KATA PENGANTAR
Bahan ajar ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, yang
mengambil mata kuliah Iktiologi. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum mampu menjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Iktiologi. Namun demikian, bahan ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk
mengetahui dasar-dasar pengetahuan yang berkenaan dengan ikan, sebagai bahan kajian pokok dari Iktiologi, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam ruang kuliah maupun di laboratorium. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada
Universitas Hasanuddin, khususnya para staf Pusat Kajian dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (PKPAI LKPP), karena terbitnya buku ajar ini merupakan bantuan yang diberikan
olehUniversitas Hasanuddin melalui Hibah Penulisan Buku Ajar Bagi Tenaga Akademik Universitas Hasanuddin tahun 2011, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No. 61/H4.21.2.4/UM.16/2011. Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, semoga bahan manfaat bagi pemakainya. ajar yang sederhana ini dapat memberikan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. II. PENDAHULUAN IKAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. III. Sasaran Pembelajaran Pengertian Iktiologi Nomenklatur / Tata Nama Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Jumlah Spesies Ikan Distribusi Ikan Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Sistem Klasifikasi Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka halaman vii viii 1 9 9 9 10 14 15 19 23 26 29 30 32 32 32 34 38 43 48 50 55 55 57 57 57 64 71 72 74
MORFOLOGI IKAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. Sasaran Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Ikan Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Kepala Ikan Badan Ikan Anggota Gerak Ekor Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
IV.
MORFOMETRIK DAN MERISTIK A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Morfometrik Meristik Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
V.
IDENTIFIKASI
A. B. C. D. E. VI.
halaman 74 74 79 79
ANATOMI IKAN A. B. C. D. E. F. G. Sasaran Pembelajaran Pengertian Anatomi Prosedur Pembedahan Istilah-istilah Anatomi Gelembung Berenang Soal-soal Latihan Daftar Pustaka89
82 82 82 85 85 87 89
VII.
SISTEM INTEGUMEN A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Kulit dan Derivat Kulit Ikan Beracun Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
90 90 90 96 99 100 101 101 101 109 111 111 116 116 116 121 122 122 124 124 124 126 128 128 vi
VIII.
SISTEM ALAT GERAK A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Otot atau Urat Daging Ikan Sistem Rangka Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
IX.
SISTEM PENCERNAAN A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Alat Pencernaan Sistem Pencernaan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
X.
SISTEM PERNAPASAN A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Organ Pernapasan Organ Pernapasan Tambahan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
XI.
SISTEM PEREDARAN DARAH A. B. C. D. E. F. G. Sasaran Pembelajaran Jantung Darah Saluran Pembuluh Darah Limfa (Lien) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
halaman 132 132 132 134 134 141 141 141 143 143 143 144 150 150 151 151 151 151 152 157 158 158 160
XII.
SISTEM UROGENITAL A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
XIII.
SISTEM SARAF A. B. C. D. E. F. G. Sasaran Pembelajaran Sistem Saraf Jenis-jenis Saraf Otak Saraf Cranial Soal-soal Latihan Daftar Pustaka
LAMPIRAN (Glosarium)
vi
DAFTAR TABEL Nomor 1. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012 Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan Genera Periode zaman dan umur bumi Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan halaman
2.
3.
17 23
4. 5.
63 99
6.
Vii
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. Persentase komposisi spesies Vertebrata Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia Daerah distribusi ikan secara geografis Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis Wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber) Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi Bentuk-bentuk tubuh ikan Bentuk-bentuk tubuh kombinasi Tulang-tulang tambahan tutup insang Bentuk-bentuk mulut Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan Letak mulut ikan Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan Bentuk-bentuk sisik ikan Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan Beberapa ciri khusus pada badan ikan Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan Modifikasi sirip pada ikan Letak sirip perut pada tubuh ikan Tipe-tipe sirip ekor Bentuk morfologi ekor ikan Berbagai ukuran pada tubuh ikan halaman 16
20 22
3. 4.
24 33 35 37 39 40 40 42 42 44 46 47 49 51 52 52 54 60
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Ix
Nomor 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. Berbagai ukuran pada kepala ikan Jari-jari sirip Jari-jari pokok dan jari-jari cabang Jumlah jari-jari pokok Perbedaan jari-jari pada sirip ikan Sisik di atas dan di bawah garis rusuk Sisik pada pipi Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes Prosedur pembedahan tubuh ikan Berbagai posisi tubuh ikan Gelembung berenang Bagian-bagian sisik ikan Jenis-jenis sisik ikan Jari-jari sirip Penampang melintang otot ikan Tipe otot pada ikan Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan Chondrichthyes
halaman 61 65 67 67 67 70 70 83 84 86 88 88 92 93 95 103 104 105 105 106 106 107 107 108 x
Nomor 46. 47. 48. 49. 50 51 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes Rangka ikan Teleostei tampak lateral Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan Letak gigi pada ikan Osteichthyes Bentuk-bentuk gigi ikan Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard Alat pencernaan ikan omnivora Alat pencernaan ikan cucut Alat pernapasan pada larva Bagian-bagian insang ikan Teleostei Insang pada ikan herbivora dan carnivora Tulang penutup insang pada ikan Teleostei Celah insang pada ikan cucut Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus) Organ arborescent pada ikan lele (Clarias batrachus) Diverticula pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus) Struktur jantung Osteichthyes Struktur jantung Chondrichthyes Sistem peredaran darah di bagian kepala ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kanan ikan Osteichthyes
halaman 108 112 112 113 113 114 114 118 118 119 119 120 125 125 125 127 127 129 129 130 133 133 135 135 xi
Nomor 70. Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kiri ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada ginjal ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada insang ikan Chondrichthyes Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Chondrichthyes Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes Sistem peredaran darah pada daerah ginjal ikan Chondrichthyes Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan Cara pembedahan untuk melihat otak ikan Otak ikan Osteichthyes tampak samping Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal
halaman
136
71.
138
75.
139
76.
xii
I. PENDAHULUAN
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (Prodi MSP) merupakan salah satu di antara lima program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Makassar. Program Studi MSP telah memperoleh status akreditasi B sesuai hasil pemeriksaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status akreditasi BAN tersebut terlampir dalam Sertifikat No. 0239/Ak-II.1/UHCMZS/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998. Pada tanggal 17 April 2003, BAN-PT mengeluarkan Sertifikat Akreditasi No. 05374/Ak-VI-S1-007/UHCMZS/IV/2003 untuk Prodi MSP dengan status akreditasi B. Selanjutnya, melalui Keputusan BAN-PT No. 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009, Prodi MSP kembali memperoleh akreditasi B, yang berlaku hingga 19 Juni 2014. Jumlah peminat Prodi MSP selama enam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, yang menunjukkan keketatan persaingan melemah. Namun demikian, jumlah yang diterima mengalami fluktuasi dalam kisaran yang cukup sempit, yaitu 46 57 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, keketatan persaingan peminat Prodi MSP tidak menjamin kualitas indeksprestasi kumulatif (IPK) dan masa studi lulusan, tetapi keragaman daerah sekolah menengah asal yang tinggi berpengaruh terhadap perbaikan IPK dan masa studi lulusan. Untuk menjadi seorang sarjana Prodi MSP, total sks sesuai kurikulum yang harus dilulusi oleh mahasiswa adalah 144 sks. Jumlah sks tersebut dapat diselesaikan dalam watu empat tahun (delapan semester) jika seorang mahasiswa Prodi MSP memiliki indeks prestasi semester rata-rata 2,00 3,00, dan mengambil 20 sks matakuliah setiap semester. Selama lima tahun terakhir, total mahasiswa baru yang diterima sebanyak 310 orang dan telah diluluskan 209 orang. Perincian masa studi lulusan tersebut adalah: 1.8% lulus dengan masa studi dibawah 4 tahun, 43.1% dengan masa studi sekitar 5 tahun, dan 58.9% dengan masa studi diatas 5 tahun. Namun demikian, masih terdapat sejumlah mahasiswa yang terdaftar secara aktif dan telah melampaui target kurikulum Prodi MSP. Iktiologi merupakan salah satu mata kuliah di FIKP Universitas Hasanuddin, bernilai 3 sks, dan diberikan pada Semester Ketiga. Sebelumnya, mata kuliah ini terbagi atas dua, yaitu mata kuliah Iktiologi Sistematik (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Kelautan, MSP, Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, dan Sosial Ekonomi Perikanan; dan mata kuliah Iktiologi Fungsional (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi MSP dan Budidaya Perairan. Sejak Semester Awal Tahun Akademik 2010/2011, mata kuliah ini wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa di FIKP. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada akademik 2010/2011 dan 2011/2012 Program studi studi Awal 2010/2011 Ilmu Kelautan 33 Manajemen Sumberdaya Perairan 31 Budidaya Perairan 42 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 50 Sosial Ekonomi Perikanan 22 Jumlah 178 1. Semester Awal tahun
Pada Semester Awal 2010/2011, mahasiswa didistribusikan ke dalam empat kelas paralel, dan masing-masing kelas diampu oleh dua orang dosen. Oleh karena keterbatasan ruang perkuliahan akibat banyaknya jumlah mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa FIKP pada Semester Awal 2011/2012, maka jumlah kelas dikurangi menjadi tiga kelas paralel dan masing-masing kelas diampu oleh tiga orang dosen. Setiap kelas berisi gabungan mahasiswa yang berasal dari kelima program studi di FIKP. Untuk menambah wawasan mahasiswa maka selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga diberikan kegiatan praktikum di Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, FIKP. Berdasarkan nilai akhir mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal 2010/2011, maka mahasiswa yang lulus di kelas A sebanyak 71.43%, di kelas B 89.19%, di kelas C 87.76%, dan di kelas D 68.59%. Distribusi nilai mahasiswa yang memperoleh nilai A berkisar 4.08 10.81%, A berkisar 2.70 26.53%, B+ berkisar 2.13 22.45%, B berkisar 6.12 45.95%, B berkisar 4.08 20.41%, C+ berkisar 5.41 10.64%, C berkisar 2.70 25.53%, D berkisar 2.04 2.13%, dan E berkisar 10.81 31.91%. Sistem pembelajaran yang diterapkan di FIKP adalah sistem yang berbasis student-centered learning atau SCL. Sistem ini telah berlangsung dengan baik di FIKP berkat ketersediaan sarana pendukung yang cukup memadai. Namun,
akibat jumlah peserta yang cukup banyak pada setiap kelas (lebih dari 40 orang) maka efektivitas proses pembelajaran menjadi berkurang. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif diperlukan sarana penunjang, satu di antaranya adalah buku ajar. Buku ajar yang diberikan dapat menjadi salah satu bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah Iktiologi. Adanya buku ajar Iktiologi dapat membantu mahasiswa untuk memahami proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menambah wawasannya terhadap Iktiologi. Keberadaan buku ajar Iktiologi juga dapat menciptakan interaksi yang lebih intens antara mahasiswa dan dosen sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Materi yang tercantum di dalam buku ajar disesuaikan dengan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah tersebut (Tabel 2). Tabel 2. Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Iktiologi Pembelajaran mata kuliah
a. Identitas mata kuliah Iktiologi 1. Unit Kerja 2. Program Studi 3. Nama Mata kuliah 4. Kode Mata kuliah 5. Semester 6. Prasyarat dari Mata kuliah 7. Nama Dosen : : : : : : : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Manajemen Sumberdaya Perairan Iktiologi 202 L003 Ganjil (III) Biologi Dasar Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS Prof. Dr. A. Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si. Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. Ir. Muh. Arifin Dahlan, MS Ir. Suwarni, M.Si. A. Aliah Hidayani, S.Si., M.Si. Utama
8. Kategori Kompetensi
b. Format Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi 1. Kompetensi utama: a. menguasai ilmu-ilmu dasar mengenai bioekologi perikanan b. menguasai prinsip-prinsip dasar, potensi, nilai ekonomi, dan masalahan sumberdaya perairan 2. Kompetensi pendukung: a. mampu membuat evaluasi efek aktivitas manusia dan alam terhadap sumberdaya perairan b. mampu mengembangkan strategi dan teknologi pengelolaan sumberdaya perairan 3. Kompetensi lainnya: a. mampu membuat dasar-dasar perencanaan program pengelolaan sumberdaya perairan b. mampu menerapkan konsep dasar pelestarian dan restorasi fungsi perairan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan secara berkelanjutan (penekanan pada sea ranching). 4. Sasaran Belajar: Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa memiliki wawasan tentang ikan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistematika dan organ ikan
Minggu Ke
1, 2, dan 3
Sasaran Pembelajaran
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, nomenklatur / tata nama, kedudukan ikan di dalam dunia hewan, jumlah spesies ikan, distribusi ikan, dan sistematika ikan
Materi Pembelajaran -
Strategi Kriteria Penilaian Pembelajaran Pengertian iktiologi Ceramah dan Ketepatan dalam menyebutkan diskusi ruang lingkup iktiologi, Nomenklatur / nomenklatur, kedudukan ikan Tatanama dalam dunia hewan, jumlah Kedudukan ikan spesies ikan di dunia, dalam dunia hewan pengertian dan teori distribusi, Jumlah spesies ikan faktor-faktor penghalang Distribusi ikan distribusi, dan distribusi ikan di Daerah distribusi ikanIndonesia ikan di Indonesia Sistem klasifikasi ikan Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menyebutkan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan Ketepatan dalam menjelaskan pengertian morfometrik meristik Ketepatan dalam menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara menyusun hirarki taksonomi
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian morfometrik meristik Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara
- Bagian-bagian tubuh ikan - Bentuk-bentuk tubuh ikan - Kepala ikan - Badan ikan - Anggota gerak - Ekor ikan - Morfometrik - Meristik - Identifikasi - Kunci identifikasi - Hirarki taksonomi
10
10
10
Minggu Ke 7 8
Sasaran Pembelajaran
menyusun hirarki dari kategorikategori taksonomi.
Materi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Kriteria Penilaian
10
10
10
11
Minggu Ke
Sasaran Pembelajaran
organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, serta fungsi kelenjar pencernaan
Materi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Kriteria Penilaian
12
13
14
15
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya
Ketepatan dalam menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan.
Ketepatan dalam menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan Ketepatan dalam menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina Ketepatan dalam menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya
16
DAFTAR PUSTAKA Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
II. IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi,
ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kedudukan ikan di
dalam dunia hewan 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan 4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan
B. Pengertian Iktiologi Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti
suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan iktiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia.
Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari
ikan dan dengan segala aspek kehidupannya. Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 19 Juni
1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya. Tanggal 6 Oktober 2004 ditetapkan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan Umum, Bagian Kesatu, Pasal 1 ayat 4 undang-undang ini tercantum
pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik Indonesia Republik Nomor Indonesia 45 tahun 31 2009 tahun tentang 2004 Perubahan tentang atas Undang-undang yang ditetapkan
Nomor
Perikanan
pada tanggal 29 Oktober 2009. Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang (filum Coelenterata), dan siput, kerang, (filum dan cumi-cumi (filum Moluska), dan
teripang
Echinodermata),
udang,
kepiting,
rajungan (kelas
(filum
bahkan sering
penyu
(kelas sebagai
Reptilia), ikan
duyung
dan
paus
Mamalia).
dikenal
menurut
undang-undang.
Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), badannya hidup dalam lingkungan sirip, arti air, dan pergerakan umumnya ini dan kesetimbangan dengan ikan
terutama insang.
bernapas sebagai
menggunakan
yang
kedua
dikenal
secara taksonomi. Kata biasa sistematika berasal dari bahasa cara Latin, yaitu systema. untuk Kata systema
digunakan
sebagai
suatu
atau
sistem
mengelompokkan
tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah taksonomi yang berasal dari
taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan sebagai
teori mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan atau ini, taksonomi baik istilah pengertian ilmu yang yang telah disebutkan untuk di atas, maka sistematika biota. Saat
adalah
sistematika klasifikasi
maupun
taksonomi,
bergantian sistematika
dalam
bidang
tumbuhan
hewan.
Selanjutnya,
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka. C. Nomenklatur / Tata-nama Istilah berarti nomenklatur pemberian berasal dari bahasa Latin, Pada yaitu umumnya nomenklatural, ada tiga yang macam
nama/tata-nama/penamaan.
sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu: 1. Valid scientific name atau Scientific name: adalah nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan
nama yang sah atau diakui. Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan. Contoh: Scientific name Synonym : : Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758) Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933
10
Carassius chinensis Gronow, 1854 Carassius discolor Basilewsky, 1855 Scientific name Synonym : : Sarda sarda (Bloch, 1793) Thynnus brachipterus Cuvier, 1829 Sarda pelamis (Brnnich, 1768) Scomber palamitus Rafinesque, 1810 2. Standard common name atau Common name: adalah atau nama umum yang lazim digunakan biasanya untuk nama sesuatu binatang untuk
ikan.
Pada
setiap
negara
memiliki
nama-nama
umum
sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut. Namun seluruh demikian, dunia, nama-nama terutama jika umum tersebut sering bahasa pula berlaku untuk
mempergunakan
Inggris,
Perancis,
Jerman, Jepang, atau Hawaii. Contoh: Scientific name Common name : : Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788) Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba, Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela). Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat, Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada, Selandia Baru). Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia). Scientific name Common name : : Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 Common carp (di Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya, Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka, Taiwan, Uruguay, Uzbekistan). Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss). Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay). 3. Vernacular name atau Local common name: adalah nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu binatang atau ikan.
11
bervariasi.
Keanekaragaman
nama
lokal
ini
tergantung
kepada
banyak
tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut. Contoh: Nama umum (Indonesia) : Nama local : ikan mas, karper masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh (Padang). Nama umum (Indonesia) : Nama local : betok betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu (Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyupuyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale oseng (Bugis). Sistim dalam penamaan modern telah dirintis (edisi oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), ini
karyanya
Systema
Naturae
sepuluh,
1758).
Penamaan
menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata pertama ditujukan sifat untuk umum nama dari genus binatang (jamaknya: tersebut. genera) Kata ini yang maksudnya diawali untuk dengan
menunjukkan
selalu
huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: kedua ditujukan untuk nama spesies
Atropus,
Barbonymus,
Channa. Kata
(jamaknya:
spesies)
khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata. Dalam saja perkembangan menjadi nomenklatur trinial selanjutnya, sistim sistim penamaan binomial dengan mungkin memakai
berkembang
sistim
atau
tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies. Misalnya: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 dan Auxis thazard thazard
(Lacepede, 1800). Biasanya nama name. yang di belakang Nama nama ilmiah dikenal dari sesuatu ikan, dicantumkan atau pula
penemunya. Nama
tersebut
sebagai
authority name
descriptor
bertanggung
deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama disingkat, tetapi ditulis secara lengkap, kecuali bagi
nama author
12
terkenal
atau
mempunyai
ketentuan
lain
untuk
mempermudah
penulisan
saja.
Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal dari nama Linnaeus; serta Ctenopharyngodon idellus (C.V.) yang merupakan
singkatan dari Cuvier dan Valenciennes. Apabila suatu spesies dipindahkan ke dalam suatu genus yang berbeda
dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli ditulis dalam kurung. Misalnya: Cheilopogon katoptron (Bleeker), Clarias
batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang menerangkan satu spesies baru, kemudian menghubungkan pada genus yang
salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera, sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi diberi tanda kurung ( ).
Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu Cypselurus ilmiah yang poecilopterus sama tetapi awal (Valenciennes, berbeda 1846). Jika author, spesies ikan terbang adalah sebuah maka ikan nama ilmiah sebagai memiliki author (valid synonym sah nama yang
nama
mendeskripsikan name)
lebih
dinyatakan yang
sebagai
nama
sedangkan
deskripsi
persamaan). Scatophagus
Sebagai
contoh,
nama
kiper nama
yang
multifasciatus
Richardson,
persamaannya
Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855. Pada bagian belakang dari nama genus atau genera, sering pula ditrulis
suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan sp. artinya jika satu jenis ikan belum diketahui spesiesnya dengan tepat atau analisanya belum lengkap. Arti
spp. adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap. Seringkali ditemukan pustaka yang mencantumkan nama ikan dan diikuti dengan
tulisan n.gen. dan n.sp., yang merupakan singkatan dari new genus dan new species. Hal ini menunjukkan yang baru. Sebagai contoh bahwa ikan tersebut termasuk spesies dan genus margaritatus n.gen., n.sp.
misalnya ikan
Celestichthys
13
D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas, dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan atas dua subkingdom, yaitu Protozoa (unicellulair animals) dan Metazoa
(multicellulair animals atau tissue animals). Subkingdom Chordata. Ciri Metazoa filum terdiri atas 21 fila, lain satu di antaranya chorda adalah dorsalis filum atau
khas
Chordata
antara
mempunyai
batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi lima subfila, yaitu: Grup A. Acrania Subfilum: Subfilum: Kelas: Kelas: Kelas: Subfilum: Hemichordata Urochordata (Tunicata) Larvacea / Appendicularia Ascidiacea Thaliacea Cephalochordata
Grup B. Craniata atau Vertebrata Subfilum: Kelas: Kelas: Agnatha (vertebrata tanpa rahang) Ostracodermi (sudah punah) Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina (Lamprey dan hagfishes) Subfilum: Superkelas: Kelas: Kelas: Kelas: Superkelas: Kelas: Kelas: Kelas: Kelas: Gnathostomata (vertebrata yang berahang) Pisces Placodermi (sudah punah) Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) Osteichthyes (ikan bertulang sejati) Tetrapoda Amphibia Reptilia Aves Mammalia
Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3 juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500
14
Placozoa Acoela
(1
spesies), spesies),
Cnidaria
(10
000 (20
spesies), 000
Ctenophora Rotifera
(100 (1800
(400
Platyhelminthes
Ectoprocta
(4500
spesies), (1 000
(335 (900
spesies), spesies),
spesies), spesies),
(10 (800
spesies), 000
Onychophora
spesies),
spesies),
Arthropoda (85
spesies), molekuler,
Chordata et al.
data
(2011),
membedakan
(lancelets),
(tunicata), bertulang
Myxini rawan),
Chondrichthyes (coelacanth),
Actinistia
(lungfishes),
Amphibia,
(termasuk burung), dan Mammalia. Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven dan membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut et al. (2011) adalah: Porifera,
Cnidaria,
Ctenophora,
Acoela,
Brachiopoda,
Bryozoa
Loricifera,
Chordata, subfila,
dalam
yaitu
Selanjutnya,
subfilum
(cartilaginous spesies),
fishes,
Sarcopterygii
(lobe-finned
fishes,
spesies),
E. Jumlah Spesies Ikan Jumlah jumlah spesies/jenis ikan adalah yang terbanyak Lagler jika dibandingkan et al. dengan spesies hewan vertebrata lainnya. Menurut (1977), jumlah
dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces 20 000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies (14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%). 15
16
Menurut
taksiran
Nelson
(1976),
Pisces
terbagi
atas
46
ordo,
450
famili,
seluruhnya
Cypriniformes,
Mormyridengan (Nelson,
meningkat spesies
terus 445
seiring famili
menjadi
dalam
1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir (Nelson, 2006) menunjukkan saat ini terdapat 27 977 spesies yang termasuk
dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah diketahui saat ini adalah Nelson 54 (2006) 771 jauh spesies lebih dan banyak 27 jumlah spesies ikan yang spesies 26
oleh
jumlah
Vertebrata
lainnya
(Tetrapoda),
yaitu
berbanding
Tabel
3.
Distribusi
jumlah
spesies
ikan
berdasarkan
ordo,
famili
dan
genera
(Nelson, 2006)
17
Tabel 3. Lanjutan
18
Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies atau (6106 lebih dari 33% 400, dari dengan seluruh jumlah spesies air total ikan. tawar. seluruhnya Sekitar mencapai dari famili 9302 spesies tersebut adalah
sekitar
66%
spesies tersebut
spesies)
merupakan
spesies
Cyprinidae, Labridae,
Gobiidae, dan
Cichlidae,
Characidae, lanjut
Balitoridae, yang
Serranidae, terdapat
Scorpaenidae.
Lebih
pada
terakhir
64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies, dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya memiliki lebih dari 1000 spesies. Ikan terkecil yang pernah diketemukan adalah Paedocypris progenetica
Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm (Kottelat et al., 2006). Ikan Photocorynus spiniceps Regan, 1925 merupakan
kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang memiliki panjang tubuh 46 mm (Pietsch, 2005). Ikan Schindleria brevipinguis
Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Gambar 2). Ikan betina matang kelamin pada
ukuran panjang 7 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 7 mm. Spesimen (Watson cucut terbesar dan yang pernah Ikan Simth, ditemukan terbesar 1828 memiliki yang panjang tubuh 8,4 mm ikan
Walker,
2004).
pernah shark)
didapatkan yang
adalah
Rhincodon
typus
(whale
mempunyai
ukuran
panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al., 2011). ocean Ikan sunfish bertulang yang sejati memiliki terbesar panjang adalah tubuh Mola 3,3 m mola dan (Linnaeus, bobot 1758) 2300 atau kg
tubuh
(Summers, 2007).
F. Distribusi Ikan Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat
dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger (1957) membedakan distribusi binatang sebagai berikut: distribusi
19
Gambar
2.
Ikan
Schindleria
brevipinguis, kerabat
ikan
gobi berukuran
kecil yang
20
1.
Distribusi geografis: adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan. Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada
enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu: a. Australian: meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan
beberapa pulau di Samudera Atlantik. b. Oriental: Srilanka, Filipina. c. Neotropical: meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India, dan
Malaysia,
Sumatera,
Kalimantan,
Jawa,
Sulawesi,
Dataran Mexico, dan Hindia Barat. d. Ethiopian: meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara,
Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya. e. Nearctic: meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico
sampai ke Greenland. f. Palearctic: Himalaya, Sahara. meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan bagian sampai Utara ke Gurun
Afghanistan,
Persia,
dan
Afrika
2.
Distribusi ekologis: adalah persebaran (habitat) spesies di mana hewan mereka yang berada. lain: berhubungan Secara habitat air dengan ekologis, laut, hal pada keadan distribusi air ini, air, tawar, ikan baik
digolongkan dan
antara pasir.
padang
Berkaitan
dengan terbatas
termasuk
sehingga
distribusi
ekologisnya
3.
Distribusi geologis: merupakan waktu atau distribusi zaman suatu dan spesies periode zaman organisme bumi yang di umur mana bumi berhubungan spesies dengan itu
umur dan
hewan
diketemukan.
Pembagian
periode
secara
geologis
21
22
Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)
yang
pertama
kali
hadir periode
di
atas
bumi 400
dan juta
zaman ikan
Paleozoic
Ordovician ikan
Ostracodermis.
Spesies
yang
sekarang
terdapat
sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).
G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan
kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de Beaufort, serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919),
daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat) Paparan (Gambar Sumatera, Sunda 4). merupakan Hal ini bagian dari benua ikan-ikan mirip Asia yang dengan pada zaman di dahulu Pulau berasal
menyebabkan Kalimantan,
terdapat ikan
Jawa,
dan
sangat
yang
23
Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)
24
Ikan di
air ketiga
tawar pulau di
yang
terdapat
di
dan
tersebut, pulau
kira-kira tersebut
Pada
perairan
ketiga
oleh
jenis-jenis
ikan
karnivor
omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor. Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais (Kryptopterus (Pangasius rendah spp.), spp.), gabus dan lain (Channa spp.), jambal spp.). (Wallago Perairan spp.), patin dataran jelawat ikan-ikan tambakan
belida dihuni
sungai spp.),
antara
(Osteochillus spp.).
(Leptobarbus penghuni
spp.),
dan
hampal antara
Sebaliknya, spp.),
daerah
rawa-rawa
(Trichogaster
(Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara lain adalah spp.), ikan namun arengan ikan-ikan (Labeo ini tidak spp.) suka dan hidup ikan sengkaring dengan
(Labeobarbus
bersama
2.
Ikan-ikan daerah Wallacea Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies
ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak dan ikan-ikan pemakan epifit (famili Cyprinidae),
karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).
3.
Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat) Spesies yang ikan belum di banyak daerah penelitian pesisir diketahui karena ini. Spesies ikan pada belum yang begitu banyak di penelitian daerah dan ini
dilakukan
diketahui
berdasarkan terbatas
hasil
tahun
1950, besar
hanya dalam
pada
daerah
sebagian
termasuk
hasil-hasil
penelitian
tersebut
di
atas
diketahui khas,
masing-masing
mempunyai
penghuni
yang
akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja
25
terjadi.
Hal
ini
terjadi
karena
adanya
campur
tangan
manusia
atau
oleh
faktor
distribusi lainnya.
H. Sistem Klasifikasi Ikan Saat klasifikasi kategori, dalam ini telah banyak dipublikasikan perbedaan di dalam dan sistem klasifikasi ikan. satu Sistem-sistem dan yang ciri-ciri dalam ahli saja dari telah ikan selain selain tersebut perbedaan penentuan Setiap sistematika berasal sistem direvisi dari sistem biasanya kawasan ikan memiliki perincian dasar persamaan yang antara sama,
lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai kategori perbedaan di penamaan, ikan dan yang dengan perbedaan telah ahli penggolongan oleh tersebut juga Bleeker
kategori (Sjafei et al., 1989). klasifikasi memiliki yang yang Weeber dikemukakan tersebut, tetapi adalah sistem seorang tidak berasal yang pengikut. Pengikut-pengikut
kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik, klasifikasi oleh digunakan de di di Sunier, Beaufort. Inggris Jerman Beberapa dan dan sistem klasifikasi
yang pernah digunakan antara lain yaitu: 1. Sistem 2. Sistem Boulenger, Schultz, digunakan digunakan bekas bekas jajahannya, jajahannya, penggunaan sistem J. R. Norman. penggunaan sistem Bleeker. 3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D. S. Berg dan sistem Jordan. 4. Sistem 5. Sistem Bleeker, Ian S. digunakan R. Munro, di Belanda, di Sri Belgia, Lanka, Perancis, dan bekas jajahannya. digunakan merupakan modifikasi sistem L. S. Berg. 6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand. 7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia. Perbedaan (1977), Saanin jumlah (1984), hirarki dan kategori et pada al. beberapa sistem ini klasifikasi diberikan ikan et al. sistem
yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler Sjafei (1989). Berikut klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti
26
klasifikasi Lagler
et al. (1977). Di
1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi Kelas Subkelas Ordo Ordo Subkelas Subkelas Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Pisces Elasmobranchii Hatoidei Selachii Chondrostei Dipnoi Teleostei Allotriognathi Anacanthini Apodes Berycomorphi Blennoidea Discocephali Gobioidea Heteromi Heterosomata Hypostomides Labyrinthici Malacopterygii Microcyprini Myctophoidea Ophistomi Ostariophysi Pediculati Percesoces Percomorphi Plectognathi Scleroparei Solenichthys Synbranchoidea
27
Ordo Ordo
Sypnentognathi Xenopterygii
2. Sistem klasifikasi Lagler et al. Golongan Kelas Subkelas Ordo Ordo Golongan Kelas Subkelas Ordo Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Kelas Subkelas Ordo Subkelas Ordo Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Agnatha (tidak memiliki rahang bawah) Cephalaspidomorphi Cyclostomata Myxiniformes Petromyzontiformes Gnathostomata (memiliki rahang bawah) Chondrichthyes Holocephali Chimaeriformes Elasmobranchii (Selachii) Heterodontiformes Hexanchiformes Pristiophoriformes Rajiformes (Batoidei) Squaliformes Osteichthyes Crossopterygii Coelacanthiformes Dipnoi Dipteriformes Actinopterygii Acipenceriformes Amiiformes Anguilliformes Beloniformes Beryciformes Cetomiformes Clupeiformes Cypriniformes (Ostariophysi) Cyprinodontiformes 28
Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo
Dactylopteryformes Elopiformes Gadiformes (Anacanthini) Gasterosteiformes Gobiesociformes Gonarynchiformes Lampridiformes Lepisosteiformes Lophiiformes Mastacembeliformes Mugiliformes Myctophiformes Notacanthiformes (Heteromi) Osteoglossiformes Pegasiformes Perciformes Percopsiformes (Salmopercae) Pleuronectiformes Polypteriformes Salmoniformes Scorpaeniformes Synbranchiformes Tetraodontiformes Zeiformes
I. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
menit tugas berikut ini. 1. Carilah deskripsi ikan-ikan yang berasal dari perairan Indonesia sepuluh
tahun terakhir ini. 2. Apa sebabnya ikan-ikan yang berada di perairan sebelah timur Indonesia
29
J. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the worlds smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899; Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p. Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons, New York. 523 p. Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New York. 600 p. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p. Pietsch, T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236; M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. modes of (Teleostei:
Rahardjo,
Fakultas
Raven,
P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.
2011.
30
Recce,
J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p.
Roberts, T.R. 2007. The celestial pearl danio, a new genus and species of colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140. Rohner, C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J., 2011, How large is the worlds largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385.
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Storer, T.J. and R.L. Usinger. Company, Inc., New York. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book
Summers, A., March 2007, No bones about em. Natural History 116(2): 36-37.
Watson,
W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The worlds smallest vertebrate, Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum 56: 139-142
31
A. Sasaran Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6. Agar Agar Agar Agar Agar Agar mahasiswa mahasiswa mahasiswa mahasiswa mahasiswa mahasiswa mampu mampu mampu mampu mampu mampu memahami memahami memahami memahami memahami memahami dan dan dan dan dan dan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan bagian-bagian bentuk-bentuk bagian-bagian bagian-bagan anggota gerak tubuh ikan tubuh ikan kepala ikan badan ikan pada ikan bagian-bagian ekor ikan B. Bagian-bagian Tubuh Ikan Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu: 1. Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya. 2. Truncus: Pada bagian badan, badan dalam yaitu mulai sirip dari ujung punggung, tutup sirip insang bagian dada, usus, sirip gonad, belakang serta sampai dengan permulaan sirip dubur. bagian terdapat seperti yaitu perut, organ-organ 3. Cauda: Pada hati, mulai anus, empedu, dari sirip lambung, gelembung dengan
renang, ginjal, limpa, dan sebagainya. bagian bagian ekor, ekor permulaan dubur, sirip dubur dan sampai ujung sirip ekor bagian paling belakang. terdapat sirip ekor, kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet. Bagian tubuh ikan mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran
bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat
32
33
pendek,
sirip
dubur
sangat
panjang,
dan
permulaan
sirip
dubur
tidak
jauh
dari
bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang. C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah kiri. Selain itu, ada mana beberapa jika tubuh pada bagian tengah-tengah tubuhnya jenis ikan ikan yang mempunyai dibelah bentuk (potongan non-simetris (cross sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi bilateral, yang tersebut secara melintang
section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepde, 1802)). Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6): 1. Fusiform sangat banyak sedangkan atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), suatu sama tubuh. yaitu suatu bentuk lebar tubuh yang tubuh, hampir stream-line hambatan. panjang untuk Tinggi tubuh bergerak tubuh beberapa dalam hampir kali tinggi medium tanpa mengalami
dengan Bentuk
meruncing pada kedua bagian ujung. Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) Euthynnus affinis (Cantor, 1849) Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) 2. badan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kembung lelaki tongkol cakalang tebal ke samping (lebar
Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh. Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829 Gazza minuta (Bloch, 1795) Parastromateus niger (Bloch, 1795) kapas-kapas peperek bondolan bawal hitam yang dengan gepeng tebal ke ke bawah. arah Tinggi samping tubuh
3.
atau
picak, kecil
yaitu bila
bentuk
lebih
dibandingkan
badan (lebar tubuh). Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskl, 1775) Himantura uarnak (Gmelin, 1789) Pastinachus sephen (Forsskl, 1775) pare kekeh pare totol pare kelapa 34
Gambar
6.
Bentuk-bentuk tubuh ikan. A. Fusiform; B. Compressed; C. Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform (Bond, 1979)
35
4.
Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil
serta pada bagian ujung meruncing/tipis. Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856 Monopterus albus (Zuiew, 1793) Plotosus canius Hamilton, 1822 5. sidat belut sembilang
Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali. Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848 snipe eel pita, yaitu bentuk tubuh yang
6.
Taeniform
atau
flatted-form
atau
bentuk
memanjang dan tipis menyerupai pita. Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992 Pholis laeta (Cope, 1873) 7. Sagittiform panah. Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758 8. Globiform atau bentuk bola, pike bola. atau bentuk panah, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai anak ikan layur
yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai buntal landak lumpfish bentuk tubuh ikan yang
Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758 Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758 9. Ostraciform kotak. Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989 Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) Tidak semua ikan mempunyai bentuk tubuh atau bentuk kotak, yaitu
menyerupai
disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan Bentuk dan sapi Acanthostracion Hippocampus ikan lele Clarias tubuh, quadriformis kuda punctatus bagian (Linnaeus, 1852 (Rafinesque, 1758) kepala 1758)(famili (famili 1818) dari picak, Ostraciidae), famili ikan 7). dari tangkur kuda tubuh Bleeker, Syngnathidae)(Gambar merupakan kombinasi bagian
Ictalurus yaitu
Ictaluridae badan
golongan
batrachus
(Linnaeus,
beberapa
bentuk
berbentuk
Gambar
7.
Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan Tangkur kuda)(Bond, 1979)
37
D. Kepala Ikan Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagianbagian pada kepala ikan yang penting adalah: 1. Tulang-tulang tambahan tutup insang. Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari: Os Os Os operculare, berupa tulang yang paling besar dan letaknya seperti paling sabit di dorsal. preoperculare, interoperculare, berupa juga tulang sempit tulang yang yang melengkung sempit dan terletak di depan sekali. merupakan dan terletak antara os operculare dan os preoperculare. Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.
Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi ini tulang-tulang diperkuat oleh di atasnya, disebut membrana yaitu berupa branchiostega. tulang-tulang Membrana radii branchiostega
kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx. 2. Bentuk mulut. Ada berbagai macam bentuk mulut ikan dan hal tersebut berkaitan erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 9): Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk 1898) Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10): tabung paruh gergaji terompet, (tube (beak (saw like) like), like), misalnya misalnya pada pada pada ikan ikan ikan cucut tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup, 1856) julung-julung gergaji (Pristis (Hemirhamphus far (Forsskl, 1775)) misalnya pada microdon Latham, 1794) misalnya Campylomormyrus elephas (Boulenger,
38
39
Gambar 10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan (Affandi et al., 1992)
40
Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758) Mulut yang tidak dapat disembulkan, misalnya pada ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758))
3.
Letak mulut. Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11): Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (Mller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)). Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya pada ikan kuro/senangin (Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)). Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758). Superior, yaitu mulut yang terletak far di atas hidung, misalnya ikan pada kasih ikan madu julung-julung (Hemirhamphus (Forsskl, 1775)) dan
(Kurtus indicus Bloch, 1786). 4. Letak sungut. Sungut umumnya hari Ikan-ikan canius ikan berfungsi pada atau sebagai alat yang lele peraba aktif aktif (Clarias dalam mencari makan di makanan pada dasar dan terdapat yang ikan-ikan sungut ikan yang mencari ikan malam perairan. (Plotosus dan
(nokturnal) Hamilton,
ikan-ikan
mencari adalah
makan
memiliki 1822),
antara
lain
sembilang
batrachus
(Linnaeus,
1758)),
ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758). Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sudut satu sungut mulut, lembar berbeda-beda. dan sungut, Ada yang terletak pada sungut pasang, hidung, dapat bibir, dagu, rambut, pasang sebagainya. satu pasang, Bentuk dua berupa
pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki atau beberapa (Gambar 12).
41
Gambar 12. Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan (Affandi et al. 1992)
42
E. Badan Ikan Seluruh atau squama badan ikan umumnya rangka luar mempunyai terutama sisik pada (squama). ikan-ikan Sisik disebut misalnya juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka membentuk pada ikan tangkur kuda sangat keras. Sisik famili yang sangat fleksibel Lampetra ikan belut hanya ikan ditemukan tridentata Monopterus mempunyai Polyodon ikan pada ikan-ikan moderen. 1836) 1793) pada 1792) dari dari dan Ikan-ikan famili famili ikan tipe yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari Ictaluridae, dan saja, Beberapa (Richardson, albus sisik hanya Petromyzontidae, Synbranchidae. tubuh tertentu Menurut (Zuiew, (Walbaum, atas (Hippocampus luar (exoskeleton). Sisik primitif,
bagian-bagian
misalnya sisik
spathula
cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758). bentuknya, dapat dibedakan beberapa (Gambar 13), yaitu: Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes. Ganoid, Cycloid, Ctenoid, merupakan berbentuk berbentuk sisik seperti seperti yang terdiri atas garam-garam terdapat ikan ganoin, pada yang banyak yang terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii. lingkaran, sisir, umumnya ikan berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii). ditemukan pada berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii) Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat ditemukan baik pada ikan yang mempunyai sisik maupun tidak bersisik. Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi. 43
Gambar 13.
Garis
rusuk
yang
biasa
disingkat
dengan
L.l.
berbeda
dengan
garis
sisi
(linea transversalis) yang biasa disingkat dengan L.tr. atau l.l.. Sisik-sisik yang dilalui oleh garis rusuk mempunyai lubang di tengah-tengahnya sedangkan sisik-
sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori Setiap jenis ikan mempunyai contoh garis garis rusuk rusuk yang yang berbeda-beda. ditemukan Gambar 14
memperlihatkan
beberapa
pada
berbagai
jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah. Selain beberapa bagian-bagian yang telah disebutkan di atas, pada badan
ikan juga sering ditemukan (Gambar 15): Finlet yang (jari-jari tipis dan satu pada 1851)) sirip tambahan), umumnya merupakan berbentuk di terletak sembulan-sembulan segitiga, sirip punggung kulit dan pendek, kadang-kadang
antara
sirip ekor, dan di antara sirip dubur dan sirip ekor. Finlet ditemukan perempuan tenggiri (Rastrelliger brachysoma commerson (Scomberomorus
(Lacepde, 1800)) Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun disebut Bleeker, seperti 1866), genting. scute sedangkan Skut skut yang yang ditemukan pada terdapat pada pada daerah daerah Caranx bagian perut abdominal (misalnya Clupeoides hypselosoma pangkal heberi
ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar, (Bennet, 1830)). Keel ikan. (kil, Kil lunas), merupakan terdapat rigi-rigi pada yang ikan pada tongkol
tengahnya tonggol
terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor misalnya (Thunnus (Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae. Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak. 45
Gambar 14. Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan (Affandi et al., 1992)
46
Gambar 15. Beberapa ciri khusus pada badan ikan (Affandi et al., 1992)
47
Sirip lemak ini misalnya terdapat pada ikan keting Bleeker, 1822)). Interpelvic ini process (cuping), pada ikan merupakan ikan tongkol 1847) dan ikan jambal (Pangasius
(Ketengus pangasius
typus
pertumbuhan (Auxis
menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ditemukan misalnya dan thazard pelamis (Lacepde, 1758). F. Anggota Gerak Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah: Sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins), disingkat dengan P atau P1 Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2 Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah: Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua (yang di belakang) disingkat dengan D2 Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A. Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C. yang disebut yang mempunyai ikan tidak bersirip baik sirip-sirip lengkap. sirip yang Ikan perut, berpasangan 16). buntal Namun (Triodon maupun demikian ikan siripada bawal 1800)) cakalang (Katsuwonus (Linnaeus,
lengkap
(Gambar
bersirip mempunyai
macropterus
Lesson,
tidak
(Parastromateus niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi. Pada beberapa jenis ikan, ada sirip yang
semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan beracun, dan lain-lain.
48
Gambar 16. Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan (Lagler et al., 1977)
49
Ikan yang
gurami
1801) punggung
sirip pada
perut ikan
bermodifikasi Jari-jari
peraba. dada
(Clarias
batrachus)
(Hyrundichthys
(Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air (Gambar 17). Setiap sirip disusun oleh membrana, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan radialia atau jari-jari sirip yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ini ada yang bercabang tergantung pada jenisnya. Berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada, dapat dibedakan empat macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu: Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip dada, 1847). Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada, pada ikan yaitu pada kerong-kerong jika ikan sirip perut (Therapon terletak theraps tepat russelli di Cuvier, bawah 1829) sirip 1830)) dan dada, dan misalnya misalnya 1782) pada dan ikan ikan bulan-bulan japuh (Megalops acuta cyprinoides Valenciennes, (Broussonet, (Dussumieria dan ada pula yang tidak,
ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844)) Thoracic, misalnya layang (Decapterus (Rppell,
ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)). Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846). G. Ekor Ikan Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam seperti terlihat pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu: Protocercal, pada ujung ujung ekor, belakang umumnya notochord ditemukan atau pada vertebrae ikan-ikan berakhir yang lurus masih
50
Gambar 17. Modifikasi berbagai sirip pada ikan (Affandi et al., 1992)
51
Gambar 18.
Letak sirip perut pada tubuh ikan. A. Abdominal; B. Subabdominal; C. Thoracic; D. Jugular (Bond, 1979)
Gambar 19. Tipe-tipe sirip ekor. A. Heterocercal; B. Heterocercal (abbreviate); C. Homocercal; D. Isocercal (Bond, 1979)
52
Heterocercal,
ujung
belakang
notochord
pada
bagian
ekor
agak
membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut. Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei. Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda terbagi terdapat secara pada simetris ikan baik dari dan arah dalam Dipnoi Latimeria sehingga sirip ekor dari arah luar, Pouyaud, maupun
menadoensis
Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999.. Jika ditinjau Rounded Truncate Pointed dari bentuk luar sirip ekor, pada maka ikan pada ikan secara kerapu ikan morfologis bebek dapat
dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu: (membundar), (berpinggiran (meruncing), misalnya tegak), misalnya (Cromileptes (Lutjanus canius altivelis (Valenciennes, 1828)). misalnya pada tambangan (Plotosus johni (Bloch, 1792)). sembilang Hamilton, 1822). Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada amoyensis (Bleeker, 1863)). Emarginate Double Forked Lunate (berpinggiran berlekuk tunggal), berlekuk misalnya pada misalnya ganda), pada tuna pada misalnya ikan lencam ikan merah (Lethrinus obsoletus (Forsskl, 1775)). emarginate / Furcate (berpinggiran (bercagak), misalnya pada ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)). ikan cipa-cipa besar (Atropus (Thunnus atropos (Bloch & Schneider, 1801)). (bentuk sabit), ikan mata obesus (Lowe, 1839)). Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)). Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758). ikan gulamah (Argyrosomus
53
Gambar 20. Bentuk morfologi ekor ikan. 1. Rounded; 2. Truncate; 3. Pointed; 4. Wedge shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8. Lunate; 9. Epicercal; 10. Hypocercal (Affandi et al., 1992)
54
H. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
menit tentang modifikasi bentuk dan fungsi masing-masing sirip ikan. Di yang dalam oleh laboratorium, gurat sisi masing-masing (linea lateralis) kelompok dan yang diskusi tidak memeriksa dilalui oleh sisik garis
dilalui
tersebut. Sebutkan kesimpulannya. I. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Dasar. Jurusan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung. Djuhanda, T. 1982. Bandung. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico,
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Kent, G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York. of the Vertebrates. McGraw Hill Book
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.
55
Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic edition.McGraw Hill International Edition, New York.
1977.
Ichthyology.
Mayr,
Zoology.
Second
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott, J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya. the Sea Fishes of Malaya. Ministry of
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
56
IV. MORFOMETRIK DAN MERISTIK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian
B. Morfometrik Setiap jenis dapat ikan mempunyai keadaan ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, yang derajat
kelamin,
dan
lingkungan ikan
hidupnya. di
Faktor-faktor adalah
lingkungan makanan,
mempengaruhi
kehidupan
antaranya
keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri maupun terhadap mempunyai secara bersama-sama, ikan. sama mempunyai pengaruh yang sangat dua ekor besar ikan dapat
Dengan namun
walaupun di antara
keduanya
saling berbeda. Morfometrik (measuring adalah ukuran bagian-bagian adalah tertentu antara dari satu struktur bagian tubuh tubuh ikan ke
methods).
Ukuran
ikan
jarak
bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi 1999). Satuan Indonesia, milimeter ukuran ukuran yang digunakan yang di dalam morfometrik adalah sangat bervariasi. (cm) ini Di atau dan panjang sirip, dan diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin,
satuan (mm),
umum
digunakan
sentimeter
kepada
keinginan
disebut
mutlak.
memperoleh (calipper).
pengukuran Adalah
sebaiknya mungkin
menggunakan
jangka
sorong
tidak
untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada saat melakukan identifikasi. Ukuran yang Seekor digunakan ikan yang untuk memiliki identifikasi panjang
hanyalah
merupakan
ukuran
perbandingan.
total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam buku-buku identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlima
57
Berbagai
ukuran
bagian
tubuh
ikan
yang
sering
digunakan
di
dalam
identifikasi ikan adalah (Gambar 21 dan 22): a. Panjang kepala baku yang (panjang paling biasa), yaitu jarak ujung garis lurus satu antara dari ujung rahang bagian yang
depan
(biasanya
salah
terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor. b. Panjang cagak (fork length), adalah panjang ikan yang diukur dari ujung
kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor. c. Panjang total, adalah jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan
dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. d. Tinggi dengan badan, ventral, diukur pada tempat dari yang tertinggi sirip antara yang bagian melewati dorsal garis
dimana
bagian
dasar
punggung tidak ikut diukur. e. Tinggi batang ekor, diukur pada batang ekor di tempat yang mempunyai
tinggi terkecil. f. Panjang batang ekor, merupakan jarak miring antara ujung dasar sirip
dubur dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor. g. Panjang pangkal dasar jari-jari sirip punggung dengan dan sirip dubur, selaput merupakan sirip di jarak antara jari-jari
pertama
tempat
belakang
terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip. h. Panjang di bagian depan sirip punggung, merupakan jarak antara ujung
kepala terdepan sampai ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung. i. Tinggi sirip punggung dan sirip dubur, diukur dari pangkal keping pertama
sirip sampai ke bagian puncaknya. j. Panjang jari-jari dari sirip dan puncak atau lebih dada diukur sirip benang waspada. dan dari sirip bagian ke oleh perut, dasar puncak adalah sirip panjang yang ini. ahli sirip terbesar depan menurut atau sirip arah terjauh berupa sehingga jika
paling
sampai halus,
sirip
rambut harus
beberapa panjang
diukur,
Pengukuran
hanya
dilakukan
bentuk sirip dada itu tidak simetris. k. Panjang dilakukan bagian sirip jari-jari jika tengah ke sirip jari-jari sirip. ujung dada yang yang terpanjang terpanjang, terletak di pengukuran ini hanya atau di
Pengukuran jari-jari
dilakukan Jika
mulai jari-jari
pertengahan yang
dasar
sampai
tersebut.
dimaksudkan
58
l.
dan
jari-jari
lemah. sampai
sebenarnya masih
disambung Panjang
oleh
sambungan
seperti
rambut.
jari-jari
sampai ke ujungnya. m. Panjang ujung kepala, terbelakang sampai adalah dari ke jarak keping pinggiran antara tutup ujung insang. termuka Beberapa selaput dari kepala hingga
peneliti yang
terbelakang
melekat panjang
(membrana
branchiostega)
sehingga
diperoleh
yang lebih besar. n. Tinggi kepala, merupkan panjang garis tegak antara pertengahan pangkal
kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah. o. Lebar kepala, merupakan jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup
insang pada kedua sisi kepala. p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan. q. Panjang hidung, merupakan jarak antara pinggiran terdepan dari hidung
atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan. r. Panjang ruang antar mata, merupakan jarak antara pinggiran atas dari
kedua rongga mata (orbita). s. Panjang belakang bagian dari kepala orbita di belakang pinggir mata, belakang adalah selaput jarak antara tutup pinggiran insang
sampai
keping
(membrana branchiostega). t. Tinggi bawah mata, merupakan jarak kecil antara pinggiran bawah orbita
dan rahang atas. u. Tinggi pipi, merupakan jarak tegak antara orbita dan pinggiran bagian
depan keping tutup insang depan (os preoperculare). v. Panjang antara mata dan panjang saat sudut antara keping sisi tutup insang dengan diukur depan sudut (os os
preoperculare), preoperculare.
adalah Pada
rongga
mata juga
pengukuran,
senantiasa
turut
panjang
duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare tersebut. w. Panjang mata). x. Panjang rahang atas, adalah panjang tulang rahang atas yang diukur mulai atau lebar mata, adalah panjang garis menengah orbita (rongga
59
Gambar
21.
Berbagai ukuran pada tubuh ikan. PT. Panjang total; PB. Panjang baku; PC. Panjang cagak; PK. Panjang kepala; A. Sirip dubur; C. Sirip ekor; D1. Sirip punggung depan; D2. Sirip punggung belakang; P. Sirip dada; V. Sirip perut; 1. Moncong; 2. Sungut; 3. Tutup insang; 4. Sisik pada linea lateralis; 5. Scute batang ekor; 6. Sisik di atas linea lateralis; 7. Sisik di bawah linea lateralis; 8. Sisik tambahan (auxillary scales); 9. Scute pada bagian perut; 10. Filamen (rambut) yang dapat bergerak sendiri; 11. Kell; 12. Sirip lemak; 13. Filamen (Affandi et al., 1992)
60
Gambar 22. Berbagai ukuran pada kepala ikan. a. Panjang hidung; b. Panjang kepala di belakang mata; c. Panjang antara mata dengan sudut os preoperculare; d. Tinggi pipi; e. Tinggi di bawah mata; f. Lebar mata; g. Panjang rahang atas; h. Panjang rahang bawah; i. Panjang di depan mata; j. Tinggi kepala; 1. Maxilla; 2. Premaxilla; 3. Dentary; 4. Hidung; 5. Os interoperculare; 6. Os preoperculare; 7. Os operculare; 8. Os suboperculare; 9. Membrana branchiostega (Affandi et al., 1992)
61
y. Panjang
rahang
bawah,
adalah
panjang
tulang
rahang
bawah
yang
diukur
mulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang. z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya.
Selain
pengukuran
secara
langsung,
juga
dilakukan
nisbah
atau
pembandingan beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 5. (a) Indeks panjang kepala, yaitu perbandingan antara panjang total dan
panjang kepala (b) Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang bahu (c) Indeks badan (d) Indeks sirip punggung, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi badan, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi
panjang dasar sirip punggung (e) Indeks sirip dubur, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang
dasar sirip dubur (f) Indeks batang ekor (1), yaitu perbandingan antara panjang total dan
panjang batang ekor (g) Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan tinggi batang ekor (h) Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi kepala (i) Indeks mata (j) Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang rahang atas lebar mata, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan lebar
62
Tabel 5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan
63
C. Meristik Berbeda bagian-bagian penghitungan termasuk jumlah gigi, dalam dengan tertentu jumlah jumlah karakter tapis karakter tubuh meristik insang, morfometrik ikan, tubuh antara jumlah yang menekankan meristik jari-jari pada berkaitan sirip, pengukuran dengan yang sisik, jumlah karakter ikan lain
bagian-bagian
methods). (pyloric
kelenjar
vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). 1. Menghitung jari-jari sirip Untuk dicantumkan menentukan huruf kapital rumus yang suatu sirip sirip tertentu, yang terlebih dimaksud. dahulu Sirip harus menentukan punggung
disingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V, dan sirip dada dengan P. Menghitung terletak pada sisi melakukan jari-jari sebelah sirip kiri, harus yang kecuali diingat berpasangan jika ada bahwa ikan dilakukan ketentuan pada khusus. sirip Pada yang saat kepala
pemeriksaan,
diletakkan
dengan
menghadap ke sebelah kiri dan perut mengarah ke bawah. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jarijari lemah. tidak Jari-jari dapat Jari-jari dibengkokkan, tergantung mengeras, pada pada keras tidak berbuku-buku, keras ini pejal (tidak berlubang), berupa tulang Bentuknya sebagian atau satu duri, keras, cucuk, dan atau dibengkokkan. lemah dan jenis salah jari-jari Jari-jari biasanya seperti ini
patil, dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. bersifat ikannya. satu agak Jari-jari cerah, lemah rawan, mudah atau lain berbuku-buku sisinya atau beruas-ruas. berbeda-beda keras sama
mungkin
bergigi-gigi,
bercabang,
saling berlekatan. Perumusan keras digambarkan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari itu pendek sekali atau rudimenter. Sirip punggung ikan yang terdiri dari 10 jari-jari keras maka rumusnya ditulis D.X. Untuk Arab ikan (angka mas jari-jari biasa). lemah, Jari-jari carpio perumusan lemah carpio yang digambarkan mengeras, 1758), dengan seperti harus memakai terdapat angka pada tersendiri yang
(Cyprinus
Linnaeus,
digambarkan
(Gambar 23-A). Jika pada ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah yang mengeras dan sekitar 16 22 jari-jari lemah, maka rumusnya harus ditulis D. 4.16 22.
64
65
perumusan ditemukan
semacam pada
ini
juga baung
dipergunakan (Hemibagrus
untuk nemurus
menggambarkan (Valenciennes,
jumlah cabang jari-jari yang bersatu menjadi satu jari-jari keras. Jari-jari seperti ikan 1840)), ikan lundu (Mystus gulio (Hamilton, 1822)), dan sebagainya. Jika pada satu sirip terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah maka jumlah tiap-tiap jenis jari-jari harus digambarkan berdampingan. Pada Gambar 23-B terlihat sirip punggung yang disusun oleh 10 12 jari-jari keras dan 12 15 jarijari lemah, maka rumusnya adalah D.X-XII.12-15. Seandainya sekali terpisah bagian dari sirip punggung punggung pertama kedua yang yang berjari-jari berjari-jari keras lemah, jelas atau bagian sirip
dengan kata lain terdapat dua buah sirip punggung, maka untuk ikan tersebut di atas mempunyai rumus D1.X-XII. D2.12-15. Pada cabang. Gambar 24 terlihat umum perbedaan antara adalah jari-jari hanya pokok dan jari-jari jari-jari Biasanya yang digambarkan jumlah pangkal
yang nyata terlihat. Hal ini penting dilakukan karena cabang jari-jari tidak mudah ditentukan dan jumlahnya pun berbeda-beda. Untuk sama bercabang, sehingga dimaksudkan Pada diingat mengeras. Dua dua duri ikan-ikan jumlah karena mencapai hanya saat Jari-jari jari-jari yang dari famili satu Cyprinidae, tidak jumlah bercabang sirip jari-jari dengan yang (Gambar saja, maka pokok satu begitu 25). hal senantiasa tidak yang harus selalu agak cabang, dihitung pada dapat Pada panjangnya Jika ini dengan jari-jari bercabang jari-jari atas jari-jari jumlah satu adalah pada dari yang ditambah keping jari-jari
hanya jumlah
pinggiran
dinyatakan pula. menghitung bercabang yang jari-jari semua sirip tidak yang bercabang, secara yang dan ini harus untuk menganggap jari-jari morfologi
walaupun terlihat kurang begitu jelas (Gambar 26). terakhir Cara nyata sebagai satu jari-jari pokok. Jari-jari pokok yang terakhir ini sering tampak sebagai berdekatan. yang ekor menghitung bercabang. dilakukan ini tidak pokok. penghitungan Rumus jari-jari sirip Sebaliknya jumlah cara
dipakai pada ikan yang berjari-jari tidak bercabang. biasanya menggambarkan jari-jari ikan yang sirip ekornya berjari-jari yang bercabang maka jumlah jari-jari sirip ini ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua.
66
Gambar 24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang (Andy Omar, 1987)
Gambar 26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan (Andy Omar, 1987)
67
sirip
yang
semua bawah
terletak Seringkali
pada jari-jari
sebelah
sirip. besar,
keperluan terlebih
kecil
kadang-kadang dahulu
dipisahkan
sebelum
menghitung
jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut dihitung jika kita menghitung jumlah jari-jari Jika kedua sirip perut bertaut menjadi satu sirip perut maka biasanya hal ini
sirip dada, tetapi untuk sirip perut tidak perlu. dapat lengkap diketahui. atau Kedua sirip simetri asal pada masih kedua terlihat bagian jelas karena bersatu kurang Pada
kelihatan
yang
membentuknya.
keadaan tersebut di atas ini, jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada salah satu bagian saja. Pada jari-jari selaput ikan-ikan yang dari bersirip jari-jari perut lemah kurang pertama. sempurna, yang Dengan kadang-kadang terletak di menggunakan satu bawah kaca mengeras hanya ada sebagai suatu penunjang
pembungkus
pembesar, hal ini dapat diketahui karena adanya buku-buku pada jari-jari tersebut dan struktur kembar secara keseluruhan. 2. Menghitung jumlah sisik Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk tidak ada maka dihitung jumlah pada sisik pada garis dimana ekor, biasa atau garis pada rusuk ruas berada. tulang Penghitungan belakang berakhir permulaan pangkal
bagian
Tempat
ini dengan
mudah
dapat ditetapkan
yaitu dengan cara menggoyang-goyangkan sirip ekor, dan pada pelipatan pangkal sirip ekor itu terletak ruas tulang belakang yang dimaksud. Sisik yang berada di atas pelipatan ini tidak ikut dihitung, demikian juga sisik pada pangkal sirip ekor, walaupun sisik-sisik ini berlubang. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu ini. Ada tiga cara cara yang dapat digunakan garis untuk menghitung sisik-sisik sirip di atas dan di bawah garis rusuk, yaitu: dengan menjatuhkan tegak dari permulaan punggung pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian
68
jumlah
sisik-sisik
yang
dilalui
oleh
garis
tersebut
(lihat
dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik
yang dilalui oleh garis ini (lihat Gambar 27-B). cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sedangkan permulaan sirip untuk sirip punggung jumlah dan pertama sisik di terus ke bawah garis naik ke dan ke belakang, pada muka
bawah miring
rusuk atas
dimulai dan ke
dubur
dihitung
(Gambar 27-C). Pada penghitungan jumlah sisik-sisik seperti tersebut di atas ini, jumlah
sisik pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung. Jumlah sisik di muka sirip punggung adalah jumlah semua sisik yang
dikenai oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke belakang kepala. Biasanya garis sisik ini dihitung antara pada kuduk ikan yang yang bersisik garis dan pangkal kepala kepalanya yang tidak
merupakan
perbatasan
bersisik. Jumlah baris sisik di muka sirip punggung (biasanya lebih kecil daripada jumlah sisik di muka sirip punggung) adalah jumlah baris sisik pada suatu sisi dari garis antara permulaan sirip punggung dengan kuduk. Untuk mengetahui jumlah sisik pipi, terlebih dahulu dibuat sayatan garis
yang ditarik dari mata ke sudut keping tulang insang depan atau os preoperculare. Selanjutnya, jumlah sisik pipi adalah jumlah baris sisik yang melewati garis
sayatan tersebut (Gambar 28). Jumlah jumlah sisik di sekeliling dikenai badan dapat diketahui dengan cara menghitung badan dan
oleh suatu
terletak di muka sirip punggung. Jumlah sisik ini sangat penting untuk digunakan dalam mengidentifikasi famili Cyprinidae. Jumlah sisik batang ekor adalah jumlah sisik yang dikenai oleh suatu garis yang mengelilingi batang ekor.
69
Gambar 27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk (Andy Omar, 1987)
70
3. Jumlah finlet Finlet merupakan sirip-sirip tambahan rudimenter yang terpisah-pisah dan
terletak di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Contoh ikan yang mempunyai finlet 1800)) di antaranya ikan adalah ikan tenggiri (Scomberomorus (Rppel, commerson Jumlah (Lacepde, finlet perlu
dan
layang
(Decapterus
russeli
1830)).
4. Insang Insang terdiri dari tapis insang, tulang lengkung insang, dan lembaran atau daun Untuk insang. Lengkung insang terdiri dari jumlah lengkung tapis atas dan pada lengkung lengkung bawah. insang
identifikasi
biasanya
digunakan
insang
yang pertama pada satu sisi badan, kecuali jika ada ketentuan lain. Jumlah tapis insang ialah jumlah seluruh tapis insang pada lengkung insang pertama pada satu sisi badan, termasuk yang rudimenter.
5. Organ-organ Dalam Beberapa untuk jumlah organ dalam sebagai ciri taksonomis dalam dapat di dijadikan pegangan adalah renang
kepentingan vertebra,
Organ-organ kaeka
tersebut
antaranya gelembung
(pyloric
caeca),
bentuk
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
menit tugas di bawah ini. 1. Deskripsi ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)) adalah sebagai berikut: jari-jari keras sirip punggung: 16 - 20; jari-jari lemah sirip punggung: 7-10; jari-jari keras sirip dubur 9 - 11; dan jari-jari lemah sirip dubur: 8 - 11. Setiap kelompok membuat rumus jari-jari sirip ikan tersebut. 2. Rumus jari-jari sirip ikan Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) berikut ini: D. VIII; I-II, 13-15 A. I-II, 15-17 TL 2000. Jelaskan kesimpulan kelompok masing-masing
71
E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Dasar. Jurusan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 72
Carpenter,
Carpenter,
Carpenter,
Carpenter,
Direktorat
Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. Universityof Michigan Press, Ann Arbor, Michigan. Kent, G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York. of the Vertebrates. McGraw Hill Book
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott, J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya. the Sea Fishes of Malaya. Ministry of
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
73
V. IDENTIFIKASI A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara
melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik. 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara menyusun
kunci identifikasi. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara menyusun
B. Identifikasi Identifikasi individu yang adalah beraneka tugas ragam untuk dan sekali mencari dan mengenal ke ciri-ciri taksonomik takson.
memasukkannya dengan
dalam
suatu
Pengertian
identifikasi
berbeda
pengertian
klasifikasi.
Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam upaya suatu urutan kunci identifikasi, besar sedangkan ciri-ciri. klasifikasi Mayr dalam berhubungan dan Ashlock dengan (1991),
mengevaluasi merupakan
sejumlah
Menurut ke
klasifikasi
penataan
hewan-hewan
kelompok-kelompok
berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah, identifikasi tergantung diteliti. Pada Indonesia, saat melakukan identifikasi ikan-ikan yang berasal dari perairan buku di sangat kepada penting hasil artinya karena yang seluruh benar dari urutan suatu pekerjaan sampel selanjutnya sedang
identifikasi
yang
diperlukan
bantuan
buku-buku
identifikasi.
Beberapa
kunci
identifikasi yang dapat digunakan antara lain adalah: Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1911. The Fishes of the Indo
Australian Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1913. The Fishes of the Indo
Australian Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1916. The Fishes of the Indo
Australian Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1922. The Fishes of the Indo
74
M. M. M.
L. L. L.
F. F. F. F.
de de de 1940.
of of of
Australian Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden. Australian Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden. Australian Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden. Beaufort, Indo Australian Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L. F. and W. M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1953. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L. F. and J. C. Brigss. 1962. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden. Munro, I. S. R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra. Scott, J. S. 1959. An Introduction to the Sea Fishes of Malaya. Ministry of Agriculture, Federation of Malaya. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Carpenter, K. E. and V. H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Pacific. Purposes. Volume The 2. Living Marine Cephalopods, Resources of the Western Central Holothurians and Crustaceans,
Sharks. FAO, Rome Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Pacific. Purposes. Volume 3. The Living Marine Fishes, Resources of the Western Central Bony Fishes Part 1 Batoid Chimaeras and
(Elopidae to Linophrynidae). FAO, Rome Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central
75
Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO, Rome. Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Pacific. Purposes. Volume The 5. Living Marine Fishes Resources 3 of the Western Central to Pomacentridae).
Bony
Part
(Menidae
FAO, Rome Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central
Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). FAO, Rome. Pada buku-buku identifikasi tampak bahwa pada setiap nomor terdapat dua sampai empat pilihan yang berbeda. Kita harus memilih salah satu pilihan sesuai dengan pertama dapat ciri-ciri sesuai yang terdapat ciri-ciri pada yang sampel terdapat yang ikan yang kita amati. tersebut Jika pilihan kita
dengan sesuai
pada
sampel di
maka
meneruskan
dengan
nomor
berada
sebelah
kanan
pilihan
tersebut. Sebaliknya, jika pilihan pertama tidak sesuai maka kita harus mengambil pilihan kedua, ketiga, atau keempat. Pada nomor ini kita juga dapat meneruskan sesuai dengan nomor yang berada di sebelah kanan. Salah bawah ikan ini satu contoh dalam menggunakan yang buku kunci identifikasi, untuk berikut di
diberikan salah
langkah-langkah ikan
harus
dilakukan
mengidentifikasi
opudi,
satu
terdapat
di Danau buku
Selatan. (1984).
Langkah-langkah
identifikasi
berdasarkan
1.
Rangka terdiri dari tulang benar; bertutup insang. sub classis TELEOSTEI. 3 4 6 7 9 10
3. 4. 6. 7. 9.
b c c d c
Kepala simetris. Badan tidak seperti ular. Badan bersisik atau tidak, kadang-kadang seluruhnya atau sebagian tertutup oleh kelopak-kelopak tebal. Garis rusuk jika ada, di atas sirip dada. Tidak demikian.
76
10. 12.
c a
Lebih dari dua jari-jari sirip punggung keras. Dua sirip punggung yang nyata berpisahan. ordo PERCESOCES. Ordo PERCESOCES Sirip dada biasa tidak memakai rambut-rambut di bawahnya Garis rusuk tidak ada atau tak sempurna, tulang rahang atas tidak bertulang tambahan; mulut sedang atau kecil; sirip dada pertengahan tinggi atau di atasnya. Sirip punggung pertama berlainan, sirip dubur dengan satu jari-jari yang mengeras; tulang punggung lebih dari 30. familia ATHERINIDAE. Familia ATHERINIDAE Permulaan sirip dubur sedikit di belakang sirip punggung pertama. Perut terletak pada setengah yang di belakang dari jarak antara hidung dan sirip ekor. Permulaan sirip punggung pertama di muka perut. Batang ekor lebih pendek daripada sirip dubur; 15 20 buah tulang saringan insang yang panjang. A. I. 11 13. genus THELMATHERINA. Hidung sama panjang dengan atau lebih pendek dari lebar mata. Kurang panjang A. I. 13 15. Sisik antara D. dan V 71/2 8 baris. Sirip dada sepanjang kepala tidak dengan hidung. Telmatherina celebensis Blgr.
12
57
57.
58
58.
59
59.
622
622.
625 626
625.
626.
Huruf-huruf yang tercantum sesudah nomor-nomor di sebelah kiri masingmasing menunjukkan pilihan yang tercantum pada nomor-nomor tersebut. Huruf a
menunjukkan pilihan pertama, huruf b untuk pilihan kedua, huruf c untuk pilihan ketiga, dan huruf d untuk pilihan keempat. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan di atas, maka kunci
identifikasi ikan opudi berdasarkan buku identifikasi Saanin (1984) adalah: Kelas PISCES 1d sub classis TELEOSTEI 3b 4c 6c 7d 9c 10c 12a ordo PERCESOCES 57b 58b 59b famili ATHERINIDAE 622b genus THELMATHERINA 625a 626a Thelmatherina
celebensis Blgr.
77
kunci
maka ini
dapat
Linnaeus ordo,
hanya spesies,
genus, kunci
Ashlock atas,
menggunakan
identifikasi
sebagaimana
maka
kategori
taksonomi ikan opudi adalah sebagai berikut: Kelas PISCES Subkelas TELEOSTEI Ordo PERCESOCES Famili ATHERINIDAE Genus THELMATHERINA Spesies Thelmatherina celebensis Blgr. Menurut Mayr dan Ashlock (1991), kategori yang umum digunakan dewasa
ini adalah sebagai berikut: Dunia (kingdom) Filum (phylum) Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Cohort Superordo Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamili Suku (tribe) Genus Subgenus [Superspesies] Spesies Subspesies 78
Pada bidang iktiologi, nama ordo mempunyai akhiran formes, subordo dengan idei, superfamili dengan oidea, famili dengan idea, subfamili dengan kata inae, dan suku atau tribe dengan kata ini. Pengertian varietas, subspecies (anak jenis), dan spesies (jenis) dapat dilihat pada Glosarium. C. Catatan Untuk melakukan identifikasi, terlebih dahulu harus disiapkan buku-buku kunci identifikasi. Buku kunci identifikasi yang sering digunakan di Indonesia adalah buku-buku identifikasi yang disusun oleh Saanin dan buku-buku yang disusun oleh Weber dan de Beaufort sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, saat ini sangat banyak buku-buku identifikasi yang dikeluarkan oleh FAO berdasarkan kelompok ikan-ikan tertentu. Salah satu contoh buku tersebut adalah tentang ikan merah yang tertulis dalam buku FAO Species Catalogue Volume 6 (Allen, 1985). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Di dalam laboratorium, setiap kelompok menentukan kunci identifikasi dan kategori taksonomi ikan lundu (Arius maculatus Thunberg, 1792) dengan menggunakan buku Saanin (1968). Presentasikan hasil masing-masing kelompok. E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Departemen Biologi Bogor, Bogor. Rahardjo. Perairan. Biologi Perairan. Fakultas
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.
79
Andy
Sistematika
Dasar.
Jurusan
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. de Beaufort, L.F. 1940. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L.F. and J.C. Brigss. 1962. The Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden. Fishes of the Indo Australian
de Beaufort, L.F. and W.M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden. Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
80
Mayr,
E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of edition.McGraw Hill International Edition, New York.
Systematic
Zoology.
Second
Munro, I.S.R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra. Munro, I.S.R. 1967. The Fishes of New Guinea. Department of Agriculture, Stock and Fisheries, Port Moresby, New Guinea. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rifai, M.A. 1999. Kamus Biologi. Balai Pustaka, Jakarta. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott, J.S. 1959. An Introduction Agriculture, Federation of Malaya. to the Sea Fishes of Malaya. Ministry of Biologi Perairan. Fakultas
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1911. Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1913. Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden. Weber, The Fishes of the Indo Australian
The
Fishes
of
the
Indo
Australian
M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1922. The Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1929. The Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1931. The Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1936. The Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1953. The Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden.
Fishes
of
the
Indo
Australian
Weber,
Fishes
of
the
Indo
Australian
Weber,
Fishes
of
the
Indo
Australian
Weber,
Fishes
of
the
Indo
Australian
Weber,
Fishes
of
the
Indo
Australian
Weber,
Fishes
of
the
Indo
Australian
81
VI. ANATOMI IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa istilah
yang berkaitan dengan anatomi 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara
B. Pengertian Anatomi Anatomi mempelajari sangat merupakan organ-organ untuk salah dalam diketahui satu suatu cabang dari Ilmu Anatomi dasar Hayat suatu dalam (Biologi) spesies yang ikan
organisme.
penting
karena
merupakan
mempelajari
jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya. Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda bentuk dengan tubuh, spesies ikan lainnya. spesies Hal ini disebabkan terhadap adanya perbedaan tempat
pola
adaptasi
ikan
tersebut
lingkungan
mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut. Beberapa antara lain: organ yang dapat diamati secara anatomis pada alat tubuh ikan
otak,
rongga kelenjar
mulut, kelamin,
insang,
jantung,
hati,
empedu, dan
pencernaan (Gambar 29
limpa,
gelembung
renang,
lain-lain
dua
tindakan
pengamatan
yang
dilakukan
untuk
mengamati
anatomis
a. Inspectio = mengamati dengan tidak mempergunakan alat bantu. b. Sectio = membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan. Agar berada ikan-ikan organ-organ posisi telah yang diamati berada maka pada kondisi ikan yang yang ikan baik dan tetap adalah
pada yang
masing-masing, diawetkan
sebaiknya Jika
diamati telah
sebelumnya.
sampel
diawetkan
maka organ-organ yang lunak dan mudah rusak seperti otak, jantung, hati, dan lain-lain, dilakukan 10%. telah menggumpal atau mengeras dan tidak akan terganggu pada larutan saat
pembedahan.
Bahan
pengawet
yang
digunakan
adalah
formalin
82
Gambar 29. Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)
83
Gambar 30. Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes (Affandi et al., 1992)
84
C. Prosedur Pembedahan Untuk melakukan pembedahan yang baik haruslah dilakukan dengan urutan sebagai berikut (Gambar 31): 1. Ikan yang akan diamati, diletakkan di atas papan bedah atau baki bedah dengan kepala menghadap ke sebelah kiri dan bagian punggung terletak di bagian atas. 2. Dengan menggunakan pisau atau gunting yang tajam dibuat sayatan membujur, dimulai dari pertengahan mulut kemudian terus ke arah bagian atas kepala sehingga otak akan tampak. 3. Jika sayatan telah melewati daerah tengkuk (kuduk) maka penyayatan harus dilakukan dengan hati-hati agar ujung pisau tidak melewati dasar tulang punggung. Hal ini dimaksudkan agar organ yang berada di bawah tulang punggung tidak terganggu. Penyayatan atau pembedahan harus diarahkan ke bagian bawah pada saat pisau bedah telah mendekati bagian ekor. Ujung sayatan kemudian berakhir di daerah belakang anus. Dengan menggunakan gunting bedah, bagian dasar tubuh (dasar perut) kemudian digunting mengarah ke bagian depan sehingga otot-otot yang membungkus organ-organ dalam dapat dibuka secara keseluruhan. Bagian yang dikelupas (telah dibuka) hanya bagian sebelah depan saja sehingga dengan demikian letak organ dalam, mulai dari organ-organ yang terletak di bagian kepala sampai ke organ-organ yang terletak di bagian belakang, akan nampak jelas terlihat. Organ-organ yang tidak nampak dalam preparat dapat dicari dengan cara menelusuri dan membandingkannya dengan pustaka.
4.
5.
6.
7.
D. Istilah-istilah Anatomi Beberapa istilah anatomi yang sering ditemukan adalah: - cranial = ke arah kepala - caudal = ke arah ekor - superior = ke arah atas (atas) - inferior = ke arah bawah (bawah) - dorsal = ke arah punggung - ventral = ke arah perut
85
86
abdominal thoracal anterior posterior dexter sinister lateral medial proximal distal Untuk
= ke arah dalam perut = ke arah dada = ke arah muka = ke arah belakang = sebelah kanan = sebelah kiri = ke arah sisi/samping = ke arah tengah = lebih mendekati ke arah batang tubuh = lebih menjauhi ke arah batang tubuh
menentukan
kedudukan
atau
posisi
organ-organ,
maka
badan
ikan
dapat dibagi atas bidang-bidang (Gambar 32) sebagai berikut: Bidang medial, yaitu bidang yang jalannya memotong garis tengah dan
berjalan dari bagian dorsal ke ventral Bidang sagittal, yaitu bidang yang jalannya sejajar dengan bidang median,
di sebelah kanan dan kiri garis tengah Bidang frontal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang median dan
memotong bidang median dengan sudut 90 dari cranial ke caudal. Bidang transversal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang frontal.
E. Gelembung Berenang Pada natatoria hidrostatik, perairan. Pneumatocyst ventral dari oval dengan ren, terdapat aorta di bagian dan dorsal rongga badan, yaitu di sebelah berbentuk sama = beberapa ikan tertentu ditemukan gelembung berenang sebagai (vesica alat
Gelembung tekanan
berenang air
berfungsi
sehubungan
dengan
kedalaman
abdominalis,
columna atas
warna
keputih-putihan,
terdiri
tidak
besar. Dari bagian anterior, tepat di perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, esophagus. keluar Saluran sebuah ini saluran yang menghubungkan dan pneumatocyst berfungsi dengan jalan
disebut
ductus
pneumaticus
sebagai
87
88
Berdasarkan
ada
tidaknya
ductus
pneumaticus,
ikan-ikan
dapat
dibedakan
atas dua golongan yaitu: Physostomi, adalah ikan-ikan yang memiliki ductus pneumaticus, misalnya
ikan karper (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758) Physoclysti, adalah ikan-ikan yang tidak memiliki ductus pneumaticus,
F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). carilah lima Selanjutnya, jenis ikan setiap yang kelompok termasuk melakukan golongan penelusuran physostomi pustaka dan dan
physoclisti.
G. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Andy
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Wischnitzer,
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
89
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh
yang terdapat pada bagian integumen 2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dan membedakan jenisjenis sisik pada ikan. 3. Agar mahasiswa mampu mengenali dan menunjukkan posisi derivat-derivat
B. Kulit dan Derivat Kulit Integumen integumen atau merupakan systema bagian tubuh ikan terdiri yang dari terletak kulit paling luar. Sistem
dan scute
Derivat-derivat
kulit
tersebut
jari-jari
sirip,
1.
Kulit Kulit merupakan pembungkus luar dan berfungsi sebagai alat pertahanan
pertama terhadap serangan penyakit serta juga dapat mencegah pengaruh faktorfaktor luar terhadap tubuh ikan. Dalam beberapa hal, kulit juga dapat berfungsi
sebagai alat respirasi, alat ekskresi, dan alat osmoregulasi. 2. Sisik (squama) Ada ikan yang mempunyai sisik, tetapi ada juga yang tidak memiliki.
Umumnya, ikan-ikan yang tidak bersisik mempunyai lapisan lendir yang lebih tebal pada bagian kulitnya dibandingkan ikan-ikan yang memiliki sisik. Sisik dimana yang sisik terdapat di sebelah sebagian bawah sisik epidermis di tersusun seperti genteng yang
satu
menutupi
belakangnya.
Bagian
sisik
tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup oleh sisik lain disebut exposed part (bagian terbuka), sedangkan bagian yang tidak tampak karena tertutup oleh sisik di depannya disebut embedded part (bagian tertutup). Bagian yang terbuka
tersebut merupakan bagian posterior dari sisik dan pada bagian ini terdapat butirbutir zat warna (pigmen, chromatophora), sedangkan pada bagian yang
90
pigmen
yang
pada yang
sisik
ikan
umumnya
berbentuk Selain
seperti juga
mengandung kristal-kristal
pigmen guanin
disebut
melanophora.
itu,
tampak
mengkilap,
kebiru-biruan
seperti
di dalam guanophora (iridocyt), serta (Gambar Di 34). Garis-garis ugahari alat konsentris
disebut
pertumbuhan. ini
daerah
(temperate, untuk
bermusim umur
garis-garis
konsentris
digunakan
sebagai
menduga
disebut annulus (jamaknya: annuli). Sisik ikan dapat dibedakan atas lima tipe, yaitu (Gambar 35): a. Cosmoid, chalumnae. b. Ganoid, lapisan berbentuk basal yang menyerupai homolog kubus dengan dan sentin terdiri dan atas dibuat dua oleh lapisan, corium yaitu serta umumnya terdapat pada ikan-ikan primitif, misalnya Latimeria
lapisan luar yang homolog dengan email dan terdiri atas guanin dan dibuat oleh epidermis. Sisik ini ditemukan pada ikan sturgeon. c. Placoid, berbentuk belah ketupat, pipih dengan bentuk seperti duri mencuat di tengah-tengahnya pada dan menghadap bertulang rawan ke belakang (caudal). Banyak ikan
ikan-ikan
(Chondrichthyes),
misalnya
(sisik dan
lingkaran), garis-garis
berbentuk radiair,
bulat
pipih
dengan
mengandung pada
kristal-kristal
melanophora.
Ditemukan
ikan-ikan
berjari-jari
(Malacopterygii), misalnya ikan mas, ikan hampal, dan sebagainya. e. Ctenoid (sisik sisir), bentuknya agak mirip dengan sisik cycloid, tetapi pada bagian pada posterior ikan-ikan terdapat berjari-jari ctenii keras (duri halus berupa rigi-rigi). ikan Ditemukan tambakan,
(Acanthopterygii),
misalnya
ikan tawes, ikan belanak, dan lain-lain. 3. Jari-jari Sirip (Radialia) Setiap sirip disusun oleh selaput yang terdiri atas jaringan lunak yang
disebut membrana dan rangka yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan (cartilago) dan ada yang juga disebut yang jari-jari sirip atau pada radialia. Ada radialia ini yang bercabang pada
tidak,
tergantung
jenisnya.
Radialia
bersendi
suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung
91
92
93
dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis atau pada spina haemalis. Sebaliknya, pada sirip yang lain, basalia bersendi pada tulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubungan langsung dengan spina vertebra caudalis. Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas (Gambar 36): a. Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbukubuku. Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil. b. Jari-jari lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya. c. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan. 4. Lendir Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian epidermis kulit. Kelenjar ini menghasilkan mucin (glikoprotein) yang jika bercampur dengan air akan membentuk lendir. Fungsi lendir pada ikan antara lain: a. untuk mengurangi gesekan b. untuk mencegah infeksi c. untuk mencegah kekeringan d. untuk mempertahankan diri e. untuk membantu dalam proses reproduksi f. untuk osmoregulasi 5. Kelenjar Racun Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang merupakan derivate dari kulit. Kelenjar ini akan mensekresikan zat yang bila disuntikkan kepada manusia akan menyebabkan rasa sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian. Beberapa contoh ikan yang mempunyai kelenjar racun adalah: a. Cucut (Heterodontus francisci (Girard, 1855)), memiliki kelenjar racun pada duri sirip punggung. b. Pari (Pteroplatytrygon violacea (Bonaparte, 1832)), memiliki kelenjar racun pada duri yang terdapat di sirip ekor. c. Sembilang (Plotosus lineatus (Thunberg, 1787)), memiliki kelenjar racun pada duri di bagian kepala.
94
95
C. Ikan Beracun Ikan beracun adalah ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia. Secara umum, ikan beracun (poisonous fishes) ditujukan kepada ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun). Ikan berbisa (venomous fishes) biasanya terbatas hanya pada ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya. Kenyataannya, semua ikan berbisa adalah beracun tetapi tidak semua ikan beracun adalah berbisa. Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) disebut phanerotoxic, sedangkan ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun disebut cryptotoxic. Ikan-ikan beracun dapat dibedakan atas: a. Ichthyosarcotoxic fishes = ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit b. Ichthyootoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad. Umumnya pada ikan-ikan air tawar. Termasuk ikan-ikan yang mempunyai telur-telur yang beracun. c. Ichthyohemotoxic fishes = ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya. Ditemukan pada belut air tawar dan beberapa ikan laut. d. Ichthyocrinotoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui
sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa. Misalnya boxfishes, trunkfishes, hagfishes, dan lampreys, yang seluruhnya memproduksi substansi beracun pada kulitnya dan kadang-kadang melepaskan racun tersebut ke lingkungan perairan tempat mereka ditemukan. Ichthyosarcotoxism adalah peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang
mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya. Meliputi antara lain: ciguatera poisoning, tetraodon poisoning, scombroid poisoning, clupeoid poisoning, elasmobranch poisoning, hallucinatory poisoning, cyclostomes poisoning, chimaera poisoning, dan gempylid poisoning. Ichthyocrinotoxism adalah peristiwa pada kulitnya. keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun
96
Ciguatera poisoning adalah peristiwa keracunan ikan yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf. Merupakan sebuah bentuk rasa mabuk yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit perut, panas dingin, dan mati rasa pada mulut. Gejala-gejala lainnya termasuk sakit kepala, kejang, pusing atau pening, dan kadang-kadang kulit tangan dan kaki melepuh. Istilah ini pertama kali dipakai pada peristiwa keracunan yang disebabkan oleh Livona picta, sejenis cacing laut, di Laut Karibia. Ciguatera poisoning umumnya disebabkan oleh ikan-ikan yang hidup di
terumbu karang daerah tropis dan ikan-ikan laut yang semipelagis; hidup di dasar tetapi jarang ditemukan pada kedalaman 200 kaki; di antara 35LU dan 34LS; pemakan alga bentik, ikan bentik, atau organisme bentik lainnya, dan jarang yang bersifat plankton-feeder. Ada sekitar 440 spesies ikan laut yang bersifat ciguatoxic. Racun ini juga ditemukan pada beberapa Echinodermata, Moluska, dan Arthropoda, yang hidup di laut. Sebagian besar ikan laut di perairan tropis dapat menyebabkan ciguatera poisoning, walaupun beberapa spesies dapat bersifat toksik di lokasi geografis tertentu sedangkan di lokasi lainnya tidak. Ikan-ikan yang sering menyebabkan ciguatera poisoning antara lain adalah: morays (Muraenidae), barracuda (Sphyraenidae), snappers (Lutjanidae), groupers (Serranidae), jack (Carangidae), milkfish (Chanidae), tarpons (Elopidae), herrings (Clupeidae), anchovies (Engraulidae), lizardfishes (Synodontidae), conger eels (Congridae), flyingfishes (Exocoetidae), squirrelfishes (Holocentridae), surgeonfishes (Acanthuridae), butterflyfishes (Chaetodontidae), mackerels dan tuna (Scombridae), trunkfishes (Ostraciidae), puffer (Tetraodontidae), porcupinefishes (Diodontidae), goatfishes (Mullidae), porgies (Sparidae), wrasses (Labridae), parrotfishes (Scaridae). Tetrodotoxin adalah racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya (Tetraodontidae, Diodontidae, dan Molidae). Ovari dan hati merupakan organ yang paling toksik, sedangkan perut dan usus dapat menyebabkan kematian, demikian juga mata dan ginjal. Beberapa spesies ikan buntal mempunyai kulit, jaringan sub-cutaneous, dan testis yang beracun. Struktur kimia tetrodotoxin mirip dengan tarichatoxin, racun yang ditemukan pada kadal air Taricha torosa. Tetraodon poisoning merupakan peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, Tetrodotoxin (TTX) disebut juga pada khususnya ovari dan puffer poison atau liver) fugu dan kerabatnya. poison ditemukan
97
beberapa
puffers,
ocean
sunfishes,
porcupinefishes,
triggerfishes,
spikefishes,
trunkfishes, dan filefishes. Sekitar 75 spesies bersifat racun. Scombroid poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan
ikan tongkol dan cakalang (mackerel, tuna, skipjack, bonito, dan Japanese saury Cololabis dalam aksi saira). Jika dikenal bakteri ikan scombroid istilah saat oleh diawetkan, saurine. ikan makan substansi Substansi Clupeoid tembang beracun tersebut terbentuk dibentuk di
ototnya, enzim
dengan pada
oleh
dan
mati. ikan
poisoning (herrings,
keracunan bonefishes
disebabkan dan
slickheads).
Toksisitas
racun
berasosiasi
dengan
Beberapa -
peristiwa
keracunan
lainnya
yang
disebabkan
oleh
karena
memakan ikan antara lain adalah: Fish poisoning atau ichthyotoxism adalah keracunan karena makan ikan
makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari. Ikan cucut yang sharks beracun di antaranya dogfish adalah requiem sharks (Carcharhinidae), dan mackerel cow sharks
(Hexanchidae),
sharks
(Squalidae),
makan ikan belanak dan kuro Cyclostome poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan
ikan lamprey dan hagfishes. Gempylid daging (semacam poisoning ikan lilin) famili dalam adalah peristiwa keracunan Daging yang tinggi. disebabkan oleh makan wax dan
Gempylidae. konsentrasi
tersebut Wax
terdiri
ester oleyl berasal dari asam oleat dan asam hidroksi-oleat. Berdasarkan asal dari racun yang terdapat di dalam tubuh ikan, maka
terdapat beberapa istilah berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu: Ichthyotoxin adalah racun yang berasal dari ikan (secara umum) Ichthyosarcotoxin adalah racun yang terdapat pada daging ikan, tidak
termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri Ichthyohemotoxin adalah racun yang terdapat di dalam darah ikan
98
Ichthyootoxin adalah racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan Ichthyoacanthotoxin adalah racun yang disekresikan oleh organ-organ
beracun (venom apparatus), seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan. Ichthyocrinotoxin dihasilkan oleh adalah ikan racun yang berasal dari kelenjar kulit yang
hagfishes,
lampreys,
morays
(Muraenidae),
soapfishes
(Grammistidae), puffer (Tetraodontidae), dan porcupinefishes (Diodontidae). Ostracitoxin adalah substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion
lentiginosus (ikan buntal, boxfish atau trunkfish) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya. Racun ini disebut juga pahutoxin.
Kadar tergantung
racun kepada
yang jenis
pada organnya.
organ Namun
dalam
ikan
demikian,
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan
99
carilah lima jenis ikan ikan-ikan air tawar yang beracun yang terdapat di lokasi anda. Carilah pula lima jenis ikan-ikan air laut yang beracun. Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.
E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Andy
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Djamali, A., Burhanuddin, dan M. Hutomo. 1994. Fauna Ikan-ikan Laut Berbisa dan Beracun di Indonesia. Proyek Pemasyarakatan dan Pembudayaan IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. B.W. 1988. Poisonous and Venomous Marine Second edition. Darwin Press, Darwin. 1168 p. Animals of the World.
Halstead,
Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
1977.
Ichthyology.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
100
VIII. SISTEM ALAT GERAK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari
sebuah urat daging atau otot ikan. 2. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak urat daging atau otot-otot ikan. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari
rangka ikan. 4. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak dan nama-nama tulang ikan
B. Otot atau Urat Daging Ikan Dibandingkan dengan vertebrata lainnya, ikan mempunyai susunan otot
yang relatif jauh lebih sederhana. Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: otot licin (smooth muscle) otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle) otot jantung (cardiac muscle)
Berdasarkan -
cara
kerjanya,
otot-otot
yang
terdapat
pada
tubuh
ikan
dibedakan atas dua golongan yaitu: voluntary muscle, yaitu otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh
rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka involuntary muscle, yaitu otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh
daging
pada
ikan
tersebar
hampir atau
di
seluruh fungsi
tubuh
tersebut dia
mempunyai terdapat.
peranan Namun
tersendiri umum
tempat
demikian,
secara
mempunyai sehingga
untuk
menggerakkan
bagian-bagian ikan
tertentu
dari
keseluruhan dengan
menyebabkan jelas
mampu daging,
bergerak maka
Untuk
melihat
bagian-bagian
urat
sayatan melintang pada tubuh ikan agak ke caudal (potongan tegak lurus melalui tulang punggung). Setelah terpotong dua maka tampaklah otot-otot yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang berupa lingkaran
101
lingkaran dari
konsentris ke
ini
disebabkan oleh
karena
otot-otot otot
tersusun
rapi dan
caudal
lapisan-lapisan ini
berbentuk segmental
musculi. myotome.
Coni
musculi satu
tersusun
disebut
Antara yang
myomer
dengan
myomer atau
lainnya
dipisahkan Otot-otot
suatu
pembungkus
disebut
myocommata
myoseptum.
yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut septum vertical. Oleh suatu sekat yang disebut septum horizontale
atau horizontale skeletogenous septum, otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua daerah yaitu (Gambar 37): musculi dorsalis atau musculi epaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang
terdapat di sebelah dorsal septum horizontale musculi ventralis atau musculi hypaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang
daerah
septum
terdapat disebut
jaringan mud
otot
berwarna muscle)
merah atau
mengandung
stripe
(red
musculus lateralis superficialis. Jika pada pada dilihat dari arah lateral maka bentuk otot-otot bergaris melintang
(lateral skeletal musculature) dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Gambar 38): tipe cyclostomine, ditemukan pada ikan-ikan Agnatha tipe piscine, didapatkan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes Otot-otot bagian bagian yang kepala terdapat (Gambar pada 39), tubuh pada ikan di Osteichthyes bawah dapat ditemukan 40), sirip
bagian sirip
kepala
(Gambar pada
punggung
(Gambar
41),
pada
dada
(Gambar
42),
perut (Gambar 43), dan pada sirip ekor (Gambar 44). Pada ikan Chondrichthyes, otot-otot tersebut dapat dibedakan atas: otot-otot appendicular, otot-otot
102
103
104
Gambar 39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)
Gambar
40.
bagian
di
bawah
kepala
ikan
Osteichthyes
(Andy
105
Gambar 41. Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)
106
Gambar 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)
Gambar 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)
107
Gambar
45.
dan
branchiomeric
pada
ikan
Chondrichthyes
Gambar
46.
Otot-otot 1972)
hypobranchial
pada
ikan
Chondrichthyes
(Wischnitzer,
108
C. Sistem Rangka Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka
merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat dibedakan atas: rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama) rangka dalam (endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka
tubuh ikan Tulang sebagainya. sebenarnya banyak Pada berasal mengandung bertulang tulang garam sejati kalsium, fosfor, magnesium, yang dari dan keras tulang
ikan dari
(Osteichthyes), pembentukan
tulang tulang
rawan.
Proses
rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi. Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain: memberi bentuk kepada tubuh sebagai penunjang tubuh melindungi bagian tubuh sebelah dalam, seperti otak, jantung, hati, alat
pencernaan, dan lain-lain menghasilkan garam kalsium sebagai alat gerak pasif sebagai salah satu tempat pembuatan darah berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu
Berdasarkan yaitu: -
jenisnya,
rangka
tulang
dapat
dibedakan
atas
dua
golongan,
osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes cartilago golongan (tulang rawan), yaitu dan tulang-tulang ikan yang terdapat yang pada masih ikan muda
Chondrichthyes
juga
Osteichthyes
Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas: rangka rusuk axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang
109
rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip dan
tulang-tulang penyokongnya. Untuk preparat mengamati rangka tulang ikan secara dari umum, ikan terlebih yang dahulu harus cukup dibuat besar
tulang.
Preparat
dibuat
berukuran
sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membuat preparat tulang, yaitu:
a. Cara fisik Ikan termasuk dengan tidak Teleostei sisik-sisik air rapuh. panas yang ikan secara agak besar jika (misalnya ada. agar pada masih Setelah diperoleh tubuh ada ikan cakalang) dibersihkan, ikan itu dan
tersebut
siramlah yang
bagus
yang pisau.
otot-otot Agar
dibersihkan
dengan
menggunakan rangka
sikat.
otot-otot ke
mengalami
pembusukan
maka
tersebut
dicelupkan
formalin selama 5 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut keadaan preparat dalam keadaan lurus seperti sebelum diberikan perlakuan.
Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 7 hari sambil dibersihkan tulang tersebut yang jika masih ada otot-otot selama tempatnya sebaiknya kecil yang melekat. Jika ada
yang ditempel
terlepas pada
perekat.
sudah
selesai
tidak terganggu.
b. Cara kimiawi Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 5 menit dalam panci yang berukuran besar agar posisi ikan tersebut tidak bengkok.
Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 12 jam sampai daging ikan tersebut mudah dikelupas. Jika masih sulit terkelupas,
ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah otot-otot aman. ikan tersebut terkelupas, rangka preparat disimpan pada wadah yang
110
rangka
ikan
secara
biologis
dilakukan
dengan
membiarkan
ikan
membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya. Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman, preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak bergerak-gerak. Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50, dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif? E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Bogor. Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Andy
Ichthyologi.
Jurusan
Perikanan
111
Gambar 48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)
112
Gambar 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)
113
Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)
Gambar 51. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)
114
Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987) Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.
Moyle,
P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Wischnitzer,
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
115
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi kelenjar pencernaan B. Alat Pencernaan Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Fungsi alat pencernaan adalah untuk menghancurkan zat makanan (molekul makro) menjadi zat terlarut (molekul mikro) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan kemudian dapat digunakan pada proses metabolisme di dalam tubuh ikan. Proses pencernaan pada ikan terjadi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi di dalam rongga mulut dan lambung, dan secara kimiawi yang terjadi di dalam lambung dan usus. Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Alat pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati, empedu, dan pancreas. Setiap alat pencernaan memiliki tugas masing-masing. Mulut berguna untuk menangkap atau mengambil makanan. Adaptasi mulut ikan terhadap makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan. Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan lain, umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal (misalnya ikan tambakan, Helostoma temmincki). Sebaliknya ikan belanak (Liza sp.) yang
116
mencari makanan di dasar perairan mempunyai bibir yang tebal dan kadangkadang mulutnya dapat disembulkan. Rongga makanan. Di mulut dalam berfungsi rongga untuk mulut tempat terdapat mencabik gigi-gigi. atau memotong-motong letaknya, Berdasarkan
terdapat tiga macam gigi pada ikan bertulang sejati, yaitu gigi mulut, gigi rahang, dan gigi pharynx (Gambar 53). Sebaliknya berdasarkan bentuknya, gigi ikan dapat dibedakan atas: cardiform merupakan yang (untuk tempat merobek), villiform (untuk merobek), Pada canine (untuk mencengkeram), incisor, dan molariform (untuk menggerus)(Gambar 54). Lambung terdapat cairan herbivora mempunyai palsu yang carnivora sedangkan beberapa sp.), untuk usus (spiral bervariasi kelenjar ini penampungan enzim Bentuk ikan ada makanan. dan asam tersebut. Ikan depan. tabung ikan maka anatomi dindingnya dimana sangat ikan tidak ikan 55), Pada (Liza alat dapat proses kepada dengan yang menghasilkan pencernaan. kebiasaan lambung sebenarnya, yang ikan usus lambung lambung Lambung herbivora Umumnya (Gambar 56). sebagai belanak
merupakan
lambung
merupakan
lambung
(Gambar berfungsi
modifikasi.
Pada
lambung
mengalami
yang
makanan modifikasi
dinding membentuk
otot) yang lebih tebal dibanding dengan dinding lambung biasa. Pada ikan cucut, Dengan terletak adanya setelah spiral lambung, zat valve penyerapan mengatur telah
makanan yang telah dicerna semakin luas (Gambar 57). berperan makanan anus. terjadi usus makanan yang dicerna di lambung dan masuk ke dalam usus. Sedangkan usus merupakan selanjutnya mempunyai ikan-ikan tubuhnya, tempat sisa lambung, herbivora sedangkan proses penyerapan dibuang usus yang tercerna, yang usus. kali atau makanan melalui yang Ikan-ikan herbivora
intensif memiliki
dalam beberapa
panjangnya
carnivora
yang
pendek
117
118
Gambar 55. Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard (Afandi et al., 1992)
119
120
C. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan ikan umumnya terdiri dari: a. Saluran pencernaan (tractus digestivus), Walaupun hampir berikut: rongga mulut (cavum oris), pada rahangnya terdapat gigi-gigi kecil. lidah banyak (lingua), melekat pada dasar lendir mulut (glandula dan tidak dapat digerakkan, memiliki bentuk saluran pencernaan dapat ikan dari depan sampai ke belakang sebagai
sama,
tetapi
masih
dibedakan
masing-masing
bagian,
mengandung
kelenjar
mucosa)
tetapi
tidak
kelenjar ludah (glandula salivales). pangkal tenggorokan (pharynx), merupakan lanjutan rongga mulut yang
terdapat di daerah sekitar insang. kerongkongan (esophagus), sangat pendek dan merupakan lanjutan dari
pharynx, berbentuk seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang. ventikulus saluran jelas. (lambung), merupakan lanjutan dari esophagus dan berupa
membesar. tertentu, di
ventrikulus pyloric
berbentuk
kantong
buntu ini
disebut
pyloricae). dinding
Kantong
buntu
berguna dan
untuk
memperluas makanan
ventrikulus
agar
pencernaan
penyerapan
dapat berlangsung lebih sempurna. usus (intestinum), berbentuk seperti pipa panjang yang berkelok-kelok dan
sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini diikat oleh suatu alat penggantung yang disebut mesenterium, yang
merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). b. Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) hati (hepar), bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan, letaknya
di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. kantong berwarna saluran empedu empedu (vesica fellea), bentuknya bagian yang dan bulat depan bila dari pada berisi hati, penuh,
terletak
pada
mempunyai Kantong
ductus
cysticus
bermuara
usus.
berfungsi
untuk
menampung
121
mencurahkannya
ke
dalam
usus
bila
diperlukan.
Empedu
berguna
untuk
mencernakan lemak.
kelenjar karena
pencernaan bersifat
lain
yang Limpa
disebut atau
pancreas lien
tidak
mikroskopis. di antara
melekat
pada
mesenterium
usus
dan
gonad,
sistem pencernaan melainkan termasuk dalam systema reticulo-endothelia. Secara garis besarnya, perbedaan antara struktur alat pencernaan ikan
herbivora dan ikan carnivora adalah: a. Untuk ikan herbivora: gigi tumpul dan kadang-kadang halus tidak memiliki lambung tetapi usus bagian depan membesar membentuk
lambung palsu panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya tapis insang panjang dan rapat
b. Untuk ikan carnivora: gigi runcing (gigi taring) lambung memanjang panjang usus sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya tapis insang pendek dan tidak rapat
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
122
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Andy
Omar,
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.
Moyle,
P.B.
and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Wischnitzer,
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
123
X. SISTEM PERNAPASAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud
dengan sistem pernapasan. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan
B. Organ Pernapasan Pernapasan karbon dioksida organ merupakan oleh suatu proses organisme Pada ikan, pengambilan hidup. proses oksigen dapat dan pelepasan maka
Untuk
bernapas
diperlukan
pernapasan.
pernapasan
umumnya
dilakukan
dengan menggunakan insang (branchia). Insang lainnya. Pada ikan stadia juga larva, mengalami insang perkembangan sempurna sebagaimana dan belum organ-organ berfungsi.
belum
dapat
Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar (Gambar 58). Setiap insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Gambar 59): Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari
jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air. Tulang lengkung insang dan (arcus tapis branchialis insang, = gill arch), merupakan memiliki darah tempat saluran dapat
melekatnya darah -
filamen
berwarna yang
putih,
dan
(arteri
afferent
dan
arteri
efferent)
memungkinkan
keluar dan masuk ke dalam insang. Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek insang, pemakan sesuai dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung herbivore Hal ini
pernapasan. dan
rapat
ukurannya
Sedangkan pada
ikan-ikan carnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek (Gambar 60).
124
Gambar 58. Alat pernapasan pada larva ikan (Affandi et al., 1992)
Gambar 60. Insang pada ikan herbivora (A) dan karnivora (B)(Affandi et al., 1992)
125
Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup belakang dari kepala, berbentuk seperti setengah
(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri bagian membundar. insang terdiri atas (Gambar 61): Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu: os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit dan terletak paling cranial os interoperculare, merupakan tulang kecil yang terletak di antara os operculare dan os preoperculare os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal branchiostega, dan berakhir merupakan bebas di tepi selaput tipis dari yang melekat pada belakang operculum. Berfungsi Membrana operculum
sebagai klep untuk menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga insang dari arah belakang. Ikan-ikan penutup insang. bertulang Insang rawan ikan (Chondrichthyes) di tidak memiliki tulang-tulang berhubungan tersebut berada dalam rongga dan Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega.
keluar melalui celah-celah insang yang berjumlah sekitar 5 7 buah (Gambar 62). C. Organ Pernapasan Tambahan Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga menggunakan mempunyai forsteri annectens Selain (Krefft, paru-paru organ (Owen, insang 1870)), sebagai adalah dan ikan ikan organ ikan pernapasannya. paru-paru Timur Amerika ikan Ikan-ikan yang paru-paru 1839)), dan Australia Selatan tertentu (Neoceratodus annectens (Lepidosiren memiliki alat
paru-paru
Afrika paru-paru
(Protopterus
paradoxa Fitzinger, 1837). paru-paru, beberapa jenis pernapasan tambahan yang berupa: a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan dari lengkung insang. derivate
126
Gambar 61. Tulang penutup insang pada ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)
127
Pada
ikan
betok
(Anabas
testudineus
(Bloch,
1792)),
organ
labyrinth
terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang menghubungkan labyrinth dan insang (Gambar 63). b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang.,Pada ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini terletak di
bagian atas depan insang (Gambar 64). c. Diverticula, lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx, misalnya
pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))(Gambar 65). d. Alat pernapasan tambahan berupa tabung, misalnya pada ikan
Heteropneustes microps (Gnther, 1864) dan jenis catfish lainnya. e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung pembuluh darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo Lesson, 1831).
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), blodok kemudian masing-masing argentilineatus kelompok menjelaskan 1837) mengapa dapat ikan
(Periophthalmus
Valenciennes,
bertengger
E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Andy
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. 128
Gambar 63. Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)(Affandi et al., 1992)
Gambar
64.
Organ 1992)
arborescent
pada
ikan
lele
(Clarias
batrachus)(Affandi
et
al.,
129
Gambar
65.
Diverticula 1992)
pada
ikan
gabus
(Ophiocephalus
striatus)(Affandi
et
al.,
130
Lagler,
K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
1977.
Ichthyology.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Introduction
to
Ichthyology.
for
Comparative
Anatomy.
131
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran
darah atau systema circulatoria. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali dan menjelaskan fungsi-fungsi bagian
dari jantung ikan. B. Jantung Sistim satu jalur peredaran sirkulasi darah pada darah. ikan bersifat tunggal, artinya darah hanya terdapat dari
peredaran
Pada
sistem
tersebut
mengalir
jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Pada sejati ikan, jantung umumnya letak terletak jantung di belakang lebih insang. ke Ikan bertulang
(Osteichthyes)
memiliki
relatif
depan
dibandingkan
dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun oleh otot jantung yang bekerja sedikit ikan tidak di bawah pengaruh struktur rangsang jantung 67). (involuntary). ikan Secara sejati anatomis (Gamba sama
perbedaan bertulang
antara
bertulang demikian,
rawan
(Gambar
Namun
fungsinya
yaitu memompakan darah yang kadar oksigennya rendah menuju ke insang untuk mengikat oksigen dan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung terdapat di dalam rongga pericardium. Jantung ini dibungkus oleh
suatu selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas: Sinus venosus, berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada
bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier. Atrium (serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal
dan menerima darah dari sinus venosus. Ventikel (bilik), berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat
tunggal, menerima darah dari atrium. Bulbus arteriosus (conus arteriosus), merupakan lanjutan dari ventrikel,
berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis.
132
133
C. Darah Darah dan adalah cairan yang di dalamnya tersusun terkandung dari dua bahan-bahan yaitu terlarut plasma
bahan-bahan
tersuspensi.
Darah
komponen
darah dan sel darah. Plasma darah antara lain tersusun atas air, mineral, nutrien, gas terlarut, bagian yaitu enzim, hormon, butir-butir dan antibodi. merah darah (yang Sel darah dapat dibedakan atas dua dan butir-butir darah (yang putih
darah butir
(eryhtrocyte) terdiri
putih tidak
atas
granulocyte granula).
agranulocyte tiga
memiliki
komponen dan
kemampuannya agranulosit
acidophil,
neutrophil,
merupakan dan
penyusun
terbesar
butir-butir
darah
lymphocyte,
monocyte,
thrombocyte (Affandi et al., 1992). Darah mengambil dan zat berfungsi sisa-sisa imunitas untuk mengedarkan untuk zat makanan ke seluruh enzim, darah tubuh, hormon, merah mengikat Pada ikan, lien).
metabolisme ke bagian
dibuang,
mengedarkan
tubuh
yang
memerlukannya.
Butir
(Hb) akan
yang digunakan
memiliki untuk
kemampuan
untuk
pembentukan Pada
darah
dilakukan darah
(spleen, tubuh
beberapa
tertentu,
dibuat
pada
bagian
lainnya,
D. Saluran Pembuluh Darah Saluran pembuluh darah atau sistem pembuluh darah dalam tubuh ikan
dapat dibedakan atas (Gambar 68 76): Pembuluh utama, yaitu arteri dan vena, yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri (pembuluh nadi) merupakan pembuluh darah yang mempunyai dinding yang tebal dan darah kuat tetapi tidak mempunyai Vena klep-klep, (pembuluh berfungsi balik) untuk
membawa
meninggalkan
jantung.
merupakan
pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung. Pembuluh cabang, yaitu cabang-cabang dari pembuluh utama yang menuju ke kulit, rangka, otot, spina cord (sumsum tulang belakang), organ pencernaan, dan lain-lain.
134
Gambar
68.
darah
di
bagian
kepala
ikan
Osteichthyes
Gambar
69.
organ
dalam
bagian
kanan
ikan
135
Gambar
71.
darah
pada
aorta
dorsalis
ikan
Osteichthyes
136
Gambar 1980)
72.
Sistem
peredaran
darah
pada
ginjal
ikan
Osteichthyes
(Chiasson,
Gambar
73.
darah
pada
insang
ikan
Chondrichthyes
137
Gambar
74.
darah
pada
aorta
dorsalis
ikan
Chondrichthyes
138
Gambar 75. Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)
139
Gambar
76.
darah
pada
daerah
ginjal
ikan
Chondrichthyes
140
pembuluh adalah
darah
yang darah.
kontak Pada
langsung kapiler
dengan darah
sel-sel inilah
dari terjadi
kapiler
E. Limfa (Lien) Limfa berfungsi dalam pembentukan sel darah dan untuk mengembalikan
darah yang masuk jaringan ke sistim-sistim sirkulasi. Sistem limfatik adalah suatu bagian keluar selain penting dari dalam sirkulasi dan sehubungan masuk ke dengan kembalinya Fungsi dan plasma sistem yang limfatik
saluran
darah limfa
dalam
jaringan.
mengumpulkan
juga
untuk
memurnikannya
mengembalikannya
F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). terhadap Setiap ukuran kelompok dan jumlah menjelaskan butir-butir pengaruh darah perbedaan pada ketinggian ikan pada lokasi saat
merah
dipresentasikan.
G. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Andy
Omar,
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.
141
Lagler,
K.F.,
J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
1977.
Ichthyology.
Moyle,
P.B.
and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Wischnitzer,
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
142
XII. SISTEM UROGENITAL A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud
dengan sistem urogenital (uropoetica-genitalia) 2. Agar mahasiswa mampu mengenali organ yang berperan dalam ekskresi
(ginjal) dan reproduksi (gonad). 3. Agar betina 4. B. Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Organ utama dari sistem pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme adalah mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan
ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui usus dan kulit. ginjal. Bahan dan yang yang lainnya asam dengan dibuang dalam amino cara tersebut bentuk dan sebagian urine. besar berbentuk merupakan Toksisitas lain ammoniak hasil NH3 sisa ini (NH3) dari dapat urea, Pada ikan, pembuangan sisa-sisa metabolisme terutama melalui insang dan
Ammoniak toksik.
penguraian dikurangi
bersifat
sangat menjadi
merubahnya
persenyawaan
seperti
asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air yang cukup. Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah: Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar ruang peritoneum, menempel di bawah tulang punggung memanjang dari
dekat anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaanpersenyawaannya yang non-toksik. Ureter (ductus urine mesonephridicus (air seni) dan yang menuju = saluran berasal ke dari Wolffian), ginjal, Pada merupakan terdapat ikan di tempat pinggiran kedua
mengalirnya dorsal
rongga
badan
belakang.
jantan,
saluran ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia menuju ke sinus urogenitalia.
143
Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan, dan merupakan tempat penampungan urine sebelum dikeluarkan. Pada
beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil. Urethra, merupakan saluran yang pendek, berasal dari kantong urine dan
menuju ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh. Pada ikan Chondrichthyes, ginjal berbentuk sepasang lembaran (pita)
sangat panjang berwarna kecoklatan yang terletak pada tiap sisi garis tengah atap ruang berbeda, pleuroperitoneum ketebalan ginjal (posisi retroperitoneum). Bagian depan Pada lebih beberapa tipis, bagian yang bagian
berbeda.
sedangkan
belakang lebih tebal dan berfungsi sebagai alat ekskresi. Bagian ginjal depan ikan betina ligamen sederetan ginjal-ginjal sebelah berdegenerasi. yang kuat. Kedua lembaran ginjal tersebut dihubungkan oleh sebuah berbentuk sisi tengah terletak di
Badan-badan
suprarenal pucat
(badan-badan
chromaffin) dekat
terletak berbentuk
urinaria Pada
runcing dari
dorsal
bagian
cloaca
setengah kecil
urodeum. tiap
lipatan-lipatan
sepanjang
sisi luar dari cloaca. Ductus Wolffian (mesonephridicus) terletak di antara oviduct dan ginjal-ginjal. Pada ikan betina muda, ductus-ductus ini susah ditemukan.
Sebaliknya pada ikan betina yang matang gonad, ductus-ductus ini terletak pada garis penempel dari mesotubaria dan merupakan sebuah tabung yang kecil
menuju ke cloaca.
C. Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan sistem kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina disusun
oleh (Gambar 77): Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang jernih, terdapat bintik-bintik karena berisi sel telur (ova). Alat penggantung
144
Saluran pendek
telur dan
(oviduct), bersatu
merupakan bagian
saluran
tempat untuk
lewatnya
ova,
sangat
pada
belakangnya
selanjutnya
bermuara
pada porus genitalia. Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh (Gambar 77): Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes agak kompak Proses dan berwarna putih. Di dalam disebut kepada testes dihasilkan
spermatozoa. Bentuk -
pembentukan bermacam-macam
spermatozoa tergantung
spermatozoa
penggantung testes disebut mesorchium. Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka ke arah
luar, terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus. Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar dan tempat pelepasan sperma. Alat reproduksi ikan cucut betina (Gambar 78) adalah: Ovari, merupakan dua buah kelenjar yang halus, memanjang berwarna coklat keputihan (krem), terletak pada tiap sisi dari lembaran-lembaran (lobi) hati.
Pada ikan yang matang gonad, pada ovari ini terdapat tonjolan-tonjolan yang bulat pada sisi bagian atas. Tonjolan tersebut merupakan telur dari beberapa stadia perkembangan. Ovari tergantung pada bagian atas ruang
pleuroperitonium dengan perantaraan mesovarium. Ostium (ostium tubae abdominale), merupakan sebuah celah yang tegak lurus di antara dua lapisan ligamen yang berbentuk bulan sabit (falciform). Pada ikan yang masih muda celah tertutup, sedangkan pada ikan dewasa ia terbuka dari ruang pleuroperitoneum ke dalam saluran telur (oviduct) untuk memindahkan telur dari ovari. Saluran dimana induk). Kelenjar pembungkus (kelenjar nidamental), menghasilkan suatu lapisan tipis telur ova (oviduct, biasanya tabung dibuahi Fallopia, (karena atau ductus Mller), terjadi di adalah dalam ruang tubuh
pembuahan
145
Gambar
77.
Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992). 1a. ovarium, 1b. testes, 2. ginjal, 3a. oviduct, 3b. vasa deferensia, 4. ductus Wolffian, 5. sinus urogenitalia, 6. Vesica urinaria, 7. porus urogenitalia
146
Gambar 78. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina (Affandi et al., 1992)
147
Mesotubarium,
jaringan
ikat
penggantung
oviduct,
kelenjar
pembungkus,
dan
uterus yang terletak di belakang. Uterus, adalah bagian dari oviduct yang membesar tempat telur-telur yang
telah dibuahi dikandung. Cloaca, merupakan ruangan atau tempat bermuara ujung saluran pencernaan, ujung saluran urine, dan tempat keluarnya anak ikan. Alat reproduksi ikan Chondrichthyes jantan adalah (Gambar 79): Testes, merupakan dua buah kelenjar yang halus, terletak di sebelah atas lobi hati, berisi banyak sekali saluran-saluran halus (microtubuli) yang merupakan suatu epitel yang disebut epitelium germinalis. Testes merupakan tempat selsel kelamin atap jantan (spermatozoa) diproduksi. dengan Testes tersebut tergantung pada =
ruang
pleuroperitoneum
perantaraan
mesorchium
(jamak
atau enam buah melalui mesorchia dari testes ke ginjal. Epididymis, efferen bagian saluran penghubung sperma yang halus. halus Saluran-saluran epididymis dan
dari
testes
bersambung
dengan
saluran
selanjutnya bergabung dengan ductus Wolffian (ductus mesonephridicus) yang berfungsi sebagai saluran sperma. Pada ikan yang matang gonad, ductus ini sangat berlipat; sedangkan pada yang muda lurus saja (seperti pada ikan betina). Saluran deferens (ductus deferensia = ductus epididymis), merupakan tabung yang bertingkat. Bagian dari saluran deferens yang terletak tepat di belakang testes disebut kelenjar Leydig yang menghasilkan cairan yang diperlukan agar spermatozoa dapat berfungsi dengan normal. Kantong ductus seminalis deferensia (vesicula yang lurus seminalis), dan merupakan bagian belakang dari dan
berkembang,
tempat
spermatozoa
tempat penghasil sekresi yang dimasukkan ke dalam saluran tersebut. Kantong sperma, merupakan ujung pelebaran dari kantong seminalis. Papilla urogenitalia, besar dan kadang-kadang pada ikan yang matang gonad tampak melengkung (bengkok), sedangkan pada ikan betina lebih kecil dan biasanya lurus.
148
Gambar 79. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan (Affandi et al., 1992)
149
Sinus
urogenitalia, bertemu.
tempat Urine
kedua
saluran
sperma ke
pada dalam
bagian
sebelah
belakang -
dan
spermatozoa masuk
cloaca melalui
lubang pada ujung papilla. Saluran-saluran urine pembantu yang menerima urine dari tubuli uriniferi.
Saluran-saluran ini terletak sejajar sisi tengah dari ginjal, memasuki kantong sperma seminalis melalui sebuah lubang kecil yang terdapat tidak di tengah dari papilla
(kantong
sperma).
Pada
ikan
betina
terdapat
saluran-saluran
pembantu ini.
D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Masing-masing kelompok menjelaskan perbedaan sistem genital ikan
E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. P.B. 1977. Ichthyology.
Moyle,
and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
to
Ichthyology.
Wischnitzer,
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
150
A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem saraf atau systema nervorum.. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali otak dan bagian-bagiannya. B. Sistem Saraf Ikan Rangsangan menerima tersebut rangsang selanjutnya dari lingkungannya dalam melalui bentuk organ impuls ke perasa. otak. diteruskan
Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan stadia embrio dan berasal dari lapisan germinal sel terluar atas (ectoderm). dendrite Unit terkecil dari sistem penerima axon saraf disebut dan neuron (sel saraf). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel). Perpanjangan axon terdiri sebagai (berfungsi sebagai impuls) dan (berfungsi penerus impuls). Pertemuan antara dendrite
dari sel saraf lainnya disebut synapse. Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas: Sistem saraf pusat (systema nervorum centrale), disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis). Sistem saraf otonom, disusun oleh sistem saraf parasymphatic dan system saraf symphatic. Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi (linea lateralis), hidung, telinga, dan mata. C. Jenis-jenis Saraf Berdasarkan atas: Saraf Saraf cerebrospinalis, otonom yaitu saraf yaitu yang saraf merangsang yang otot bergaris jantung (striated (cardiac muscle). (vegetatif), merangsang muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar-kelenjar. pada fungsi organ yang dirangsang, saraf dapat digolongkan
151
Berdasarkan atas: -
atas
fungsi
dari
rangsang
itu
sendiri,
saraf
dapat
digolongkan
Saraf sensibel (afferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat). Saraf motoris (efferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer. Saraf penghubung, yaitu saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara saraf sensibel dengan saraf
motoris.
D. Otak Otak ikan hanya dapat dilihat jika tulang-tulang pembungkusnya telah
dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu dilakukan pembedahan secara hatihati terhadap bagian kepala ikan agar otak yang akan diamati dapat terlihat
dengan jelas. Pembuatan preparat otak akan lebih mudah jika menggunakan ikan yang sudah diawetkan karena otak tersebut telah mengeras. Kepala ikan dipotong tepat pada bagian tengkuk dengan pisau yang tajam sehingga tegak pada kepala terlepas mulut atas dari badan. di Potongan atas. pisau kepala tersebut diletakkan secara dilakukan mata.
dengan bagian
terletak
sebelah sampai
Kemudian mencapai
pemotongan daerah
kepala
tersebut
sekitar
Setelah itu, pisau diarahkan pada bagian pinggir saja untuk mencegah agar otak tidak teriris. Bagian atas kepala tersebut dikuakkan sehingga otak ikan akan
nampak dari bagian atas (tampak dorsal)(Gambar 80). Untuk melihat otak dari arah samping (tampak lateral), kepala digunting dari arah mulut ke belakang secara hati-hati sehingga kepala terbelah dua. Jika bagian kepala tersebut dikuakkan maka akan terlihatlah otak ikan dari arah samping.
Untuk melihat otak dari arah bawah (tampak dikeluarkan harus optik dari rongganya. beberapa saraf Pemotongan urat saraf harus
ventral) maka otak tersebut harus dilakukan secara di dan hati-hati antaranya beberapa karena saraf saraf
menggunting (nervus
(nervus
cerebralis), olfactorius),
opticus),
olfaktori
(nervus
lainnya.
152
Gambar 80. Cara pembedahan untuk melihat otak ikan (Affandi et al., 1992)
153
Bagian-bagian otak dari muka ke belakang adalah sebagai berikut (Gambar 81 83): a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas: Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior Tractus olfactorius, merupakan lanjutan dari lobus olfactorius dan berfungsi
sebagai nervus cerebralis I. Bulbus sebagai olfactorius, sepasang merupakan bola, lanjutan mempunyai dari tractus olfactorius sebagai dan berakhir
lanjutan
benang-benang
halus yang menuju ke dinding lekuk hidung. Hemisphaerium Bagian cerebri, disebut terdapat corpus di bagian posterior sedangkan lobus bagian olfactorius. atap dan
dasarnya
striatum,
dinding samping disebut pallium. b. Diencephalon, Bersama-sama (prosencephalon). terletak dengan Pada di sebelah belakang dari telencephalon bagian dari bagian otak ventral. muka lobus
telencephalon diencephalon
termasuk terdapat
thalamus,
hypothalamus,
inferior, dan saccus vasculosus. c. Mesencephalon, tampak menonjol merupakan adalah otak lobus bagian opticus. tengah Lobus dengan opticus organ berbentuk utama bulat yang dan
besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian sebelah merupakan ventral tempat terletak melekat lobi inferior (bagian dari diencephalon) Pada bagian yang anterior
hypophyse
(hypothalamus).
terdapat torus semicircularis. d. Metencephalon,disebutjugacerebellum, mesencephalon. e. Myelencephalon, sebagai canalis sumsum disebut tulang juga medulla oblongata, melanjutkan yang diri ke di caudal dalam relatif besar dan terletak di belakang
belakang
(medulla dengan
spinalis)
berjalan medulla
vertebralis.
Bersama-sama
cerebellum,
oblongata
154
Gambar 82. Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral (Chiasson, 1980).
155
156
E. Saraf Cranial Dari organ-organ tersebut otak, terdapat 11 saraf dan otak (nervi cerebralis) Sebagian tetapi bergabung sensori olfactorius mata motor internal. otak otot cabang saraf dan kulit rahang yang ada menyebar saraf juga ke otak yang NC I, dan pusat tectum yang sensori tertentu otot-otot tertentu. besar
kepala, yang
berhubungan dengan bagian-bagian tubuh. 1. Nervus bulbus 2. Nervus 3. Nervus 4. Nervus mengatur musculus 5. Nervus dengan somati dengan dengan somatik rectus berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi Fungsinya (NC (NC I), II), (NC mungkin meliputi organ retina saraf rectus dengan sensori khusus. menghubungkan menghubungkan III), dan IV), merupakan obliquus musculus berhubungan yang terbagi olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls bau-bauan. opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan. oculomotoris otot mata rectus trochlearis saraf musculus inferior, muculus superior,
Berhubungan mesencephalon,
dengan otak mesencephalon. merupakan 6. Nervus serta Nervus sentuhan. 7. Nervus musculus 8. Nervus Saraf abducens rectus facialis cabang ini (NC external. (NC VII), VI), depan merupakan medulla saraf oblongata motor dengan cabang nervus rusuk (linea somatik otot penarikan yaitu yang mata otot menghubungkan penggerak biji mata. tersusun dengan atas tiga dan garis nervus di ophthalmicus superficialis, berkaitan nervus buccalis, saluran hyomandibularis. lateralis) bagian dengan somatik V), (saraf menginervasi atas tiga mata yaitu musculus nervus somatik) somatik). medulla dan
obliquus superior. trigeminalis dan ophthalmicus ini maxillaris bagian (merupakan kepala dan sensori dengan
menghubungkan berkaitan
oblongata.
panas
Fungsinya
berhubungan
atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, serta penerima
157
rangsangan medulla
sentuhan.
Berhubungan ini
dengan
NC
dan
NC
VIII
pada dengan
oblongata.
Saraf
punya
komponen
yang
berkaitan
sensori somatik, sensori visceral, dan fungsi motor visceral. 9. Nervus acousticus (NC VIII), ikan, sering dianggap sebagai cabang dari nervus yang
acousticofacialis
pada
mempunyai
fungsi
sensori
somatik
berkaitan dengan telinga bagian dalam. 10. Nervus motoris glossopharyngeal yang melayani (NC IX), terdiri insang dari komponen sensori dan
bagian
pertama.
Fungsinya
berkaitan
dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang. 11. Nervus vagus dan (NC X), memiliki garis ke rusuk bagian beberapa melayani posterior percabangan. sistem celah garis insang. dorsal Cabang rusuk. Caban recurrent
cabang menuju
branchial melayani
organ-organ
internal.
Cabang
F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan
carilah urat saraf-urat saraf cranial yang menginervasi garis rusuk serta urat sarafurat saraf kelas. cranial yang menginervasi mata. Presentasikan tugas tersebut di dalam
G. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas
Alamsjah,
Alamsjah,
Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Andy
158
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. to Ichthyology.
Wischnitzer,
S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Anatomy.
159
LAMPIRAN Glosarium abdominal posisi sirip perut ikan yang agak jauh ke belakang dari sirip dada ke arah dalam perut adipose fin sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur ikan, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak (sirip lemak) lihat: subspecies salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang mempelajari organ-organ dalam suatu organisme bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis (bentuk ular atau sidat atau belut) ke arah muka penutup insang pada ikan bertulang sejati yang disusun oleh beberapa keping tulang organ pernapasan tambahan pada ikan yang berbentuk seperti bunga karang tempat melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk ke dalam insang pembuluh darah yang mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi tidak mempunyai klep-klep, berfungsi untuk membawa darah meninggalkan jantung bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal, dan menerima darah dari sinus venosus nama orang yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya
anguilliform
arborescent organ
arcus branchialis
arteri
atrium
authority name
160
axon
perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerus impuls lihat: truncus lihat: ventrikel bagian jantung yang merupakan lanjutan dari ventrikel, berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis bagian tubuh ikan mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. ulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang masih muda bagian tubuh ikan mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang ke arah ekor peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tembang peristiwa keracunan akibat memakan ikan laut yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf lihat: standard common name bentuk tubuh yang gepeng ke samping (bentuk pipih) susunan otot-otot ikan dari cranial ke caudal yang berbentuk kerucut lihat: bulbus arteriosus ke arah kepala ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan lamprey dan hagfishes 161
caput
cartilago
cauda
ciguatera poisoning
coni musculi
cyclostome poisoning
cyclostomine dendrite
tipe otot yang ditemukan pada ikan-ikan Agnatha perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerima impuls bentuk tubuh yang gepeng ke bawah (bentuk picak) lihat: authority name sebelah kanan bagian otak yang terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral lebih menjauhi ke arah batang tubuh organ pernapasan tambahan ikan yang berupa lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx ke arah punggung bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk ganda saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus dan berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst lihat: cauda peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk tunggal bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip atas lebih besar daripada daun sirip bawah butir-butir darah merah lihat: hemibranchia bentuk tubuh yang menyerupai tali (bentuk tali) sembulan-sembulan kulit yang tipis dan pendek, umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang mempunyai satu jari-jari terletak di antara sirip punggung dan sirip ekor dan di antara sirip dubur dan sirip ekor (jari-jari sirip tambahan) 162
distal diverticula
emarginate
epicercal
lihat: taeniform bentuk ekor ikan yang bercagak panjang ikan yang diukur dari ujung kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor lihat: tetrodotoxin lihat: forked bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan, hampir meruncing pada kedua bagian ujung (bentuk torpedo atau cerutu) lihat: linea lateralis peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging ikan famili Gempylidae lihat: arcus branchialis lihat: hemibranchia berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang, berfungsi untuk menyaring air pernapasan bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola (bentuk bola) lihat: linea lateralis peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan belanak dan kuro bagian insang yang berwarna merah, terdiri dari jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah dorsal dan kelompok otot sebelah ventral
globiform
hemibranchia
163
hypocercal
bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip bawah lebih besar daripada daun sirip atas racun yang disekresikan oleh organ-organ beracun seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa racun yang berasal dari kelenjar kulit yang dihasilkan oleh ikan hagfishes, lampreys, morays, soapfishes, puffer, dan porcupinefishes peristiwa keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun pada kulitnya ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya racun yang terdapat di dalam darah ikan ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad (termasuk telurnya) racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit racun yang terdapat pada daging ikan, tidak termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya racun yang berasal dari ikan (secara umum) keracunan karena makan ikan (bersifat umum) tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya (UU RI no. 9 tahun 1985 tentang Perikanan) 164
ichthyocrinotoxic fishes
ichthyocrinotoxin
ichthyocrinotoxism
ichthyohemotoxic fishes
ichthyosarcotoxin
ichthyosarcotoxism
ikan
segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan dan UU RI no. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan) binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan insang ikan beracun ikan berbisa iktiologi lihat: poisonous fishes lihat: venomous fishes ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka posisi mulut ikan yang terletak di bawah hidung ke arah bawah (bawah) mengamati secara anatomis dengan tidak mempergunakan alat bantu pertumbuhan kulit yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut ikan (cuping) otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung jari-jari sirip yang sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku-buku, dapat berupa cucuk, duri, atau patil. Jari-jari sirip yang mudah dibengkokkan, berbukubuku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya jari-jari sirip dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan
iktiologi sistematika
inferior
inspectio
interpelvic process
involuntary muscle
jari-jari keras
jari-jari lemah
165
jenis jugular
lihat: spesies posisi sirip perut ikan yang terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada rigi-rigi yang ditemukan pada bagian batang ekor ikan dan pada bagian tengahnya terdapat puncak yang meruncing, (kil, lunas) lihat: caput penataan ikan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan derivat dari tulang lengkung insang ke arah sisi/samping butir-butir sel darah putih suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, dan berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi (garis rusuk) lihat: vernacular name bentuk ekor ikan yang menyerupai sabit ke arah tengah selaput keping tutup insang penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan otak bagian tengah bagian otak yang relatif besar dan terletak di belakang mesencephalon, disebut juga cerebellum. bagian otak di belakang metencephalon melanjutkan diri ke caudal sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam canalis vertebralis, disebut juga medulla oblongata 166
keel
kepala klasifikasi
labyrinth
local common name lunate medial membrana branchiostega meristik mesencephalon metencephalon
myelencephalon
morfometrik
ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan lihat: musculus lateralis superficialis kumpulan otot-otot yang terdapat di sebelah dorsal septum horizontale lihat: musculi dorsalis lihat: musculi ventralis kumpulan otot-otot yang terletak di sebelah ventral septum horizontale jaringan otot berwarna merah dan banyak mengandung lemak yang terdapat pada daerah septum horizontale elaput pembungkus otot yang memisahkan antara satu myomer dan myomer lainnya satu bongkahan otot ikan lihat: myocommata lihat: myomer sel saraf, unit terkecil dari sistem saraf singkatan dari new genus, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk genus yang baru singkatan dari new species, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk jenis yang baru rongga mata ikan proses pembentukan tulang dari tulang rawan menjadi tulang sejati tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak (bentuk kotak)
myocommata s
n.sp.
orbita osifikasi
osteum
ostraciform
167
ostracitoxin
substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion lentiginosus (ikan buntal) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya lihat: ostracitoxin lihat: standard length lihat: fork length lihat: total length lihat: vena lihat: arteri Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) tipe otot yang ditemukan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes lihat: vesica natatoria bentuk ekor ikan yang meruncing ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun) atau ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia ke arah belakang otak bagian depan, disusun oleh diencephalon bersama-sama dengan telencephalon lebih mendekati ke arah batang tubuh lihat: tetrodotoxin jari-jari sirip yang tersusun atas jaringan tulang atau tulang rawan tulang-tulang kecil pada selaput keping tutup insang lihat: musculus lateralis superficialis otak belakang, disusun oleh cerebellum dan medulla oblongata 168
pahutoxin panjang baku panjang cagak panjang total pembuluh balik pembuluh nadi phanerotoxic
piscine
posterior prosencephalon
rounded sagittiform
bentuk ekor ikan yang membundar bentuk tubuh yang menyerupai anak panah (bentuk panah) saraf yang merangsang otot bergaris (striated muscle) saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer. saraf yang merangsang jantung (cardiac muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar kelenjar saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu dengan yang lainnya saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat) lihat: valid scientific name peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tongkol dan cakalang kelopak tebal yang mengeras dan tersusun seperti genting,. ditemukan pada daerah perut (abdominal scute) dan pada daerah pangkal ekor (caudal scute) (skut, sisik duri) membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan. lihat: horizontale skeletogenous septum sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah kanan dan kelompok otot sebelah kiri lihat: atrium sebelah kiri bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain, menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier.
saraf cerebrospinalis
saraf motoris
saraf otonom
saraf penghubung
saraf sensibel
scute
sectio
169
sirip
anggota gerak pada ikan untuk mengatur keseimbangan tubuh ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur dan fungsi bagian-bagian tubuh sistim nama dengan memakai dua kata, kata pertama ditujukan untuk nama genus yang maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari ikan tersebut dan kata kedua ditujukan untuk nama spesies yang menunjukkan sifat khusus dari ikan tersebut lihat: systema integumentum lihat: systema nervorum central lihat: systema nervorum periphericum lihat: squama kategori berperingkat dalam klasifikasi ikan, merupakan satuan dasar dalam sistematika biologi, terdiri atas kelompok-kelompok populasi yang dapat saling kawin-mengawini secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya, serta dapat dikenal secara morfologi, dan terisolasi secara reproduksi dari kerabat dekatnya squama rangka dermal yang berhubungan dengan rangka luar nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang atau ikan jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang paling depan (biasanya ujung salah satu dari rahang yang terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor posisi sirip perut ikan yang agak dekat dengan sirip dada populasi biotipe yang mempunyai kawasan daerah persebaran yang jelas berbeda dengan daerah persebaran jenisnya, dengan sifat morfologi yang berbeda pula.
sistematika
sistem binomial
sistem integumen sistem saraf pusat sistem saraf tepi sisik spesies
standard length
subabdominal
subspesies
170
subterminal
posisi mulut ikan yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah posisi mulut ikan yang terletak di atas hidung ke arah atas (atas) pertemuan antara axon dan dendrite dari sel saraf lainnya nama ilmiah untuk suatu jenis ikan yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama persamaan sistem pelapis tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya sistem saraf yang disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis) sistem saraf yang disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis) bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita (bentuk pita) lihat: sistematika insang lihat: gill rakers bagian otak yang paling depan peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, khususnya ovari dan liver) dan kerabatnya racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya posisi mulut ikan yang terletak di ujung hidung ke arah dada posisi sirip perut ikan yang tepat di bawah sirip dada jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang bentuk ekor ikan yang berpinggiran tegak
superior
synapse
synonym
systema integumentum
tetrodotoxin
total length
truncate
171
truncus
bagian tubuh ikan mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur. lihat: arcus branchialis lihat: cartilage lihat: osteum nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan nama yang sah atau diakui. tingkatan takson di bawah subspesies, merupakan populasi beberapa biotipe dengan ciri-ciri morfologi yang jelas serta mempunyai daerah persebaran secara lokal yang tegas dalam daerah persebaran populasi jenisnya pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya ke arah perut bagian jantung yang berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat tunggal, menerima darah dari atrium nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu ikan. Biasanya nama lokal suatu jenis ikan di dalam suatu negara sangat bervariasi tergantung kepada banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut berfungsi sebagai alat hidrostatik pada ikan untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan kedalaman perairan otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka bentuk ekor ikan seperti baji
tulang lengkung insang tulang rawan tulang sejati valid scientific name
varietas
vena
venomous fishes
ventral ventrikel
vernacular name
vesica natatoria
voluntary muscle
wedge shape
172