Anda di halaman 1dari 183

Iktiologi

SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas


Ilmu

Kelautan

dan

Perikanan,

Universitas

Hasanuddin,

Makassar,

yang

mengambil mata kuliah Iktiologi. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum
mampu menjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Iktiologi. Namun
demikian,

bahan

ajar

ini

diharapkan

dapat

membantu

mahasiswa

untuk

mengetahui dasar-dasar pengetahuan yang berkenaan dengan ikan, sebagai


bahan kajian pokok dari Iktiologi, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan
pembelajaran di dalam ruang kuliah maupun di laboratorium.
Penulis

mengucapkan

terima

kasih

yang

sebesar-sebesarnya

kepada

Universitas Hasanuddin, khususnya para staf Pusat Kajian dan Pengembangan


Aktivitas Instruksional Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (PKPAI
LKPP),

karena

terbitnya

buku

ajar

ini

merupakan

bantuan

yang

diberikan

olehUniversitas Hasanuddin melalui Hibah Penulisan Buku Ajar Bagi Tenaga


Akademik Universitas Hasanuddin tahun 2011, sesuai dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan No. 61/H4.21.2.4/UM.16/2011. Penulis menyadari bahwa
bahan ajar ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis memohon kritikan yang dapat penulis gunakan
untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya, semoga bahan

ajar yang sederhana

ini dapat memberikan

manfaat bagi pemakainya.

Makassar, 25 Nopember 2011.


Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

halaman
vii
viii

I.

PENDAHULUAN

II.

IKAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
III.

IV.

V.

Sasaran Pembelajaran
Pengertian Iktiologi
Nomenklatur / Tata Nama
Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan
Jumlah Spesies Ikan
Distribusi Ikan
Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia
Sistem Klasifikasi Ikan
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

9
9
10
14
15
19
23
26
29
30

MORFOLOGI IKAN

32

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

32
32
34
38
43
48
50
55
55

Sasaran Pembelajaran
Bagian-bagian Tubuh Ikan
Bentuk-bentuk Tubuh Ikan
Kepala Ikan
Badan Ikan
Anggota Gerak
Ekor Ikan
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

MORFOMETRIK DAN MERISTIK

57

A.
B.
C.
D.
E.

57
57
64
71
72

Sasaran Pembelajaran
Morfometrik
Meristik
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

IDENTIFIKASI

74

A.
B.
C.
D.
E.
VI.

VII.

IX.

X.

halaman
74
74
79
79

ANATOMI IKAN

82

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

82
82
85
85
87
89

Sasaran Pembelajaran
Pengertian Anatomi
Prosedur Pembedahan
Istilah-istilah Anatomi
Gelembung Berenang
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka89

SISTEM INTEGUMEN
A.
B.
C.
D.
E.

VIII.

Sasaran Pembelajaran
Identifikasi
Catatan
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka79

Sasaran Pembelajaran
Kulit dan Derivat Kulit
Ikan Beracun
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

90
90
90
96
99
100

SISTEM ALAT GERAK

101

A.
B.
C.
D.
E.

101
101
109
111
111

Sasaran Pembelajaran
Otot atau Urat Daging Ikan
Sistem Rangka
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

SISTEM PENCERNAAN

116

A.
B.
C.
D.
E.

116
116
121
122
122

Sasaran Pembelajaran
Alat Pencernaan
Sistem Pencernaan
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

SISTEM PERNAPASAN

124

A.
B.
C.
D.
E.

124
124
126
128
128

Sasaran Pembelajaran
Organ Pernapasan
Organ Pernapasan Tambahan
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

vi

XI.

SISTEM PEREDARAN DARAH


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

XII.

XIII.

Sasaran Pembelajaran
Jantung
Darah
Saluran Pembuluh Darah
Limfa (Lien)
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

halaman
132
132
132
134
134
141
141
141

SISTEM UROGENITAL

143

A.
B.
C.
D.
E.

143
143
144
150
150

Sasaran Pembelajaran
Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi)
Sistem Genitalia (Sistem Kelamin)
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

SISTEM SARAF

151

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

151
151
151
152
157
158
158

Sasaran Pembelajaran
Sistem Saraf
Jenis-jenis Saraf
Otak
Saraf Cranial
Soal-soal Latihan
Daftar Pustaka

LAMPIRAN (Glosarium)

160

vi

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

2.

3.

halaman
Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal
tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012

Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran


mata kuliah Iktiologi

Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan


Genera

17

4.

Periode zaman dan umur bumi

23

5.

Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran


pada tubuh ikan

63

Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan

99

6.

Vii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

halaman

1.

Persentase komposisi spesies Vertebrata

16

2.

Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran


kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia

20

3.

Daerah distribusi ikan secara geografis

22

4.

Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah


paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah
Wallace (di antara garis Wallace dan garis Weber), dan
daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)

24

5.

Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi

33

6.

Bentuk-bentuk tubuh ikan

35

7.

Bentuk-bentuk tubuh kombinasi

37

8.

Tulang-tulang tambahan tutup insang

39

9.

Bentuk-bentuk mulut

40

10.

Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan

40

11.

Letak mulut ikan

42

12.

Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan

42

13.

Bentuk-bentuk sisik ikan

44

14.

Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan

46

15.

Beberapa ciri khusus pada badan ikan

47

16.

Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan

49

17.

Modifikasi sirip pada ikan

51

18.

Letak sirip perut pada tubuh ikan

52

19.

Tipe-tipe sirip ekor

52

20.

Bentuk morfologi ekor ikan

54

21.

Berbagai ukuran pada tubuh ikan

60

Ix

Nomor

halaman

22.

Berbagai ukuran pada kepala ikan

61

23.

Jari-jari sirip

65

24.

Jari-jari pokok dan jari-jari cabang

67

25.

Jumlah jari-jari pokok

67

26.

Perbedaan jari-jari pada sirip ikan

67

27.

Sisik di atas dan di bawah garis rusuk

70

28.

Sisik pada pipi

70

29.

Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes

83

30.

Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes

84

31.

Prosedur pembedahan tubuh ikan

86

32.

Berbagai posisi tubuh ikan

88

33.

Gelembung berenang

88

34.

Bagian-bagian sisik ikan

92

35.

Jenis-jenis sisik ikan

93

36.

Jari-jari sirip

95

37.

Penampang melintang otot ikan

103

38.

Tipe otot pada ikan

104

39.

Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes

105

40.

Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes

105

41.

Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes

106

42.

Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes

106

43.

Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes

107

44.

Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes

107

45.

Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan


Chondrichthyes

108
x

Nomor

halaman

46.

Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes

108

47.

Rangka ikan Teleostei tampak lateral

112

48.

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral

112

49.

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal

113

50

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral

113

51

Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal

114

52.

Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan

114

53.

Letak gigi pada ikan Osteichthyes

118

54.

Bentuk-bentuk gigi ikan

118

55.

Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard

119

56.

Alat pencernaan ikan omnivora

119

57.

Alat pencernaan ikan cucut

120

58.

Alat pernapasan pada larva

125

59.

Bagian-bagian insang ikan Teleostei

125

60.

Insang pada ikan herbivora dan carnivora

125

61.

Tulang penutup insang pada ikan Teleostei

127

62.

Celah insang pada ikan cucut

127

63.

Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)

129

64.

Organ arborescent pada ikan lele (Clarias batrachus)

129

65.

Diverticula pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus)

130

66.

Struktur jantung Osteichthyes

133

67.

Struktur jantung Chondrichthyes

133

68.

Sistem peredaran darah di bagian kepala ikan Osteichthyes

135

69.

Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kanan


ikan Osteichthyes

135
xi

Nomor
70.

halaman
Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kiri ikan
Osteichthyes

136

Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan


Osteichthyes

136

72.

Sistem peredaran darah pada ginjal ikan Osteichthyes

137

73.

Sistem peredaran darah pada insang ikan Chondrichthyes

137

74.

Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan


Chondrichthyes

138

Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan


Chondrichthyes

139

Sistem peredaran darah pada daerah ginjal ikan


Chondrichthyes

140

77.

Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes

146

78.

Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina

147

79.

Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan

149

80.

Cara pembedahan untuk melihat otak ikan

153

81.

Otak ikan Osteichthyes tampak samping

155

82.

Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral

83.

Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal

71.

75.

76.

155
156

xii

I. PENDAHULUAN

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (Prodi MSP) merupakan


salah satu di antara lima program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Makassar. Program Studi MSP
telah memperoleh status akreditasi B sesuai hasil pemeriksaan Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status akreditasi BAN tersebut terlampir
dalam
Sertifikat
No.
0239/Ak-II.1/UHCMZS/XII/1998
tertanggal
22
Desember
1998. Pada tanggal 17 April 2003, BAN-PT mengeluarkan Sertifikat Akreditasi No.
05374/Ak-VI-S1-007/UHCMZS/IV/2003 untuk Prodi MSP dengan status akreditasi
B. Selanjutnya, melalui Keputusan BAN-PT No. 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009,
Prodi MSP kembali memperoleh akreditasi B, yang berlaku hingga 19 Juni 2014.
Jumlah peminat Prodi MSP selama enam tahun terakhir cenderung
mengalami
penurunan,
yang
menunjukkan
keketatan
persaingan
melemah.
Namun demikian, jumlah yang diterima mengalami fluktuasi dalam kisaran yang
cukup sempit, yaitu 46 57 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, keketatan
persaingan peminat Prodi MSP tidak menjamin kualitas indeksprestasi kumulatif
(IPK) dan masa studi lulusan, tetapi keragaman daerah sekolah menengah asal
yang tinggi berpengaruh terhadap perbaikan IPK dan masa studi lulusan.
Untuk menjadi seorang sarjana Prodi MSP, total sks sesuai kurikulum yang
harus dilulusi oleh mahasiswa adalah 144 sks.
Jumlah sks tersebut dapat
diselesaikan dalam watu empat tahun (delapan semester) jika seorang mahasiswa
Prodi MSP memiliki indeks prestasi semester rata-rata 2,00 3,00, dan
mengambil 20 sks matakuliah setiap semester.
Selama lima tahun terakhir, total
mahasiswa baru yang diterima sebanyak
310 orang dan telah diluluskan 209 orang. Perincian masa studi lulusan tersebut
adalah: 1.8% lulus dengan masa studi dibawah 4 tahun, 43.1% dengan masa
studi sekitar 5 tahun, dan 58.9% dengan masa studi
diatas 5 tahun. Namun
demikian, masih terdapat sejumlah mahasiswa yang terdaftar secara aktif dan
telah melampaui target kurikulum Prodi MSP.
Iktiologi merupakan salah satu mata kuliah di FIKP Universitas Hasanuddin,
bernilai 3 sks, dan diberikan pada Semester Ketiga. Sebelumnya, mata kuliah ini
terbagi atas dua, yaitu mata kuliah Iktiologi Sistematik (3 sks) yang wajib diikuti
oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Kelautan, MSP, Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, dan Sosial Ekonomi Perikanan; dan mata kuliah Iktiologi Fungsional (3
sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi MSP dan Budidaya Perairan.
Sejak Semester Awal Tahun Akademik 2010/2011, mata kuliah ini wajib diberikan
kepada seluruh mahasiswa di FIKP. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi dua
tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel

1.

Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada


akademik 2010/2011 dan 2011/2012
Program studi
studi Awal 2010/2011
Ilmu Kelautan
33
Manajemen Sumberdaya Perairan
31
Budidaya Perairan
42
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
50
Sosial Ekonomi Perikanan
22
Jumlah
178

Semester

Awal

tahun

Awal 2011/2012
50
35
56
34
28
203

Pada Semester Awal 2010/2011, mahasiswa didistribusikan ke dalam


empat kelas paralel, dan masing-masing kelas diampu oleh dua orang dosen.
Oleh karena keterbatasan ruang perkuliahan akibat banyaknya jumlah mata kuliah
yang diberikan kepada mahasiswa FIKP pada Semester Awal 2011/2012, maka
jumlah kelas dikurangi menjadi tiga kelas paralel dan masing-masing kelas
diampu oleh tiga orang dosen. Setiap kelas berisi gabungan mahasiswa yang
berasal dari kelima program studi di FIKP. Untuk menambah wawasan mahasiswa
maka selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga diberikan kegiatan
praktikum di Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, FIKP.
Berdasarkan nilai akhir mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal
2010/2011, maka mahasiswa yang lulus di kelas A sebanyak 71.43%, di kelas B
89.19%, di kelas C 87.76%, dan di kelas D 68.59%. Distribusi nilai mahasiswa
yang memperoleh nilai A berkisar 4.08 10.81%, A berkisar 2.70 26.53%, B+
berkisar 2.13 22.45%, B berkisar 6.12 45.95%, B berkisar 4.08 20.41%, C+
berkisar 5.41 10.64%, C berkisar 2.70 25.53%, D berkisar 2.04 2.13%, dan
E berkisar 10.81 31.91%.
Sistem pembelajaran yang diterapkan di FIKP adalah sistem yang berbasis
student-centered learning atau SCL. Sistem ini telah berlangsung dengan baik di
FIKP berkat
ketersediaan
sarana pendukung yang cukup memadai. Namun,

akibat jumlah peserta yang cukup banyak pada setiap kelas (lebih dari 40 orang)
maka efektivitas proses pembelajaran menjadi berkurang. Oleh karena itu, agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif diperlukan sarana penunjang,
satu di antaranya adalah buku ajar. Buku ajar yang diberikan dapat menjadi salah
satu bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata
kuliah Iktiologi.
Adanya buku ajar Iktiologi dapat membantu mahasiswa untuk memahami
proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menambah wawasannya
terhadap Iktiologi. Keberadaan buku ajar Iktiologi
juga dapat menciptakan
interaksi yang lebih intens antara mahasiswa dan dosen sehingga proses
pembelajaran berlangsung lebih efektif. Materi yang tercantum di dalam buku ajar
disesuaikan
dengan
Garis-garis
Besar
Rencana
Pembelajaran
mata
kuliah
tersebut (Tabel 2).
Tabel 2.

Identitas dan Garis-garis Besar Rencana


Iktiologi

Pembelajaran mata kuliah

a. Identitas mata kuliah Iktiologi


1. Unit Kerja

2. Program Studi
3. Nama Mata kuliah
4. Kode Mata kuliah
5. Semester
6. Prasyarat dari Mata kuliah
7. Nama Dosen

:
:
:
:
:
:

8. Kategori Kompetensi

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,


Universitas Hasanuddin
Manajemen Sumberdaya Perairan
Iktiologi
202 L003
Ganjil (III)
Biologi Dasar
Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS
Prof. Dr. A. Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc.
Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA
Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si.
Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si.
Ir. Muh. Arifin Dahlan, MS
Ir. Suwarni, M.Si.
A. Aliah Hidayani, S.Si., M.Si.
Utama

b. Format Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi


1. Kompetensi utama:
a.
menguasai ilmu-ilmu dasar mengenai bioekologi perikanan
b. menguasai
prinsip-prinsip
dasar,
potensi,
nilai
ekonomi,
dan
masalahan sumberdaya perairan
2. Kompetensi pendukung:
a.
mampu membuat evaluasi efek aktivitas manusia dan alam terhadap
sumberdaya perairan
b. mampu
mengembangkan
strategi
dan
teknologi
pengelolaan
sumberdaya perairan
3. Kompetensi lainnya:
a.
mampu
membuat
dasar-dasar
perencanaan
program
pengelolaan
sumberdaya perairan
b. mampu menerapkan konsep dasar pelestarian dan restorasi fungsi
perairan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan secara
berkelanjutan (penekanan pada sea ranching).
4. Sasaran Belajar:
Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa memiliki wawasan tentang
ikan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistematika dan organ ikan

Minggu
Ke
1, 2,
dan 3

Sasaran Pembelajaran
Agar mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan
pengertian iktiologi, ikan,
sistematika, nomenklatur / tata
nama, kedudukan ikan di
dalam dunia hewan, jumlah
spesies ikan, distribusi ikan,
dan sistematika ikan

Agar mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan
bagian-bagian tubuh ikan,
bentuk-bentuk tubuh ikan,
bagian-bagian kepala ikan,
bagian-bagan badan ikan,
anggota gerak pada ikan, dan
bagian-bagian ekor ikan

Agar mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan
pengertian morfometrik
meristik
Agar mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan
cara-cara melakukan
identifikasi ikan berdasarkan
data morfometrik dan meristik,
cara-cara menyusun kunci
identifikasi serta cara-cara

Strategi
Kriteria Penilaian
Pembelajaran
Pengertian iktiologi
Ceramah dan Ketepatan dalam menyebutkan
diskusi
ruang lingkup iktiologi,
Nomenklatur /
nomenklatur, kedudukan ikan
Tatanama
dalam dunia hewan, jumlah
Kedudukan ikan
spesies ikan di dunia,
dalam dunia hewan
pengertian dan teori distribusi,
Jumlah spesies ikan
faktor-faktor penghalang
Distribusi ikan
distribusi, dan distribusi ikan di
Daerah distribusi ikanIndonesia
ikan di Indonesia
Sistem klasifikasi ikan

Materi Pembelajaran

Bobot
Nilai (%)
20

- Bagian-bagian tubuh
ikan
- Bentuk-bentuk tubuh
ikan
- Kepala ikan
- Badan ikan
- Anggota gerak
- Ekor ikan
- Morfometrik
- Meristik

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menyebutkan


bagian-bagian tubuh ikan,
bentuk-bentuk tubuh ikan,
bagian-bagian kepala ikan,
bagian-bagan badan ikan,
anggota gerak pada ikan, dan
bagian-bagian ekor ikan

10

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


pengertian morfometrik meristik

10

- Identifikasi
- Kunci identifikasi
- Hirarki taksonomi

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


cara-cara melakukan
identifikasi ikan berdasarkan
data morfometrik dan meristik,
cara-cara menyusun kunci
identifikasi serta cara-cara
menyusun hirarki taksonomi

10

Minggu
Ke

Sasaran Pembelajaran

Materi Pembelajaran

Strategi
Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Bobot
Nilai (%)

menyusun hirarki dari kategorikategori taksonomi.

7
8

10

11

UJIAN TENGAH SEMESTER


Agar mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan
beberapa istilah yang berkaitan
dengan anatomi dan cara-cara
melakukan pengamatan organ
dalam ikan (anatomi ikan)
Agar mahasiswa mampu
mengenali beberapa organ
kelengkapan tubuh yang
terdapat pada bagian
integumen, bagian-bagian dan
jenis-jenis sisik pada ikan,
serta menunjukkan posisi
derivat-derivat kulit lainnya
pada tubuh ikan.

- Istilah-istilah anatomi
- Gelembung berenang

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


pengertian beberapa istilah
yang berkaitan dengan anatomi
dan cara-cara melakukan
pengamatan organ dalam ikan

10

- Kulit
- Derivat-derivat kulit
- Ikan beracun

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam mengenali


beberapa organ kelengkapan
tubuh yang terdapat pada
bagian integumen, bagianbagian dan jenis-jenis sisik
pada ikan, serta menunjukkan
posisi derivat-derivat kulit
lainnya pada tubuh ikan.

Agar mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan
bagian-bagian dari sebuah urat
daging atau otot ikan, letak
urat daging, bagian-bagian dari
rangka ikan, serta letak dan
nama-nama tulang ikan
Agar mahasiswa mampu
mengenali dan mengetahui
posisi organ-organ pencernaan
beserta modifikasinya, fungsi

- Otot
- Sistem rangka

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


bagian-bagian dari sebuah urat
daging atau otot ikan, letak urat
daging, bagian-bagian dari
rangka ikan, serta letak dan
nama-nama tulang ikan

10

- Alat pencernaan
- Sistem pencernaan

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


fungsi organ-organ pencernaan
beserta modifikasinya serta
fungsi kelenjar pencernaan

Minggu
Ke

Sasaran Pembelajaran

Materi Pembelajaran

Strategi
Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Bobot
Nilai (%)

organ-organ pencernaan
beserta modifikasinya, serta
fungsi kelenjar pencernaan

12

13

14

15

16

Agar mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan
sistem pernapasan,serta
mengenali bagian-bagian dari
organ pernapasan dan alat
pernapasan tambahan.
Agar mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan
sistem peredaran darah serta
fungsi-fungsi bagian dari
jantung ikan
Agar mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan
sistem urogenital, mengenali
organ yang berperan dalam
ekskresi (ginjal) dan reproduksi
(gonad), serta menjelaskan
perbedaan antara gonad
jantan dan betina
Agar mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan
sistem saraf atau systema
nervorum serta mengenali otak
dan bagian-bagiannya

- Sistem pencernaan
- Organ pernapasan
- Alat pernapasan
tambahan

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


sistem pernapasan,serta
mengenali bagian-bagian dari
organ pernapasan dan alat
pernapasan tambahan.

- Sistem peredaran
- darah
- Jantung

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


sistem peredaran darah serta
fungsi-fungsi bagian dari
jantung ikan

- Sistem urogenital
- Ginjal
- Gonad

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


sistem urogenital, mengenali
organ yang berperan dalam
ekskresi (ginjal) dan reproduksi
(gonad), serta menjelaskan
perbedaan antara gonad jantan
dan betina

- Sistem saraf
- Otak

Ceramah dan
diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan


sistem saraf atau systema
nervorum serta mengenali otak
dan bagian-bagiannya

UJIAN AKHIR SEMESTER

DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi.
Periplus Editions Limited, Hong Kong.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey.
Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta.
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San
Francisco.

II. IKAN
A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

pengertian

iktiologi,

dan

menjelaskan

kedudukan

ikan

ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama


2. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

di

dalam dunia hewan


3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan
4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan

B. Pengertian Iktiologi
Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya
merupakan

cabang dari

Ilmu

Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam

arti

singkat berarti

yaitu

ichthyologia.

suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan.


Perkataan

iktiologi

berasal

dari

bahasa

Yunani,

Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian,
ichthyologi

(iktiologi)

adalah

suatu

ilmu

pengetahuan

yang

khusus

mempelajari

ikan dan dengan segala aspek kehidupannya.


Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor

tahun

1985

tentang

Perikanan

yang

ditetapkan

pada

tanggal

19

Juni

1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan
termasuk

biota

perairan

lainnya.

Tanggal

Oktober

2004

ditetapkan

Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I
Ketentuan

Umum,

Bagian

Kesatu,

Pasal

ayat

undang-undang

ini

tercantum

pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama
seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik
Indonesia

Nomor

Republik

Indonesia

45

tahun

Nomor

31

2009

tentang

tahun

2004

Perubahan
tentang

atas

Undang-undang

Perikanan

yang

ditetapkan

pada tanggal 29 Oktober 2009.


Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas,
yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga
karang

(filum

Coelenterata),

bulubabi, bintang laut,

dan

siput,

teripang

kerang,
(filum

dan

cumi-cumi

Echinodermata),

(filum

udang,

Moluska),

kepiting,

dan

rajungan
(kelas

(filum

Crustacea),

Mamalia).

Istilah

ini

bahkan
sering

penyu

dikenal

(kelas
sebagai

Reptilia),
ikan

duyung

menurut

dan

paus

undang-undang.

Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin
(poikilotherm),
badannya

hidup

dalam

terutama

menggunakan

lingkungan

menggunakan

insang.

Istilah

air,

sirip,

untuk

arti

pergerakan

dan

yang

dan

umumnya

kedua

ini

kesetimbangan

bernapas

dikenal

dengan

sebagai

ikan

secara taksonomi.
Kata
biasa

sistematika

digunakan

berasal

sebagai

dari

bahasa

suatu

cara

Latin,

atau

yaitu

systema.

sistem

untuk

Kata

systema

mengelompokkan

tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus
pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773.
Selain

istilah

sistematika,

bahasa Yunani, yaitu


Istilah

ini

diusulkan

juga

dikenal

istilah

taksonomi

yang

berasal

dari

taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum.


oleh

Candolle

pada

tahun

1813

yang

dimaksudkan

sebagai

teori mengklasifikasikan tumbuhan.


Berdasarkan
atau
ini,

taksonomi
baik

dalam

adalah

istilah

bidang

pengertian

yang

ilmu

yang

sistematika
klasifikasi

telah

disebutkan

digunakan

maupun

tumbuhan

istilah
dan

untuk

di

maka

sistematika

mengklasifikasikan

taksonomi,

hewan.

atas,

dipakai

Selanjutnya,

biota.

Saat

saling

bergantian

iktiologi

sistematika

dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman
ikan serta segala hubungan di antara mereka.
C. Nomenklatur / Tata-nama
Istilah

nomenklatur

berarti

pemberian

berasal

dari

bahasa

Latin,

yaitu

nomenklatural,

nama/tata-nama/penamaan.

Pada

umumnya

ada

tiga

yang
macam

sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu:


1.

Valid scientific name atau Scientific name:


adalah

nama

ilmiah

dari

suatu

binatang

dan

nama

ilmiah

ini

merupakan

nama yang sah atau diakui.


Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan
disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan.
Contoh:
Scientific name

Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758)

Synonym

Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933


10

Carassius chinensis Gronow, 1854


Carassius discolor Basilewsky, 1855
Scientific name

Sarda sarda (Bloch, 1793)

Synonym

Thynnus brachipterus Cuvier, 1829


Sarda pelamis (Brnnich, 1768)
Scomber palamitus Rafinesque, 1810

2.

Standard common name atau Common name:


adalah
atau

nama

ikan.

umum

Pada

yang

setiap

lazim

negara

digunakan
biasanya

untuk

memiliki

nama

sesuatu

nama-nama

binatang

umum

untuk

sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut.
Namun

demikian,

seluruh

dunia,

nama-nama
terutama

jika

umum

tersebut

sering

mempergunakan

pula

bahasa

berlaku

Inggris,

untuk

Perancis,

Jerman, Jepang, atau Hawaii.


Contoh:
Scientific name

Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788)

Common name

Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba,


Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto
Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela).
Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat,
Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada,
Selandia Baru).
Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia).

Scientific name

Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758

Common name

Common carp (di Australia, Amerika Serikat,


Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya,
Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka,
Taiwan, Uruguay, Uzbekistan).
Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss).
Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay).

3. Vernacular name atau Local common name:


adalah

nama

daerah

atau

nama

lokal

untuk

sesuatu

binatang

atau

ikan.

Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat

11

bervariasi.

Keanekaragaman

nama

lokal

ini

tergantung

kepada

banyak

tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut.


Contoh:
Nama umum (Indonesia) :

ikan mas, karper

Nama local

masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai

lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh


(Padang).
Nama umum (Indonesia) :

betok

Nama local

betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu

(Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyupuyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale
oseng (Bugis).
Sistim
dalam

penamaan

karyanya

modern

Systema

telah

dirintis

Naturae

(edisi

oleh

Carolus

sepuluh,

Linnaeus

1758).

(1707-1778),

Penamaan

ini

menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata
pertama

ditujukan

menunjukkan

untuk

sifat

umum

nama

genus

(jamaknya:

dari

binatang

tersebut.

huruf kapital atau huruf besar. Misalnya:


kedua

ditujukan untuk

nama

spesies

genera)
Kata

Atropus,

(jamaknya:

yang

ini

maksudnya

selalu

diawali

Barbonymus,

spesies)

untuk
dengan

Channa. Kata

yang menunjukkan sifat

khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata.
Dalam
saja

perkembangan

berkembang

menjadi

nomenklatur

sistim

trinial

selanjutnya,

atau

sistim

sistim

binomial

mungkin

dengan

memakai

penamaan

tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena
dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies.
Misalnya:

Cyprinus

carpio

carpio

belakang

nama

Linnaeus,

1758

dan

Auxis

thazard

thazard

(Lacepede, 1800).
Biasanya

di

nama

penemunya.

name.

Nama

yang

Nama

tersebut

author bukanlah

bertanggung

jawab

atau

ilmiah
dikenal

dari

sesuatu

sebagai

ikan,

authority name

tetapi

ditulis

secara

atau

merupakan suatu hadiah, melainkan


merupakan

keterangan

tambahan

deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama


disingkat,

dicantumkan

lengkap, kecuali

bagi

pula

descriptor

nama orang
untuk

tempat

author tersebut tidak

nama author

yang

sudah

12

terkenal

atau

mempunyai

ketentuan

lain

untuk

mempermudah

penulisan

saja.

Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal
dari

nama

Linnaeus;

serta

Ctenopharyngodon

idellus

(C.V.)

yang

merupakan

singkatan dari Cuvier dan Valenciennes.


Apabila

suatu

spesies

dipindahkan

ke

dalam

suatu

genus

yang

berbeda

dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli
ditulis

dalam

kurung.

Misalnya:

Cheilopogon

katoptron

(Bleeker),

Clarias

batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang
menerangkan

satu

spesies

baru,

kemudian

menghubungkan

pada

genus

yang

salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera,
sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi
diberi tanda kurung (

).

Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah
itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali
dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu

spesies ikan terbang adalah

Cypselurus

sebuah

ilmiah

poecilopterus

yang

sama

mendeskripsikan
name)

tetapi

lebih

sedangkan

(Valenciennes,
berbeda

awal

persamaan).

Sebagai

Scatophagus

multifasciatus

nama

dinyatakan

deskripsi

yang

contoh,

1846).

author,

sebagai

belakangan

nama

ilmiah

Richardson,

Jika

1844,

ikan

maka

nama

dianggap

memiliki

nama

author

ilmiah
sebagai

ikan

kiper

dan

nama

nama

(valid

scientific

synonym

yang

yang

(nama

sah

adalah

persamaannya

adalah

Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855.


Pada bagian belakang dari nama genus atau genera,

sering pula ditrulis

suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan sp. artinya jika satu jenis ikan
belum

diketahui

spesiesnya

dengan

tepat

atau

analisanya

belum

lengkap.

Arti

spp. adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi
nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap.
Seringkali

ditemukan

pustaka

yang

mencantumkan

nama

ikan

dan

diikuti

dengan

tulisan n.gen. dan n.sp., yang merupakan singkatan dari new genus dan new
species. Hal ini menunjukkan
yang

baru.

Sebagai

contoh

bahwa ikan tersebut

misalnya ikan

termasuk spesies dan genus

Celestichthys

margaritatus

n.gen.,

n.sp.

yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).

13

D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan


Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas,
dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan
atas

dua

subkingdom,

yaitu

Protozoa

(unicellulair

animals)

dan

Metazoa

(multicellulair animals atau tissue animals).


Subkingdom
Chordata.

Ciri

Metazoa

khas

filum

terdiri

atas

Chordata

21

fila,

satu

di

antaranya

antara

lain

mempunyai

chorda

adalah

filum

dorsalis

atau

batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi
lima subfila, yaitu:
Grup A. Acrania
Subfilum:

Hemichordata

Subfilum:

Urochordata (Tunicata)

Kelas:

Larvacea / Appendicularia

Kelas:

Ascidiacea

Kelas:

Thaliacea

Subfilum:

Cephalochordata

Grup B. Craniata atau Vertebrata


Subfilum:

Agnatha (vertebrata tanpa rahang)

Kelas:

Ostracodermi (sudah punah)

Kelas:

Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina


(Lamprey dan hagfishes)

Subfilum:
Superkelas:

Gnathostomata (vertebrata yang berahang)


Pisces

Kelas:

Placodermi (sudah punah)

Kelas:

Chondrichthyes (ikan bertulang rawan)

Kelas:

Osteichthyes (ikan bertulang sejati)

Superkelas:

Tetrapoda

Kelas:

Amphibia

Kelas:

Reptilia

Kelas:

Aves

Kelas:

Mammalia

Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3
juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500

14

spesies),

Placozoa

spesies),

Acoela

spesies),

Ectoprocta

(1100
500

spesies),
000

(4500

Moluska

berdasarkan

spesies),

data

molekuler,

Cephalochordata

Petromyzontida
(ikan

sejati),

spesies),

Chordata

Recce

et

al.

(2011),

spesies),

Priapula

(16

Nematoda

(25

filogeni

filum

Myxini

Chordata

(hagfishes),

rawan),

(lungfishes),

spesies),

Secara

membedakan

bertulang

Dipnoi

(16

(7000

spesies),

(1800

Annelida

spesies),

(tunicata),

(ikan

(coelacanth),

Acanthocephala

spesies),

000

Urochordata

Chondrichthyes

spesies),

Echinodermata

(52

(100

Rotifera

(10
(800

Ctenophora

spesies),

(900

Loricifera

dan

Actinistia

000
(335

Tardigrada

000

(lancelets),

(lamprey),

bersirip

000

(20

spesies),

Nemertea

spesies),

spesies),

(1

000

Brachiopoda

spesies),

000

Arthropoda
(85

(1

(110

(10

Platyhelminthes

spesies),

(93

Onychophora

Hemichordata

Cnidaria

spesies),

Cycliophora

spesies),

atas:

spesies),

(400

spesies),
spesies),

(1

Actinopterygii

Amphibia,

Reptilia

(termasuk burung), dan Mammalia.


Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven
dan

membagi

Cnidaria,

dunia

hewan

Ctenophora,

Platyhelminthes,
Nemertea,

Brachiopoda,

Chaetognatha,

ini,

Chordata

Cephalochordata,

dan

(hagfishes,

Chondrichthyes
fishes,

30

Bryozoa

dibedakan
Vertebrata.

30

spesies),

spesies),

fila.

Fila

tersebut

Micrognathozoa,

Nematoda,

atas

dan

Selanjutnya,

Sarcopterygii

spesies),

(lobe-finned

Di

subfila,

subfilum

750

Cycliophora,
Moluska,

Tardigrada,

Arthropoda,

dalam

yaitu

terdiri

(lamprey,

35

Actinopterygii

fishes,

klasifikasi

Urochordata,

Vertebrata

Cephalaspidomorphy

fishes,

Porifera,

Annelida,

Chordata,

tiga

adalah:

Rotifera,

(Ectoprocta),

Echinodermata,

(cartilaginous

000

22

Kinorhyncha,

Onychophora,

Myxini

dalam

Acoela,

Loricifera,

filum

ke

et al. (2011)

atas:

spesies),
(ray-finned

spesies),

Amphibia,

Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.

E. Jumlah Spesies Ikan


Jumlah
jumlah

spesies/jenis

spesies hewan

ikan

adalah

yang

vertebrata lainnya.

terbanyak

Menurut

Lagler

spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar

jika

dibandingkan
et

al.

dengan

(1977), jumlah

15 000 17 000 jenis,

dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler
et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces
20

000

spesies

(48,1%),

Aves

8600

spesies

(20,7%),

Reptilia

6000

spesies

(14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%).
15

Gambar 1. Persentase komposisi spesies Vertebrata (Lagler et al., 1977)

16

Menurut

taksiran

Nelson

4032 genera, dan 18 818


tawar).

Ordo-ordo

Ceratodiformes,
formes,

yang

seluruhnya

Cypriniformes,

Jumlah

pertambahan

yaitu

hidup

terbagi

di

air

menjadi

723

ordo,

antara

lain:

Semionotiformes,
Polypteryformes,

tersebut
21

46

merupakan

tawar,

Indostomiformes,

ikan

atas

di antaranya

Percopsiformes,

spesies

waktu,

Pisces

spesies (6851

Osteoglossiformes,

formes.

(1976),

meningkat
spesies

445

famili,

spesies air
Amiiformes,
Lepidosireni-

dan

terus

dalam

450

Mormyri-

seiring

dengan

famili

(Nelson,

1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir
(Nelson,

2006)

menunjukkan

saat

ini

terdapat

27

977

spesies

yang

termasuk

dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah
diketahui

saat

dikemukakan
gabungan

ini

oleh

adalah
Nelson

Vertebrata

54
(2006)

lainnya

771
jauh

spesies
lebih

(Tetrapoda),

dan
banyak

yaitu

27

jumlah

spesies

ikan

yang

dibandingkan

jumlah

977

berbanding

spesies

spesies
26

734 spesies.

Tabel

3.

Distribusi

jumlah

spesies

ikan

berdasarkan

ordo,

famili

dan

genera

(Nelson, 2006)

17

Tabel 3. Lanjutan

18

Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah
spesies
atau

lebih

sekitar

(6106

dari
33%

spesies)

Cyprinidae,
Labridae,

400,

dengan

dari

seluruh

merupakan

Gobiidae,
dan

jumlah

total

seluruhnya

spesies

ikan.

Sekitar

spesies

Cichlidae,

Scorpaenidae.

air

tawar.

Characidae,

Lebih

lanjut

mencapai

66%

Kesembilan
Loricariidae,

pada

dari
famili

9302

spesies

spesies

tersebut

tersebut

Balitoridae,

klasifikasi

yang

adalah

Serranidae,

terakhir

terdapat

64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies,
dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya
memiliki lebih dari 1000 spesies.
Ikan

terkecil

yang

pernah

diketemukan

adalah

Paedocypris

progenetica

Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di
perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan
betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm
(Kottelat

et

al.,

2006).

Ikan

Photocorynus

spiniceps

anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut

Regan,

1925

merupakan

dalam. Ikan jantan matang

kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang
memiliki

panjang

tubuh

46

mm

(Pietsch,

2005).

Ikan

Schindleria

brevipinguis

Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di
Great

Barrier

Reef,

Australia

(Gambar

2).

Ikan

betina

matang

kelamin

pada

ukuran panjang 7 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 7 mm.
Spesimen

terbesar

(Watson

dan

cucut

Rhincodon

yang

Walker,

pernah

2004).

typus

ditemukan

Ikan
Simth,

terbesar
1828

memiliki
yang

(whale

panjang

pernah
shark)

tubuh

didapatkan
yang

8,4

mm

adalah

ikan

mempunyai

ukuran

panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al.,
2011).

Ikan

ocean

sunfish

bertulang
yang

sejati

terbesar

adalah

Mola

memiliki

panjang

tubuh

suatu

peristiwa

penyebaran

3,3

mola

dan

(Linnaeus,
bobot

1758)

tubuh

atau

2300

kg

(Summers, 2007).

F. Distribusi Ikan
Distribusi

adalah

organisme

pada

suatu

tempat

dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan
Usinger

(1957)

membedakan

distribusi

binatang

sebagai

berikut:

distribusi

geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.

19

Gambar

2.

Ikan

Schindleria

brevipinguis, kerabat

ikan

gobi berukuran

kecil yang

ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)

20

1.

Distribusi geografis:
adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut
diketemukan.

Berdasarkan

distribusi

geografis,

Bond

(1979)

menyatakan

ada

enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu:
a.

Australian:

meliputi

Australia,

Selandia

Baru,

Papua

Nugini,

dan

beberapa pulau di Samudera Atlantik.


b.

Oriental:

meliputi

Srilanka,

Asia

Malaysia,

Selatan

dari

Sumatera,

Himalaya,

Kalimantan,

antara

Jawa,

lain

India,

Sulawesi,

dan

Filipina.
c.

Neotropical:

meliputi

daerah

Amerika

Selatan

dan

Amerika

Tengah,

Pasir

Sahara,

Dataran Mexico, dan Hindia Barat.


d.

Ethiopian:

meliputi

Afrika,

termasuk

Gurun

Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya.


e.

Nearctic:

meliputi

daerah

Amerika

daerah

Eurasia

Utara,

Dataran

Tinggi

Mexico

sampai ke Greenland.
f.

Palearctic:

meliputi

Himalaya,

Afghanistan,

Persia,

menuju

dan

ke

Afrika

Selatan
bagian

sampai
Utara

ke
Gurun

Sahara.

2.

Distribusi ekologis:
adalah

persebaran

lingkungan

(habitat)

hewan

tersebut

hutan,

padang

termasuk

hewan

spesies
di

dapat

mana

yang

mereka

berada.

digolongkan

rumput,
air,

hewan

dan

antara

padang

sehingga

Secara

lain:

pasir.

distribusi

berhubungan

habitat

Berkaitan

ekologisnya

dengan

keadan

ekologis,

distribusi

air

laut,

dengan
terbatas

air

tawar,

hal

ini,

ikan

pada

air,

baik

air tawar maupun air laut.

3.

Distribusi geologis:
merupakan
waktu

atau

diketemukan.

distribusi
zaman

suatu
dan

Pembagian

spesies
periode

zaman

organisme

umur
dan

bumi

periode

yang
di
umur

berhubungan

mana
bumi

spesies

dengan

hewan

secara

itu

geologis

dapat dilihat pada Tabel 4.

21

Gambar 3. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)

22

Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)

Ikan
hidup

pada

lalu)

adalah

yang

pertama

zaman
ikan

kali

Paleozoic

hadir

di

periode

Ostracodermis.

atas

permukaan

Ordovician

Spesies

ikan

bumi

dan

diperkirakan

400

juta

tahun

(kira-kira

yang

ada

yang

sekarang

ini

terdapat

Indonesia

diperkirakan

sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).

G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia


Jumlah

spesies

ikan

yang

mendiami

perairan

di

kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian
Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan
de

Beaufort,

serta

hasil

penelitian

zoogeografi

Molengraff

dan

Weber

(1919),

pada

zaman

dahulu

daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut:


1.

Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat)


Paparan
(Gambar
Sumatera,

Sunda
4).

merupakan
Hal

Jawa,

ini

dan

bagian

dari

menyebabkan
Kalimantan,

benua
ikan-ikan

sangat

mirip

Asia
yang
dengan

terdapat
ikan

di

yang

Pulau
berasal

dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.

23

Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan


Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara
garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan
Sahul (di
sebelah timur garis Weber)

24

Ikan
di

air

tawar

ketiga

perairan

yang

pulau
di

terdapat

tersebut,

ketiga

di

rawa-rawa,

kira-kira

pulau

tersebut

sungai-sungai,

sebanyak
dihuni

500

oleh

dan

spesies.

jenis-jenis

danau-danau,

Pada

ikan

umumnya

karnivor

dan

omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor.


Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais
(Kryptopterus
(Pangasius
rendah

spp.),
spp.),

dan

antara

(Leptobarbus
penghuni

gabus

belida

lain

dihuni

spp.),

daerah

(Channa

dan

jambal

(Notopterus
oleh:

hampal

rawa-rawa

spp.),

antara

spp.).

nilem
(Hampala

lain:

(Wallago

patin

Perairan

sungai

dataran

(Osteochillus

spp.),

jelawat

spp.).

sepat

spp.),

Sebaliknya,

(Trichogaster

ikan-ikan

spp.),

tambakan

(Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m)
antara

lain

adalah

(Labeobarbus

spp.),

ikan

arengan

namun

ikan-ikan

(Labeo
ini

tidak

spp.)

dan

ikan

suka

hidup

sengkaring

bersama

dengan

jenis-jenis ikan lainnya.

2.

Ikan-ikan daerah Wallacea


Daerah

Wallacea

meliputi

daerah

Nusa

Tenggara

ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak


dan

ikan-ikan

pemakan

epifit

(famili

dan

Sulawesi.

Spesies

terdapat ikan-ikan herbivor

Cyprinidae),

demikian

juga

ikan-ikan

karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla
spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).

3.

Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat)


Spesies
yang

ikan belum

dilakukan

berdasarkan
terbatas

di

hasil

pada

banyak
daerah

diketahui karena
ini.

penelitian

daerah

Spesies

ikan

Hardenberg

pesisir

Irian

belum

Jaya,

pada

yang

begitu

diketahui

tahun

sebagian

banyak
di

1950,
besar

penelitian
daerah

ini

dan

hanya

termasuk

dalam

famili Gobiidae dan Siluridae

Walaupun
bahwa

ketiga

berdasarkan
daerah

tersebut

hasil-hasil

penelitian

masing-masing

tersebut

mempunyai

di

atas

penghuni

diketahui

yang

khas,

akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja

25

terjadi.

Hal

ini

terjadi

karena

adanya

campur

tangan

manusia

atau

oleh

faktor

distribusi lainnya.

H. Sistem Klasifikasi Ikan


Saat
klasifikasi

ini

telah

tersebut

banyak

memiliki

dipublikasikan
perbedaan

sistem

dan

klasifikasi

persamaan

ikan.

antara

Sistem-sistem

satu

dan

yang

lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai
kategori,
dalam

perbedaan
penentuan

perincian
dasar

di

dalam

penamaan,

kategori

dan

yang

sama,

perbedaan

perbedaan

penggolongan

di

ciri-ciri
dalam

kategori (Sjafei et al., 1989).


Setiap
sistematika
berasal

dari

sistem

klasifikasi

biasanya

ikan

memiliki

kawasan

yang

yang

telah

pengikut.

sama

dikemukakan

Pengikut-pengikut

dengan

ahli

oleh

seorang

ahli

tersebut

tidak

saja

berasal

dari

tersebut, tetapi

juga

kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik,


sistem

klasifikasi

direvisi

oleh

ikan

Sunier,

yang

sering

Weeber

dan

digunakan
de

adalah

Beaufort.

sistem

Beberapa

Bleeker

sistem

yang

klasifikasi

telah
ikan

yang pernah digunakan antara lain yaitu:


1. Sistem

Boulenger,

digunakan

di

Inggris

dan

bekas

jajahannya,

selain

bekas

jajahannya,

selain

penggunaan sistem J. R. Norman.


2. Sistem

Schultz,

digunakan

di

Jerman

dan

penggunaan sistem Bleeker.


3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D.
S. Berg dan sistem Jordan.
4. Sistem

Bleeker,

digunakan

di

Belanda,

Belgia,

Perancis,

dan

bekas

jajahannya.
5. Sistem

Ian

S.

R. Munro,

digunakan

di

Sri

Lanka,

merupakan

modifikasi

sistem L. S. Berg.
6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand.
7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia.
Perbedaan

jumlah

hirarki

kategori

pada

beberapa

sistem

klasifikasi

ikan

yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler

et al.

(1977),

sistem

Saanin

(1984),

dan

Sjafei

et

al.

(1989).

Berikut

ini

diberikan

klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti

26

tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem

klasifikasi Lagler

et al. (1977). Di

dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad.

1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi


Kelas

Pisces
Subkelas

Elasmobranchii

Ordo

Hatoidei

Ordo

Selachii

Subkelas

Chondrostei

Subkelas

Dipnoi

Subkelas

Teleostei

Ordo

Allotriognathi

Ordo

Anacanthini

Ordo

Apodes

Ordo

Berycomorphi

Ordo

Blennoidea

Ordo

Discocephali

Ordo

Gobioidea

Ordo

Heteromi

Ordo

Heterosomata

Ordo

Hypostomides

Ordo

Labyrinthici

Ordo

Malacopterygii

Ordo

Microcyprini

Ordo

Myctophoidea

Ordo

Ophistomi

Ordo

Ostariophysi

Ordo

Pediculati

Ordo

Percesoces

Ordo

Percomorphi

Ordo

Plectognathi

Ordo

Scleroparei

Ordo

Solenichthys

Ordo

Synbranchoidea

27

Ordo

Sypnentognathi

Ordo

Xenopterygii

2. Sistem klasifikasi Lagler et al.


Golongan

Agnatha (tidak memiliki rahang bawah)

Kelas

Cephalaspidomorphi
Subkelas

Cyclostomata

Ordo

Myxiniformes

Ordo

Petromyzontiformes

Golongan

Gnathostomata (memiliki rahang bawah)

Kelas

Chondrichthyes
Subkelas
Ordo
Subkelas

Holocephali
Chimaeriformes
Elasmobranchii (Selachii)

Ordo

Heterodontiformes

Ordo

Hexanchiformes

Ordo

Pristiophoriformes

Ordo

Rajiformes (Batoidei)

Ordo

Squaliformes

Kelas

Osteichthyes
Subkelas
Ordo
Subkelas
Ordo
Subkelas

Crossopterygii
Coelacanthiformes
Dipnoi
Dipteriformes
Actinopterygii

Ordo

Acipenceriformes

Ordo

Amiiformes

Ordo

Anguilliformes

Ordo

Beloniformes

Ordo

Beryciformes

Ordo

Cetomiformes

Ordo

Clupeiformes

Ordo

Cypriniformes (Ostariophysi)

Ordo

Cyprinodontiformes
28

Ordo

Dactylopteryformes

Ordo

Elopiformes

Ordo

Gadiformes (Anacanthini)

Ordo

Gasterosteiformes

Ordo

Gobiesociformes

Ordo

Gonarynchiformes

Ordo

Lampridiformes

Ordo

Lepisosteiformes

Ordo

Lophiiformes

Ordo

Mastacembeliformes

Ordo

Mugiliformes

Ordo

Myctophiformes

Ordo

Notacanthiformes (Heteromi)

Ordo

Osteoglossiformes

Ordo

Pegasiformes

Ordo

Perciformes

Ordo

Percopsiformes (Salmopercae)

Ordo

Pleuronectiformes

Ordo

Polypteriformes

Ordo

Salmoniformes

Ordo

Scorpaeniformes

Ordo

Synbranchiformes

Ordo

Tetraodontiformes

Ordo

Zeiformes

I. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit tugas berikut ini.


1. Carilah

deskripsi

ikan-ikan

yang

berasal

dari

perairan

Indonesia

sepuluh

tahun terakhir ini.


2. Apa

sebabnya

ikan-ikan

yang

berada

di

perairan

sebelah

timur

Indonesia

agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?

29

J. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk


Departemen
Biologi
Perairan.
Fakultas
Perikanan.
Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Identifikasi Ikan.
Institut
Pertanian

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus
Editions Limited,
Hong Kong.
Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus
of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable
sexual dimorphism,
comprises the worlds smallest vertebrate, Proceedings of the Royal
Society of London B 273, 895-899;
Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Ichthyology.

Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p.
Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons,
New York. 523 p.
Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New
York. 600 p.
Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc.
New York. 601 p.
Pietsch,

T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited:


reproduction
among
deep-sea
ceratioid
anglerfishes
Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236;

Rahardjo,

M.F.
1980.
Ichthyologi.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Raven,

Biologi

Perairan.

modes of
(Teleostei:

Fakultas

P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos,


and S.R. Singer.
Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.

2011.

30

Recce,

J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman,


P.V. Minorsky, and R.B.
Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings,
Boston. 1472 p.

Roberts, T.R. 2007. The celestial pearl danio, a


new genus and species of
colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The
Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140.
Rohner,

C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J.,
2011, How large is the worlds largest fish? Measuring whale sharks,
Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78:
378-385.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran
Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Storer,

T.J. and R.L. Usinger.


Company, Inc., New York.

1957.

General

Zoology.

McGraw

Hill

Book

Summers, A., March 2007, No bones about em. Natural History 116(2): 36-37.

Watson,

W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The worlds smallest vertebrate,
Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family
Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum
56: 139-142

31

III. MORFOLOGI IKAN

A. Sasaran Pembelajaran
1.

Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bentuk-bentuk

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagan

tubuh ikan
2.

Agar

mahasiswa

tubuh ikan
3.

Agar

mahasiswa

kepala ikan
4.

Agar

mahasiswa

badan ikan
5.

Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

anggota

gerak

pada ikan
6.

Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

ekor ikan
B. Bagian-bagian Tubuh Ikan
Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu:
1.

Caput:

bagian

kepala,

yaitu

mulai

dari

ujung

moncong

terdepan

sampai

dengan ujung tutup insang paling belakang.


Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut,
hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.
2.

Truncus:

bagian badan,

yaitu mulai

dari ujung

tutup

insang bagian

belakang

sampai dengan permulaan sirip dubur.


Pada

bagian

organ-organ

badan
dalam

terdapat
seperti

sirip

hati,

punggung,

empedu,

sirip

dada,

sirip

perut,

lambung,

usus,

gonad,

serta

gelembung

renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.


3.

Cauda:

bagian

ekor,

yaitu

mulai

dari

permulaan

sirip

dubur

sampai

dengan

ujung sirip ekor bagian paling belakang.


Pada

bagian

ekor

terdapat

anus,

sirip

dubur,

sirip

ekor,

dan

kadang-kadang

juga terdapat scute dan finlet.


Bagian

tubuh

ikan

mempunyai

ukuran

yang

sangat

bervariasi.

Ukuran

bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat

32

Gambar 5. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)

33

pendek,

sirip

dubur

sangat

panjang,

dan

permulaan

sirip

dubur

tidak

jauh

dari

bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang.
C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka
hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang
berarti jika ikan tersebut dibelah

pada bagian tengah-tengah tubuhnya

(potongan

sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi
kiri.

Selain

bilateral,

itu,

yang

ada

beberapa

mana

jika

jenis

tubuh

ikan

ikan

yang

tersebut

mempunyai
dibelah

bentuk

secara

non-simetris

melintang

(cross

section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya
pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah
(Cynoglossus bilineatus (Lacepde, 1802)).
Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6):
1.

Fusiform

atau

sangat

stream-line

banyak

bentuk

hambatan.

sedangkan

panjang

torpedo

(bentuk

cerutu),

untuk

bergerak

dalam

Tinggi

tubuh

hampir

tubuh

beberapa

kali

yaitu

suatu

medium

sama

tinggi

suatu

bentuk

tanpa

dengan

tubuh.

Bentuk

yang

mengalami

lebar

tubuh,

tubuh

hampir

meruncing pada kedua bagian ujung.


Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816)

2.

kembung lelaki

Euthynnus affinis (Cantor, 1849)

tongkol

Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758)

cakalang

Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi
badan

jauh

lebih

besar

bila

dibandingkan

dengan

tebal

ke

samping

(lebar

tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh.


Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829

3.

Gazza minuta (Bloch, 1795)

peperek bondolan

Parastromateus niger (Bloch, 1795)

bawal hitam

Depressed
badan

kapas-kapas

jauh

atau

picak,

lebih

kecil

yaitu
bila

bentuk

tubuh

dibandingkan

yang
dengan

gepeng

ke

bawah.

tebal

ke

arah

Tinggi
samping

badan (lebar tubuh).


Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskl, 1775)

pare kekeh

Himantura uarnak (Gmelin, 1789)

pare totol

Pastinachus sephen (Forsskl, 1775)

pare kelapa
34

Gambar

6.

Bentuk-bentuk
tubuh
ikan.
A.
Fusiform;
B.
Compressed;
C.
Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform;
H. Globiform (Bond, 1979)

35

4.

Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan
yang

memanjang

dengan

penampang

lintang

yang

agak

silindris

dan

kecil

tubuh

yang

menyerupai

anak

yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai

bola.

serta pada bagian ujung meruncing/tipis.


Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856

5.

sidat

Monopterus albus (Zuiew, 1793)

belut

Plotosus canius Hamilton, 1822

sembilang

Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali.
Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish
Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848

6.

Taeniform

atau

flatted-form

atau

bentuk

snipe eel
pita,

yaitu

bentuk

memanjang dan tipis menyerupai pita.


Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992

ikan layur

Pholis laeta (Cope, 1873)


7.

Sagittiform

atau

bentuk

panah,

yaitu

bentuk

tubuh

yang

panah.
Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758
8.

Globiform atau

bentuk bola,

pike

Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758

buntal landak

Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758


9.

Ostraciform

atau

bentuk

kotak,

yaitu

lumpfish
bentuk

tubuh

ikan

yang

menyerupai

kotak.
Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989

hairy puffer

Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789)


Tidak

semua

ikan

mempunyai

bentuk

toadfish
tubuh

sebagaimana

yang

telah

disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda,
misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae,
ikan

sapi

Acanthostracion

tangkur

kuda

Hippocampus

Bentuk

tubuh

ikan

golongan

lele

dan

beberapa

bentuk

quadriformis
kuda

Ictalurus
Clarias
tubuh,

Bleeker,

punctatus

batrachus
yaitu

(Linnaeus,
1852

(famili

(Rafinesque,

(Linnaeus,

bagian

1758)(famili

kepala

ikan

Syngnathidae)(Gambar

1818)

1758)

Ostraciidae),

dari

merupakan

berbentuk

picak,

famili

7).

Ictaluridae

kombinasi
bagian

dari

badan

berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C).


36

Gambar

7.

Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili


Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan
Tangkur kuda)(Bond, 1979)

37

D. Kepala Ikan
Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagianbagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1.

Tulang-tulang tambahan tutup insang.


Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus
opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari:
-

Os

operculare,

berupa

tulang

yang

paling

besar

dan

letaknya

paling

dorsal.
-

Os

preoperculare,

berupa

tulang

sempit

yang

melengkung

seperti

sabit

dan terletak di depan sekali.


-

Os

interoperculare,

juga

merupakan

tulang

yang

sempit

dan

terletak

di

antara os operculare dan os preoperculare.


-

Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.

Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis
yang

menutupi

Membrana

ini

tulang-tulang
diperkuat

di

oleh

atasnya,

radii

disebut

branchiostega

membrana
yaitu

branchiostega.

berupa

tulang-tulang

kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx.


2.

Bentuk mulut.
Ada

berbagai

macam

bentuk

mulut

ikan

dan

hal

tersebut

berkaitan

erat

dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan
atas (Gambar 9):
-

Bentuk

tabung

(tube

like),

misalnya

pada

ikan

tangkur

kuda

(Hippocampus histrix Kaup, 1856)


-

Bentuk

paruh

(beak

like),

misalnya

pada

ikan

julung-julung

(Hemirhamphus far (Forsskl, 1775))


-

Bentuk

gergaji

(saw

like)

misalnya

pada

ikan

cucut

gergaji

(Pristis

microdon Latham, 1794)


-

Bentuk

terompet,

misalnya

pada

Campylomormyrus

elephas

(Boulenger,

1898)
Berdasarkan

dapat

tidaknya

mulut

ikan

tersebut

disembulkan,

maka

bentuk

mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):

38

Gambar 8. Tulang-tulang tambahan tutup insang (Andy Omar, 1987)

Gambar 9. Bentuk-bentuk mulut (Afandi et al., 1992)

39

Gambar 10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan (Affandi et al., 1992)

40

Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio
carpio Linnaeus, 1758)

Mulut

yang

tidak

dapat

disembulkan,

misalnya

pada

ikan

lele

(Clarias

batrachus (Linnaeus, 1758))


3.

Letak mulut.
Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11):
-

Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan
pare kembang (Neotrygon kuhlii (Mller & Henle, 1841)) dan ikan cucut
(Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).

Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah,
misalnya

pada

ikan

kuro/senangin

(Eleutheronema

tetradactylum

(Shaw,

1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)).


-

Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan
tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio
carpio Linnaeus, 1758).

Superior,

yaitu

julung-julung

mulut

yang

terletak

(Hemirhamphus

far

di

atas

hidung,

misalnya

(Forsskl,

1775))

dan

ikan

peraba

dalam

mencari

pada
kasih

ikan
madu

(Kurtus indicus Bloch, 1786).


4.

Letak sungut.
Sungut

ikan

umumnya
hari

berfungsi

terdapat

(nokturnal)

Ikan-ikan
canius

pada

atau

yang

sebagai

Hamilton,

ikan-ikan

ikan-ikan

memiliki
1822),

alat
yang

sungut
ikan

yang
aktif

antara
lele

aktif

mencari

mencari

lain

(Clarias

makan

makan

adalah

ikan

batrachus

makanan

di

pada

dan

malam

dasar

perairan.

sembilang

(Plotosus

(Linnaeus,

1758)),

dan

ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).


Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan
jumlah
sudut

sungut
mulut,

berbeda-beda.
dan

Ada

yang

sebagainya.

terletak

Bentuk

pada

hidung,

sungut

dapat

bibir,

berupa

dagu,
rambut,

pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki
satu

lembar

sungut,

satu

pasang,

dua

pasang,

atau

beberapa

pasang

(Gambar 12).

41

Gambar 11. Letak mulut ikan (Bond, 1979)

Gambar 12. Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan (Affandi et al. 1992)

42

E. Badan Ikan
Seluruh

badan

ikan

umumnya

mempunyai

sisik

(squama).

juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka


atau

squama

membentuk

pada ikan tangkur kuda

rangka

luar

terutama

(Hippocampus

pada

Sisik

disebut

luar (exoskeleton). Sisik


ikan-ikan

primitif,

misalnya

histrix Kaup, 1856.) yang memiliki sisik

sangat keras.
Sisik

yang

sangat

fleksibel

ditemukan

pada

ikan-ikan

moderen.

Ikan-ikan

yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari
famili

Ictaluridae,

Petromyzontidae,

Lampetra

dan

ikan

Synbranchidae.

Beberapa

tubuh

saja,

tertentu

tridentata

belut

ikan

Monopterus

hanya

misalnya

(Richardson,
albus

mempunyai

Polyodon

(Zuiew,

sisik

spathula

1836)

hanya

dari

1793)
pada

(Walbaum,

famili

dari

famili

bagian-bagian

1792)

dan

ikan

beberapa

tipe

cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758).


Menurut

bentuknya,

sisik

ikan

dapat

dibedakan

atas

(Gambar 13), yaitu:


-

Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah

Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang
termasuk kelas Chondrichthyes.

Ganoid,

merupakan

sisik

yang

terdiri

atas

garam-garam

ganoin,

banyak

terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.


-

Cycloid,

berbentuk

seperti

lingkaran,

umumnya

terdapat

pada

ikan

yang

berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).


-

Ctenoid,

berbentuk

seperti

sisir,

ditemukan

pada

ikan

yang

berjari-jari

sirip keras (Acanthopterygii)


Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala
sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis
memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk
dapat

ditemukan

baik

pada

ikan

yang

mempunyai

sisik

maupun

tidak

bersisik.

Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori.
Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui
perubahan

tekanan

air

yang

terjadi

sehubungan

dengan

aliran

arus

air,

untuk

mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk
osmoregulasi.
43

Gambar 13.

Bentuk-bentuk sisik ikan (Bond, 1979)


44

Garis

rusuk

yang

biasa

disingkat

dengan

L.l.

berbeda

dengan

garis

sisi

(linea transversalis) yang biasa disingkat dengan L.tr. atau l.l.. Sisik-sisik yang
dilalui

oleh

garis

rusuk

mempunyai

lubang

di

tengah-tengahnya

sedangkan

sisik-

sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori
Setiap

jenis

memperlihatkan

ikan

mempunyai

beberapa

contoh

garis

rusuk

yang

berbeda-beda.

garis

rusuk

yang

ditemukan

Gambar

pada

14

berbagai

jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap
tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula
yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang
seperti garis melengkung ke bawah.
Selain

beberapa

bagian-bagian

yang

telah

disebutkan

di

atas,

pada

badan

ikan juga sering ditemukan (Gambar 15):


-

Finlet
yang

(jari-jari
tipis

mempunyai

sirip

dan

tambahan),

pendek,

satu

merupakan

umumnya

jari-jari. Finlet

berbentuk

terletak

di

sembulan-sembulan
segitiga,

antara

kulit

kadang-kadang

sirip

punggung

dan

sirip ekor, dan di antara sirip dubur dan sirip ekor. Finlet ditemukan
misalnya

pada

(Bleeker,

1851))

ikan

kembung

dan

ikan

perempuan
tenggiri

(Rastrelliger

brachysoma

(Scomberomorus

commerson

(Lacepde, 1800))
-

Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan
tersusun

seperti

genting.

disebut

abdominal

Bleeker,

1866),

scute

sedangkan

Skut

yang

(misalnya
skut

ditemukan
pada

yang

pada

daerah

Clupeoides

terdapat

pada

ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar,

perut

hypselosoma

daerah

pangkal

Caranx

heberi

(Bennet, 1830)).
-

Keel

(kil,

lunas),

merupakan

rigi-rigi

yang

pada

bagian

tengahnya

terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor


ikan.

Kil

misalnya

terdapat

pada

ikan

tongkol

(Thunnus

tonggol

(Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832),


dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae.
-

Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang sirip


punggung dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis
sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak.
45

Gambar 14. Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan (Affandi et al., 1992)

46

Gambar 15. Beberapa ciri khusus pada badan ikan (Affandi et al., 1992)

47

Sirip lemak ini misalnya terdapat pada ikan keting


Bleeker,

1847)

dan

ikan

jambal

(Pangasius

(Ketengus
pangasius

typus

(Hamilton,

1822)).
-

Interpelvic

process

(cuping),

merupakan

pertumbuhan

kulit

yang

menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping


ini

ditemukan

(Lacepde,

misalnya

1800))

pada

dan

ikan

ikan

tongkol

cakalang

(Auxis

(Katsuwonus

thazard
pelamis

thazard

(Linnaeus,

1758).
F. Anggota Gerak
Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada
pada

posisi

yang

diinginkannya

karena

adanya

sirip-sirip

tersebut.

Sirip

ini

ada

yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal.


Sirip yang berpasangan adalah:
-

Sirip

dada

(pinnae

pectoralis

pinnae

thoracicae

pectoral

fins),

disingkat dengan P atau P1


-

Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis =


pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2

Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah:


-

Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika


sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di
bagian

depan) disingkat

D1,

dengan

sedangkan sirip punggung kedua

(yang di belakang) disingkat dengan D2


-

Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.

Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.

Ikan-ikan
sirip
juga

tunggal

yang
disebut

ikan-ikan

Lesson,

1831)

yang

mempunyai
ikan
tidak

tidak

bersirip

baik

sirip-sirip

lengkap

bersirip

(Gambar

lengkap.

mempunyai

yang

sirip

Ikan
perut,

(Parastromateus niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki

berpasangan
16).
buntal

maupun

Namun

demikian

(Triodon

sedangkan
sirip perut

siripada

macropterus
ikan

bawal

tetapi pada saat

dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi.


Pada

beberapa

jenis

ikan,

ada

sirip

yang

mengalami

modifikasi

menjadi

semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan beracun, dan lain-lain.

48

Gambar 16. Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan (Lagler et al., 1977)

49

Ikan

gurami

yang

(Osphronemus

bermodifikasi

remora

gouramy

menjadi

alat

Lacepde,

peraba.

Sirip

(Remora remora (Linnaeus, 1758))

penempel.
sebagai

Jari-jari

alat

mengeras

penyalur

cairan

sirip

dada

beracun.

1801)
punggung

berubah

ikan

Ikan

mempunyai

lele

pertama

fungsinya

(Clarias

terbang

sirip

perut

pada

ikan

menjadi alat

batrachus)

(Hyrundichthys

berfungsi

oxycephalus

(Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat
terbang di atas permukaan air (Gambar 17).
Setiap sirip disusun oleh membrana, yaitu suatu selaput yang terdiri dari
jaringan lunak, dan radialia atau jari-jari sirip yang terdiri dari jaringan tulang
atau tulang rawan. Radialia ini ada yang bercabang

dan ada pula yang tidak,

tergantung pada jenisnya.


Berdasarkan

letak

sirip

perut

terhadap

sirip

dada,

dapat

dibedakan

empat

macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu:


-

Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip
dada,

misalnya

(Broussonet,

pada

1782)

dan

ikan

bulan-bulan

ikan

japuh

(Megalops

(Dussumieria

cyprinoides

acuta

Valenciennes,

1847).
-

Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada,

misalnya

pada

ikan

kerong-kerong

(Therapon

theraps

Cuvier,

1829)

dan

ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844))


-

Thoracic,

yaitu

jika

sirip

perut

misalnya

pada

ikan

layang

terletak

(Decapterus

tepat

di

russelli

bawah

(Rppell,

sirip
1830))

dada,
dan

ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)).


-

Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip
dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan
ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846).

G. Ekor Ikan
Kent

(1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam

seperti terlihat

pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang
notochord atau vertebrae, yaitu:
-

Protocercal,
pada

ujung

ujung
ekor,

belakang
umumnya

notochord
ditemukan

atau
pada

vertebrae
ikan-ikan

berakhir

lurus

yang

masih

embrio dan ikan Cyclostomata.

50

Gambar 17. Modifikasi berbagai sirip pada ikan (Affandi et al., 1992)

51

Gambar 18.

Letak sirip perut pada tubuh ikan. A. Abdominal; B. Subabdominal;


C. Thoracic; D. Jugular (Bond, 1979)

Gambar 19. Tipe-tipe sirip ekor. A. Heterocercal; B. Heterocercal (abbreviate); C.


Homocercal; D. Isocercal (Bond, 1979)

52

Heterocercal,

ujung

belakang

notochord

pada

bagian

ekor

agak

membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris,


misalnya pada ikan cucut.
-

Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke


arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari
dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat
pada Teleostei.

Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda


terbagi

secara

terdapat

pada

simetris
ikan

baik

dari

Dipnoi

dan

arah

dalam

Latimeria

sehingga sirip ekor

maupun

dari

arah

menadoensis

luar,

Pouyaud,

Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999..


Jika

ditinjau

dari

bentuk

luar

sirip

ekor,

maka

secara

morfologis

dapat

dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu:


-

Rounded

(membundar),

misalnya

pada

ikan

kerapu

pada

ikan

bebek

(Cromileptes

altivelis (Valenciennes, 1828)).


-

Truncate

(berpinggiran

tegak),

misalnya

misalnya

pada

tambangan

(Lutjanus

johni (Bloch, 1792)).


-

Pointed

(meruncing),

ikan

sembilang

(Plotosus

canius

Hamilton, 1822).
-

Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada

ikan gulamah (Argyrosomus

amoyensis (Bleeker, 1863)).


-

Emarginate

(berpinggiran

berlekuk

tunggal),

misalnya

pada

ikan

lencam

merah (Lethrinus obsoletus (Forsskl, 1775)).


-

Double

emarginate

(berpinggiran

berlekuk

ganda),

misalnya

pada

ikan

ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)).


-

Forked

Furcate

(bercagak),

misalnya

pada

ikan

cipa-cipa

(Atropus

atropos (Bloch & Schneider, 1801)).


-

Lunate

(bentuk

sabit),

misalnya

pada

ikan

tuna

mata

besar

(Thunnus

obesus (Lowe, 1839)).


-

Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut
martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).

Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan
terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).

53

Gambar 20. Bentuk morfologi ekor ikan. 1. Rounded; 2. Truncate; 3. Pointed; 4.


Wedge shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8.
Lunate; 9. Epicercal; 10. Hypocercal (Affandi et al., 1992)

54

H. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit tentang modifikasi bentuk dan fungsi masing-masing sirip ikan.


Di
yang

dalam

dilalui

oleh

laboratorium,
gurat

sisi

masing-masing
(linea

lateralis)

kelompok
dan

yang

diskusi
tidak

memeriksa
dilalui

oleh

sisik
garis

tersebut. Sebutkan kesimpulannya.


I. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk


Departemen
Biologi
Perairan.
Fakultas
Perikanan.
Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Identifikasi Ikan.
Institut
Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An
Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date.
FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and
Agriculture
Organization of the United Nations. Rome.
Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika


Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Dasar.

Jurusan

Vertebrata.

Armico,

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Djuhanda,

T. 1982.
Bandung.

Anatomi

dari

Empat

Species

Hewan

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Kent,

G.G. 1954. Comparative Anatomy


Company, Inc., New York.

of

the

Vertebrates.

McGraw

Hill

Book

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus
Editions Limited,
Hong Kong.

55

Lagler,

Mayr,

Moyle,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
E.

1977.

and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic


edition.McGraw Hill International Edition, New York.

Ichthyology.

Zoology.

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Second

Ichthyology.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London.


Rahardjo,

M.F.
1980.
Ichthyologi.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta,
Jakarta.
Scott,

J.S. 1959. An Introduction to


Agriculture, Federation of Malaya.

the

Sea

Fishes

of

Malaya.

Ministry

of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran
Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

56

IV. MORFOMETRIK DAN MERISTIK


A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

pengertian

morfometrik
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian meristik

B. Morfometrik
Setiap
jenis

ikan

kelamin,

dapat

mempunyai

dan

keadaan

mempengaruhi

ukuran

yang

lingkungan

kehidupan

ikan

berbeda-beda,

hidupnya.
di

tergantung

Faktor-faktor

antaranya

adalah

pada

umur,

lingkungan

yang

makanan,

derajat

keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri
maupun

secara

terhadap

pertumbuhan

mempunyai

umur

bersama-sama,
ikan.

yang

mempunyai

Dengan

sama

namun

pengaruh

demikian,
ukuran

yang

walaupun

mutlak

di

sangat
dua

antara

besar

ekor

ikan

keduanya

dapat

saling berbeda.
Morfometrik
(measuring

adalah

methods).

ukuran

Ukuran

bagian-bagian

ikan

adalah

tertentu

jarak

dari

antara

struktur

satu

tubuh

bagian

ikan

tubuh

ke

bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur
antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,
tinggi

dan

panjang

sirip,

dan

diameter

mata

(Hubbs

dan

Lagler,

1958;

Parin,

1999).
Satuan
Indonesia,
milimeter
ukuran

ukuran

satuan
(mm),

mutlak.

menggunakan

yang

ukuran

digunakan
yang

tergantung
Untuk

jangka

di

umum

kepada

morfometrik

digunakan

keinginan

memperoleh

sorong

dalam

peneliti.

pengukuran

(calipper).

adalah

Adalah

bervariasi.

sentimeter

Ukuran-ukuran

yang
suatu

sangat

lebih
hal

(cm)
ini

teliti,

yang

tidak

Di
atau

disebut

sebaiknya
mungkin

untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm)
pada

saat

hanyalah

melakukan

merupakan

identifikasi.

ukuran

Ukuran

perbandingan.

yang
Seekor

digunakan

untuk

ikan

memiliki

yang

identifikasi
panjang

total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di


dalam

buku-buku

identifikasi

adalah

panjang

kepala

sama

dengan

seperlima

panjang total tubuhnya.

57

Berbagai

ukuran

bagian

tubuh

ikan

yang

sering

digunakan

di

dalam

ujung

bagian

identifikasi ikan adalah (Gambar 21 dan 22):


a. Panjang
kepala

baku

(panjang

yang

paling

biasa),

depan

yaitu

jarak

(biasanya

garis

ujung

lurus

antara

salah

satu

dari

ikan

yang

diukur

rahang

yang

dari

ujung

terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor.


b. Panjang

cagak

(fork

length),

adalah

panjang

kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor.
c. Panjang

total,

adalah

jarak

garis

lurus

antara

ujung

kepala

yang

terdepan

antara

bagian

dorsal

yang

melewati

garis

dengan ujung sirip ekor yang paling belakang.


d. Tinggi

badan,

dengan

diukur

ventral,

pada

dimana

tempat

bagian

yang

dari

tertinggi

dasar

sirip

punggung tidak ikut diukur.


e. Tinggi

batang

ekor,

diukur

pada

batang

ekor

di

tempat

yang

mempunyai

tinggi terkecil.
f.

Panjang

batang

ekor,

merupakan

jarak

miring

antara

ujung

dasar

sirip

dubur dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor.


g. Panjang

dasar

sirip

punggung

pangkal

jari-jari

pertama

dan

dengan

sirip

tempat

dubur,

merupakan

selaput

sirip

di

jarak

antara

belakang

jari-jari

terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip.
h. Panjang

di

bagian

depan

sirip

punggung,

merupakan

jarak

antara

ujung

kepala terdepan sampai ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung.


i.

Tinggi

sirip

punggung

dan

sirip

dubur,

diukur

dari

pangkal

keping

pertama

sirip sampai ke bagian puncaknya.


j.

Panjang
jari-jari
dari

sirip
dan

dada
diukur

puncak

rambut
harus

dari

sirip

atau
lebih

dan

sirip
bagian

sampai

benang

halus,

waspada.

perut,

adalah

dasar

ke

puncak

oleh

Pengukuran

panjang

sirip

yang

sirip

beberapa
panjang

terbesar

paling

ini.

depan

Sambungan

ahli

juga

ikut

sirip

dada

hanya

menurut

arah

atau

terjauh

sirip

berupa

diukur,

sehingga

dilakukan

jika

bentuk sirip dada itu tidak simetris.


k. Panjang
dilakukan
bagian
sirip

jari-jari
jika

jari-jari

tengah

sampai

sirip

ke

sirip.
ujung

dada
yang

yang

terpanjang,

terpanjang

terletak

Pengukuran
jari-jari

dilakukan

tersebut.

pengukuran
di

mulai

Jika

jari-jari

ini

tengah-tengah
dari
lain

hanya
atau

pertengahan
yang

di

dasar

dimaksudkan

dan bukan jari-jari tengah maka hal ini harus dinyatakan.

58

l.

Panjang

jari-jari

keras

panjang

pangkal

yang

walaupun

ujung

sambungan

dan

jari-jari

sebenarnya

ini

masih

seperti

lemah.
sampai

disambung

rambut.

Panjang

Panjang

ke
oleh

jari-jari

keras

adalah
keras,

ujung

bagian

yang

bagian

yang

lemah

atau

jari-jari

lemah

diukur

dari

pangkal

termuka

dari

kepala

hingga

sampai ke ujungnya.
m. Panjang

kepala,

adalah

jarak

antara

ujung

ujung

terbelakang

dari

keping

tutup

insang.

pengukuran
tutup

sampai

insang

ke

pinggiran

(membrana

Beberapa

terbelakang

branchiostega)

selaput

sehingga

peneliti
yang

melakukan

melekat

diperoleh

pada

panjang

kepala

yang lebih besar.


n. Tinggi

kepala,

merupkan

panjang

garis

tegak

antara

pertengahan

terbesar

antara

kedua

pangkal

kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah.


o. Lebar

kepala,

merupakan

jarak

lurus

keping

tutup

insang pada kedua sisi kepala.


p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan.
q. Panjang

hidung,

merupakan

jarak

antara

pinggiran

terdepan

dari

hidung

atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan.


r. Panjang

ruang

antar

mata,

merupakan

jarak

antara

pinggiran

atas

dari

kedua rongga mata (orbita).


s. Panjang

bagian

belakang

kepala

dari

orbita

di

belakang

sampai

pinggir

mata,

adalah

belakang

jarak

selaput

antara

keping

pinggiran

tutup

insang

bawah

orbita

(membrana branchiostega).
t.

Tinggi

bawah

mata,

merupakan

jarak

kecil

antara

pinggiran

dan rahang atas.


u.

Tinggi

pipi,

merupakan

jarak

tegak

antara

orbita

dan

pinggiran

bagian

depan keping tutup insang depan (os preoperculare).


v. Panjang

antara

preoperculare),
preoperculare.

mata

adalah
Pada

dan

sudut

panjang

antara

saat

pengukuran,

keping
sisi

tutup

rongga

senantiasa

insang

mata
juga

depan

dengan

(os

sudut

os

turut

diukur

panjang

menengah

orbita

(rongga

duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare tersebut.


w. Panjang

atau

lebar

mata,

adalah

panjang

garis

mata).
x.

Panjang

rahang

atas,

adalah

panjang

tulang

rahang

atas

yang

diukur

mulai

dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas.

59

Gambar

21.

Berbagai ukuran pada tubuh ikan. PT. Panjang total; PB. Panjang
baku; PC. Panjang cagak; PK. Panjang kepala; A. Sirip dubur; C.
Sirip
ekor;
D1.
Sirip
punggung
depan;
D2.
Sirip
punggung
belakang; P. Sirip dada; V. Sirip perut; 1. Moncong; 2. Sungut; 3.
Tutup insang; 4. Sisik pada linea lateralis; 5. Scute batang ekor; 6.
Sisik di atas linea lateralis; 7. Sisik di bawah linea lateralis; 8. Sisik
tambahan (auxillary scales); 9. Scute pada bagian perut; 10.
Filamen (rambut) yang dapat bergerak sendiri; 11. Kell; 12. Sirip
lemak; 13. Filamen (Affandi et al., 1992)

60

Gambar 22. Berbagai ukuran pada kepala ikan. a. Panjang hidung; b. Panjang
kepala di belakang mata; c. Panjang antara mata dengan sudut os
preoperculare; d. Tinggi pipi; e. Tinggi di bawah mata; f. Lebar
mata; g. Panjang rahang atas; h. Panjang rahang bawah; i.
Panjang di depan mata; j. Tinggi kepala; 1. Maxilla; 2. Premaxilla;
3. Dentary; 4. Hidung; 5. Os interoperculare; 6. Os preoperculare;
7.
Os
operculare;
8.
Os
suboperculare;
9.
Membrana
branchiostega (Affandi et al., 1992)

61

y. Panjang

rahang

bawah,

adalah

panjang

tulang

rahang

bawah

yang

diukur

mulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang.


z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut jika mulut
dibuka selebar-lebarnya.

Selain

pengukuran

secara

langsung,

juga

dilakukan

nisbah

atau

pembandingan beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya
ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 5.
(a)

Indeks

panjang

kepala,

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang kepala
(b)

Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang
bahu

(c)

Indeks

tinggi

badan,

yaitu

sirip

punggung,

perbandingan

antara

panjang

total

dan

tinggi

badan
(d)

Indeks

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang dasar sirip punggung


(e)

Indeks

sirip

dubur,

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang

dasar sirip dubur


(f)

Indeks

batang

ekor

(1),

yaitu

perbandingan

antara

panjang

total

dan

panjang batang ekor


(g)

Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan
tinggi batang ekor

(h)

Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi
kepala

(i)

Indeks

lebar

mata,

yaitu

perbandingan

antara

panjang

kepala

dan

lebar

mata
(j)

Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang
rahang atas

62

Tabel 5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan

63

C. Meristik
Berbeda

dengan

bagian-bagian
penghitungan
termasuk
jumlah

tertentu
jumlah

dalam

gigi,

karakter

morfometrik

tubuh

ikan,

bagian-bagian

karakter

jumlah

meristik

tapis

yang

menekankan

karakter

meristik

tubuh

ikan

(counting

antara

lain

jumlah

insang,

jumlah

kelenjar

pada
berkaitan

methods).

jari-jari

buntu

pengukuran

Variabel

yang

jumlah

sisik,

sirip,

(pyloric

dengan

caeca),

jumlah

dahulu

harus

vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999).
1. Menghitung jari-jari sirip
Untuk

menentukan

dicantumkan

huruf

rumus

kapital

yang

suatu

sirip

menentukan

tertentu,

sirip

yang

terlebih
dimaksud.

Sirip

punggung

disingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan
V, dan sirip dada dengan P.
Menghitung
terletak

pada

melakukan

jari-jari

sisi

sirip

sebelah

pemeriksaan,

yang

kiri,

harus

berpasangan

kecuali

jika

diingat

bahwa

dilakukan

ada

pada

ketentuan

ikan

khusus.

diletakkan

sirip

yang

Pada

saat

dengan

kepala

menghadap ke sebelah kiri dan perut mengarah ke bawah.


Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jarijari
lemah.
tidak

Jari-jari
dapat

keras

tidak

dibengkokkan.

berbuku-buku,

Jari-jari

keras

pejal

ini

(tidak

biasanya

berlubang),
berupa

duri,

keras,

dan

cucuk,

atau

patil, dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri.


Jari-jari

lemah

dibengkokkan,

dan

bersifat

agak

berbuku-buku

tergantung

pada

jenis

ikannya.

mengeras,

pada

salah

satu

cerah,

atau

Jari-jari

sisinya

seperti

beruas-ruas.
lemah

ini

bergigi-gigi,

tulang

rawan,

Bentuknya

mungkin

bercabang,

berbeda-beda

sebagian
atau

mudah

keras

satu

atau

sama

lain

saling berlekatan.
Perumusan

jari-jari

keras

digambarkan

dengan

angka

Romawi,

walaupun

jari-jari itu pendek sekali atau rudimenter. Sirip punggung ikan yang terdiri dari 10
jari-jari keras maka rumusnya ditulis D.X.
Untuk

jari-jari

lemah,

Arab

(angka

biasa).

Jari-jari

ikan

mas

(Cyprinus

carpio

perumusan
lemah
carpio

yang

digambarkan
mengeras,

Linnaeus,

1758),

dengan
seperti

harus

memakai

yang

angka

terdapat

digambarkan

pada

tersendiri

(Gambar 23-A). Jika pada ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah yang mengeras dan
sekitar 16 22 jari-jari lemah, maka rumusnya harus ditulis D. 4.16 22.

64

65

Cara

perumusan

semacam

ini

juga

dipergunakan

untuk

menggambarkan

jumlah cabang jari-jari yang bersatu menjadi satu jari-jari keras. Jari-jari seperti
ini

misalnya

ditemukan

pada

ikan

baung

(Hemibagrus

nemurus

(Valenciennes,

1840)), ikan lundu (Mystus gulio (Hamilton, 1822)), dan sebagainya.


Jika pada satu sirip terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah maka jumlah
tiap-tiap

jenis

jari-jari

harus

digambarkan

berdampingan.

Pada

Gambar

23-B

terlihat sirip punggung yang disusun oleh 10 12 jari-jari keras dan 12 15 jarijari
lemah, maka rumusnya adalah D.X-XII.12-15.
Seandainya
sekali

terpisah

bagian
dari

sirip

bagian

punggung

sirip

pertama

yang

berjari-jari

keras

jelas

kedua

yang

berjari-jari

lemah,

atau

punggung

dengan kata lain terdapat dua buah sirip punggung, maka untuk ikan tersebut di
atas mempunyai rumus D1.X-XII. D2.12-15.
Pada
cabang.

Gambar

Biasanya

24

yang

terlihat
umum

perbedaan

digambarkan

antara
adalah

jari-jari
hanya

pokok

jumlah

dan

jari-jari

pangkal

jari-jari

yang nyata terlihat. Hal ini penting dilakukan karena cabang jari-jari tidak mudah
ditentukan dan jumlahnya pun berbeda-beda.
Untuk
sama

ikan-ikan

dengan

bercabang,
sehingga

jumlah

karena

famili

jari-jari

hanya

mencapai

dimaksudkan

dari

hanya

bercabang

satu

pinggiran
jumlah

Cyprinidae,

jari-jari
atas

jari-jari

ditambah

tidak

dari

jumlah

dengan

bercabang

keping

yang

jari-jari

satu

yang

sirip

bercabang

pokok

jari-jari

begitu

(Gambar
saja,

senantiasa
tidak

panjangnya

25).

Jika

yang

ini

harus

harus

selalu

morfologi

agak

maka

hal

dinyatakan pula.
Pada
diingat

saat

untuk

mengeras.

menghitung

jumlah

menganggap

Jari-jari

satu

bercabang

jari-jari

jari-jari

adalah

yang
lemah

semua

tidak

bercabang,

yang

secara

jari-jari

yang

punggung

dan

mempunyai

cabang,

sirip

dihitung

walaupun terlihat kurang begitu jelas (Gambar 26).


Dua

jari-jari

yang

terakhir

pada

sirip

dubur

sebagai satu jari-jari pokok. Jari-jari pokok yang terakhir ini sering tampak sebagai
dua

duri

yang

penghitungan

berdekatan.

jari-jari

yang

Cara

menghitung

seperti

ini

nyata

bercabang.

Sebaliknya

biasa
cara

dilakukan
ini

pada

tidak

dapat

pokok.

Pada

dipakai pada ikan yang berjari-jari tidak bercabang.


Rumus

sirip

ekor

biasanya

menggambarkan

jumlah

jari-jari

ikan yang sirip ekornya berjari-jari yang bercabang maka jumlah jari-jari sirip ini
ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua.

66

Gambar 24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang (Andy Omar, 1987)

Gambar 25. Jumlah jari-jari pokok (Andy Omar, 1987)

Gambar 26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan (Andy Omar, 1987)

67

Pada
terkecil

dan

pangkal

berpasangan,

pada

sisi

Seringkali

untuk

jari-jari

sehingga

semua

paling

Kadang-kadang

besar,

jumlah

yang

terletak

sirip.

pembesar.
yang

sirip

yang

harus

jari-jari

bawah

atau

keperluan

kecil

dihitung,
paling

ini

terlebih

sebelah

digunakan

kadang-kadang

dipisahkan

termasuk
dalam

sebuah

merapat

dahulu

yang
kaca

pada

sebelum

dari

jari-jari

menghitung

jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut dihitung jika kita menghitung jumlah jari-jari

sirip dada, tetapi untuk sirip perut tidak perlu.


Jika kedua sirip perut bertaut menjadi satu sirip perut maka biasanya hal ini
dapat

diketahui.

lengkap

atau

Kedua

sirip

kelihatan

asal

simetri

masih

pada

terlihat

kedua

jelas

bagian

karena

yang

bersatu

kurang

membentuknya.

Pada

keadaan tersebut di atas ini, jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada salah satu
bagian saja.
Pada
jari-jari

ikan-ikan

mengeras

selaput

yang

hanya

pembungkus

bersirip

ada

dari

perut

sebagai

jari-jari

kurang

suatu

lemah

sempurna,

penunjang

pertama.

kadang-kadang

yang

terletak

Dengan

di

satu
bawah

menggunakan

kaca

pembesar, hal ini dapat diketahui karena adanya buku-buku pada jari-jari tersebut
dan struktur kembar secara keseluruhan.
2. Menghitung jumlah sisik
Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah
sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk tidak
ada

maka

dihitung

Penghitungan
belakang

jumlah

berakhir

bagian

pada

sisik

pada

garis

permulaan

ekor yang terakhir.

dimana

pangkal

Tempat

biasa

ekor,

garis

atau

ini dengan

rusuk

pada

mudah

berada.

ruas

tulang

dapat ditetapkan

yaitu dengan cara menggoyang-goyangkan sirip ekor, dan pada pelipatan pangkal
sirip ekor itu terletak ruas tulang belakang yang dimaksud. Sisik yang berada di
atas pelipatan ini tidak ikut dihitung, demikian juga sisik pada pangkal sirip ekor,
walaupun sisik-sisik ini berlubang. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisik
di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu
ini.
Ada

tiga

cara

yang

dapat

digunakan

untuk

menghitung

sisik-sisik

di

atas

dan di bawah garis rusuk, yaitu:


-

dengan

cara

menjatuhkan

garis

tegak

dari

permulaan

sirip

punggung

pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian

68

menghitung

jumlah

sisik-sisik

yang

dilalui

oleh

garis

tersebut

(lihat

Gambar 27-A).
-

jika cara di atas tidak mungkin dilakukan

karena garis tersebut melalui

dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip
perut

sampai

ke

punggung

dan

kemudian

menghitung

jumlah

sisik-sisik

yang dilalui oleh garis ini (lihat Gambar 27-B).


-

cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari
permulaan

sirip

sedangkan
permulaan

punggung

untuk
sirip

pertama

jumlah

dubur

sisik

dan

terus

di

ke

bawah

dihitung

bawah
garis

miring

naik

dan

rusuk

ke

atas

ke

belakang,

dimulai
dan

pada

ke

muka

(Gambar 27-C).
Pada

penghitungan

jumlah

sisik-sisik

seperti

tersebut

di

atas

ini,

jumlah

sisik pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung.


Jumlah

sisik

di

muka

sirip

punggung

adalah

jumlah

semua

sisik

yang

dikenai oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke belakang
kepala.

Biasanya

merupakan

garis

sisik

ini

dihitung

perbatasan

antara

pada
kuduk

ikan
yang

yang

garis

bersisik

dan

pangkal
kepala

kepalanya
yang

tidak

bersisik. Jumlah baris sisik di muka sirip punggung (biasanya lebih kecil daripada
jumlah sisik di muka sirip punggung) adalah jumlah baris sisik pada suatu sisi dari
garis antara permulaan sirip punggung dengan kuduk.
Untuk

mengetahui

jumlah

sisik

pipi,

terlebih

dahulu

dibuat

sayatan

garis

yang ditarik dari mata ke sudut keping tulang insang depan atau os preoperculare.
Selanjutnya,

jumlah

sisik

pipi

adalah

jumlah

badan

dapat

baris

sisik

yang

melewati

garis

sayatan tersebut (Gambar 28).


Jumlah
jumlah

sisik

di

sekeliling

semua sisik yang

dikenai

oleh suatu

diketahui

dengan

cara

garis yang mengelilingi

menghitung
badan

dan

terletak di muka sirip punggung. Jumlah sisik ini sangat penting untuk digunakan
dalam mengidentifikasi famili Cyprinidae.
Jumlah sisik batang ekor adalah jumlah sisik yang dikenai oleh suatu garis
yang mengelilingi batang ekor.

69

Gambar 27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk (Andy Omar, 1987)

Gambar 28. Sisik pada pipi (Andy Omar, 1987)

70

3. Jumlah finlet
Finlet

merupakan

sirip-sirip

tambahan

rudimenter

yang

terpisah-pisah

dan

terletak di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Contoh ikan yang mempunyai
finlet
1800))

di

antaranya

dan

ikan

adalah

layang

ikan

tenggiri

(Decapterus

(Scomberomorus

russeli

(Rppel,

commerson

1830)).

(Lacepde,

Jumlah

finlet

perlu

diketahui karena sangat penting untuk identifikasi.

4. Insang
Insang terdiri dari tapis insang, tulang lengkung insang, dan lembaran atau
daun
Untuk

insang.

Lengkung

identifikasi

insang

biasanya

terdiri

digunakan

dari

lengkung

jumlah

tapis

atas

insang

dan

lengkung

bawah.

pada

lengkung

insang

yang pertama pada satu sisi badan, kecuali jika ada ketentuan lain. Jumlah tapis
insang ialah jumlah seluruh tapis insang pada lengkung insang pertama pada satu
sisi badan, termasuk yang rudimenter.

5. Organ-organ Dalam
Beberapa
untuk
jumlah

organ

kepentingan
vertebra,

dalam

identifikasi.
jumlah

pilorik

sebagai

ciri

Organ-organ
kaeka

taksonomis
dalam

(pyloric

dapat

tersebut

caeca),

dijadikan
di

bentuk

pegangan

antaranya

adalah

gelembung

renang

(vesica natatoria), dan posisi gelembung renang.

D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit tugas di bawah ini.


1. Deskripsi ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)) adalah sebagai
berikut: jari-jari keras sirip punggung: 16 - 20; jari-jari lemah sirip punggung:
7-10; jari-jari keras sirip dubur 9 - 11; dan jari-jari lemah sirip dubur: 8 - 11.
Setiap kelompok membuat rumus jari-jari sirip ikan tersebut.
2. Rumus jari-jari sirip ikan Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) berikut
ini: D. VIII; I-II, 13-15 A. I-II, 15-17 TL 2000. Jelaskan kesimpulan kelompok
masing-masing

71

E. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk


Departemen
Biologi
Perairan.
Fakultas
Perikanan.
Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Identifikasi Ikan.
Institut
Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An
Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date.
FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. Rome.
Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika


Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Dasar.

Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Carpenter,

K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food
and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to
Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations,
Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Carpenter,

K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
72

Direktorat

Jenderal
Perikanan.
1979.
Buku
Pedoman
Pengenalan
Sumber
Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat
Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. Universityof Michigan
Press, Ann Arbor, Michigan.
Kent,

G.G. 1954. Comparative Anatomy


Company, Inc., New York.

of

the

Vertebrates.

McGraw

Hill

Book

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited,
Hong Kong.
Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Ichthyology.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London.


Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999.
FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine
Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2
(Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the
United Nations, Rome.
Rahardjo,

M.F.
1980.
Ichthyologi.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta,
Jakarta.
Scott,

J.S. 1959. An Introduction to


Agriculture, Federation of Malaya.

the

Sea

Fishes

of

Malaya.

Ministry

of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran
Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

73

V. IDENTIFIKASI
A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik.


2. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

menyusun

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

menyusun

ciri-ciri

taksonomik

kunci identifikasi.
3. Agar

mahasiswa

hirarki dari kategori-kategori taksonomi.

B. Identifikasi
Identifikasi
individu

yang

Pengertian

adalah

tugas

beraneka

identifikasi

untuk

ragam

berbeda

mencari

dan

dan

mengenal

memasukkannya

sekali

dengan

ke

dalam

pengertian

suatu

klasifikasi.

takson.

Identifikasi

berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke
dalam

suatu

upaya

mengevaluasi

klasifikasi

urutan

kunci

identifikasi,

sejumlah

merupakan

besar

penataan

sedangkan
ciri-ciri.

klasifikasi

Menurut

hewan-hewan

Mayr

ke

berhubungan

dengan

dan

(1991),

dalam

Ashlock

kelompok-kelompok

berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah,
identifikasi

sangat

penting

tergantung

kepada

hasil

artinya

identifikasi

karena
yang

seluruh
benar

urutan

dari

pekerjaan

suatu

sampel

selanjutnya

yang

sedang

diteliti.
Pada
Indonesia,

saat

melakukan

diperlukan

identifikasi

bantuan

ikan-ikan

buku-buku

yang

berasal

identifikasi.

dari

Beberapa

perairan
buku

di

kunci

identifikasi yang dapat digunakan antara lain adalah:


-

Weber,

M. and

L.

F.

de

Beaufort.

1911.

The

Fishes

of

the

Indo

The

Fishes

of

the

Indo

The

Fishes

of

the

Indo

The

Fishes

of

the

Indo

Australian Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden.


-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1913.

Australian Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden.


-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1916.

Australian Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden.


-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1922.

Australian Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.

74

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1929.

The

Fishes

of

the

Indo

The

Fishes

of

the

Indo

The

Fishes

of

the

Indo

Australian Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden.


-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1931.

Australian Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden.


-

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1936.

Australian Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden.


-

de

Beaufort,

L.

F.

1940.

The

Fishes

of

the

Indo

Australian

Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden.


-

de Beaufort, L. F. and W. M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo


Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden.

Weber,

M.

and

L.

F.

de

Beaufort.

1953.

The

Fishes

of

the

Indo

Australian Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden.


-

de Beaufort, L. F. and J. C. Brigss. 1962. The Fishes of the Indo


Australian Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden.

Munro,

I.

S.

R.

1955.

The

Marine

and

Freshwater

Fishes

of

Ceylon.

Department of External Affairs, Canberra.


-

Scott, J. S. 1959. An Introduction to the Sea Fishes of Malaya. Ministry


of Agriculture, Federation of Malaya.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2.


Bina Cipta, Jakarta.

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993.


Freshwater

Fishes

of

Western

Indonesia

and

Sulawesi.

Periplus

Editions Limited, Hong Kong.


-

Carpenter, K. E. and V. H. 1998. FAO Species Identification Guide for


Fishery

Purposes.

The

Living Marine

Pacific.

Volume

2.

Cephalopods,

Resources

of

Crustaceans,

the Western Central


Holothurians

and

Sharks. FAO, Rome


-

Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for


Fishery

Purposes.

Pacific.

Volume

3.

The

Living Marine

Batoid

Fishes,

Resources

Chimaeras

of

and

the Western Central


Bony

Fishes

Part

(Elopidae to Linophrynidae). FAO, Rome


-

Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for


Fishery

Purposes.

The

Living

Marine

Resources

of the Western Central

75

Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO,


Rome.
-

Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for


Fishery

Purposes.

Pacific.

Volume

The
5.

Living Marine

Bony

Fishes

Resources

Part

of

the Western Central

(Menidae

to

Pomacentridae).

FAO, Rome
-

Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for


Fishery

Purposes.

The

Living Marine

Resources

of

the Western Central

Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). FAO,


Rome.
Pada buku-buku identifikasi tampak bahwa pada setiap nomor terdapat dua
sampai empat pilihan yang berbeda. Kita harus memilih salah satu pilihan sesuai
dengan

ciri-ciri

pertama
dapat

yang

sesuai

terdapat

dengan

meneruskan

pada

ciri-ciri

sesuai

yang

dengan

sampel

ikan

terdapat

nomor

yang

yang

pada

kita

sampel

berada

di

amati.

Jika

tersebut

sebelah

pilihan

maka

kanan

kita

pilihan

tersebut. Sebaliknya, jika pilihan pertama tidak sesuai maka kita harus mengambil
pilihan kedua, ketiga, atau keempat. Pada nomor ini kita juga dapat meneruskan
sesuai dengan nomor yang berada di sebelah kanan.
Salah
bawah
ikan

ini

contoh

diberikan

opudi,

Selatan.

satu

salah

dalam

menggunakan

langkah-langkah

satu

Langkah-langkah

ikan

yang

endemik yang

identifikasi

ini

buku

harus

kunci

dilakukan

terdapat

identifikasi,
untuk

di Danau

berdasarkan

buku

berikut

di

mengidentifikasi

Matano, Sulawesi
identifikasi

Saanin

(1984).

1.

Rangka terdiri dari tulang benar; bertutup insang.


sub classis TELEOSTEI.

3.

Kepala simetris.

4.

Badan tidak seperti ular.

6.

7
9

7.

Badan bersisik atau tidak, kadang-kadang seluruhnya atau


sebagian tertutup oleh kelopak-kelopak tebal.
Garis rusuk jika ada, di atas sirip dada.

9.

Tidak demikian.

10

76

10.

Lebih dari dua jari-jari sirip punggung keras.

12

12.

Dua sirip punggung yang nyata berpisahan.


ordo PERCESOCES.

57

Ordo PERCESOCES
Sirip dada biasa tidak memakai rambut-rambut di bawahnya

58

Garis rusuk tidak ada atau tak sempurna, tulang rahang


atas tidak bertulang tambahan; mulut sedang atau kecil;
sirip dada pertengahan tinggi atau di atasnya.

59

57.

58.

59.

622.

625.

626.

Sirip punggung pertama berlainan, sirip dubur dengan satu


jari-jari yang mengeras; tulang punggung lebih dari 30.
familia ATHERINIDAE.

622

Familia ATHERINIDAE
Permulaan sirip dubur sedikit di belakang sirip punggung
pertama. Perut terletak pada setengah yang di belakang
dari jarak antara hidung dan sirip ekor. Permulaan sirip
punggung pertama di muka perut. Batang ekor lebih pendek
daripada sirip dubur; 15 20 buah tulang saringan insang
yang panjang. A. I. 11 13.
genus THELMATHERINA.
Hidung sama panjang dengan atau lebih pendek dari lebar
mata. Kurang panjang

625
626

A. I. 13 15. Sisik antara D. dan V 71/2 8 baris. Sirip


dada sepanjang kepala tidak dengan hidung.
Telmatherina celebensis Blgr.

Huruf-huruf yang tercantum sesudah nomor-nomor di sebelah kiri masingmasing


menunjukkan

pilihan

yang

tercantum

pada

nomor-nomor

tersebut.

Huruf

menunjukkan pilihan pertama, huruf b untuk pilihan kedua, huruf c untuk pilihan
ketiga, dan huruf d untuk pilihan keempat.
Berdasarkan

langkah-langkah

yang

telah

dilakukan

di

atas,

maka

kunci

identifikasi ikan opudi berdasarkan buku identifikasi Saanin (1984) adalah:


Kelas PISCES 1d sub classis TELEOSTEI 3b 4c 6c 7d 9c
10c 12a ordo PERCESOCES 57b 58b 59b famili ATHERINIDAE

622b

genus

THELMATHERINA

625a

626a

Thelmatherina

celebensis Blgr.

77

Setelah

memperoleh

dari

kategori-kategori

hirarki
Carolus
kelas,

Linnaeus
ordo,

identifikasi

taksonomi.

maka

Hirarki

hanya

meliputi

lima

genus,

spesies,

dan

varietas

kunci

identifikasi

menggunakan

dan

kunci

ini

selanjutnya
pertama

kategori

sebagaimana

kali

dapat

dicetuskan

dalam

dunia

dan

Ashlock

(Mayr
tersebut

di

atas,

disusun

hewan,
1991).

maka

oleh
yaitu:
Jika

kategori

taksonomi ikan opudi adalah sebagai berikut:


Kelas PISCES
Subkelas TELEOSTEI
Ordo PERCESOCES
Famili ATHERINIDAE
Genus THELMATHERINA
Spesies Thelmatherina celebensis Blgr.
Menurut

Mayr dan Ashlock (1991), kategori yang umum digunakan dewasa

ini adalah sebagai berikut:


Dunia (kingdom)
Filum (phylum)
Subfilum
Superkelas
Kelas
Subkelas
Cohort
Superordo
Ordo
Subordo
Superfamili
Famili
Subfamili
Suku (tribe)
Genus
Subgenus
[Superspesies]
Spesies
Subspesies
78

Pada bidang iktiologi, nama ordo mempunyai akhiran formes, subordo


dengan idei, superfamili dengan oidea, famili dengan idea, subfamili dengan
kata inae, dan suku atau tribe dengan kata ini. Pengertian varietas, subspecies
(anak jenis), dan spesies (jenis) dapat dilihat pada Glosarium.
C. Catatan
Untuk melakukan identifikasi, terlebih dahulu harus disiapkan buku-buku
kunci identifikasi. Buku kunci identifikasi yang sering digunakan di Indonesia
adalah buku-buku identifikasi yang disusun oleh Saanin dan buku-buku yang
disusun oleh Weber dan de Beaufort sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya. Selain itu, saat ini sangat banyak buku-buku identifikasi yang
dikeluarkan oleh FAO berdasarkan kelompok ikan-ikan tertentu. Salah satu contoh
buku tersebut adalah tentang ikan merah yang tertulis dalam buku FAO Species
Catalogue Volume 6 (Allen, 1985).
D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok). Di dalam laboratorium, setiap kelompok menentukan kunci identifikasi
dan kategori taksonomi ikan lundu (Arius maculatus Thunberg, 1792) dengan
menggunakan buku Saanin (1968). Presentasikan hasil masing-masing kelompok.
E. Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi.
Pusat
Antar
Universitas
Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. dan M.F.
Departemen
Biologi
Bogor, Bogor.

Rahardjo.
Perairan.

Biologi

Perairan.

Fakultas

1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Fakultas
Perikanan.
Institut
Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An
Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date.
FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. Rome.

79

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Sistematika

Dasar.

Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume
2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food
and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to
Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations,
Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery
Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific.
Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
de Beaufort, L.F. 1940. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume
VIII. E. J. Brill, Leiden.
de Beaufort, L.F. and J.C. Brigss. 1962. The
Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden.

Fishes of the Indo Australian

de Beaufort, L.F. and W.M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo Australian
Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden.
Direktorat
Jenderal
Perikanan.
1979.
Buku
Pedoman
Pengenalan
Sumber
Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat
Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited,
Hong Kong.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

80

Mayr,

E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of


edition.McGraw Hill International Edition, New York.

Systematic

Zoology.

Second

Munro, I.S.R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of
External Affairs, Canberra.
Munro, I.S.R. 1967. The Fishes of New Guinea. Department of Agriculture, Stock
and Fisheries, Port Moresby, New Guinea.
Rahardjo,
M.F.
1980.
Ichthyologi.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Rifai, M.A. 1999. Kamus Biologi. Balai Pustaka, Jakarta.


Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta,
Jakarta.
Scott,

J.S. 1959. An Introduction


Agriculture, Federation of Malaya.

to

the

Sea

Fishes

of

Malaya.

Ministry

of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran
Sistematika
Ikan.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1911.
Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden.

The

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1913.


Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden.

The

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1916. The


Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1922. The


Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1929. The


Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1931. The


Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1936. The


Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

M. and L.F. de Beaufort. 1953. The


Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

81

VI. ANATOMI IKAN


A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

beberapa

istilah

yang berkaitan dengan anatomi


2. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

cara-cara

melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan).

B. Pengertian Anatomi
Anatomi
mempelajari
sangat

merupakan
organ-organ

penting

salah
dalam

untuk

satu

cabang

suatu

diketahui

dari

organisme.

karena

Ilmu

Hayat

Anatomi

merupakan

(Biologi)

suatu

dasar

yang

spesies

dalam

ikan

mempelajari

jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya.


Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja
berbeda

dengan

bentuk

tubuh,

spesies

pola

ikan

adaptasi

lainnya.
spesies

Hal

ini

ikan

disebabkan

tersebut

adanya

perbedaan

terhadap

lingkungan

anatomis

pada

tempat

mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut.


Beberapa
antara

lain:

makanan,

organ

otak,

limpa,

yang

rongga

dapat

mulut,

kelenjar

diamati

insang,

kelamin,

secara

jantung,

gelembung

hati,

renang,

empedu,
dan

tubuh

alat

lain-lain

ikan

pencernaan
(Gambar

29

dan 30).
Ada

dua

tindakan

pengamatan

yang

dilakukan

untuk

mengamati

anatomis

ikan yaitu:
a. Inspectio = mengamati dengan tidak mempergunakan alat bantu.
b. Sectio = membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh
ikan.
Agar
berada
ikan-ikan

organ-organ

pada
yang

posisi

yang

diamati

masing-masing,

telah

diawetkan

berada
maka

pada

kondisi

sebaiknya

sebelumnya.

Jika

yang

ikan

yang

sampel

ikan

baik

dan

diamati
telah

tetap
adalah

diawetkan

maka organ-organ yang lunak dan mudah rusak seperti otak, jantung, hati, dan
lain-lain,
dilakukan

telah

menggumpal

pembedahan.

atau

Bahan

mengeras

pengawet

dan

yang

tidak

akan

digunakan

terganggu pada

adalah

larutan

saat

formalin

10%.

82

Gambar 29. Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

83

Gambar 30. Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes (Affandi et al., 1992)

84

C. Prosedur Pembedahan
Untuk
melakukan
pembedahan
yang
baik
haruslah
dilakukan
dengan
urutan sebagai berikut (Gambar 31):
1. Ikan yang akan diamati, diletakkan di atas papan bedah atau baki bedah
dengan kepala menghadap ke sebelah kiri dan bagian punggung terletak di
bagian atas.
2. Dengan menggunakan pisau atau gunting yang tajam dibuat sayatan
membujur, dimulai dari pertengahan mulut kemudian terus ke arah bagian
atas kepala sehingga otak akan tampak.
3. Jika sayatan telah melewati daerah tengkuk (kuduk) maka penyayatan

4.

5.

6.

7.

harus dilakukan dengan hati-hati agar ujung pisau tidak melewati dasar
tulang punggung. Hal ini dimaksudkan agar organ yang berada di bawah
tulang punggung tidak terganggu.
Penyayatan atau pembedahan harus diarahkan ke bagian bawah pada saat
pisau
bedah
telah mendekati
bagian
ekor.
Ujung sayatan
kemudian
berakhir di daerah belakang anus.
Dengan menggunakan gunting bedah, bagian dasar tubuh (dasar perut)
kemudian digunting mengarah ke bagian depan sehingga otot-otot yang
membungkus organ-organ dalam dapat dibuka secara keseluruhan.
Bagian yang dikelupas (telah dibuka) hanya bagian sebelah depan saja
sehingga dengan demikian letak organ dalam, mulai dari organ-organ yang
terletak di bagian kepala sampai ke organ-organ yang terletak di bagian
belakang, akan nampak jelas terlihat.
Organ-organ yang tidak nampak dalam preparat dapat dicari dengan cara
menelusuri dan membandingkannya dengan pustaka.

D. Istilah-istilah Anatomi
Beberapa istilah anatomi yang sering ditemukan adalah:
- cranial
= ke arah kepala
- caudal
= ke arah ekor
- superior
= ke arah atas (atas)
- inferior
= ke arah bawah (bawah)
- dorsal
= ke arah punggung
- ventral
= ke arah perut

85

Gambar 31. Prosedur pembedahan tubuh ikan (Andy Omar, 1987)

86

abdominal

= ke arah dalam perut

thoracal

= ke arah dada

anterior

= ke arah muka

posterior

= ke arah belakang

dexter

= sebelah kanan

sinister

= sebelah kiri

lateral

= ke arah sisi/samping

medial

= ke arah tengah

proximal

= lebih mendekati ke arah batang tubuh

distal

= lebih menjauhi ke arah batang tubuh

Untuk

menentukan

kedudukan

atau

posisi

organ-organ,

maka

badan

ikan

garis

tengah

dan

dapat dibagi atas bidang-bidang (Gambar 32) sebagai berikut:


-

Bidang

medial,

yaitu

bidang

yang

jalannya

memotong

berjalan dari bagian dorsal ke ventral


-

Bidang

sagittal,

yaitu

bidang

yang

jalannya

sejajar

dengan

bidang

median,

di sebelah kanan dan kiri garis tengah


-

Bidang frontal,

yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang median dan

memotong bidang median dengan sudut 90 dari cranial ke caudal.


-

Bidang transversal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang frontal.

E. Gelembung Berenang
Pada

beberapa

natatoria

hidrostatik,

ikan

tertentu

pneumatocyst).
untuk

ditemukan

Gelembung

menentukan

gelembung

berenang

tekanan

air

berenang

berfungsi

sehubungan

(vesica

sebagai

dengan

alat

kedalaman

perairan.
Pneumatocyst
ventral dari
oval

ren,

dengan

terdapat
aorta

warna

di

bagian

abdominalis,

keputih-putihan,

dorsal

dan

rongga

columna

terdiri

atas

badan,

yaitu

di

vertebralis. Umumnya
dua

bagian

yang

sebelah
berbentuk

tidak

sama

besar. Dari bagian anterior, tepat di perbatasan antara bagian anterior dan bagian
posterior,
esophagus.

keluar
Saluran

sebuah
ini

saluran

disebut

yang

ductus

menghubungkan

pneumaticus

dan

pneumatocyst
berfungsi

dengan

sebagai

jalan

keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst (Gambar 33).

87

Gambar 32. Berbagai posisi tubuh ikan (Andy Omar 1987)

Gambar 33. Gelembung berenang (Bond, 1979)

88

Berdasarkan

ada

tidaknya

ductus

pneumaticus,

ikan-ikan

dapat

dibedakan

atas dua golongan yaitu:


-

Physostomi,

adalah

ikan-ikan

yang

memiliki

ductus

pneumaticus,

misalnya

ikan karper (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758)


-

Physoclysti,

adalah

ikan-ikan

yang

tidak

memiliki

ductus

pneumaticus,

misalnya ikan mujair (Oreochromis mossambicus (Peters, 1852))

F. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok).
carilah

Selanjutnya,

lima

jenis

ikan

setiap
yang

kelompok

melakukan

termasuk

golongan

penelusuran
physostomi

pustaka
dan

dan

physoclisti.

Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.

G. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

89

VII. SISTEM INTEGUMEN

A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

beberapa

organ

kelengkapan

tubuh

yang terdapat pada bagian integumen


2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dan membedakan jenisjenis
sisik pada ikan.
3. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

dan

menunjukkan

posisi

derivat-derivat

ikan

yang

terletak

paling

luar.

dari

kulit

kulit lainnya pada tubuh ikan.

B. Kulit dan Derivat Kulit


Integumen
integumen

merupakan

atau

Derivat-derivat

systema

kulit

bagian

tubuh

integumentum

tersebut

adalah

terdiri

sisik,

jari-jari

sirip,

dan
scute

Sistem

derivat-derivatnya.
(skut),

keel

(kil),

kelenjar lendir, dan kelenjar racun.

1.

Kulit
Kulit

merupakan

pembungkus

luar

dan

berfungsi

sebagai

alat

pertahanan

pertama terhadap serangan penyakit serta juga dapat mencegah pengaruh faktorfaktor
luar

terhadap

tubuh

ikan.

Dalam

beberapa

hal,

kulit

juga

dapat

berfungsi

sebagai alat respirasi, alat ekskresi, dan alat osmoregulasi.


2.

Sisik (squama)
Ada

ikan

yang

mempunyai

sisik,

tetapi

ada

juga

yang

tidak

memiliki.

Umumnya, ikan-ikan yang tidak bersisik mempunyai lapisan lendir yang lebih tebal
pada bagian kulitnya dibandingkan ikan-ikan yang memiliki sisik.
Sisik
dimana

yang

satu

terdapat

sisik

di

menutupi

sebelah

bawah

sebagian

sisik

epidermis
di

tersusun

belakangnya.

seperti

Bagian

genteng

sisik

yang

tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup oleh sisik lain disebut exposed part
(bagian terbuka), sedangkan bagian yang tidak tampak karena tertutup oleh sisik
di

depannya

disebut

embedded

part

(bagian

tertutup).

Bagian

yang

terbuka

tersebut merupakan bagian posterior dari sisik dan pada bagian ini terdapat butirbutir
zat

warna

(pigmen,

chromatophora),

sedangkan

pada

bagian

yang

menempel pada kulit (bagian anterior) tidak memiliki pigmen.

90

Sel-sel
bintang,

pigmen

yang

mengandung

dijumpai

terdapat

pigmen

kristal-kristal

hitam

guanin

pada

sisik

yang

disebut

yang

ikan

tampak

umumnya

melanophora.

mengkilap,

pelangi, yang terdapat

di dalam guanophora (iridocyt), serta

dan

(Gambar

garis-garis

disebut

garis

garis-garis

radiair

pertumbuhan.

konsentris

ini

34).

Di

Garis-garis

daerah

digunakan

konsentris

ugahari

sebagai

alat

berbentuk

itu,

kebiru-biruan

juga

seperti

garis-garis konsentris
pada

(temperate,
untuk

Selain

seperti

sisik

ikan

bermusim

menduga

umur

juga

empat),
ikan

dan

disebut annulus (jamaknya: annuli).


Sisik ikan dapat dibedakan atas lima tipe, yaitu (Gambar 35):
a.

Cosmoid,

umumnya

terdapat

pada

ikan-ikan

primitif,

misalnya

Latimeria

chalumnae.
b.

Ganoid,
lapisan

berbentuk
basal

menyerupai

yang

homolog

kubus
dengan

dan

terdiri

atas

dua

sentin

dan

dibuat

lapisan,

yaitu

corium

serta

oleh

lapisan luar yang homolog dengan email dan terdiri atas guanin dan dibuat
oleh epidermis. Sisik ini ditemukan pada ikan sturgeon.
c.

Placoid, berbentuk belah ketupat, pipih dengan bentuk seperti duri mencuat
di

tengah-tengahnya

dijumpai

pada

dan

ikan-ikan

menghadap
bertulang

ke

rawan

belakang

(caudal).

(Chondrichthyes),

Banyak

misalnya

ikan

cucut.
d.

Cycloid

(sisik

lingkaran),

dan

garis-garis

konsentris
pigmen

melanophora.

berbentuk
radiair,

bulat

pipih

mengandung

Ditemukan

pada

dengan

kristal-kristal

ikan-ikan

garis-garis
guanin

berjari-jari

dan
lemah

(Malacopterygii), misalnya ikan mas, ikan hampal, dan sebagainya.


e.

Ctenoid (sisik sisir), bentuknya agak mirip dengan sisik cycloid, tetapi pada
bagian
pada

posterior
ikan-ikan

terdapat
berjari-jari

ctenii
keras

(duri

halus

berupa

(Acanthopterygii),

rigi-rigi).

misalnya

ikan

Ditemukan
tambakan,

ikan tawes, ikan belanak, dan lain-lain.


3. Jari-jari Sirip (Radialia)
Setiap

sirip

disusun

oleh

selaput

yang

terdiri

atas

jaringan

lunak

yang

disebut membrana dan rangka yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan
(cartilago)

yang

dan

juga

ada

disebut
yang

jari-jari

tidak,

sirip

tergantung

atau
pada

radialia.

Ada

jenisnya.

radialia

Radialia

ini

yang

bercabang

bersendi

pada

suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung

91

Gambar 34. Bagian-bagian sisik ikan (Andy Omar, 1987)

92

Gambar 35. Jenis-jenis sisik ikan (Bond, 1979)

93

dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis atau
pada spina haemalis. Sebaliknya, pada sirip yang lain, basalia bersendi pada
tulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubungan
langsung dengan spina vertebra caudalis.
Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas (Gambar 36):
a. Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbukubuku.
Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil.
b. Jari-jari
lemah,
mempunyai
ciri-ciri:
mudah
dibengkokkan,
berbuku-buku,
nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya.
c. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari
lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan.
4. Lendir
Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian
epidermis
kulit.
Kelenjar
ini
menghasilkan
mucin
(glikoprotein)
yang
jika
bercampur dengan air akan membentuk lendir. Fungsi lendir pada ikan antara lain:
a. untuk mengurangi gesekan
b. untuk mencegah infeksi
c. untuk mencegah kekeringan
d. untuk mempertahankan diri
e. untuk membantu dalam proses reproduksi
f. untuk osmoregulasi
5.

Kelenjar Racun
Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang merupakan derivate
dari kulit. Kelenjar ini akan mensekresikan zat yang bila disuntikkan kepada
manusia akan menyebabkan rasa sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Beberapa contoh ikan yang mempunyai kelenjar racun adalah:
a. Cucut (Heterodontus francisci (Girard, 1855)), memiliki kelenjar racun pada
duri sirip punggung.
b. Pari (Pteroplatytrygon violacea (Bonaparte, 1832)), memiliki kelenjar racun
pada duri yang terdapat di sirip ekor.
c. Sembilang (Plotosus lineatus (Thunberg, 1787)), memiliki kelenjar racun
pada duri di bagian kepala.

94

Gambar 36. Jari-jari sirip (Andy Omar, 1987)

95

C. Ikan Beracun
Ikan beracun adalah ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan
saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan
oleh manusia. Secara umum, ikan beracun (poisonous fishes) ditujukan kepada
ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat
toksik (beracun). Ikan berbisa (venomous fishes) biasanya terbatas hanya pada
ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut
pada saat menggigit atau menusuk korbannya. Kenyataannya, semua ikan
berbisa adalah beracun tetapi tidak semua ikan beracun adalah berbisa. Ikan-ikan
yang
secara
nyata
mempunyai
organ
berbisa
(venom
apparatus)
disebut
phanerotoxic, sedangkan ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun
disebut cryptotoxic.
Ikan-ikan beracun dapat dibedakan atas:
a. Ichthyosarcotoxic fishes = ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot,
viscera, atau kulit
b. Ichthyootoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya
pada gonad. Umumnya pada ikan-ikan air tawar. Termasuk ikan-ikan yang
mempunyai telur-telur yang beracun.
c. Ichthyohemotoxic fishes = ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam
darahnya. Ditemukan pada belut air tawar dan beberapa ikan laut.
d. Ichthyocrinotoxic
fishes
=
ikan-ikan
yang
menghasilkan

racun

melalui

sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa. Misalnya boxfishes,


trunkfishes,
hagfishes,
dan
lampreys,
yang
seluruhnya
memproduksi
substansi beracun pada kulitnya dan kadang-kadang melepaskan racun
tersebut ke lingkungan perairan tempat mereka ditemukan.
Ichthyosarcotoxism

adalah

peristiwa

keracunan

akibat

memakan

ikan

yang

mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya. Meliputi antara
lain:
ciguatera poisoning, tetraodon poisoning,
scombroid poisoning, clupeoid
poisoning,
elasmobranch
poisoning,
hallucinatory
poisoning,
cyclostomes
poisoning,
chimaera
poisoning,
dan
gempylid
poisoning.
Ichthyocrinotoxism
adalah peristiwa
pada kulitnya.

keracunan

akibat

terserang

oleh

ikan-ikan

yang

memiliki

racun

96

Ciguatera poisoning adalah peristiwa keracunan ikan yang menimbulkan


gangguan pada alat pencernaan dan syaraf. Merupakan sebuah bentuk rasa
mabuk yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit perut, panas dingin, dan mati
rasa pada mulut. Gejala-gejala lainnya termasuk sakit kepala, kejang, pusing atau
pening, dan kadang-kadang kulit tangan dan kaki melepuh. Istilah ini pertama kali
dipakai pada peristiwa keracunan yang disebabkan oleh Livona picta, sejenis
cacing laut, di Laut Karibia.
Ciguatera poisoning

umumnya

disebabkan

oleh

ikan-ikan

yang

hidup

di

terumbu karang daerah tropis dan ikan-ikan laut yang semipelagis; hidup di dasar
tetapi jarang ditemukan pada kedalaman 200 kaki; di antara 35LU dan 34LS;
pemakan alga bentik, ikan bentik, atau organisme bentik lainnya, dan jarang yang
bersifat
plankton-feeder. Ada
sekitar 440
spesies ikan laut yang bersifat
ciguatoxic. Racun ini juga ditemukan pada beberapa Echinodermata, Moluska,
dan Arthropoda, yang hidup di laut. Sebagian besar ikan laut di perairan tropis
dapat
menyebabkan
ciguatera
poisoning,
walaupun
beberapa
spesies
dapat
bersifat toksik di lokasi geografis tertentu sedangkan di lokasi lainnya tidak.
Ikan-ikan yang sering menyebabkan ciguatera poisoning antara lain adalah:
morays (Muraenidae), barracuda (Sphyraenidae), snappers (Lutjanidae), groupers
(Serranidae), jack (Carangidae), milkfish (Chanidae), tarpons (Elopidae), herrings
(Clupeidae),
anchovies
(Engraulidae),
lizardfishes
(Synodontidae),
conger
eels
(Congridae),
flyingfishes
(Exocoetidae),
squirrelfishes
(Holocentridae),
surgeonfishes
(Acanthuridae),
butterflyfishes
(Chaetodontidae),
mackerels
dan
tuna
(Scombridae),
trunkfishes
(Ostraciidae),
puffer
(Tetraodontidae),
porcupinefishes (Diodontidae), goatfishes (Mullidae), porgies (Sparidae), wrasses
(Labridae), parrotfishes (Scaridae).
Tetrodotoxin adalah racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan
kerabatnya (Tetraodontidae, Diodontidae, dan Molidae). Ovari dan hati merupakan
organ yang paling toksik, sedangkan perut dan usus dapat menyebabkan
kematian,
demikian
juga
mata
dan
ginjal.
Beberapa
spesies
ikan
buntal
mempunyai kulit, jaringan sub-cutaneous, dan testis yang beracun. Struktur kimia
tetrodotoxin mirip dengan tarichatoxin, racun yang ditemukan pada kadal air
Taricha torosa. Tetraodon poisoning merupakan peristiwa keracunan disebabkan
oleh makan ikan buntal (viscera,
Tetrodotoxin (TTX)
disebut
juga

khususnya ovari dan


puffer poison atau

liver)
fugu

dan kerabatnya.
poison ditemukan

pada

97

beberapa

puffers,

ocean

sunfishes,

porcupinefishes,

triggerfishes,

spikefishes,

trunkfishes, dan filefishes. Sekitar 75 spesies bersifat racun.


Scombroid

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan

ikan tongkol dan cakalang (mackerel, tuna, skipjack, bonito, dan Japanese saury
Cololabis
dalam
aksi

saira).

ototnya,
enzim

Jika

ikan

dikenal

dan

scombroid

dengan

bakteri

diawetkan,

istilah

saurine.

pada

saat

ikan

oleh

makan

peristiwa

keracunan

disebabkan

tarpons,

bonefishes

dan

slickheads).

substansi
Substansi

mati.

terbentuk

tersebut

Clupeoid

ikan

Toksisitas

beracun

dibentuk

di

oleh

poisoning

merupakan

(herrings,

anchovies,

tembang

racun

berasosiasi

dengan

rantai

yang

disebabkan

oleh

karena

makanan.
Beberapa

peristiwa

keracunan

lainnya

memakan ikan antara lain adalah:


-

Fish

poisoning

atau

ichthyotoxism

adalah

keracunan

karena

makan

ikan

(bersifat umum).
-

Elasmobranch

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari. Ikan cucut
yang

beracun

sharks

di

antaranya

(Hexanchidae),

adalah

dogfish

requiem

sharks

sharks

(Squalidae),

(Carcharhinidae),
dan

mackerel

cow
sharks

(Lamnidae).
-

Hallucinatory

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan ikan belanak dan kuro


-

Cyclostome

poisoning

adalah

peristiwa

keracunan

disebabkan

oleh

makan

disebabkan

oleh

makan

ikan lamprey dan hagfishes.


-

Gempylid
daging

poisoning
ikan

(semacam

lilin)

adalah

peristiwa

famili

Gempylidae.

dalam

konsentrasi

keracunan
Daging

yang

tersebut

tinggi.

Wax

mengandung

terdiri

atas

cetyl

wax
dan

ester oleyl berasal dari asam oleat dan asam hidroksi-oleat.


Berdasarkan

asal

dari

racun

yang

terdapat

di

dalam

tubuh

ikan,

maka

daging

ikan,

tidak

terdapat beberapa istilah berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu:
-

Ichthyotoxin adalah racun yang berasal dari ikan (secara umum)

Ichthyosarcotoxin

adalah

racun

yang

terdapat

pada

termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri


-

Ichthyohemotoxin adalah racun yang terdapat di dalam darah ikan

98

Ichthyootoxin adalah racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan

Ichthyoacanthotoxin

adalah

racun

yang

disekresikan

oleh

organ-organ

beracun (venom apparatus), seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan.
-

Ichthyocrinotoxin
dihasilkan

oleh

adalah
ikan

racun

hagfishes,

yang

berasal

lampreys,

dari

morays

kelenjar

kulit

(Muraenidae),

yang

soapfishes

(Grammistidae), puffer (Tetraodontidae), dan porcupinefishes (Diodontidae).


-

Ostracitoxin

adalah

substansi

racun

yang

berasal

dari

kulit

ikan

Ostracion

lentiginosus (ikan buntal, boxfish atau trunkfish) untuk membunuh ikan atau
hewan laut lainnya. Racun ini disebut juga pahutoxin.

Kadar
tergantung

racun
kepada

yang
jenis

terdapat
ikan

dan

pada

organ

organnya.

Namun

dalam

ikan

demikian,

berbeda-beda,
ovari

dan

hati

merupakan organ-organ yang sangat berbahaya (Tabel 6).

Tabel 6. Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan

D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan

99

carilah lima jenis ikan ikan-ikan air tawar yang beracun yang terdapat di lokasi
anda. Carilah pula lima jenis ikan-ikan air laut yang beracun. Presentasikan tugas
tersebut di dalam kelas.

E. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Djamali,

A., Burhanuddin, dan M. Hutomo. 1994. Fauna Ikan-ikan Laut Berbisa


dan Beracun di Indonesia. Proyek Pemasyarakatan dan Pembudayaan
IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Halstead,

B.W. 1988. Poisonous and Venomous Marine


Second edition. Darwin Press, Darwin. 1168 p.

Animals

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

of

1977.

to

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

the

World.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

100

VIII. SISTEM ALAT GERAK


A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

dari

sebuah urat daging atau otot ikan.


2. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak urat daging atau otot-otot ikan.
3. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

bagian-bagian

dari

rangka ikan.
4. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak dan nama-nama tulang ikan

B. Otot atau Urat Daging Ikan


Dibandingkan

dengan

vertebrata

lainnya,

ikan

mempunyai

susunan

otot

yang relatif jauh lebih sederhana. Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan
dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
-

otot licin (smooth muscle)

otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle)

otot jantung (cardiac muscle)

Berdasarkan

cara

kerjanya,

otot-otot

yang

terdapat

pada

tubuh

ikan

dipengaruhi

oleh

dipengaruhi

oleh

sehingga

setiap

dibedakan atas dua golongan yaitu:


-

voluntary

muscle,

yaitu

otot

yang

bekerja

karena

rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka


-

involuntary

muscle,

yaitu

otot

yang

bekerja

tanpa

rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung

Urat
urat

daging

daging

tempat

sehingga

tersebut

dimana

mempunyai

pada

dia

fungsi
secara

Untuk

ikan

mempunyai
terdapat.

untuk

dengan

hampir

peranan
Namun

menggerakkan

keseluruhan

melihat

tersebar

seluruh

atau

fungsi

demikian,

ikan

bagian-bagian

tubuh

tersendiri

secara

bagian-bagian

menyebabkan
jelas

di

urat

daging,

dengan

urat

daging

umum

tertentu

mampu

sesuai

dari

bergerak
maka

tubuh

ikan

(berenang).
perlu

dibuat

sayatan melintang pada tubuh ikan agak ke caudal (potongan tegak lurus melalui
tulang punggung). Setelah terpotong dua maka tampaklah otot-otot yang tersusun
dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang berupa lingkaran

101

lingkaran
dari

cranial

disebut

ke

coni

myomer
oleh

konsentris

disebabkan

caudal

musculi.

atau

suatu

ini

oleh

Coni

myotome.

otot-otot

lapisan-lapisan

musculi

Antara

pembungkus

karena

ini

satu

yang

otot

tersusun

myomer

disebut

tersebut

tersusun

secara

rapi
dan

yang

berbentuk

kerucut

secara

segmental

dan

dengan

myomer

myocommata

atau

lainnya

disebut

dipisahkan

myoseptum.

Otot-otot

yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan oleh suatu sekat
yang disebut

septum

vertical. Oleh

suatu

sekat yang disebut

septum

horizontale

atau horizontale skeletogenous septum, otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua
daerah yaitu (Gambar 37):
-

musculi

dorsalis

atau

musculi

epaxialis,

yaitu

kumpulan

otot-otot

yang

yaitu

kumpulan

otot-otot

yang

terdapat di sebelah dorsal septum horizontale


-

musculi

ventralis

atau

musculi

hypaxialis,

terletak di sebelah ventral septum horizontale

Pada
dan

daerah

banyak

septum

mengandung

horizontale
lemak

terdapat

yang

jaringan

disebut

mud

otot

stripe

berwarna

(red

merah

muscle)

atau

musculus lateralis superficialis.


Jika

dilihat

dari

arah

lateral

maka

bentuk

otot-otot

bergaris

melintang

(lateral skeletal musculature) dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Gambar 38):
-

tipe cyclostomine, ditemukan pada ikan-ikan Agnatha

tipe piscine, didapatkan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes


Otot-otot

yang

terdapat
(Gambar

pada

bagian

kepala

pada

bagian

punggung

pada
39),

(Gambar

tubuh
pada

41),

ikan

bagian

pada

sirip

Osteichthyes
di

bawah

dada

dapat

kepala

(Gambar

ditemukan

(Gambar

42),

pada

40),
sirip

perut (Gambar 43), dan pada sirip ekor (Gambar 44). Pada ikan Chondrichthyes,
otot-otot

tersebut

dapat

dibedakan

atas:

otot-otot

appendicular,

otot-otot

branchiomeric, dan otot-otot hypobranchial (Gambar 45 dan 46).

102

Gambar 37. Penampang melintang otot ikan (Andy Omar, 1987)

103

Gambar 38. Tipe otot pada ikan (Andy Omar, 1987)

104

Gambar 39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

Gambar

40.

Otot-otot pada
Omar, 1987)

bagian

di

bawah

kepala

ikan

Osteichthyes

(Andy

105

Gambar 41. Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes (Affandi et al.,
1992)

106

Gambar 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

Gambar 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

107

Gambar

Gambar

45.

46.

Otot-otot appendicular
(Wischnitzer, 1972)

Otot-otot

dan

hypobranchial

branchiomeric

pada

ikan

pada

ikan

Chondrichthyes

Chondrichthyes

(Wischnitzer,

1972)
108

C. Sistem Rangka
Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang
sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen
gigi,

jari-jari

sirip,

dan

penyokong

sel

pada

sistem

saraf.

Rangka

merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat
dibedakan atas:
-

rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)

rangka

dalam

(endoskeleton),

berupa

tulang-tulang

yang

menyusun

rangka

tubuh ikan
Tulang

banyak

mengandung

sebagainya.

Pada

ikan

sebenarnya

berasal

dari

garam

bertulang
tulang

sejati

rawan.

kalsium,

fosfor,

(Osteichthyes),

Proses

magnesium,

tulang

dan

yang

keras

dari

tulang

pembentukan

tulang

seperti

jantung,

rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi.


Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain:
-

memberi bentuk kepada tubuh

sebagai penunjang tubuh

melindungi

bagian

tubuh

sebelah

dalam,

otak,

hati,

alat

pencernaan, dan lain-lain


-

menghasilkan garam kalsium

sebagai alat gerak pasif

sebagai salah satu tempat pembuatan darah

berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu

Berdasarkan

jenisnya,

rangka

tulang

dapat

dibedakan

atas

dua

golongan,

yaitu:
-

osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada
ikan golongan Osteichthyes

cartilago

(tulang

rawan),

golongan

Chondrichthyes

yaitu
dan

tulang-tulang

juga

ikan

yang

terdapat

Osteichthyes

yang

pada

ikan

masih

muda

dan

tulang

Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas:


-

rangka

axial,

terdiri

dari

tulang

tengkorak,

tulang

punggung,

rusuk

109

rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya

rangka

appendicular,

yaitu

rangka

anggota

badan,

seperti

jari-jari

sirip

dan

tulang-tulang penyokongnya.
Untuk
preparat

mengamati

tulang.

rangka

Preparat

ikan

tulang

secara

dibuat

umum,

dari

terlebih

ikan

yang

dahulu

harus

dibuat

berukuran

cukup

besar

sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan
untuk membuat preparat tulang, yaitu:

a. Cara fisik
Ikan
termasuk
dengan
tidak

Teleostei
sisik-sisik

air

ikan

panas

rapuh.

yang

Otot-otot
pinset

pada

tulang,

dibersihkan

tidak

mengalami

besar

tersebut

secara

menggunakan

agak

ada.

perlahan-lahan

yang

dan

jika

(misalnya

terdapat

pisau.

Jika

dengan

pembusukan

Setelah
diperoleh

pada

tubuh

masih

ada

rangka

cakalang)

bersih,

agar

menggunakan

maka

ikan

tersebut

siramlah

rangka
ikan

yang

yang

Agar

ikan

bagus

dibersihkan

otot-otot

sikat.

dibersihkan,

dicelupkan

ke

dan

dengan

tersisa

otot-otot

itu

melekat

yang

tersisa

dalam

larutan

formalin selama 5 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut
keadaan

preparat

dalam

keadaan

lurus

seperti

sebelum

diberikan

perlakuan.

Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 7


hari

sambil

dibersihkan

potongan-potongan
maka

potongan

perekat.

jika

tulang
tersebut

Preparat

yang

masih

ada

yang

terlepas

ditempel

pada

sudah

selesai

otot-otot

kecil

yang

selama

proses

tempatnya

semula

sebaiknya

disimpan

melekat.

Jika

ada

penyikatan/penjemuran
dengan
di

menggunakan

dalam

kotak

agar

tidak terganggu.

b. Cara kimiawi
Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 5 menit
dalam

panci

yang

berukuran

besar

agar

posisi

ikan

tersebut

tidak

bengkok.

Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 12


jam

sampai

daging

ikan

tersebut

mudah

dikelupas.

Jika

masih

sulit

terkelupas,

ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah
otot-otot

ikan

tersebut

terkelupas,

rangka

preparat

disimpan

pada

wadah

yang

aman.

110

c. Cara biologis
Pembuatan

rangka

ikan

secara

biologis

dilakukan

dengan

membiarkan

ikan

membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang


kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah
agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati
apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses
pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya.
Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman,
preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak
bergerak-gerak.
Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas
rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50,
dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52).
D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok),
kemudian
masing-masing
kelompok
mempresentasikan
selama
10
menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa
otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif?
E. Daftar Pustaka
Affandi,

R.,

Alamsjah,

D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu


Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen

Andy

Biologi
Bogor.

Perairan.

Fakultas

Perikanan.

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Institut

Ichthyologi.

Pertanian

Jurusan

Bogor,

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

111

Gambar 47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

Gambar 48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

112

Gambar 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)

113

Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)

Gambar 51. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)

114

Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987)
Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

115

IX. SISTEM PENCERNAAN

A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ
pencernaan beserta modifikasinya
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi organ-organ
pencernaan beserta modifikasinya.
3. Agar
mahasiswa
mampu
memahami
dan
menjelaskan
fungsi
kelenjar
pencernaan
B. Alat Pencernaan
Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Fungsi alat
pencernaan adalah untuk menghancurkan zat makanan (molekul makro) menjadi
zat terlarut (molekul mikro) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan
kemudian dapat digunakan pada proses metabolisme di dalam tubuh ikan. Proses
pencernaan pada ikan terjadi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi di
dalam rongga mulut dan lambung, dan secara kimiawi yang terjadi di dalam
lambung dan usus.
Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan
spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola
adaptasi terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi
adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan.
Alat pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang
meliputi mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum,
intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati,
empedu, dan pancreas.
Setiap
alat
pencernaan
memiliki
tugas
masing-masing.
Mulut
berguna
untuk menangkap atau mengambil makanan. Adaptasi mulut ikan terhadap
makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan.
Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan lain,
umumnya
mempunyai
mulut
yang
lebar,
sedangkan
ikan-ikan
yang
biasa
mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada
substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal (misalnya ikan
tambakan, Helostoma temmincki). Sebaliknya ikan belanak (Liza sp.) yang

116

mencari makanan di dasar perairan mempunyai bibir yang tebal dan kadangkadang
mulutnya dapat disembulkan.
Rongga
makanan.

mulut

Di

berfungsi

untuk

tempat

rongga

mulut

terdapat

dalam

mencabik

atau

gigi-gigi.

memotong-motong

Berdasarkan

letaknya,

terdapat tiga macam gigi pada ikan bertulang sejati, yaitu gigi mulut, gigi rahang,
dan gigi pharynx (Gambar 53). Sebaliknya berdasarkan bentuknya, gigi ikan dapat
dibedakan

atas:

cardiform

(untuk

merobek),

villiform

(untuk

merobek),

canine

(untuk mencengkeram), incisor, dan molariform (untuk menggerus)(Gambar 54).


Lambung
terdapat

merupakan

kelenjar

cairan

ini

yang

tergantung

herbivora

berbeda

mempunyai
palsu

beberapa
untuk

dengan

merupakan

mempunyai

sedangkan
sp.),

proses

yang

pada
ikan

lambung

tertentu

lambung

ikan

yang

ikan
ada

usus

bagian

berbentuk
seperti

lambung

mengalami

modifikasi.

makanan

gizzard

55).

Gizzard

(Gambar

lambung

sangat

Lambung

merupakan

yang

lambung
ikan

(Gambar

55),

(Gambar
ikan

56).

Pada

belanak

(Liza

berfungsi

mempunyai

tidak

Umumnya

tabung

Pada

ikan

herbivora

depan.

kantung

menjadi

dimana

Ikan

seperti

dindingnya

lambung

tersebut.
maka

berbentuk

modifikasi

asam

carnivora.

kalaupun

Pada

anatomi

omnivora

mengalami

menggiling

makanan

penggelembungan

dan

Bentuk

kebiasaan

sebenarnya,

makanan.

enzim

pencernaan.

lambung

ikan

penampungan

menghasilkan

kepada

lambung

yang

carnivora

dapat

membantu

bervariasi

tempat

sebagai

dinding

alat

(lapisan

otot) yang lebih tebal dibanding dengan dinding lambung biasa. Pada ikan cucut,
usus

mengalami

(spiral

valve).

modifikasi
Dengan

dimana

adanya

pada

spiral

bagian

valve

dalamnya

ini,

daerah

membentuk

spiral

penyerapan

zat-zat

makanan yang telah dicerna semakin luas (Gambar 57).


Pylorus

terletak

setelah

lambung,

berperan

dalam

mengatur

keluarnya

makanan yang dicerna di lambung dan masuk ke dalam usus. Sedangkan usus
merupakan

tempat

selanjutnya

sisa

mempunyai

lambung,

proses

makanan

penyerapan
dibuang

pencernaan

zat

melalui

yang

makanan
anus.

intensif

ikan-ikan

herbivora

memiliki

usus

yang

tubuhnya,

sedangkan

ikan-ikan

carnivora

Ikan-ikan

terjadi

panjangnya

memiliki

yang

usus

di

telah

tercerna,

herbivora

dalam

usus.

beberapa
yang

yang

pendek

dan
tidak

Umumnya

kali
atau

panjang
sangat

pendek bila dibandingkan dengan panjang tubuhnya.

117

Gambar 53. Letak gigi pada ikan Osteichthyes (Bond, 1979)

Gambar 54. Bentuk-bentuk gigi ikan (Lagler et al., 1977)

118

Gambar 55. Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard (Afandi et al., 1992)

Gambar 56. Alat pencernaan ikan omnivora (Affandi et al., 1992)

119

Gambar 57. Alat pencernaan ikan cucut (Wischnitzer, 1972)

120

C. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan ikan umumnya terdiri dari:
a. Saluran pencernaan (tractus digestivus),
Walaupun
hampir

bentuk

sama,

saluran

tetapi

pencernaan

masih

dapat

ikan

dari

dibedakan

depan

sampai

masing-masing

ke

belakang

bagian,

sebagai

berikut:
-

rongga mulut (cavum oris), pada rahangnya terdapat gigi-gigi kecil.

lidah

(lingua),

banyak

melekat

mengandung

pada

dasar

kelenjar

lendir

mulut

dan

(glandula

tidak

dapat

mucosa)

tetapi

lanjutan

rongga

digerakkan,

tidak

memiliki

kelenjar ludah (glandula salivales).


-

pangkal

tenggorokan

(pharynx),

merupakan

mulut

yang

lanjutan

dari

terdapat di daerah sekitar insang.


-

kerongkongan

(esophagus),

sangat

pendek

dan

merupakan

pharynx, berbentuk seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang.


-

ventikulus
saluran
jelas.

(lambung),

merupakan

memanjang yang agak


Pada

beberapa

tonjolan-tonjolan
(appendices
permukaan

pyloricae).
dinding

dari

membesar.

spesies

berbentuk

lanjutan

tertentu,

kantong

Kantong

ventrikulus

agar

dan

Batas dengan usus

di

bagian

buntu

buntu

esophagus

akhir

yang

ini

berguna

pencernaan

dan

tidak terlalu

ventrikulus

disebut

berupa

terdapat

pyloric

untuk

caeca

memperluas

penyerapan

makanan

dapat berlangsung lebih sempurna.


-

usus

(intestinum),

berbentuk

seperti

pipa

panjang

yang

berkelok-kelok

dan

sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini
diikat

oleh

suatu

alat

penggantung

yang

disebut

mesenterium,

yang

merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium).


b. Kelenjar pencernaan (glandula digestoria)
-

hati

(hepar),

bentuknya

besar,

berwarna

merah

kecoklat-coklatan,

letaknya

di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus.


-

kantong

empedu

berwarna

kehijau-hijauan,

saluran
empedu

yang

(vesica

disebut

berfungsi

fellea),

terletak

ductus

untuk

bentuknya

pada

cysticus

menampung

bagian
yang
dan

bulat
depan

bermuara

bila
dari
pada

berisi
hati,

penuh,

mempunyai

usus.

Kantong

menyimpan empedu (bilus) dan

121

mencurahkannya

ke

dalam

usus

bila

diperlukan.

lain

yang

Empedu

berguna

untuk

mencernakan lemak.

Suatu
pada

kelenjar

ikan

melekat

karena

pada

pencernaan
bersifat

mesenterium

mikroskopis.
di

antara

disebut

Limpa

usus

atau

dan

pancreas
lien

gonad,

tidak

berwarna
tidak

ditemukan
merah

masuk

ke

tua,
dalam

sistem pencernaan melainkan termasuk dalam systema reticulo-endothelia.


Secara

garis

besarnya,

perbedaan

antara

struktur

alat

pencernaan

ikan

herbivora dan ikan carnivora adalah:


a. Untuk ikan herbivora:
-

gigi tumpul dan kadang-kadang halus

tidak

memiliki

lambung

tetapi

usus

bagian

depan

membesar

membentuk

lambung palsu
-

panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya

tapis insang panjang dan rapat

b. Untuk ikan carnivora:


-

gigi runcing (gigi taring)

lambung memanjang

panjang usus sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya

tapis insang pendek dan tidak rapat

D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok),

kemudian

masing-masing

kelompok

mempresentasikan

selama

10

menit proses pencernaan pada ikan secara fisik dan kimiawi.

E. Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

122

Alamsjah,

Andy

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Omar,

S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Ichthyologi.

Jurusan

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler,

K.F.,

J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

123

X. SISTEM PERNAPASAN
A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan sistem pernapasan.


2. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

bagian-bagian

dari

organ

pernapasan

dan

pelepasan

dan alat pernapasan tambahan.

B. Organ Pernapasan
Pernapasan
karbon

merupakan

dioksida

diperlukan

oleh

organ

proses

suatu

pernapasan.

pengambilan

organisme
Pada

ikan,

oksigen

hidup.

Untuk

dapat

proses

pernapasan

bernapas

umumnya

maka

dilakukan

dengan menggunakan insang (branchia).


Insang
lainnya.

ikan

Pada

juga

stadia

mengalami

larva,

insang

perkembangan

belum

sempurna

sebagaimana
dan

belum

organ-organ

dapat

berfungsi.

Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac)
atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar (Gambar 58).
Setiap insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Gambar 59):
-

Filamen

insang

(hemibranchia

gill

filament),

berwarna

merah,

terdiri

dari

jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak
mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan
merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air.
-

Tulang

lengkung

melekatnya
darah

insang

filamen

(arteri

dan

afferent

(arcus
tapis

dan

branchialis
insang,

arteri

gill

berwarna

efferent)

arch),

putih,

yang

merupakan

dan

tempat

memiliki

memungkinkan

saluran

darah

dapat

keluar dan masuk ke dalam insang.


-

Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang
pendek

dan

insang,

berfungsi untuk

pemakan
sesuai

sedikit

plankton,

bergerigi,

tapis

dengan fungsinya

melekat

menyaring air
insangnya
sebagai

pada

bagian

pernapasan.

rapat

dan

depan

dari

lengkung

Pada ikan-ikan

herbivore

ukurannya

alat penyaring makanan.

panjang.

Hal

ini

Sedangkan pada

ikan-ikan carnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek


(Gambar 60).

124

Gambar 58. Alat pernapasan pada larva ikan (Affandi et al., 1992)

Gambar 59. Bagian-bagian insang ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)

Gambar 60. Insang pada ikan herbivora (A) dan karnivora (B)(Affandi et al., 1992)

125

Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup

oleh penutup insang

(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri bagian
belakang

dari

kepala,

berbentuk

seperti

setengah

membundar.

Setiap

tutup

insang terdiri atas (Gambar 61):


-

Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu:


-

os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling


dorsal

os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit


dan terletak paling cranial

os

interoperculare,

merupakan

tulang

kecil

yang

terletak

di

antara

os

operculare dan os preoperculare


-

os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal

Membrana
operculum

branchiostega,
dan

berakhir

merupakan
bebas

di

selaput

tepi

tipis

belakang

yang

dari

melekat

operculum.

pada

Berfungsi

sebagai klep untuk menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga
insang dari arah belakang.
-

Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian


ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega.

Ikan-ikan
penutup

insang.

bertulang
Insang

rawan
ikan

(Chondrichthyes)

tersebut berada

di

tidak

dalam

memiliki

tulang-tulang

rongga dan

berhubungan

keluar melalui celah-celah insang yang berjumlah sekitar 5 7 buah (Gambar 62).
C. Organ Pernapasan Tambahan
Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga
menggunakan
mempunyai
forsteri

paru-paru
organ

(Krefft,

annectens

paru-paru

1870)),

(Owen,

sebagai
adalah

ikan

1839)),

organ

dan

ikan

paru-paru
ikan

pernapasannya.
paru-paru

Afrika
paru-paru

Ikan-ikan

Australia

Timur
Amerika

(Neoceratodus

(Protopterus
Selatan

yang

annectens
(Lepidosiren

paradoxa Fitzinger, 1837).


Selain

insang

dan

paru-paru,

beberapa

jenis

ikan

tertentu

memiliki

alat

pernapasan tambahan yang berupa:


a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan

derivate

dari lengkung insang.

126

Gambar 61. Tulang penutup insang pada ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)

Gambar 62. Celah insang pada ikan cucut (Wischnitzer, 1972)

127

Pada

ikan

betok

(Anabas

testudineus

(Bloch,

1792)),

organ

labyrinth

terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang menghubungkan


labyrinth dan insang (Gambar 63).
b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang.,Pada ikan lele (Clarias
batrachus

(Linnaeus,

1758))

alat

pernapasan

tambahan

ini

terletak

ruang

pharynx,

di

bagian atas depan insang (Gambar 64).


c. Diverticula,

lipatan

kulit

pada

bagian

mulut

dan

misalnya

pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))(Gambar 65).


d. Alat

pernapasan

tambahan

berupa

tabung,

misalnya

pada

ikan

Heteropneustes microps (Gnther, 1864) dan jenis catfish lainnya.


e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung pembuluh
darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo Lesson, 1831).

D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok),
blodok

kemudian

(Periophthalmus

masing-masing
argentilineatus

kelompok

menjelaskan

Valenciennes,

mengapa

1837)

dapat

ikan

bertengger

pada akar-akar pohon bakau. Presentasikan selama 10 menit.

E. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
128

Gambar 63. Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)(Affandi et al., 1992)

Gambar

64.

Organ
1992)

arborescent

pada

ikan

lele

(Clarias

batrachus)(Affandi

et

al.,

129

Gambar

65.

Diverticula
1992)

pada

ikan

gabus

(Ophiocephalus

striatus)(Affandi

et

al.,

130

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Introduction

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

for

to

Comparative

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

131

XI. SISTEM PEREDARAN DARAH

A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

sistem

peredaran

darah atau systema circulatoria.


2. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

dan

menjelaskan

fungsi-fungsi

bagian

dari jantung ikan.


B. Jantung
Sistim
satu

jalur

peredaran
sirkulasi

darah

pada

peredaran

ikan

darah.

bersifat

Pada

tunggal,

sistem

artinya

tersebut

hanya

darah

terdapat

mengalir

dari

jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi
ke jantung.
Pada
sejati

ikan,

jantung

(Osteichthyes)

umumnya

memiliki

terletak

letak

jantung

di

belakang

relatif

lebih

insang.
ke

Ikan

depan

bertulang

dibandingkan

dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun oleh otot jantung
yang

bekerja

terdapat
66)

dan

tidak

sedikit
ikan

di

bawah

perbedaan
bertulang

pengaruh

antara

rawan

rangsang

struktur

(Gambar

jantung
67).

(involuntary).
ikan

Namun

Secara

bertulang
demikian,

sejati

anatomis
(Gamba

fungsinya

sama

yaitu memompakan darah yang kadar oksigennya rendah menuju ke insang untuk
mengikat oksigen dan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Jantung

terdapat

di

dalam

rongga

pericardium.

Jantung

ini

dibungkus

oleh

terdapat

pada

suatu selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas:


-

Sinus

venosus,

berdinding

tipis

dan

berwarna

merah

coklat,

bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena
hepatica dan ductus Cuvier.
-

Atrium

(serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua,

bersifat tunggal

dan menerima darah dari sinus venosus.


-

Ventikel

(bilik),

berwarna

merah

muda

karena

dindingnya

tebal,

bersifat

tunggal, menerima darah dari atrium.


-

Bulbus

arteriosus

(conus

arteriosus),

merupakan

lanjutan

dari

ventrikel,

berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta


ventralis.

132

Gambar 66. Struktur jantung Osteichthyes (Chiasson, 1980)

Gambar 67. Struktur jantung Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)

133

C. Darah
Darah
dan

adalah

bahan-bahan

cairan

yang

tersuspensi.

di

dalamnya

Darah

tersusun

terkandung
dari

dua

bahan-bahan

komponen

terlarut

yaitu

plasma

darah dan sel darah. Plasma darah antara lain tersusun atas air, mineral, nutrien,
gas terlarut,
bagian

enzim, hormon,

yaitu

(leucocyte).
granula)

dan

butir

agranulocyte

atas

acidophil,

penyusun

darah

Selanjutnya,

dibedakan
yaitu

butir-butir

dan antibodi.

tiga

putih

(yang

tidak

dan

butir-butir

(eryhtrocyte)

darah

komponen

neutrophil,

terbesar

merah

Sel darah dapat dibedakan atas dua

terdiri

darah

putih

atas

butir-butir

granulocyte

memiliki

berdasarkan
basophil.

dan

granula).

kemampuannya

Sebaliknya,
terdiri

(yang

putih

memiliki

Granulosit

dapat

menyerap

warna,

agranulosit

atas

darah

yang

lymphocyte,

merupakan

monocyte,

dan

thrombocyte (Affandi et al., 1992).


Darah
mengambil
dan

zat

berfungsi
sisa-sisa

imunitas

mengandung
oksigen,

yang

ke

bagian

selanjutnya
dan

beberapa

mengedarkan

metabolisme

haemoglobine

pembentukan
Pada

untuk

tubuh

(Hb)
akan

pembersihan
jenis

untuk

ikan

zat

makanan

dibuang,

yang

memiliki

digunakan

untuk

tertentu,

dilakukan

seluruh

mengedarkan

memerlukannya.

yang

darah

ke

enzim,

Butir

kemampuan

organ

untuk

darah

dibuat

pada

sistem

pembuluh

limfa

bagian

hormon,

darah

proses metabolisme.
pada

tubuh,

merah
mengikat

Pada

ikan,

(spleen,

lien).

tubuh

lainnya,

misalnya pada dinding usus.

D. Saluran Pembuluh Darah


Saluran

pembuluh

darah

atau

darah

dalam

tubuh

ikan

dapat dibedakan atas (Gambar 68 76):


-

Pembuluh utama, yaitu arteri dan vena, yang terdapat di sepanjang tubuh.
Arteri (pembuluh nadi) merupakan pembuluh darah yang mempunyai dinding
yang

tebal

membawa

dan
darah

kuat

tetapi

meninggalkan

tidak

mempunyai

jantung.

Vena

klep-klep,
(pembuluh

berfungsi
balik)

untuk

merupakan

pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap
jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung.
-

Pembuluh cabang, yaitu cabang-cabang dari pembuluh utama yang menuju ke


kulit, rangka, otot, spina cord (sumsum tulang belakang), organ pencernaan,
dan lain-lain.

134

Gambar

68.

Gambar

69.

Sistem peredaran
(Chiasson, 1980)

darah

di

Sistem peredaran darah pada


Osteichthyes (Chiasson, 1980)

bagian

organ

kepala

dalam

ikan

bagian

Osteichthyes

kanan

ikan

135

Gambar 70. Sistem peredaran


(Chiasson, 1980)

Gambar

71.

darah pada organ dalam bagian kiri Osteichthyes

Sistem peredaran
(Chiasson, 1980)

darah

pada

aorta

dorsalis

ikan

Osteichthyes

136

Gambar
1980)

Gambar

72.

73.

Sistem

peredaran

darah

Sistem
peredaran
(Wischnitzer, 1972)

pada

darah

ginjal

pada

ikan

insang

Osteichthyes

ikan

(Chiasson,

Chondrichthyes

137

Gambar

74.

Sistem peredaran
(Wischnitzer, 1972)

darah

pada

aorta

dorsalis

ikan

Chondrichthyes

138

Gambar 75. Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes
(Wischnitzer, 1972)

139

Gambar

76.

Sistem peredaran
(Wischnitzer, 1972)

darah

pada

daerah

ginjal

ikan

Chondrichthyes

140

Cabang-cabang
organ-organ

pembuluh

tubuh

adalah

darah

kapiler

yang

kontak

darah.

Pada

langsung
kapiler

dengan
darah

sel-sel
inilah

dari
terjadi

pertukaran zat, baik bahan nutisi maupun gas.

E. Limfa (Lien)
Limfa

berfungsi

dalam

pembentukan

sel

darah

dan

untuk

mengembalikan

darah yang masuk jaringan ke sistim-sistim sirkulasi. Sistem limfatik adalah suatu
bagian

penting

dalam

keluar

dari

saluran

selain

mengumpulkan

sirkulasi

darah

dan

limfa

sehubungan
masuk

juga

ke

untuk

dengan

dalam

kembalinya

jaringan.

memurnikannya

Fungsi
dan

plasma
sistem

yang
limfatik

mengembalikannya

kepada saluran darah.

F. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok).
terhadap

Setiap
ukuran

kelompok
dan

jumlah

menjelaskan
butir-butir

pengaruh
darah

perbedaan

merah

ketinggian

pada

ikan

lokasi

pada

saat

dipresentasikan.

G. Daftar Pustaka
Affandi,

R.,

D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu


Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.

Andy

Omar,

Biologi

Perairan.

Fakultas

dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum
Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Ichthyologi.

Jurusan

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.

141

Lagler,

K.F.,

J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

1977.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

142

XII. SISTEM UROGENITAL


A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan sistem urogenital (uropoetica-genitalia)


2. Agar

mahasiswa

mampu

mengenali

organ

yang

berperan

dalam

ekskresi

(ginjal) dan reproduksi (gonad).


3. Agar

mahasiswa

mampu

menjelaskan

perbedaan

antara

gonad

jantan

dan

betina
4.
B. Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi)
Organ

utama

dari

sistem

pembuangan

sisa-sisa

hasil

metabolisme

adalah

ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui usus dan
kulit.

Pada

ikan, pembuangan

sisa-sisa metabolisme

terutama

melalui

insang dan

ginjal.
Bahan
dan

yang

penguraian
dikurangi

yang

dibuang

lainnya

dalam

asam

amino

dengan

cara

tersebut
bentuk

dan

sebagian
urine.

bersifat

merubahnya

besar

berbentuk

Ammoniak

sangat

toksik.

menjadi

ammoniak

(NH3)

merupakan

hasil

sisa

Toksisitas

NH3

ini

dapat

seperti

urea,

persenyawaan

lain

dari

asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air yang
cukup.
Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah:
-

Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar


ruang

peritoneum,

menempel

di

bawah

tulang

punggung

memanjang

dari

dekat anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas.
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaanpersenyawaannya
yang non-toksik.
-

Ureter

(ductus

mengalirnya
dorsal

mesonephridicus

urine

rongga

(air seni)

badan

dan

yang
menuju

saluran
berasal
ke

Wolffian),

dari

belakang.

ginjal,
Pada

merupakan

tempat

terdapat

di

pinggiran

ikan

jantan,

kedua

saluran ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari
ujung belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia
menuju ke sinus urogenitalia.

143

Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan,
dan

merupakan

tempat

penampungan

urine

sebelum

dikeluarkan.

Pada

beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat
anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil.
-

Urethra,

merupakan

saluran

yang

pendek,

berasal

dari

kantong

urine

dan

menuju ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh.
Pada

ikan

Chondrichthyes,

ginjal

berbentuk

sepasang

lembaran

(pita)

sangat panjang berwarna kecoklatan yang terletak pada tiap sisi garis tengah atap
ruang

pleuroperitoneum

berbeda,

ketebalan

(posisi

ginjal

retroperitoneum).

berbeda.

Bagian

Pada

depan

beberapa

lebih

tipis,

bagian

sedangkan

yang
bagian

belakang lebih tebal dan berfungsi sebagai alat ekskresi. Bagian ginjal depan ikan
betina

berdegenerasi.

ligamen

yang

sederetan

Badan-badan

tersebut.

dorsal

coprodeum,
bagian

kuat.

lembaran

ini

Papilla

sedangkan
terpisah

Pada

bagian

oleh

pucat

urinaria

lubang rectum.

ginjal

tersebut

suprarenal

bercak-bercak berwarna

ginjal-ginjal
sebelah

Kedua

(badan-badan

terletak
berbentuk

bagian

setengah

lipatan-lipatan

dihubungkan

setengah

dan

dekat

runcing

dorsal

ventralnya

kecil

chromaffin)

memanjang di
kecil

dari

disebut

membujur

di

oleh

sebuah
berbentuk

sisi tengah
terletak

di

cloaca

disebut

urodeum.

Kedua

sepanjang

tiap

dinding

sisi luar dari cloaca. Ductus Wolffian (mesonephridicus) terletak di antara oviduct
dan

ginjal-ginjal.

Pada

ikan

betina

muda,

ductus-ductus

ini

susah

ditemukan.

Sebaliknya pada ikan betina yang matang gonad, ductus-ductus ini terletak pada
garis

penempel

dari

mesotubaria

dan

merupakan

sebuah

tabung

yang

kecil

menuju ke cloaca.

C. Sistem Genitalia (Sistem Kelamin)


Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan
sistem

kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina disusun

oleh (Gambar 77):


-

Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang
jernih,

terdapat

bintik-bintik

karena

berisi

sel

telur

(ova).

Alat

penggantung

ovarium disebut mesovarium.

144

Saluran

telur

pendek

dan

(oviduct),
bersatu

merupakan

pada

bagian

saluran

tempat

belakangnya

lewatnya

untuk

ova,

selanjutnya

sangat

bermuara

pada porus genitalia.


Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh (Gambar 77):
-

Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk


testes

agak

spermatozoa.
Bentuk

kompak

dan

Proses

pembentukan

spermatozoa

bermacam-macam

tergantung

spermatozoa

berwarna

putih.

Di

dalam

testes

disebut
kepada

dihasilkan

spermatogenesis.
spesies

ikan.

Alat

penggantung testes disebut mesorchium.


-

Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada
bagian

belakangnya

membentuk

suatu

ruang

genital

yang

terbuka

ke

arah

luar, terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus.


-

Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar
dan tempat pelepasan sperma.
Alat reproduksi ikan cucut betina (Gambar 78) adalah:

Ovari, merupakan dua buah kelenjar yang halus, memanjang berwarna coklat
keputihan

(krem),

terletak

pada

tiap

sisi

dari

lembaran-lembaran

(lobi)

hati.

Pada ikan yang matang gonad, pada ovari ini terdapat tonjolan-tonjolan yang
bulat pada sisi bagian atas. Tonjolan tersebut merupakan telur dari beberapa
stadia

perkembangan.

Ovari

tergantung

pada

bagian

atas

ruang

pleuroperitonium dengan perantaraan mesovarium.


-

Ostium (ostium tubae abdominale), merupakan sebuah celah yang tegak lurus
di antara dua lapisan ligamen yang berbentuk bulan sabit (falciform). Pada ikan
yang masih muda celah tertutup, sedangkan pada ikan dewasa ia terbuka dari
ruang pleuroperitoneum ke dalam saluran telur (oviduct) untuk memindahkan
telur dari ovari.

Saluran

telur

dimana

ova

(oviduct,

tabung

Fallopia,

biasanya

dibuahi

(karena

atau

ductus

pembuahan

Mller),
terjadi

di

adalah

ruang

dalam

tubuh

induk).
-

Kelenjar

pembungkus

(kelenjar

nidamental),

menghasilkan

suatu

lapisan

tipis

pada beberapa telur.

145

Gambar

77.

Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes (Affandi et al.,


1992). 1a. ovarium, 1b. testes, 2. ginjal, 3a. oviduct, 3b. vasa
deferensia, 4. ductus Wolffian, 5. sinus urogenitalia, 6. Vesica
urinaria, 7. porus urogenitalia

146

Gambar 78. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina (Affandi et al., 1992)

147

Mesotubarium,

jaringan

ikat

penggantung

oviduct,

kelenjar

pembungkus,

dan

uterus yang terletak di belakang.


-

Uterus,

adalah

bagian

dari

oviduct

yang

membesar

tempat

telur-telur

yang

telah dibuahi dikandung.


-

Cloaca, merupakan ruangan atau tempat bermuara ujung saluran pencernaan,


ujung saluran urine, dan tempat keluarnya anak ikan.
Alat reproduksi ikan Chondrichthyes jantan adalah (Gambar 79):

Testes, merupakan dua buah kelenjar yang halus, terletak di sebelah atas lobi
hati, berisi banyak sekali saluran-saluran halus (microtubuli) yang merupakan
suatu epitel yang disebut epitelium germinalis. Testes merupakan tempat selsel
kelamin
atap

jantan

ruang

(spermatozoa)

pleuroperitoneum

diproduksi.
dengan

Testes

tersebut

perantaraan

tergantung

mesorchium

pada

(jamak

mesorchia).
-

Saluran-saluran

efferen, merupakan

saluran-saluran yang halus,

terdapat

lima

atau enam buah melalui mesorchia dari testes ke ginjal.


-

Epididymis,
efferen

bagian

dari

saluran

testes

penghubung

bersambung

sperma

dengan

yang

saluran

halus.
halus

Saluran-saluran
epididymis

dan

selanjutnya bergabung dengan ductus Wolffian (ductus mesonephridicus) yang


berfungsi sebagai saluran sperma. Pada ikan yang matang gonad, ductus ini
sangat berlipat; sedangkan pada yang muda lurus saja (seperti pada ikan
betina).
-

Saluran deferens (ductus deferensia = ductus epididymis), merupakan tabung


yang bertingkat. Bagian dari saluran deferens yang terletak tepat di belakang
testes disebut kelenjar Leydig yang menghasilkan cairan yang diperlukan agar
spermatozoa dapat berfungsi dengan normal.

Kantong
ductus

seminalis
deferensia

(vesicula
yang

lurus

seminalis),
dan

merupakan

berkembang,

bagian

tempat

belakang

dari

spermatozoa

dan

tempat penghasil sekresi yang dimasukkan ke dalam saluran tersebut.


-

Kantong sperma, merupakan ujung pelebaran dari kantong seminalis.

Papilla urogenitalia, besar dan kadang-kadang pada ikan yang matang gonad
tampak melengkung (bengkok), sedangkan pada ikan betina lebih kecil dan
biasanya lurus.

148

Gambar 79. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan (Affandi et al., 1992)

149

Sinus

urogenitalia,

belakang

bertemu.

tempat
Urine

kedua

dan

saluran

sperma

spermatozoa masuk

pada

bagian

ke

dalam

urine

dari

sebelah

cloaca melalui

lubang pada ujung papilla.


-

Saluran-saluran

urine

pembantu

yang

menerima

tubuli

uriniferi.

Saluran-saluran ini terletak sejajar sisi tengah dari ginjal, memasuki kantong
sperma
seminalis

melalui

sebuah

(kantong

lubang

sperma).

kecil

Pada

yang

ikan

terdapat

betina

tidak

di

tengah

terdapat

dari

papilla

saluran-saluran

pembantu ini.

D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok).

Masing-masing

kelompok

menjelaskan

perbedaan

sistem

genital

ikan

Osteichthyes dan Chondrichthyes, baik jantan maupun betina, dan presentasikan.

E. Daftar Pustaka
Affandi,

R.,

D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu


Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Biologi

Perairan.

Fakultas

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.


Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle,

P.B.

Wischnitzer,

1977.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Ichthyology.

Anatomy.

150

XIII. SISTEM SARAF

A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar

mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan

apa

yang

dimaksud

dengan sistem saraf atau systema nervorum..


2. Agar mahasiswa mampu mengenali otak dan bagian-bagiannya.
B. Sistem Saraf
Ikan

menerima

rangsang

tersebut

selanjutnya

Rangsangan

dari

lingkungannya

diteruskan

dalam

melalui
bentuk

organ
impuls

perasa.
ke

otak.

Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku.
Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan stadia embrio dan berasal
dari

lapisan

germinal

terluar

(ectoderm).

Unit

terkecil

dari

sistem

saraf

disebut

neuron (sel saraf). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel).
Perpanjangan
axon

sel

(berfungsi

terdiri
sebagai

atas

dendrite

penerus

(berfungsi

impuls).

sebagai

Pertemuan

penerima

antara

axon

impuls)
dan

dan

dendrite

dari sel saraf lainnya disebut synapse.


Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas:
-

Sistem

saraf

pusat

(systema

nervorum

centrale),

disusun

oleh

otak

(encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).


-

Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf otak
(nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis).

Sistem

saraf otonom,

disusun oleh sistem

saraf parasymphatic dan

system

saraf symphatic.
-

Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi (linea
lateralis), hidung, telinga, dan mata.

C. Jenis-jenis Saraf
Berdasarkan

pada

fungsi

organ

yang

dirangsang,

saraf

dapat

digolongkan

atas:
-

Saraf

cerebrospinalis,

yaitu

saraf

yang

merangsang

otot

bergaris

(striated

merangsang

jantung

(cardiac

muscle).
-

Saraf

otonom

(vegetatif),

yaitu

saraf

yang

muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar-kelenjar.

151

Berdasarkan

atas

fungsi

dari

rangsang

itu

sendiri,

saraf

dapat

digolongkan

atas:
-

Saraf sensibel (afferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari perifer
(sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat).

Saraf motoris (efferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke
perifer.

Saraf penghubung, yaitu saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang
satu

dengan

yang

lainnya,

misalnya

antara

saraf

sensibel

dengan

saraf

pembungkusnya

telah

motoris.

D. Otak
Otak

ikan

hanya

dapat

dilihat

jika

tulang-tulang

dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu dilakukan pembedahan secara hatihati
terhadap

bagian

kepala

ikan

agar

otak

yang

akan

diamati

dapat

terlihat

dengan jelas. Pembuatan preparat otak akan lebih mudah jika menggunakan ikan
yang sudah diawetkan karena otak tersebut telah mengeras.
Kepala ikan dipotong tepat pada bagian tengkuk dengan pisau yang tajam
sehingga
tegak
pada

kepala

dengan
bagian

terlepas
mulut

atas

dari

terletak

kepala

badan.
di

tersebut

Potongan

sebelah

kepala

atas.

sampai

tersebut

Kemudian

pisau

diletakkan secara

pemotongan

mencapai

daerah

dilakukan

sekitar

mata.

Setelah itu, pisau diarahkan pada bagian pinggir saja untuk mencegah agar otak
tidak

teriris.

Bagian

atas

kepala

tersebut

dikuakkan

sehingga

otak

ikan

akan

nampak dari bagian atas (tampak dorsal)(Gambar 80).


Untuk melihat otak dari arah samping (tampak lateral), kepala digunting dari
arah mulut ke belakang secara hati-hati sehingga kepala terbelah dua. Jika bagian
kepala

tersebut

dikuakkan

maka

akan

terlihatlah

Untuk melihat otak dari arah bawah (tampak


dikeluarkan
harus
optik

dari

rongganya.

menggunting
(nervus

Pemotongan

beberapa

opticus),

saraf

urat

harus

saraf

olfaktori

ikan

dari

arah

samping.

ventral) maka otak tersebut harus


dilakukan

(nervus

(nervus

otak

secara

cerebralis),
olfactorius),

hati-hati

karena

di

antaranya

saraf

dan

beberapa

saraf

lainnya.

152

Gambar 80. Cara pembedahan untuk melihat otak ikan (Affandi et al., 1992)

153

Bagian-bagian otak dari muka ke belakang adalah sebagai berikut (Gambar


81 83):
a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas:
-

Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior

Tractus

olfactorius,

merupakan

lanjutan

dari

lobus

olfactorius

merupakan

lanjutan

dari

tractus

bola,

mempunyai

dan

berfungsi

sebagai nervus cerebralis I.


-

Bulbus

olfactorius,

sebagai

sepasang

olfactorius

lanjutan

sebagai

dan

berakhir

benang-benang

halus yang menuju ke dinding lekuk hidung.


-

Hemisphaerium
Bagian

cerebri,

dasarnya

terdapat

disebut

di

corpus

bagian

striatum,

posterior
sedangkan

lobus

olfactorius.

bagian

atap

dan

dinding samping disebut pallium.


b. Diencephalon,

terletak

Bersama-sama

di

sebelah

dengan

(prosencephalon).

belakang

telencephalon

Pada

dari

telencephalon

termasuk

diencephalon

terdapat

bagian

bagian

ventral.

otak

muka

dari

thalamus,

hypothalamus,

lobus

organ

yang

inferior, dan saccus vasculosus.


c. Mesencephalon,
tampak

merupakan

menonjol

adalah

otak
lobus

bagian

tengah

opticus.

Lobus

dengan
opticus

utama

berbentuk

bulat

dan

besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian


sebelah

ventral

merupakan

terletak

tempat

lobi

melekat

hypophyse

hypophyse terdapat persilangan


disebut

chiasma

nervi

optici.

inferior

(bagian

dari

(hypothalamus).

dari nervus opticus


Selain

lobus

diencephalon)
Pada

bagian

yang
anterior

(nervus cerebralis II) yang

opticus,

pada

mesencephalon

juga

terdapat torus semicircularis.


d. Metencephalon,disebutjugacerebellum,

relatif

besar

dan

terletak

di

belakang

mesencephalon.
e. Myelencephalon,

disebut

sebagai

sumsum

tulang

canalis

vertebralis.

juga

medulla

belakang

Bersama-sama

oblongata,

(medulla

melanjutkan

spinalis)

dengan

yang

cerebellum,

diri

ke

caudal

berjalan

di

dalam

medulla

oblongata

termasuk bagian dari otak belakang (rhombexcephalon)

154

Gambar 81. Otak ikan Osteichthyes tampak samping (Chiasson, 1980)

Gambar 82. Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral (Chiasson, 1980).

155

Gambar 83. Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal (Wischnitzer, 1972)

156

E. Saraf Cranial
Dari

otak,

organ-organ
tersebut

terdapat

sensori

11

saraf

tertentu

berhubungan

dan

dengan

otak

(nervi

otot-otot

cerebralis)

tertentu.

bagian-bagian

yang

Sebagian

kepala,

menyebar

ke

besar

saraf

otak

ada

juga

yang

tetapi

berhubungan dengan bagian-bagian tubuh.


1. Nervus

terminalis

(NC

0),

saraf

kecil

yang

bergabung

dengan

NC

I,

berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi


bulbus

olfactorius.

Fungsinya

mungkin

meliputi

sensori

somati

dan

olfactorius

dengan

pusat

sensori khusus.
2. Nervus

olfactorius

(NC

I),

menghubungkan

organ

olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls bau-bauan.


3. Nervus

opticus

(NC

II),

menghubungkan

retina

mata

dengan

tectum

opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan.


4. Nervus

oculomotoris

mengatur

otot

musculus

(NC

mata

rectus

III),

merupakan

musculus

inferior,

obliquus

dan

saraf

inferior,

musculus

motor

somatik

muculus

rectus

rectus

internal.

yang

superior,

Berhubungan

dengan otak mesencephalon.


5. Nervus

trochlearis

merupakan

(NC

saraf

IV),

motor

berhubungan

somatik

yang

dengan

otak

menginervasi

otot

mesencephalon,
mata

musculus

obliquus superior.
6. Nervus

trigeminalis

ophthalmicus
serta

(NC

dan

nervus

nervus mandibularis

Nervus

ini

oblongata.

V),

maxillaris
(saraf

menghubungkan
Fungsinya

terbagi

tiga

(merupakan

sensori somatik

bagian

berkaitan

atas

kepala

dengan

saraf
dan

dan

kepekaan

cabang

nervus

sensori

somatik)

saraf motor

somatik).

rahang
kulit

yaitu

dengan

terhadap

medulla

panas

dan

sentuhan.
7. Nervus

abducens

menghubungkan
musculus

(NC

bagian

rectus

VI),

merupakan

saraf

depan

medulla

oblongata

external.

Fungsinya

berhubungan

motor

somatik

dengan
dengan

yang

otot

mata

penarikan

otot

penggerak biji mata.


8. Nervus

facialis

ophthalmicus
Saraf

cabang

(NC

VII),

superficialis,
ini

berkaitan

tersusun

nervus
dengan

atas

tiga

buccalis,

dan

saluran

garis

cabang
nervus
rusuk

yaitu

nervus

hyomandibularis.

(linea

lateralis)

di

atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, serta penerima

157

rangsangan
medulla

sentuhan.

oblongata.

Berhubungan

Saraf

ini

dengan

punya

NC

komponen

dan

NC

yang

VIII

berkaitan

pada
dengan

sensori somatik, sensori visceral, dan fungsi motor visceral.


9. Nervus

acousticus

acousticofacialis

(NC

pada

VIII),

sering

ikan,

dianggap

mempunyai

sebagai

fungsi

cabang

sensori

dari

nervus

somatik

yang

berkaitan dengan telinga bagian dalam.


10. Nervus

glossopharyngeal

motoris

yang

(NC

melayani

IX),

bagian

terdiri
insang

dari

komponen

pertama.

sensori

Fungsinya

dan

berkaitan

dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang.
11. Nervus

vagus

supratemporal
Cabang

(NC
dan

branchial

visceral

melayani

X),

cabang
menuju

memiliki
garis
ke

beberapa

rusuk
bagian

organ-organ

percabangan.

melayani
posterior

internal.

sistem
celah

Cabang

Cabang

garis

rusuk.

insang.

Caban

dorsal

recurrent

menginervasi penerima rasa.

F. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok).

Selanjutnya,

setiap

kelompok

melakukan

penelusuran

pustaka

dan

carilah urat saraf-urat saraf cranial yang menginervasi garis rusuk serta urat sarafurat
saraf

cranial

yang

menginervasi

mata.

Presentasikan

tugas

tersebut

di

dalam

kelas.

G. Daftar Pustaka
Affandi,

R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z.
1974.
Ichthyologi
I.
Departemen
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.


Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum


Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Biologi

Ichthyologi.

Perairan.

Jurusan

Fakultas

Perikanan

158

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.


Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction


Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer,

to

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative


Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Ichthyology.

Anatomy.

159

LAMPIRAN
Glosarium
abdominal

posisi sirip perut ikan yang agak jauh ke belakang


dari sirip dada
ke arah dalam perut

adipose fin

sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip


dubur ikan, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis
sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak
mengandung lemak (sirip lemak)

anak jenis

lihat: subspecies

anatomi

salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang


mempelajari organ-organ dalam suatu organisme

anguilliform

bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan


penampang lintang yang agak silindris dan kecil
serta pada bagian ujung meruncing/tipis (bentuk
ular atau sidat atau belut)

anterior

ke arah muka

apparatus opercularis

penutup insang pada ikan bertulang sejati yang


disusun oleh beberapa keping tulang

arborescent organ

organ pernapasan tambahan pada ikan yang


berbentuk seperti bunga karang

arcus branchialis

tempat melekatnya filamen dan tapis insang,


berwarna putih, dan memiliki saluran darah (arteri
afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan
darah dapat keluar dan masuk ke dalam insang

arteri

pembuluh darah yang mempunyai dinding yang


tebal dan kuat tetapi tidak mempunyai klep-klep,
berfungsi untuk membawa darah meninggalkan
jantung

atrium

bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna


merah tua, bersifat tunggal, dan menerima darah
dari sinus venosus

authority name

nama orang yang bertanggung jawab atau


merupakan keterangan tambahan untuk tempat
deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya

160

axon

perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai


penerus impuls

badan

lihat: truncus

bilik

lihat: ventrikel

bulbus arteriosus

bagian jantung yang merupakan lanjutan dari


ventrikel, berwarna putih, menerima darah dari
ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis

caput

bagian tubuh ikan mulai dari ujung moncong


terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling
belakang.

cartilago

ulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan


Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang
masih muda

cauda

bagian tubuh ikan mulai dari permulaan sirip dubur


sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling
belakang

caudal

ke arah ekor

clupeoid poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan


tembang

ciguatera poisoning

peristiwa keracunan akibat memakan ikan laut yang


menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan
syaraf

common name

lihat: standard common name

compressed

bentuk tubuh yang gepeng ke samping (bentuk


pipih)

coni musculi

susunan otot-otot ikan dari cranial ke caudal yang


berbentuk kerucut

conus arteriosus

lihat: bulbus arteriosus

cranial

ke arah kepala

cryptotoxic

ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung


racun

cyclostome poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan


lamprey dan hagfishes
161

cyclostomine

tipe otot yang ditemukan pada ikan-ikan Agnatha

dendrite

perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai


penerima impuls

depressed

bentuk tubuh yang gepeng ke bawah (bentuk picak)

descriptor name

lihat: authority name

dexter

sebelah kanan

diencephalon

bagian otak yang terletak di sebelah belakang dari


telencephalon bagian ventral

distal

lebih menjauhi ke arah batang tubuh

diverticula

organ pernapasan tambahan ikan yang berupa


lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx

dorsal

ke arah punggung

double emarginate

bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk ganda

ductus pneumaticus

saluran yang menghubungkan pneumatocyst


dengan esophagus dan berfungsi sebagai jalan
keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst

ekor

lihat: cauda

elasmobranch poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan


daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan
pari

emarginate

bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk


tunggal

epicercal

bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip atas


lebih besar daripada daun sirip bawah

erythrocyte

butir-butir darah merah

filamen insang

lihat: hemibranchia

filiform

bentuk tubuh yang menyerupai tali (bentuk tali)

finlet

sembulan-sembulan kulit yang tipis dan pendek,


umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang
mempunyai satu jari-jari terletak di antara sirip
punggung dan sirip ekor dan di antara sirip dubur
dan sirip ekor (jari-jari sirip tambahan)
162

flatted-form

lihat: taeniform

forked

bentuk ekor ikan yang bercagak

fork length

panjang ikan yang diukur dari ujung kepala yang


terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang
sirip ekor

fugu poison

lihat: tetrodotoxin

furcate

lihat: forked

fusiform

bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak


dalam suatu medium tanpa mengalami banyak
hambatan, hampir meruncing pada kedua bagian
ujung (bentuk torpedo atau cerutu)

garis rusuk

lihat: linea lateralis

gempylid poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging


ikan famili Gempylidae

gill arch

lihat: arcus branchialis

gill filament

lihat: hemibranchia

gill rakers

berupa sepasang deretan batang tulang rawan


yang pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada
bagian depan dari lengkung insang, berfungsi untuk
menyaring air pernapasan

globiform

bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola (bentuk


bola)

gurat sisi

lihat: linea lateralis

hallucinatory poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan


belanak dan kuro

hemibranchia

bagian insang yang berwarna merah, terdiri dari


jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat
pada lengkung insang. Banyak mengandung
kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri
branchialis dan merupakan tempat terjadinya
pengikatan oksigen terlarut dari dalam air

horizontale skeletogenous
septum

sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada


tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot
sebelah dorsal dan kelompok otot sebelah ventral

163

hypocercal

bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip bawah


lebih besar daripada daun sirip atas

ichthyoacanthotoxin

racun yang disekresikan oleh organ-organ beracun

(venom apparatus),

seperti spina, alat penyengat,


atau gigi ikan

ichthyocrinotoxic fishes

ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui sekresi


kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa

ichthyocrinotoxin

racun yang berasal dari kelenjar kulit yang


dihasilkan oleh ikan hagfishes, lampreys, morays,
soapfishes, puffer, dan porcupinefishes

ichthyocrinotoxism

peristiwa keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan


yang memiliki racun pada kulitnya

ichthyohemotoxic fishes

ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam


darahnya

ichthyohemotoxin

racun yang terdapat di dalam darah ikan

ichthyootoxic fishes

ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya


pada gonad (termasuk telurnya)

ichthyootoxin

racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan

ichthyosarcotoxic fishes

ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot,


viscera, atau kulit

ichthyosarcotoxin

racun yang terdapat pada daging ikan, tidak


termasuk racun-racun yang disebabkan oleh
aktivitas bakteri

ichthyosarcotoxism

peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang


mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran
tubuhnya

ichthyotoxin

racun yang berasal dari ikan (secara umum)

ichthyotoxism

keracunan karena makan ikan (bersifat umum)

identifikasi

tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri


taksonomik individu yang beraneka ragam dan
memasukkannya ke dalam suatu takson

ikan

sumber daya ikan adalah semua jenis ikan


termasuk biota perairan lainnya (UU RI no. 9 tahun
1985 tentang Perikanan)
164

segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian


dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan
perairan (UU RI no. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan dan UU RI no. 45 tahun 2009 tentang
Perubahan atas UU RI no. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan)
binatang vertebrata yang berdarah dingin
(poikilotherm), hidup dalam lingkungan air,
pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama
menggunakan sirip, dan umumnya bernapas
dengan menggunakan insang
ikan beracun

lihat: poisonous fishes

ikan berbisa

lihat: venomous fishes

iktiologi

ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan


dan dengan segala aspek kehidupannya

iktiologi sistematika

ilmu yang mempelajari tentang jenis dan


keanekaragaman ikan serta segala hubungan di
antara mereka

inferior

posisi mulut ikan yang terletak di bawah hidung


ke arah bawah (bawah)

inspectio

mengamati secara anatomis dengan tidak


mempergunakan alat bantu

interpelvic process

pertumbuhan kulit yang menyerupai lidah-lidah


yang terdapat di antara kedua sirip perut ikan
(cuping)

involuntary muscle

otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang,


misalnya otot licin dan otot jantung

jari-jari keras

jari-jari sirip yang sulit dibengkokkan, pejal, tidak


berbuku-buku, dapat berupa cucuk, duri, atau patil.

jari-jari lemah

Jari-jari sirip yang mudah dibengkokkan, berbukubuku,


nampak transparan, dan biasanya bercabang
pada bagian ujungnya

jari-jari lemah mengeras

jari-jari sirip dengan ciri-ciri seperti yang terdapat


pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan
sehingga agak sulit dibengkokkan

165

jenis

lihat: spesies

jugular

posisi sirip perut ikan yang terletak agak lebih ke


depan daripada sirip dada

keel

rigi-rigi yang ditemukan pada bagian batang ekor


ikan dan pada bagian tengahnya terdapat puncak
yang meruncing, (kil, lunas)

kepala
klasifikasi

lihat: caput
penataan ikan ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara
mereka

labyrinth

lipatan membran seperti bunga mawar yang


merupakan derivat dari tulang lengkung insang

lateral

ke arah sisi/samping

leucocyte

butir-butir sel darah putih

linea lateralis

suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis


memanjang pada bagian tengah badan ikan,
sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke
pangkal ekor, dan berfungsi untuk mengetahui
perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan
dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan
itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras,
dan untuk osmoregulasi (garis rusuk)

local common name

lihat: vernacular name

lunate

bentuk ekor ikan yang menyerupai sabit

medial

ke arah tengah

membrana branchiostega

selaput keping tutup insang

meristik

penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan

mesencephalon

otak bagian tengah

metencephalon

bagian otak yang relatif besar dan terletak di


belakang mesencephalon, disebut juga cerebellum.

myelencephalon

bagian otak di belakang metencephalon


melanjutkan diri ke caudal sebagai sumsum tulang
belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam
canalis vertebralis, disebut juga medulla oblongata
166

morfometrik

ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh


ikan

mud stripe

lihat: musculus lateralis superficialis

musculi dorsalis

kumpulan otot-otot yang terdapat di sebelah dorsal


septum horizontale

musculi epaxialis

lihat: musculi dorsalis

musculi hypaxialis

lihat: musculi ventralis

musculi ventralis

kumpulan otot-otot yang terletak di sebelah ventral


septum horizontale

musculus lateralis
superficialis

jaringan otot berwarna merah dan banyak


mengandung lemak yang terdapat pada daerah
septum horizontale

myocommata s

elaput pembungkus otot yang memisahkan antara


satu myomer dan myomer lainnya

myomer

satu bongkahan otot ikan

myoseptum

lihat: myocommata

myotome

lihat: myomer

neuron

sel saraf, unit terkecil dari sistem saraf

n.gen.

singkatan dari new genus, menunjukkan bahwa


ikan tersebut termasuk genus yang baru

n.sp.

singkatan dari new species, menunjukkan bahwa


ikan tersebut termasuk jenis yang baru

orbita

rongga mata ikan

osifikasi

proses pembentukan tulang dari tulang rawan


menjadi tulang sejati

osteum

tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan


Osteichthyes

ostraciform

bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak (bentuk


kotak)

167

ostracitoxin

substansi racun yang berasal dari kulit ikan


Ostracion lentiginosus (ikan buntal) untuk
membunuh ikan atau hewan laut lainnya

pahutoxin

lihat: ostracitoxin

panjang baku

lihat: standard length

panjang cagak

lihat: fork length

panjang total

lihat: total length

pembuluh balik

lihat: vena

pembuluh nadi

lihat: arteri

phanerotoxic

Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ


berbisa (venom apparatus)

piscine

tipe otot yang ditemukan pada Chondrichthyes dan


Osteichthyes

pneumatocyst

lihat: vesica natatoria

pointed

bentuk ekor ikan yang meruncing

poisonous fishes

ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun


secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun) atau
ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan
saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau
anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia

posterior

ke arah belakang

prosencephalon

otak bagian depan, disusun oleh diencephalon


bersama-sama dengan telencephalon

proximal

lebih mendekati ke arah batang tubuh

puffer poison

lihat: tetrodotoxin

radialia

jari-jari sirip yang tersusun atas jaringan tulang atau


tulang rawan

radii branchiostega

tulang-tulang kecil pada selaput keping tutup insang

red muscle

lihat: musculus lateralis superficialis

rhombexcephalon

otak belakang, disusun oleh cerebellum dan


medulla oblongata
168

rounded

bentuk ekor ikan yang membundar

sagittiform

bentuk tubuh yang menyerupai anak panah (bentuk


panah)

saraf cerebrospinalis

saraf yang merangsang otot bergaris (striated


muscle)

saraf motoris

saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke


perifer.

saraf otonom

saraf yang merangsang jantung (cardiac muscle),


urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar
kelenjar

saraf penghubung

saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang


satu dengan yang lainnya

saraf sensibel

saraf yang meneruskan rangsang dari perifer


(sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat)

scientific name

lihat: valid scientific name

scombroid poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan


tongkol dan cakalang

scute

kelopak tebal yang mengeras dan tersusun seperti


genting,. ditemukan pada daerah perut (abdominal
scute) dan pada daerah pangkal ekor (caudal
scute) (skut, sisik duri)

sectio

membuka dinding badan untuk mengamati bagian


dalam tubuh ikan.

septum horizontale

lihat: horizontale skeletogenous septum

septum verticale

sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada


tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot
sebelah kanan dan kelompok otot sebelah kiri

serambi

lihat: atrium

sinister

sebelah kiri

sinus venosus

bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna


merah coklat, terdapat pada bagian caudo-dorsal
dari bagian jantung yang lain, menerima darah dari
vena hepatica dan ductus Cuvier.

169

sirip

anggota gerak pada ikan untuk mengatur


keseimbangan tubuh

sistematika

ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota


berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur
dan fungsi bagian-bagian tubuh

sistem binomial

sistim nama dengan memakai dua kata, kata


pertama ditujukan untuk nama genus yang
maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari
ikan tersebut dan kata kedua ditujukan untuk nama
spesies yang menunjukkan sifat khusus dari ikan
tersebut

sistem integumen

lihat: systema integumentum

sistem saraf pusat

lihat: systema nervorum central

sistem saraf tepi

lihat: systema nervorum periphericum

sisik

lihat: squama

spesies

kategori berperingkat dalam klasifikasi ikan,


merupakan satuan dasar dalam sistematika biologi,
terdiri atas kelompok-kelompok populasi yang dapat
saling kawin-mengawini secara bebas untuk
menghasilkan keturunan yang sama dengan
tetuanya, serta dapat dikenal secara morfologi, dan
terisolasi secara reproduksi dari kerabat dekatnya
squama rangka dermal yang berhubungan dengan rangka
luar

standard common name

nama umum yang lazim digunakan untuk nama


sesuatu binatang atau ikan

standard length

jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang


paling depan (biasanya ujung salah satu dari
rahang yang terdepan) sampai ke pelipatan pangkal
sirip ekor

subabdominal

posisi sirip perut ikan yang agak dekat dengan sirip


dada

subspesies

populasi biotipe yang mempunyai kawasan daerah


persebaran yang jelas berbeda dengan daerah
persebaran jenisnya, dengan sifat morfologi yang
berbeda pula.

170

subterminal

posisi mulut ikan yang terletak dekat ujung hidung


agak ke bawah

superior

posisi mulut ikan yang terletak di atas hidung


ke arah atas (atas)

synapse

pertemuan antara axon dan dendrite dari sel saraf


lainnya

synonym

nama ilmiah untuk suatu jenis ikan yang tidak sah


atau tidak diakui dan disebut nama persamaan

systema integumentum

sistem pelapis tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan


derivat-derivatnya

systema nervorum
centrale

sistem saraf yang disusun oleh otak (encephalon)


dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

systema nervorum
periphericum

sistem saraf yang disusun oleh saraf otak (nervi


cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis)

taeniform

bentuk tubuh yang memanjang dan tipis


menyerupai pita (bentuk pita)

taksonomi

lihat: sistematika

tapis

insang lihat: gill rakers

telencephalon

bagian otak yang paling depan

tetraodon poisoning

peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan


buntal (viscera, khususnya ovari dan liver) dan
kerabatnya

tetrodotoxin

racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan


kerabatnya

terminal

posisi mulut ikan yang terletak di ujung hidung

thoracal

ke arah dada

thoracic

posisi sirip perut ikan yang tepat di bawah sirip


dada

total length

jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan


dengan ujung sirip ekor yang paling belakang

truncate

bentuk ekor ikan yang berpinggiran tegak

171

truncus

bagian tubuh ikan mulai dari ujung tutup insang


bagian belakang sampai dengan permulaan sirip
dubur.

tulang lengkung insang

lihat: arcus branchialis

tulang rawan

lihat: cartilage

tulang sejati

lihat: osteum

valid scientific name

nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini


merupakan nama yang sah atau diakui.

varietas

tingkatan takson di bawah subspesies, merupakan


populasi beberapa biotipe dengan ciri-ciri morfologi
yang jelas serta mempunyai daerah persebaran
secara lokal yang tegas dalam daerah persebaran
populasi jenisnya

vena

pembuluh darah yang berdinding tipis dan


mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu,
berfungsi untuk membawa darah kembali ke
jantung

venomous fishes

ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan


menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit
atau menusuk korbannya

ventral

ke arah perut

ventrikel

bagian jantung yang berwarna merah muda karena


dindingnya tebal, bersifat tunggal, menerima darah
dari atrium

vernacular name

nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu ikan.


Biasanya nama lokal suatu jenis ikan di dalam
suatu negara sangat bervariasi tergantung kepada
banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang
terdapat di dalam negara tersebut

vesica natatoria

berfungsi sebagai alat hidrostatik pada ikan untuk


menentukan tekanan air sehubungan dengan
kedalaman perairan

voluntary muscle

otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh


rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau
otot rangka

wedge shape

bentuk ekor ikan seperti baji

172

Anda mungkin juga menyukai