistem pernafasan pada ikan lele berupa insang dan alat pernafasan yaitu
arborescent. Insang pafa ikan lele memiliki bagian-bagian dan mekanisme
pernafasannya mirip dengan ikan nilem. Ikan lele dapat hidup di dalam lumpur atau di
dalam air yang memiliki kadar oksigen minim karena memiliki alat pernafasan
tambahan ini ikan lele dapat bertahan hidup di luar air dalam beberapa jam jika keadaan
udara disekitarnya lembab. Arborescent merupakan membran yang berlipat-lipat dan
penuh dnegan kapiler-kapiler darah. Kapiler darah ini terletak dibagian atas lengkung
insang kedua dan ketiga. Arborescent memiliki bentuk yang mirip dengan bunga karang
(Kriswantoro, 1986).
Sistem reproduksi pada ikan lele jantan dan ikan lele betine berbeda. Ikan lele
jantan terdapat sepasang testis dan pada bagian luar tampak klasper yang ebntuknya
meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang berfungsi untuk
menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian tubuhnya terdapat
ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan dikeuarkan pada saat waktunya
untuk bereproduksi. Ikan lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan membuahi
telur diluar tubuh induk. Perbedaan ikan lele jantan dan ikan lele betina yaitu pada ikan

lele jantan terdapat alat kelamin yang terletak di dekat anusnya, berwarna cerah dan
meruncing (klasper), sedangkan alat kelamin ikan lele betina tampak membulat
(Kriswantoro, 1986).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

praktikum

Ikan

Nilem (Osteochilus

hassleti) dan

Ikan

Lele (Clarias batrachus) yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai


berikut :
1. Bagian tubuh Ikan Nilem (Osteochilus hassleti) dan Ikan Lele (Clarias
batrachus) dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (trunchus) dan
ekor (cauda).
2. Tubuh ikan nilem diselimuti oleh sisik yang disebut cycloid, yang juga memiliki
kelenjar yang dapat menghasilkan lender dan memudahkannya untuk berenang di
air.
3. Ikan nilem jantan pada organ gonad terlihat berwarna putih yaitu testis,
sedangkan pada ikan nilem betina berwarna kuning seperti kumpuan butiranbutiran kecil yaitu ovarium.
4. Sistem pernafasan pada ikan nilem terdiri dari insang dan vesica metatoria
(gelembung renang), sedangkan pada ikan lele memiliki alat pernafasan
tambahan yang disebut arborescent.
5. Ikan nilem dan ikan lele memiliki gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui
6.

besar atau kecilnya arus yang ada dalam air.


Sistem ekskresi pada ikan nilem dan ikan lele terdiri dari ren, ureter, vesica

urinaria dan porus urogenitalis.


7. Sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai dari oesophagus langsung menuju
lambung yang dibedakan menjadi dua bagian yaitu pars cardiaca yang lebar dan
pyloric yang sempit dan bermuaran ke porus urogenitalis. Sedangkan system
pencernaan pada ikan lele dimulai dari mulut, oesophagus, gastrum, intestinum
dan bermuara ke porus urogenitalis
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah praktikan harus lebih berhati-hati dalam
melakukan praktikum.

DAFTAR REFERENSI

Affandi. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.


Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Djuanda,T. 1984. Analisa Struktur Vertebratae Jilid I. Americo: Bandung.
Fujaya.2002. Fisiologi Hewan. Makasar: Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.
Jasin. 1989. Sistematika Hewan vertebrata dan invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Jauhari. 2005. Penyediaan Induk dan Benih Bermutu Serta Teknik Pembesaran Ikan
Lele

(Clarias sp.). Sukabumi: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga


Kriswantoro, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Moment, G. B. 1967. General Zoology. Boston: Bentley Glass.
Prawirohartono, S. 2000. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Saanin, H. 1995. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bogor: Binacipta.
Storer, T.I., Usinger, R.L. 1957. General Zoology. New York: Mc Graw Hill.
Suryanto. 1999. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kadal merupakan salah satu dari anggota hewan vertebrata yang berasal dari
ordo squamata. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik zat tanduk di
permukaannya tanpa adanya kelenjar lendir. Kadal dalam kalsifikasinya termasuk dalam
reptilian. Kadal berhabitat di tempat-tempat yang kering atau lembab. Tubuh kadal
terbagi 3 bagian yaitu bagian kepala (Caput), badan (Truncus) dan ekor (Cauda). Kadal
yang terkenal dengan nama ilmiah Eutropis multifasciata bernafas dengan hidung karena
sistem pernafasannya dengan menggunakan paru-paru dan berfungsi untuk sirkulasi
CO2 dan O2.
Kadal mermiliki struktur anatomi antara lain caput, truncus, extremitas enterior,
extemitas posterior dan cauda. Kadal mempunyai dua pasang kaki depan dan belakang
yang berari lima dengan cakar diujungnya. Kelima kaki ini sangat kuat sehingga
memungkinkan untuk memanjat.Mabouya multifasciata bernafas didalam rongga
hidungnya, terdapat tulang tipis yang melipat-lipat, yang dinamakan tulang turbinal.
Selain itu system pencernaannya meliputi rongga mulut, farinks, oesophagus,
kerongkongan, lambung, usus, rectum dan berakhir pada anus.
Sistem klasifikasi kadal (Eutropis multifasciata) menurut Radiopoetro (1988)
adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Classis

: Reptilia

Subordo

: Squamata

Familia

: Latertilia

Genus

: Eutropis

Species

: Eutropis multifasciata

B.

Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktrur Hewan kali ini adalah untuk melihat susunan

kadal (Eutropis multifasciata).

II. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah bak preparat, gunting, pinset dan
jarum penusuk dan tissue.
Bahan

yang

digunakan

dalam

praktikum

antara

lain Kadal

(Eutropis

multifasciata), kloroform, air kran.


B.

Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Kadal dibius dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum
penusuk.
2. Kadal digunting mulai dari depan kloaka ke sisi kiri dan kanan tubuh ke arah
depan mewakili kaki depan sampai ke rahang bawah, kemudian kembali lagi ke
kloaka.
3. Pengguntingan dilanjutkan dengan menggunakan pinset, bagian belahan daging
sebelah atas dibuka.
4. Organ-organ yang terlihat diamati dan nama-nama dari organ tersebut ditulis
sesuai dengan gambar.

B.

Pembahasan
Hasil pengamatan anatomi kadal telah didapatkan bahwa kadal (Mabouya

multifasciata) merupakan hewan yang masuk dalam kelas reptilian dan ordo squamata.
Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering tanpa lender dengan sisik-sisik zat tanduk
dipermukaannya. Tubuh kadal terdiri dari tiga bagian, yaitu caput, truncus dan cauda.
Menurut Radiopoetro (1997) kadal mempunyai bentuk kepala yang pipih dan meruncing
kebagian ujungnya. Pada bagian kepala terdapat organ-organ yaitu mata, sepasang
lubang hiding diujung moncongnya dan telinga yang kecil. Kadal biasanya mempunyai
dua pasang anggota badan yang bersifat pentadaktil yaitu anggota depan dan anggota
belakang. Membran thympani tidak cembung dan celah auris eksterna jelas dapat dilihat.
Palpebra superior dan inferior dapat digerakkan, juga membrane niktitans. Kadal
merupakan hewan berkaki empat yang banyak hidup di alam bebas. Umumnya memiliki
warna kuning coklat, warna ini sesuai dengan usia dan dipengaruhi oleh lingkungan
hidupnya. Kadal merupakan reptile yang memiliki panjang tubuh berkisar antara 5-40
cm. Kebanyakan hidup di pepohonan. Umumnya berkulit mengkilap dan mempunyai
warna kehijauan hingga coklat. (Radiopoetro, 1977).
Sistem pencernaan pada kadal dimulai dari mulut (cavum oris), pharink,
oesophagus, gastrum, intestinum dan kloaka. Kadal mempunyai lidah yang digunakan
untuk menangkap mangsa dengan cara menjulurkannya keluar, giginya melekat pada
rahang, dari cavum oris dilanjutkan ke pharink, oesophagus dan gastrum. Gastrum
dilanjutkan ke intestine, rectum, kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu
untuk mengeluarkan sisa pencernaan, secret, dan juga untuk bereproduksi (Saktiyono,
1997).
Sistem pernafasan pada kadal berupa paru-paru. Paru-paru kadal sudah
berkembang dengan baik dan ukurannya cukup besar. SIstem pernafasan pada kadal
dapat dijumpai tulang tipis yang berlipat-lipat dinamakan tulang turbinal. Pernafasan
pada kadal dimulai dari rima glottis, larink, trachea, annulus trachealis (trachea yang
tersusun dari cincin tulang rawan), bronchus, bronchioles, bifurcartrachea (percabangan
trachea) dan sepasang paru-paru atau pulmo (Radiopoetro, 1997).
Sistem eksresi pada kadal berupa sepasang ginjal. Salurannya juga bermuara pada
kloaka (muara saluran urine, saluran kelamin dan saluran pencernaan). Ginjal

mensekresikan urin, hati yang mensekresikan cairan empedu dan pancreas, kemudian
disalurkan melalui vesica urinaris, ureter dan berkahir pada kloaka. Ginjal kadal, seperti
halnya pada burung dan mamalia dikenal sebagai metanefros. Ginjal berwarna
kecokelat-cokelatan dan terdiri atas sepasang, terletak di daerah sacrum (Storer, 1957).
Kadal (Eutropis multifasciata) merupakan hewan yang fertilisasinya terjadi di
dalam tubuh (fertilisasi internal). Kadal bersifat ovovivipar, telur kadal akan menetas di
dalam tubuh induk betinanya. Makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada
dalam telur. Sistem reproduksi pada kadal jantan terdiri dari sepasang testis, epididimis,
vas deferens dan sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi yaitu untuk
memasukan sperma ke dalam tubuh kadal betina, hemipenis merupakan dua penis yang
dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balikan seperti jari-jari pada sarung
tangan karet. Karena kadal mempunyai alat kopulasi, maka kadal mengadakan fertilisasi
internal. Kadal betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak
disepanjang oviduct menuju kloaka. Ovum kadal betina yang telah dibuahi akan
dikelilingi oleh cangkang yang tahan air, hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur
diletakan dalam lingkungan basah (Parker, 1962).
Kadal betina terbukti lebih unggul dibanding kadal jantan. Mereka menentukan
pasangan, memegang keputusan tentang di mana mereka akan tinggal, bahkan juga
menentukan jenis kelamin anak. Semua siklus reproduksi dan perkawinan sangat
tergantung oleh pihak betina. Ukuran tubuh betinanya hanya setengah dari kadal jantan.
Namun mereka memiliki siklus reproduksi yang cukup unik. Bukan hanya menentukan
pasangan dan tempat tinggal saja, kadal betina juga bebas berpasangan dengan lima atau
enam kadal jantan sekaligus dalam sekali masa reproduksi. Kadal betina mengumpulkan
semua sperma dari pasangannya di dalam rongga perutnya yang bernama spermatesa. Ia
juga bebas memilih sperma ini untuk menentukan jenis kelamin anak sesuai
keinginannya. secara teori, mereka memilih sperma berdasarkan kromosom seks.
Kepioniran kadal betina dibanding pejantannya ini masih merupakan teka-teki, sebab
terbukti tubuh kadal betina lebih kecil dari pejantan. Sebelum mengawini betinanya,
kadal jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya
(Smith, 1963).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahsan sebelumnya dapat diambil kesimpulan berikut:
1. Kadal (Eutropis multiasciata) termasuk dalam kelas reptilian dengan ordo
squamata.
2. Tubuh kadal terdiri dari caput, trunchus dan cauda.
3. Ciri-ciri kadal antara lain yaitu hidup didarat, tubuhnya tertutup oleh sisik atau
kulit kering yang menanduk dan memiliki ekor dan bernafas dengan paru-paru.
4. Sistem ekskresi pada kadal terdiri dari sepasang ginjal.
5. Kadal melakukan fertilisasi internal yaitu pembuahan di dalam tubuh.
6. Organ urogentilai jantan terdiri dari testis, epididymis, vas deferens dan
sepasang hemipenis. Organ urogenitalia pada betina adalah ovum.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah praktikan harus lebih berhati-hati dalam
melakukan praktikum.

DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. D. 1995. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Parker, T.J. and Haswell. 1962. Textbook og Zoologi Volume II. Hongkong: Mac Milan
and Co. Ltd.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Saktiyono. 1997. Biologi SMU. Jakarta: Erlangga.
Smith, E.F. 1963. General Zooogy. London: WB Saunders Company.
Storer, T.I., Usinger, R.L. 1957. General Zoology. New York: Mc Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai