Menurut Ratnasari, et al. (2015) klasifikasi bandeng adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Osteichthyes Ordo : Gonorynchiformes Family : Chanidae Genus : Chanos Spesies : Chanos chanos Menurut Purnomowati, et al. (2007) klasifikasi bandeng adalah sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum: Chordata Sub filum: Vertebrata Kelas: Pisces Sub keas: Teleostei Ordo: Malacaptoreygii Famili: Chanidae Genus: Chanos Spesies: Chanos chanos HABITAT Bandeng adalah ikan asli air laut yang dikenal sebagai petualang ulung. Namun, bandeng dapat hidup di tambak air payau maupun dipelihara di air tawar. Bandeng digolongkansebagai ikan euryhaline, yaitu dapat beradaptasi pada kisaran salinitas tinggi (Kordi K, 2010). Ikan bandeng (Chanos chanos forsk) pada dasarnya dapat hidup di air tawar, air payau (tambak), maupun air asin (laut). Namun demikian orang-orang banyak memelihara di air payau, karena dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat. Adapun untuk mendapatkan nener (bibit bandeng) dapat dilakukan dengan mencari atau menangkapnya di laut, atau tepatnya di pantai-pantai rendah tidak curam atau berair tenang. Disamping itu nener juga didapat di balai pembenihan bandeng (Suprapti, 2002). Daerah penyebaran ikan bandeng adalah di perairan tropis dan subtropis IndoPasifik mulai dari laut merah dan bagian tenggara Afrika sampai Mexico. Di Indonesia daerah penyebaran ikan bandeng, banyak ditemukan di perairan pantai Timur Sumatera, Utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara (Johan, et al., 2009). MORFOLOGI Ciri-ciri ikan bandeng biasa memiliki tubuh yang panjang, mata agak kecil, dengan kepala lonjong. Sementara, ikan bandeng seleh bertubuh agak pendek dan bermata lebar, bandeng seleh sulit dibesarkan. Ikan bandeng memiliki sisik yang keci-kecil dengan daging putih bersih (Purnomowati, et al., 2007). Ikan bandeng dikenal sebagai milk fish dan memiliki karakteristik tubuh langsing berbentuk seperti peluru dengan sirip ekor bercabang sebagai petunjuk bahwa ikan bandeng memiliki kesanggupan berenang dengan cepat. Tubuh ikan bandeng berwarna keperak-perakan dan dagingnya berwarna putih susu. Ikan bandeng yang hidup di alam memiliki panjang tubuh mencapai 1m. Namun, ikan bandeng yang dibudidayakan di tambak hanya dapat mencapai ukuran 0,5 m (Murtidjo, 2002). CIRI KHAS Bentuk tubuh ikan bandeng agak panjang dan pipih serta memiliki sisik yang kecil. Sirip ekornya panjang dan bercagak. Punggungnya berwarna hijau keperakan, dan siripnya berwarna gelap. Di alamnya, panjang seekor bandeng dewasa mencapai 150 cm (Khairuman dan Amri, 2003). Menurut Johan, et al. (2009) ciri khas ikan bandeng bisa hidup di air payau atau air tawar. Ikan bandeng mampu menghadapi perubahan kadar garam yang sangat besar (eurihalin). Ikan bandeng bermigrasi ke daerah payau dan tahan terhadap penyakit. SISTEM PENCERNAAN Menurut Burhanuddin (2014), sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercerna keluar dari tubuh. Organ-organ pencernaan makanan secara berturut-turut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus ,dan anus. Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh hati dan pangkreas. Sistem penceranaan ikan bandeng terdiri atas dua bagian, yakni saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Mulai dari muka sampai ke belakang saluran pencernaan itu terdiri atas mulut, kerongkongan, esofagus, lambung, usus, dan dubur. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas hati dan kantong empedu (Murtidjo, 2002). SISTEM PERNAFASAN Sistem pernafasan ikan pada umumnya berupa insang, insang memiliki tutup insang tetapi ada pula yang tidak memiliki tutup insang. Lengkung insang terdiri atas jaringan tulang rawan dan di dalam lengkung insang terdapat dua buah bangunan rigi-rigi yang berfungsi sebagai alat penyaring pernafasan. Insang membentuk baris-baris yang saling berhubungan pada lengkung insangnya (Murtidjo, 2001). Menurut Rahardjo, et al. (2011) mekanisme pernafasan pada ikan secara umum sama, namun ada nuansa antara golongan elasmobranchii dan teleostei. Mekanisme pernafasan pada ikan bertulang sejati seperti bandeng berlangsung sebagai berikut: Inspirasi, tutup insang tertutup rapat, mulut membuka pada saat otot berkontraksi, jari-jari penyokong keping tutup insang mengembang dan merendah, rongga buka faring dan rongga insang mengembang, air dari luar masuk melalui mulut, air dari rongga mulut bergerak melewati insang, terjadi difusi dari lingkungan luar menuju kapiler darah pada lamela sekunder. Ekspirasi, mulut menutup, rongga buka faring dan rongga insang menyempit, katup mulut mencegah air keluar dari mulut, celah insang terbuka, air bergerak melalui celah insang. SISTEM SARAF Sistem saraf berperan dalam memperoleh impuls dari lingkungan dan memberikan respons balik. Respons diberikan dengan cara melepaskan impuls ke jaringan otot atau kelenjar. Pada ikan respons otot seringkali menghasilkan gerakan seluruh tubuh (Rahardjo, 2011). Sistem saraf pada vertebrata memiliki tiga macam peranan vital. Orientasi terhadap lingkungan sekitar, menerima stimulus, dan meresponsnya, mengatur agar kerja sistem dalam tubuh sesuai dengan bantuan kelenjar endoktrin, dan sebagai tempat kecerdasan. Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf medulla spinalis dna otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor dan otot, serta kelenjar sebagai efektor (Burhanuddin, 2008). SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenitalia dibangun oleh dua sistem yaitu, sistem urinaria (sistem uropecfica) dan sistem genetaira. Sistem urinaria bisa disebut dengan sistem ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan kesehatan tubuh jika keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantara ginjal atau salurannya (Burhanuddin, 2008). Sistem urogenital ikan yang utama yaitu adanya dua buah ginjal yang berukuran relatif panjang. Terdapat pita ureter yang merupakan saluran kencing bagi ikan. Seain itu, pada sistem urogenital ikan terdapa pula alat kelamin, berupa gonad. Untuk jalan testis yang berwarna putih dan pada betina disebut ovarium (Purnomowati, et al., 2007). SISTEM PEREDARAN DARAH Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal (Burhanuddin, 2008). Sistem peredaran darah ikan dikendalikan oleh jantung yang terletak pada batas antara kepala dan badan. Jantung berfungsi untuk mengedarkan cairan darah, gas pernafasan, termasuk mineral yang ada dalam darah. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal atau hanya terdapat satu jalur aliran, yaitu dari jantung menuju ke insang sebagian kepala dan sebagian ke tubuh dan kembali ke jantung lagi (Kilawati dan Arfiati, 2017). SISTEM RANGKA Menurut Purnomowati, et al. (2007) rangka ikan dapat dibedakan menjadi tiga bagian: 1. Rangka Axial: terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk 2. Rangka Visceral: terdiri dari sisik dan semua lengkung tulang, insang dan derivatnya 3. Rangka Apendicular: terdiri dari sisik dan partikel-partikelnya Menurut Burhanuddin (2008), rangka ikan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu rangka axial, rangka vixeral, dan rangka opendicular. Rangka axial terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk. Secara umum perkembangan embrionik tengkorak pada ikan berasal dari tiga sumber yaitu chondrocronium (neuro cranium), dermocranium dan spanchoranium. DAFTAR PUSTAKA Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan pengetahuan konsepsi sistematika dan pemahaman system organ ikan yang berbasis SCL pada matakuliah ikhtiologi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Burhanuddin, A. I. 2014. Ikhtiologi ikan dan segala aspek kehidupannya. Yogyakarta: Deepublish Johan, O., A. Sudradjat, dan W. Hadie. 2009. Perkembangan kegiatan perikanan ikan Bandeng pada keramba jaring tancap di Pandeglang provinsi Banten. Media Akuakultur. 4(1): 40-44 Khairuman dan K. Amri. 2003. Petunjuk praktis memancing ikan air tawar. Depok: PT Agro Media Pustaka Kilawati, Y. dan D. Arfianti. 2017. Iktiologi modern. Malang: UB Press Kordi K, M. G. H. 2010. Pintar budidaya ikan di tambak secara intensif. Yogyakarta: Lily Publisher Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa metode pembenihan air tawar. Yogyakarta: Kanisius Murtidjo, B. A. 2002. Budidaya dan pembenihan bandeng. Yogyakarta: Kanisius Purnomowati, I., D. Hidayati dan C. Saparinto. 2007. Ragam olahan bandeng. Yogyakarta: Kanisius Rahardjo, M. F., D. S. Sjatei, R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Iktiology. Bandung: CV Lubuk Agung Ratnasari, M. D., A. Setiadi dan T. W. Agustini.2015. Analisis pemasaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pembudidaya bandeng. Jurnal Ilmiah Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. 11(1): 1-18 Suprapti, M. L., 2002. Bandeng Asap. Yogyakarta: Kanisius