Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Albasia (A. falcataria L. Fosberg) memiliki nama lokal sengon merupakan tanaman
yang banyak dikenal dan disukai masyarakat karena kayunya mempunyai nilai ekonomi
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pulp kertas, kayu lapis, papan serat, dan lain-
lain. Albasia merupakan tanaman dengan pertumbuhan yang relatif cepat (fast growing),
masa panen yang pendek, budidaya yang relatif mudah, produktifitas tinggi, multi fungsi,
dan berfungsi ganda sebagai tanaman produksi dan konservasi (Anggraeni, 2010). Pohon
albasia dapat mencapai tinggi sekitar 30-45 m dengan diameter batang sekitar 70-80 cm,
dan termasuk kelas awet IV-V (Wiryadiputra, 2007).
Tanaman Albasia/Sengon merupakan jenis tanaman jangka panjang yang
memerlukan perawatan khusus secara kontinue selama kurang lebih 3 tahun, atau kira-kira
tanaman tersebut sudah hampir mencapai lingkaran gelang tangan orang dewasa, baik itu
pemupukan, penyiangan rumput, ataupun penggemburan tanah di sekitar pohon albasia
tersebut. Perawatan tersebut sangatlah di perlukan, karena masa 1 – 3 tahun, merupakan
masa pertumbuhan yang sangat baik, dan ini sangatlah penting untuk di lakukan secara
berkala. Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus tumbuh normal dan bebas dari
gangguan hama maupun penyakit (Naemah & Susilowati, 2015).
Perlindungan pada tanaman muda di persemaian sangat penting dilakukan untuk
menghindari berbagai macam resiko serangan hama maupun penyakit baik saat masih
berada di persemaian maupun setelah ditanam di lapangan, tidak heran pengendalian hama
dan penyakit menjadi perhatian besar karena tidak mungkin tanaman akan menghasilkan
kayu yang berkualitas baik apabila tanaman tersebut terserang hama dan penyakit
(Naemah & Susilowati, 2015). Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus tumbuh
normal dan bebas dari gangguan hama maupun penyakit. Sementara itu Adinugroho
(2008), mengatakan bahwa tanaman yang tidak sehat adalah apabila tanaman tersebut
memiliki pertumbuhan yang tidak baik, batang tidak lurus, daun pucat ke-kuning-kuningan
dan terserang hama dan penyakit.
Penyakit merupakan suatu aktivitas fisiologis yang merugikan pada suatu
organisme karena adanya suatu patogen. Tumbuhan dikatakan sakit apabila tumbuhan
tersebut tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya. Fungsi-fungsi fisiologis
tumbuhan meliputi pembelahan sel, perkembangan sel, penyerapan unsur hara,
fotosintesis, respirasi dan proses metabolisme, apabila tumbuhan diganggu oleh patogen
atau kondisi lingkungan yang tidak sesuai dan salah satu fungsi tersebut terganggu, maka
akan terjadi penyimpangan dari keadaan normal, sehingga tumbuhan menjadi sakit
(Pyenson, 1979).
Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan fungsi dari sel-sel
atau jaringan inang yang diakibatkan oleh gangguan secara terus-menerus oleh agensia
patogenik atau faktor-faktor lingkungan yang mendukung berkembangnya gejala.
Penyebab penyakit tanaman sangat meresahkan jika dibiarkan merajalela, karena
kebutuhan papan, pakan, dan sandang yang berasal dari tanaman sangat diperlukan setiap
hari oleh penduduk di seluruh dunia. Masalah penyakit ini dapat dicari pemecahannya
dengan terlebih dahulu kita mengetahui penyebab dari penyakit tanaman atau patogen
(Dasperlintan, 2008).
Patogen adalah organisme penyebab penyakit tumbuhan. Patogen menyebabkan
penyakit pada tumbuhan dengan melemahkan inangnya dengan cara menyerap makanan
secara terus-menerus dari sel inang untuk kebutuhannya. Penyebab sakit bermacam-
macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan
unsur hara. Berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis,
penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung. Penyebabnya
berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur
(Semangun, 1996).
Tentunya dalam segala macam usaha pertanian tidak terlepas dari yang namanya
hama, penyakit dan gangguan. Begitu juga dengan albasia, yang saat ini menjadi
komoditas kayu utama terutama di hutan rakyat tentu tidak terlepas dari masalah hama dan
penyakit juga. Beberapa hama yang dapat menyerang pohon albasia adalah hama
penggerek batang/boktor (Xystrocera festiva), hama ulat kantong (Ptero plagiophleps),
hama uret. Sedangkan penyakit yang biasa terdapat pada pohon albasia adalah penyakit
karat tumor atau karat puru (Uromycladium Teperrianum), penyakit jamur akar
merah (Ganoderma sp.). Penyakit sengon yang dianggap paling merugikan adalah
penyakit yang berasal dari jamur Uromycladium tepperianum atau biasa disebut karat
puru. Jamur ini dapat menular dengan cepat karena spora yang dihasilkannya. Ciri
penyakit adalah adanya pembengkakan atau gall akibat jamur di cabang, pucuk ranting,
tangkai daun dan daun sengon (Mulyana & Asmarahman, 2010).
Pengendalian hama dan penyakit tanaman albasia sangat penting dilakukan agar
tanaman tumbuh secara sehat dan tidak terganggu dalam tahap perkembangannya. Metode
pengendalian penyakit tumbuhan umumnya sangat bervariasi untuk satu jenis penyakit
dengan jenis penyakit yang lain, tergantung pada jenis patogen, jenis inang dan interaksi
antara keduanya. Usaha pengendalian hama dan penyakit ini sangat beragam dapat
dilakukan dengan fisik, silvakultur, hayati, kimiawi, biologis dan pengendalian terpadu.
(Semangun, 1996).

I.2 Tujuan

II. MATERI DAN CARA KERJA


III. RANCANGAN KERJA

DAFTAR REFERENSI

Anggraeni, I. 2010. Pengendalian Penyakit Karat Tumor (Uromycladiu tepperianum


(Sacc.) Mc. Alpin) Pada Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W.
Grimes) Di Panjalu Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 7(5), pp. 273-278.

Dasperlintan. 2008. Metode Pengamatan Opt Tanaman Sayuran.


Juli, 2007. Pendugaan Nilai Heritabilitas Indeks Penyakit Karat (Puccinia arachidis,
Speg.) dan Komponen Hasil Tanaman Kacang Tanah. Universitas Pertanian UPN,
Surabaya.

Mulyana, D., Asmarahman, dan C., Fahmi, I. 2010. Panduan Lengkap Bisnis dan
Bertanam Kayu Jabo. Agromedia. Jakarta.

Naemah, D. & Susilowati. 2015. Identifikasi Kesehatan Bibit Sengon (Paraserianthes


falcataria L) di Persemaian. Jurnal Hutan Tropis, 3 (2), pp. 158-165.
Pyenson, L. 1979. Fundamental Of Entomology and Plant Patology. New York: Avi
Publishing Co. Wasport Press.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Wiryadiputra, S. 2007. Epidemi Penyakit Tumor pada Sengon di Jawa Timur. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

Anda mungkin juga menyukai